(si)apapun yang sudah ditakdirkan untuk kita tidak akan menjadi milik orang lain , percayalah .
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
2023
Menikmati setiap hari yang berlalu tentu tidak lepas dari rasa ingin marah tapi ditahan, ingin mengumpat tapi masih dipendam, ingin silent treatment tapi kok kasihan karena mereka gak akan tahu salahnya dimana, ingin langsung nyampein kamu tuh orangnya bla bla bla tapi masih mencoba untuk diperhalus biar tidak nyakitin tapi on point. Tapi tidak jarang semua-semua yang ditahan, dipendam, di wait and see akhirnya juga tersampaikan, entah sengaja atau kelepasan. Lalu, muncul rasa sedikit menyesal dan ingin minta maaf karena sudah melukai hati seseorang.
Hal-hal demikian nyatanya lumrah terjadi dalam sehari-hari. Pernah jadi pelaku, pernah juga jadi korban.
Hehehe,
Apalagi kalau daily activity kita adalah banyak bertemu orang.
Semoga saja dari banyak hal-hal yang mungkin tidak enak untuk dirasakan, masih ada lebih banyak hal-hal sederhana yang membuat kita mudah memaafkan dan menerima dengan hati lapang.
Konon katanya, sempurna nya kita sebagai manusia karena ketidaksempurnaan itu sendiri.
Aku teringat salah satu percakapan dengan beberapa orang yang usia beliau-beliau lebih dari ku, kadang kita cuman liat dari perspektif kita sendiri. Hal itu gak salah kok, sekali lagi, toh kita cuman manusia biasa
Tapi tapi tapi setelah mereda dan berjeda, coba kita liat lebih dalam mungkin ada hal-hal dari pandangan oranglain yang ingin mereka tunjukkan pada kita tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya.
Ternyata benar yaa, bahwa belajar itu seumur hidup.
Termasuk belajar memahami
Hehehe
3 notes
·
View notes
Text
Dulu salah seorang guru terbaik pernah berpesan
Mbaa coba deh dzikir "Yaa Rahman Yaa Rahim, Yaa Malik Yaa Kudus"
Nanti rasain deh, nikmat menjalani hidup.
Merasa tenang dan yakin kalau Allah akan ngaturin semuanya.
Dan bener apa yang dikatakan beliau.
Hidupku berjalan dengan perasaan tenang, maksudnya tuh bukan berarti ada masalah terus tenang-tenang aja tanpa cari solusi.
Cuman waktu proses mencari solusi dan ikhtiar menyelesaikan masalah tuh dalam hati ada perasaan bergantung kepada Allah.
Kayak membuat aku yakin, kalau setiap ujian pasti ada solusinya.
Dan apabila ada keinginan yang belum terwujud, dalam hati kayak diyakinkan.
"yaudah ken, mungkin emang bukan rezekinya disini. Yaudah ken blm berhasil hari ini gapapa nanti pasti ada saatnya yang kamu inginkan terwujud"
Aku tidak bilang, hidup ku lantas mudah, tanpa masalah, hambatan dan rintangan yaaa
Tapi setidaknya aku menyakini bahwa semua hal terjadi atas kehendakNya
1 note
·
View note
Text
Kesempatan
Nggak semua kesempatan bisa kita dapatkan, kalau kemudian ada orang yang membukakan atau memberi kesempatan. Kata guruku, coba aja dulu meski kita nggak yakin, kerjakan semaksimalnya kita, soalnya kalau orang lain berani ngebukain dan ngasih kesempatan itu tandanya mereka bisa melihat sesuatu di dalam diri kita yang gak kita sadari, yang kita sendiri juga gak tahu. Tapi, mereka percaya dan berani bertaruh atas kesempatan yang diberikan itu. Cobalah untuk berupaya sekuat tenaga, tunjukkan upaya yang maksimal, karena itu yang bisa kita kendalikan, soal hasil biar urusan nanti. Paling tidak, kita menunjukkan bahwa kita sesungguh-sungguh itu, kita berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan, kita nggak sia-siain kesempatan yang udah dibukain, yang udah dikasih.
