kenapamenguap
bias tak sadar
85 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
kenapamenguap · 16 days ago
Text
I feel like this year was a complete shit. I was in such a fucked up place a few months ago. I’m so tired of this, and all this back and forth fighting is making me feel so lonely.
How many years do I have to deal with the same problems? I’m not exited about life anymore.
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Implikasi Perasaan #1
"Kamu apa kabar?" Kau bertanya dengan senyuman yang penuh energi.
"Kamu yang apa kabar." Balasku. "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu."
Kau tertawa. Walaupun pertemuanku denganmu terbilang singkat, caramu tertawa terekam jelas dalam benakku. Aku menatapmu, mengira-ngira jawaban apa yang akan kau sampaikan.
"Terus kenapa nggak ditanyain?"
"Nggak ada kesempatan untuk bertanya." Aku menjawab dengan suara pelan, merasa malu karena selama ini tak punya nyali untuk sekadar menanyakan kabar.
"Kamu sadar, gak? Kalau pertemuan kita itu sama sekali nggak pernah direncanakan." Aku bertanya pada dirimu yang masih terdiam. "Waktu yang kita habiskan bersama itu selalu terjadi secara kebetulan."
Kau menatapku penuh kebingungan.
"Iya, selalu kebetulan." Lanjutku, berusaha memperjelas maksudku. "Kalau direncanakan, atau katakanlah saat aku berniat untuk menghabiskan waktu denganmu, itu tak akan pernah terjadi."
"Iyakah?" Kamu bertanya sambil mengernyitkan kening. "Bukannya pernah sekali kamu ajak, ya?" Kali ini kamu mulai mendekatkan wajahmu padaku.
"Pernah satu kali, tapi kamu tolak."
Malam itu seketika menjadi sepi, menit demi menit berlalu, sama sekali tak ada suara. Aku dan dirimu berhenti saling menatap, sama-sama bingung untuk memulai obrolan yang lain.
Kita berdua masih duduk di tempat yang sama, melihat ke arah berlawanan sembari mencari sesuatu yang bisa menjadi topik pembicaraan. Aku sendiri enggan untuk beranjak pergi dari tempat itu. Aku masih ingin menghabiskan malam ini denganmu.
Momen seperti itu sangat jarang terjadi. Meskipun kita berada dalam satu tempat, kecil kemungkinan adanya interaksi di antara kita. Kau sibuk dengan kegiatanmu, akupun begitu. Hanya kebetulan yang bisa menghubungkan aku dan dirimu.
Dan aku berharap akan terjadi banyak kebetulan-kebetulan lainnya saat aku dan dirimu berpisah malam ini.
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Kenapa Berkisah #20: Rekam Ingatan
16 November 2023
Malam ini aku berpikir untuk tidak pergi ke luar dan memutuskan untuk menghabiskan malam di dalam kamar. Aku mengambil ponselku dan mulai berbagi cerita pada temanku, tentang perempuan yang saat ini menarik perhatianku.
Selesai bercerita, aku menarik selimutku, menghangatkan diri sambil menonton film. Tak lama muncul notifikasi di ponselku, ternyata chat dari perempuan yang baru saja aku ceritakan. Dia mengirim dua buah emoticon sedih, yang di mana aku tak tahu maksudnya apa. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan percakapan kami sebelumnya.
"Masih merasa kelabu?" Tanyaku.
Malam sebelumnya perempuan tersebut memang terlihat sangat kelabu. Aku sama sekali tidak melihat senyum manisnya di malam itu.
Perempuan tersebut mengirim sebuah foto, yang menunjukkan di mana posisinya sekarang. Dia sedang berada di kedai kopi yang biasa aku datangi.
"Navy sekarang." Balasnya.
"Loh? Tunggu di sana." Dengan penuh percaya diri aku berkata demikian.
"Aku bentaran doang beli minum." Perempuan tersebut merespon pesanku. "Mau wawancara satpam."
Aku sempat melihatnya sibuk memikirkan tugasnya, kalau tidak salah memang tugas wawancara.
"Sendirian? Satpam kampuskah?"
"Iyaa, rencananya sih. Ini mau anter temen cukur dulu."