Sebab, banyak dari mereka yang membuka dan memberi kesempatan itu tidak hanya melihat hasilnya, tapi juga upaya kita. Nggak menutup kemungkinan, besok-besok kita akan terus diberikan kesempatan baru. Kesempatan yang akhirnya membuat kita berkembang melebihi apa yang kita pikirkan selama ini. Karena keterbatasan pengetahuan kita melihat diri sendiri.
Suatu hari kita bisa menjadi orang yang memberi kesempatan, membukakan jalan bagi orang lain. Kalau saat kita, kita sedang dibukakan jalannya. Jangan tutup jalan itu dengan kemalasan, nggak niat ngerjainnya, ngilang, menyalah-nyalahkan orang lain, dan berbagai hal yang membuat pintu kesempatan berikutnya tidak lagi terbuka. Pada kondisi yang tertekan, biasanya orang akan menunjukkan bagaimana respon dan coping mechanism nya. Kalau respon kita merugikan, coping mechanism kita tidak memecahkan masalah. Barangkali sudah cukup. Kapasitas kita memang hanya sedemikian aja, nggak bisa lebih dari itu. Kalau mau lebih dari itu, maka kita harus bisa mengelola diri kita sendiri dengan lebih baik terlebih dahulu.
Kalau kita berharap memegang hal-hal besar, maka risiko - konflik - dan berbagai macam tantangannya akan semakin besar. Kalau ingin berkembang lebih jauh, pasti nggak enak, nggak nyaman, gak menyenangkan sama sekali.
Apakah kamu pernah menutup jalan yang pernah dibukakan orang lain untukmu?
441 notes
·
View notes
Text
Setia Pada Proses
Sekitar dua minggu lalu kami berkunjung ke rumah mentor, ngomongin soal hal yang sedang kami jalani dan hadapi. Karena apa yang kami jalani saat ini mengalami turbulensi, kayak bingung bagaimana itu bisa terjadi, kenapa sampai sepusing ini, masuk rumah sakit karena gerd sampai tiga kali, dan berbagai macam beban pikiran yang dihadapi dalam beberapa minggu terakhir. Di tengah obrolan itu, kami bilang rencana kami dalam durasi waktu tertentu untuk melakukan pivot dalam bisnis di tahun ketiga. Nggak ada satu detik, langsung dibalas. "Lhooo ya jangan cepat menyerah gitu." Maksudku, tiga tahun itu sebuah proses yang menurut kami tidak cepat. Tapi ternyata perspektif beliau dalam hal ini yang udah bertahun-tahun menjalaninya, jelas 3 tahun itu waktu yang cepat. Karena membangun sesuatu itu memang butuh proses yang panjang, maka dari itu karakter seperti komitmen, konsistensi, resiliensi, dan sebagainya sangat kentara pada proses ini. Obrolan berikutnya berlangsung lebih dalam lagi soal fundamental cara berpikir dalam masalah kami, melihat peluang, dan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang. Memang, ngobrol sama orang yang sudah mengalami secara riil di lapangan itu beda banget. Proses belajar kami juga menjadi lebih terarah, bisa lebih efisien, meskipun tidak mereduksi "pain" nya ketika dijalani. Tetap pusing banget, kayak pengen nyerah aja, tapi sekali lagi, kata beliau. Belajarlah untuk setia pada proses. Karena banyak orang yang menyerah dalam menjalani proses itu, yang melelahkan, menguras pikiran, mengambil waktumu yang banyak, dan banyak hal lainnya. Cuma orang yang bersedia menjalani proses yang bakal ketemu sama ujungnya, sama hasilnya, sama pembelajaran lengkapnya.
Tambahan dari beliau, "Tidak semua orang memiliki kesempatan kayak kalian untuk belajar seperti ini dan sejauh ini, sumber daya yang kalian miliki sangat besar dan potensial. Kalau kalian menyerah karena kondisi sekarang, nanti kalian nggak akan bisa berkembang lebih jauh lagi dari kondisi ini. Tenang aja, ada Gusti Allah. Emang proses itu tu yang akan ngajarin kalian, buat nguji sekuat apa kalian sama tujuan. Dah gak apa-apa, namanya juga latian kan, apalagi kalian baru pertama kali di bidang ini. Nggak apa-apa, jalanin aja." Ya memang seringnya kami nggak yakin sama diri sendiri, meski orang lain seyakin itu. Kami cuma perlu bertahan sedikit lagi, berusaha sedikit lebih keras lagi, untuk menunjukkan kepada guru-guru kami kalau kami memang murid yang seserius itu dalam belajar.
Kami mau belajar untuk setia kepada proses.
279 notes
·
View notes
Text
Ada banyak sekali pertanyaan "kenapa" yang selalu terngiang-ngiang dalam benakku. Sesekali aku mengabaikan, seringkali aku mengingat. Aku tahu, dan aku mengerti benar semua yang terjadi sampai hari ini adalah kehendak-Nya. Tidak ada keraguan atas hal itu. tapi sebagaimana manusia aku memang banyak bersandar kepada selain pencipta-ku, hingga tidak ada ketenangan yang aku dapatkan. mengharapkan ketika aku melakukan sesuatu, dia juga akan melakukan hal yang sama dengan ku. Juga tentang bagaimana aku memberikan rasa, tidak ada yang lebih menyakitkan selain menjadi seseorang yang tidak bisa mengatakan apa yang kita inginkan, aku terus memupuk keinginanku dengan angan-angan semu dan pengharapan kepada manusia. Tentu jelas apa yang aku dapatkan, tidak akan jauh jauh dengan kata kecewa. Astaghfirullahal'adzim, alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyumu wa atuubu ilaih
1 note
·
View note
Text
Ada seseorang yang tidak pernah kita berjumpa dengannya, bahkan belum pernah kita lihat wajahnya. Tapi ia selalu berdoa "Ya Allah, ampunilah kesalahan umatku yang telah lalu dan yang akan datang". Dibacanya doa itu disetiap penghujung salatnya, tidak pernah absen doa itu. Alangkah banyak hutang jasa kita padanya, bersalawatlah padanya.
757 notes
·
View notes
Text
Suatu hari nanti saat aku penuh keraguaan, khawatir dan ketakutan tapi semua itu akan redam. Sebab ada seseorang yang akan menggenggam erat tanganku dengan penuh keyakinan dan berkata "tenang, kita lewati ini bersama"
0 notes
Text
Pelan-pelan aku ambil satu persatu puing-puing itu, memang terasa lama tapi aku pastikan tidak akan mengizinkan seseorang untuk masuk diruang yang masih berantakan.
Ketika kesendirian menyergap, kepalamu dipenuhi tanya kenapa badai ini memilih kamu sebagai lahan yang harus disapu bersih?
Ruanganmu masih kau biarkan untuk berantakan. Aku tau tak mudah. Tak mudah sama sekali, tapi ayo kita berjuang. Kita takkan selamanya sendu.
@terusberanjak
77 notes
·
View notes
Text
Jika seseorang mengatakan aku baik, tentu saja karena Allah menutup aib ku
Jika seseorang selalu berkata sepertinya menyenangkan menjadi aku, itu pasti karena aku tidak pernah melihatkan kesedihanku
Jika saja mereka tahu, betapa banyak penyesalan yang tidak jarang aku tangisi.
Maka keinginan untuk menjadi aku pasti hilang, sebab aku adalah seseorang yang begitu banyak melewatkan banyak kesempatan.
Dulu aku pernah berfikir, jika memang untuk ku maka tidak akan menjadi milik orang lain, tapi stigma itu malah membuat ku berleha-leha santai hahahihi menjalani hidup.
Padahal tidak semua kesempatan datang kedua kali. ada banyak sekali hal yang hanya akan datang 1x. Dan aku melewatkan itu :)
Ini bukan tentang penyesalan, tulisan ini hanya untuk pengingat betapa sebuah kesempatan itu sangat sangat sangat berharga:D
3 notes
·
View notes
Text
Tak (Mungkin) Lagi Sama
Kita pernah melewati angka tahun yang sama, tahun saat kita masih remaja. Tahun yang sama, saat kita baru saja membuka mata bahwa dunia ini begitu luas dan tak menyangka bahwa kita akan bersisian garis takdirnya. Berkenalan, berbicara, saling bertukar pikiran. Tapi, tidak untuk bertukar perasaan.