Jika perempuan tersebut berkata sendirian, bisa kupastikan dia benar-benar pergi sendirian. Dia sempat bercerita bahwa dirinya memang sering kali berjalan sendirian mengelilingi kampus, melewati jalanan gelap yang aku sendiri tak yakin berani melalui jalan tersebut sendirian.
"Satpam mana kalo boleh tau?" Tanyaku memastikan. Perempuan tersebut tidak membalas. Tanpa menimbang, aku segera bersiap-siap, memutuskan untuk pergi dan menemaninya.
Aku memacu motorku menuju kampus, berniat untuk mengunjungi satu-persatu pos satpam di sana. Aku berkeliling kampus, memberanikan diri melewati jalanan gelap, lalu masuk melalui gerbang atas, mengunjungi pos di tiap fakultas, dan kemudian keluar dari gerbang bawah.
"Pos satpam mana lagi yang belum aku datangi?" Aku bergumam dalam hati.
Waktu menunjukkan pukul setengah 11 dan malam terasa semakin dingin. Aku diam, mulai mempertanyakan apa yang aku lakukan.
"Ngapain deh? Padahal sama sekali nggak kuat dingin."
Ponselku bergetar, namun bukan notifikasi dari perempuan tersebut, melainkan dari temanku.
"Lu di mana?" Tanya temanku.
"Di jalan, lagi cari orang." Jawabku.
"Hah? Mending ke Sederhana deh, gue lagi di sini."
Sederhana merupakan sebuah tempat makan yang terkenal dengan masakan ayam jamurnya. Aku terbilang cukup sering makan di sana karena bisa mengambil nasi sepuasnya. Aku kembali memacu motorku. Tujuanku sekarang Sederhana, bukan lagi pos satpam kampus.
Sesampainya di sana, temanku langsung melemparkan pertanyaan.
"Ngapain nyari orang? Mau lu pukulin." Tanyanya serius.
"Bukan, nih liat." Aku memperlihatkan isi chat di ponselku.
"Lah, kocak. Gimana ceritanya?"
Kuceritakan secara detil kisahku malam itu.
"Gue tuh tadi lagi nonton film, sama sekali nggak ada niatan buat pergi ke luar." Ujarku.
Ponselku kembali bergetar, muncul notifikasi dari perempuan tersebut.
"Gerbang B." Perempuan tersebut menjawab secara singkat.
"Dia mau wawancara satpam gerbang B ternyata."
"Yauda, kita tungguin aja di angkringan sana." Temanku memberikan ide.
"Duh, niat banget." Jawabku meragu. "Keliatan effort banget gak, sih? Nanti malah dianya risih."
"Gue sama Jus dari jauh, jadi lu aja nanti yang nemenin."
Pada akhirnya aku menyetujui idenya. Aku benar-benar ingin menemui perempuan tersebut. Kami bertiga berangkat menuju angkringan, memperhatikan pos satpam di gerbang B, namun sama sekali tidak menemukan keberadaan perempuan tersebut.
Tak lama kemudian sebuah motor lewat, terlihat perempuan tersebut duduk di belakang.
"Dia dianter temennya ternyata." Aku berkata pelan, dengan nada sedikit kecewa. Mungkin temanku juga sadar akan hal tersebut.
"Tunggu aja," ujar temanku, "mungkin cuma nganter."
Kami bertiga menunggu di angkringan, bercakap-cakap secara random. Sekitar 15 menit kami menunggu. Aku beranjak berdiri.
"Apa gue susulin aja, ya?"
"Bentar, biasanya dia update tentang kegiatannya."
Apa yang dikatakan temanku ada benarnya juga. Aku kembali duduk.
"Tuh kan, dia lagi di fakultas atas." Seru temanku. "Coba gue vidcall ya."
Aku berdiri sedikit menjauh.
"Gue berangkat sekarang aja deh." Aku beranjak menuju motorku.
Belum sempat menuju gerbang masuk, temanku berlari menghampiriku.
"Dia masih ditemenin temennya ternyata."
"Oh, yauda kalo ada temennya. Kalo gitu gue pergi ngopi aja."