Kita semua tumbuh tahun demi tahun, ada di antara kita yang garis takdirnya terus bersisian, ada yang berpisah jalan. Tapi, apa yang terjadi tidak akan pernah hilang begitu saja. Karena, bagaimanapun bentuk takdir hidup yang pernah kita lewati bersama, membentuk kita saat ini.
Pilihan kita pada jalan hidup, membuat diantara kita ada yang bersama, dan berpisah. Tak perlu menyesali pilihan, pilihan yang mungkin menjauhkan. Pilihan yang mungkin ingin kita ulang, jika bisa memutar waktu. Tidak perlu juga berharap semua akan kembali seperti semula, mau bagaimanapun, keadaan takkan pernah sama lagi.
Kalau pilihan-pilihan yang dulu pernah dibuat ternyata membawa kita pada takdir yang paling ingin kita hindari, barangkali kita sedang diuji untuk bisa membuat pilihan baru yang lebih baik dan lebih berani. Kalau pilihan yang dulu pernah dibuat ternyata membawa kita pada takdir yang paling diinginkan, mungkin kita juga diminta belajar untuk bersyukur serta menghargai apa yang sudah digenggam.
Kita pernah melewati perjalanan hidup dalam irisan takdir yang saling bersinggungan. Bertemu di jalan, di sekolah, di bandara, di stasiun kereta, di toko buku, bahkan di dalam tulisan. Kita pernah merasa begitu saling mengenal dan pilihan hidup membuat kita kembali asing. Kita menjalani pilihan kita masing-masing. Dimanapun kamu berada, jangan pernah lupa bahwa apa yang sedang kita jalani saat ini adalah pilihan kita sendiri. Tapi ingatkah waktu muda dulu kita pernah berujar,”Tidak apa-apa memutar balik, tidak apa-apa mengubah pilihan. Karena kita terus belajar, karena kita juga tahu mana yang lebih baik. Pilihan yang baik akan terus ada, hanya apakah kita berani atau tidak untuk mengambilnya, beserta segala risikonya.” Pilihan yang baik akan tetap ada, meski kita tidak melihatnya. ©kurniawangunadi
401 notes
·
View notes
Text
Aku tentu masih ingat jelas bagaimana aku begitu menanti-nanti hari sabtu, hari gajian buat bapakku.
Rumah sudah disapu, pel, lalu teh manis dengan air setengah gelas, baru ditambah air saat bapak sudah sampai rumah supaya teh tetap panas.
Disediakan dengan cemilan (kalau ada).
Setelah selesai diminum, inilah waktu yang ditunggu-tunggu..
Dapat uang dari bapak. Huuuaaa, senangnya hatiku..
--
3 tahun terakhir, bisa tau kegiatan perproyekan karena orangtua jualan disana.
Banyak orang yang ditemui,
Mulai dari bapak-bapak rantau yang rela tidak pulang supaya uangnya gak kepotong ongkos pulang pergi.
Ada juga yang minta tolong ditransferkan ke rekening istrinya dirumah, lalu kasih aku tunai.
Ada juga yang pulang dari proyek, beliau jadi ojol ( karena aku emang sempet liat pakai jaket ojol ditengah jalan)
--
Untuk itu, salam takzim untuk seluruh bapak-bapak dan tulang punggung harapan keluarga yang sudah seharian lelah bekerja, lalu masih pulang ke rumah dengan senyum hangat untuk keluarga.
--
Kalau waktu aku tanya,
Pak, lembur terus..gak ada liburnya..
"Alhamdulillah mbak, masih dapat rezeki buat bisa lembur...Lumayan bisa buat tambah-tambah"
Semoga Allah senantiasa memberkahi usaha kita dan Semoga sehat selalu 🤗
0 notes
Text
"sudah, tidak perlu disesali. Diam mu tadi juga jawaban baginya",
"tapi jawaban yang dia pikirkan salah , ta",
"lalu? Yang benar yang bagaimana? '
"tuh kan..km diem lagi"
"selama kamu gak ngerti apaa mau nya diri kamu, kamu akan kesusahan mengatakan keinginan dan mengungkapkan apa yang kamu rasain. Diem itu baik, tapi kalo lagi marah aja... Hehe" terang tata,
2 notes
·
View notes
Text
appreciate post for my self ❤️
Say thanks to my self,
Kamu kuat, lebih dari yang aku kira
Kamu bisa, lebih dari yang aku pikirkan.