Aku memacu motorku sedikit kencang, berusaha menghilangkan pertanyaan-pertanyaan akan apa yang aku lakukan malam itu.
"Sudahlah," aku bergumam, "memang waktunya tidak pas saja untuk menemaninya."
"Dan memang seharusnya aku berdiam diri saja di kamar dengan selimut hangatku."
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Pagi ini secara random temanku bertanya “Gue mau tanya, tapi lu harus jawab jujur. Lu pernah kepikiran buat ngelakuin s-word gak, sih?”
Pertanyaan yang sejenak membuatku terdiam. “Kayaknya hampir setiap saat, deh.” Aku berusaha menjawab dengan tenang. “Soalnya gue selalu mikir kalo masalah gue tuh bakal kelar kalau gue ngelakuin itu.”
“Tapi gue gak berani,” lanjutku “dan kayaknya nggak bakal pernah berani.”
“Kayaknya lu mesti aware, deh, sama diri lu.” Ungkap temanku. “Karena di saat lu gak takut lagi, lu bakal ngelakuin itu.”
Ada benarnya, tapi kemungkinan besar sepertinya tidak, karena hingga sekarang aku belum menemukan 13 alasan untuk melakukan itu.
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Pikiranku mengganjal, terhitung sudah dua minggu pikiranku terganjal. Aku tak bisa menentukan apakah hal ini benar atau salahーaku membiarkan dirimu masuk ke dalam pikiranku.
Meskipun aku dikelilingi oleh orang-orang dengan kisah cinta mereka, tidak terbesit sama sekali untukku memikirkan hal tersebut. Sudah berapa lama ya? Mungkin hampir empat tahun, sejak terakhir kali pikiranku dibuat sibuk oleh seseorang.
Ya, sama sekali tidak terpikirkan olehku bahwa suatu saat pikiranku kembali dibuat sibuk.
Bisa jadi ini hanya sementara, entah itu hanya satu minggu, dua minggu, atau mungkin menetap lebih lama dari itu. Yang jelas, kali ini banyak takutnya. Takut mengganggu, takut tak berbalas, takut teracuhkan, takut tak bisa menemani, takut mengecewakan, takut tak bisa selalu ada untuknya.
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Tumblr media
Malam ini bulan bertanya "Siapa yang membuatmu menatapku seperti itu?"
Aku terdiam sejenak, berusaha memikirkan jawaban yang tepat. "Tidak ada." Ucapku sedikit meragu.
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Sedang tidak menjadi diri sendiri dalam beberapa hari terakhir. Mengambil keputusan tanpa pikir panjang, seperti menghindari sesuatu, entah itu masalah atau perasaan. Sibuk mempertanyakan sebuah hal, yang di mana aku tak akan pernah menemukan jawabannya.
Seharusnya aku sibuk dengan diri sendiri, sibuk untuk membenahi diri sendiri. Seharusnya aku khawatir dengan diriku sendiri, bukan mengkhawatirkan seseorang yang sebenarnya sama sekali tidak membutuhkanku.
Sebenarnya masalah atau perasaan apa yang aku coba hindari, sampai-sampai aku mencoba projecting ingin jadi penyelamat untuk seseorang?
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
This week makes me feel like I am not a part of this world. I lost myself and I blame myself because I let it happen.
I grab my phone and sent a message. “Where are you?”
“Far from home, why?” She asked.
“Not in a good shape and want to talk about it.” I said. “Just need someone to hear the story.”
“I’m all ears for you.”
Then I sent her some big chat bubbles. It was a great help, and I’m glad that I can let the story out.
“Talk to someone who won’t judge me was really nice.”
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
I’m not okay, please hug me.
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Hingga detik ini aku sama sekali belum tertidur, rasa kantuk sama sekali tidak mendatangiku. Pikiran terdistorsi dari semalam, berusaha membuyarkan sadar. Malamku hanya dipenuhi lamunan, pikiranku mulai kosong. Berat rasanya jika tidak aku luapkan. Sepertinya harus pergi dari kamar, setidaknya untuk bertemu seseorang.
“Jogging yuk pagi ini.” Kutinggalkan pesan singkat untuk temanku. Kulihat jam menunjukkan pukul lima pagi, semoga sudah bangun.
Jogging bukan tujuanku, aku hanya ingin bercerita. Tidak berharap bantuan atau solusi, hanya ingin didengarkan.
Satu jam berlalu, masih belum ada jawaban. Aku masih berusaha untuk menahan segala niat yang akan kulakukan pagi itu. Dua jam, tiga jam, masih belum ada jawaban. Mungkin memang masih tertidur.
Tak lama, pesan dari temanku muncul. “Gue lembur semalem, jadi baru bangun.” Jawabnya. “Besok pagi deh.”
“Cocok, besok pagi, ya.”
Jawaban darinya membuatku sedikit tenang, setidaknya bisa membuatku mengontrol diriku.
Aku beranjak berdiri, melihat ke sekililing kamar. “Berantakan banget.” pikirku. Asbak tergeletak di atas meja, dengan abu rokok yang berserakan di sekitarnya. Sepertinya semalam aku merokok, dan abunya tak kubuang ke dalam asbak. Pakaian kotor berserakan, sprei terlepas dari kasurnya, sampah sisa makan semalam pun belum sempat aku buang. Aku pergi ke kamar mandi, berjongkok merenung, kunyalakan keran air, berharap teriakanku tak terdengar ke luar kamar.
“Hidup memang terasa sangat bajingan, ya.”
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Banyak alasan untuk mengagumi, atau bahkan hingga menaruh perhatian secara tiba-tiba. Ya, secara tiba-tiba, dan mungkin di situ letak magisnya. Semakin hari semakin tertanam, dan ucapan orang-orang di sekitarku mulai membuatku berpikir berkali-kali.
“Nggak, kok,” tanggapanku sedikit denial, “emang kebetulan aja waktunya.”
Lalu di suatu pagi, aku mengambil ponsel, mulai membuka profile sosial medianya, mulai mencari tahu perkembangan kehidupannya.
“Dia punya kemampuan bikin orang lain senyum, ya?” Aku berucap tanpa sadar, yang kemudian diikuti oleh "Eh, ngomong apaan, sih?"
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Benar saja, hujan turun kemarin sore. Bahkan hingga tengah malam masih terus mengguyur. Aku tak tahu persis kapan hujan berhenti, yang jelas saat aku terbangun, hanya jalanan basah yang tersisa.
Siang tadi, badanku sudah mulai merasa tidak enak. Agak demam, dan sepertinya karena aku lupa menutup jendela kemarin malam. Aku berusaha tidur dan berharap akan membaik saat bangun nanti. “Ingin terjaga malam ini, mau menonton pertandingan bola.” Namun nyatanya hidungku malah semakin penuh dan agak sulit untuk bernafas.
“Ah, cuma pilek. Paling juga nanti sembuh setelah minum teh hangat di Kopilah.” Ujarku sambil mengeluarkan motor dari parkiran.
Sesampainya di Kopilah, aku duduk di tempat biasa dan segera memesan teh hangat.
“Lah, sakit lu, Bang?” Tanya salah satu barista di sana.
“Iya, nih, dari tadi siang.”
“Sama kita, badan gue juga udah mulai gak enak.”
“Fuck hujan memang, fuck hujan.” Ucapku kesal sambil mengacungkan jari tengah ke arah langit-langit.
“Fuck hujan.” Balasnya, yang lalu diikuti dengan tawa kami berdua.
Malam itu terlihat sangat sepi, hanya beberapa meja yang terisi. Aku merasa segar setelah minum teh hangat, dan yakin bisa terjaga malam ini. Tapi tubuhku berkata lain, seperti mengeluh dan meminta untuk aku rebahkan di atas kasur, yang pada akhirnya aku iyakan dan berkemas untuk pulang.
“Jika mengingat kemarin, hujan memang menyebalkan.” Aku menggerutu sambil menarik selimutku.
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Percakapan Tentang Ikan Cupang
Jam 11 siang, di sebuah pasar Minggu yang normalnya didatangi di pagi hari. Siang itu benar-benar terik, terlihat orang-orang berjalan menuju pulang, tidak seperti aku yang baru datang.