Pada akhirnya, menjadi ikhlas adalah pilihan.
0 notes
Text
Beberapa orang mungkin senang ketika di perjuangkan oleh seseorang yang lain.
Karena merasa bahwa dia adalah orang yang berarti.
Tentu, hampir semua orang suka itu.
Dan belakangan aku baru paham,
Aku adalah orang yang memang senang diusahakan, diperjuangkan. Tapi ada hal lain yang membuat aku merasa lebih senang, yaitu ketika aku mengusahakan untuknya juga. Aku juga ingin, seseorang itu tahu bahwa dia juga seseorang yang penting. Sebab, aku tidak ingin seseorang itu merasa dia banyak berkorban tapi tidak ada yang dia dapatkan kembali.
Meskipun aku paham, orang baik tidak akan mengharapkan itu. Tapi aku juga paham, salah satu menjadi orang baik adalah membalas kebaikan oranglain, lebih, lebih dan lebih.
Kalau kata manager F.A.T ku
Give extramile~~~
0 notes
Text
Untuk perempuan seusiaku, urusan jodoh memang selalu pelik.
Ragam macamnya, beberapa orang ada yang terjebak dengan toxic relationshipnya, juga ada orang yang trauma untuk menjalani relationship, juga ada orang yang sedang ikhtiar memperbaiki diri untuk menjembatani sebaik-baiknya jodoh. Semoga itu adalah kita.
Aku tidak pernah benar-benar jadi seperti mu. Tapi sependek yang aku tau,
Setiap kita punya ujiannya masing-masing.
Lagi, dan lagi sabar adalah sebaik-baik penolong.
--
Menikah itu rumit sekali. Memilih seseorang yang akan jadi pasangan kita bukan hal mudah (untukku).
Aku kadang terlalu keraskepala, terlalu ingin yang begini dan begitu. Tapi kata salah satu kutipan yang pernah ku baca "kamu tidak perlu menurunkan standard, kamu hanya belum menemukan".
Sungguh, terlihat begitu "batu" tapi itulah aku.
Belum lagi, kita harus menyelaraskan dengan keinginan orangtua.
Sebagai anak pertama, ibuku ingin aku tidak memilih laki-laki yang juga anak pertama.
Karena alasan beliau dan keluarga besar, anak pertama tidak baik untuk anak pertama. Setelah ku bertanya apakah alasan yang mendasari, ternyata itu sudah otomatis diturunkan dari generasi ke generasi.
Dan ketika mendengar, dalam benakku "yang seperti ini tidak akan ku katakan kepada keturunan ku - kelak".
Entah bagaimana nanti aku dianggap, tapi ketika mendengar alasannya aku semakin yakin untuk mempertahankan pendapat ku.
Sebab, aku ingin tauhid adalah sesuatu yang selalu ada dalam diriku.
Aku tidak ingin, bergantung pada sesuatu selain Allah. Dan aku sadar benar, ini tidak mudah, juga aku harus bersiap ketika Allah menguji dengan apa yang aku yakini ini.
Sebenarnya, ketika keluarga memiliki alasan yang cukup masuk akal. (Mungkin) aku lebih bisa menerimanya. Bukan karena ada tradisi ini dan tradisi itu. Big no.
Belakangan, ibu sering bilang padaku..
"mbak, siapapun pilihan mu..in syaa Allah ibu Ridho.."
Aku yang mendengarnya, merasa senang dan terharu.
Tidak ada dalam diri merasa menang.
Namun, ada banyak sekali pertanyaan
Apakah Allah memberikan ibu hati yang luas untuk memahami pendapat ku?
Apakah Allah memberikan ibuku pemahaman-pemahaman tauhid?
Allah,
Semoga tauhid itu selalu ada dalam diriku, orangtuaku, dan saudara seimanku.
Semarang, 12 April 2021
3 notes
·
View notes
Text
Tumblr Bikin Nyaman Karena ....
1. Karena tidak ada konsep waktu pada kontennya. Buat saya ini ada sisi positifnya, sih, yaitu bikin saya enggak merasa fear of missing out (FOMO). Enggak merasa ketinggalan karena baru baca tulisan yang padahal udah dipos 14 jam yang lalu—seolah 14 jam itu waktu yang lama banget. Sampai sekarang, tulisan saya dari lima tahun yang lalu masih aja ada yang nge-like atau nge-reblog. Wkwkwkwk.
2. Jenis kontennya bukan konten yang muncul berdasarkan tren semata. Ini beda kayak Twitter yang tiap hari tren obrolannya berubah-ubah. Atau Instagram yang kalau ada filter baru, tantangan yang ngetren, atau fitur baru, semua langsung nyobain. Facebook juga sama, kayaknya. Intinya, kontennya seiring dengan isu atau fenomena yang lagi ngetren di dunia nyata. Dan, menurut saya, itu bikin cepet bosan (dan capek). Ya, bayangin aja kalau lagi rame soal nikahan Atta-Aurel, semua ngomongin. Prinsip abundance of information. Sebuah informasi kalau terlalu banyak diunjukin malah bikin yang liat ngerasa jengah. Kalau Tumblr, menurut pengalamanku isinya ya begini-begini aja. Ya, random aja. Mungkin dipengaruhi sama akun yang saya ikuti juga, ya. Buatku itulah yang bikin Tumblr jadi timeless. Enggak bikin cepat bosan.
3. Adem. Sejauh ini (sejak 2010), saya belum pernah lihat konten yang isinya ngajak ribut, spall-spill aib orang, atau komentar netizen yang akhlakless. Enggak tahu apa memang begitu atau perasaanku saja. Baca tulisan-tulisan di sini berasa lagi duduk-duduk di tengah perkebunan teh sambil minum teh kotak.
4. There's a boundary. Baca tulisan-tulisan di sini kayak nyimak buku diari. Tapi, saya hanya tahu ceritanya saja, saya enggak tahu orangnya. Jadi tetep kayak ada batas, tiap orang punya alam semestanya sendiri-sendiri. Dan, saya rasa kita sama-sama menghargai batas itu. Enggak berani masuk terlalu jauh ke semesta lain, kecuali sekadar lewat untuk say hello. Enggak pengin sok-sok ngerespons biar edgy, atau ngebantah pakai argumen enggak setuju biar beda. Gara-gara ini kali, ya, anak Tumblr enggak demen ribut.
5. Ini Tumblr banget. Tumblr itu enak buat ngomongin sesuatu yang deep. Apa karena di sini banyak filsuf? Hehehe. Yang saya rasakan, di Tumblr ada space pribadi yang luas buat para pengguna, engga sumuk. Beda dengan media lain yang padat merayap, bikin capek mikir dalem-dalem.
Eh, lagian, Tumblr emang bukan media sosial, sih, ya, melainkan hybrid antara blog dan media sosial. Jadi, maaf kalau perbandingan dariku ini tidak apple-to-apple. Hehe.
Btw, kalau menurutmu gimana? Ada yang mau berbagi?
1K notes
·
View notes
Text
Katakan padaku
Harus berapa hujan lagi yang harus aku habiskan untuk menguntai doa-doa ku untuk bisa bertemu denganmu?
Mereka bilang, waktu hujan adalah salah satu waktu mustajab agar doaku di dengar oleh-Nya.
Ada banyak prasangka
Kenapa kamu tak kunjung tiba ?
Ada banyak sekali khawatir
Haruskah aku menanti lebih lama lagi?
Di beberapa pertemuanku berujung gagal
Ada banyak hal yang membuatku tidak tertarik
Beberapa hal juga tidak sevisi
Aku begini, seolah-olah aku sedang menunggu mu
Padahal, aku tak tahu siapa kamu..
Semarang, hujan ke sekian di akhir bulan sepuluh
0 notes