"Liat, ada ikan cupang!" Serunya.
"Kenapa? Mau jajan ikan cupang?" Aku menjawab sambil melihat ke arah yang Ia tunjuk.
"Enggak, gue udah punya satu di kamar." Jawabnya. "Tadinya mau beli dua, karena gue pikir ikan cupangnya bakal kesepian. Tapi kata abangnya gak boleh, karena nanti mereka berantem."
0 notes
kenapamenguap · 1 year ago
Text
Kenapa Berkisah #19: Kembali Menulis
Minggu, 22 Oktober 2023
Hari ini pikiranku terus-menerus diisi dengan "Kapan terakhir kali aku merasa tertarik pada seseorang?"
Suasana pagi ini sangat mendukungku untuk menulis sesuatu, dengan kondisi langit mendung sisa kemarin, langit mendung yang sama sekali tidak menurunkan hujan. Sudah lama sekali tidak turun hujan, sampai-sampai aku bingung harus merasa senang atau khawatir.
"Aku sangat membenci hujan, aku akan terus-menerus memaki langit selama hujan turun, namun sekarang aku merasa khawatir karena hujan sudah lama tak turun."
Aku duduk di depan kedai kopi milik temanku, di sebuah bangku kayu, bangku yang biasa terlihat di taman-taman kota. Kedai kopi ini berada di lantai dua, dan aku duduk tepat menghadap jalanan. Sepi, Minggu pagi yang terasa sangat sepi.
Bukan sekali-dua kali aku menghabiskan malam di sini, bahkan bisa dibilang hampir tiap hari aku berada di sini. Kegiatanku lebih sering dihabiskan untuk menyelesaikan project, atau hanya sekadar mengobrol dengan pelanggan lain, yang di mana tentunya aku banyak bertemu orang baru di sini.
Yup, banyak bertemu orang baru, dan aku tidak menyangka aku akan bertemu dengan seseorang yang membuatku tertarik.
0 notes
kenapamenguap · 2 years ago
Text
Menguap Lalu Berkisah Drama
Tumblr media
Aku rasa serial drama Jepang yang satu ini menjadi salah satu serial drama yang sangat relate dengan diriku, yang mana bercerita tentang sekelompok orang yang mengesampingkan kehidupan idealis mereka dan mulai menghadapi kehidupan nyata.
Anata ni Kika Setai Uta ga Arunda merupakan sebuah drama antologi. Bercerita tentang enam orang yang telah beranjak dewasa dan sedang berjuang dalam hidupnya masing-masing.
Diawali dengan kisah lima orang siswa yang masih berumur 17 tahun. Mereka berlima mengolok-olok guru bahasa Inggris mereka yang pada saat itu telah berumur 27 tahun. Guru tersebut kemudian berkata “Kalian semua di 10 tahun ke depan akan menginjak umur 27 tahun, dan aku berharap kalian tidak akan mempunyai banyak penyesalan seperti apa yang telah aku alami.”
Tentunya sekelompok siswa tersebut tidak mengindahkan perkataan gurunya tersebut, sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari perkataan gurunya saat mereka menginjak umur 27 tahun.
Saat pertama kali menontonnya, pikiranku langsung terbawa kembali ke masa SMA. Pada waktu itu salah satu guruku, yang juga mengajar mata pelajaran bahasa Inggirs, guruku bertanya “Apa yang kalian bayangkan saat hidup di 10 tahun nanti?”
Dan responku pada waktu itu juga begitu, tidak terlalu memikirkan akan menjadi apa nanti. Lagi pula, siapa yang akan menyangka bagaimana kehidupan di masa depan nanti?
Kembali pada pembahasan drama, serial yang satu ini sangat jelas menggambarkan emosi dari setiap karakter yang ada. Setiap rasa sakit dan ketidak-beruntungan yang dimunculkan benar-benar menyerang diriku, yang kemudian menyisakan sebuah ketakutan akan memiliki kehidupan yang serupa dengan mereka, di kehidupanku saat ini atau di masa depan nanti.
Karena setiap plot-nya sangat relatable, serial drama ini menjadi sangat menarik, ditambah dengan penggambaran setiap karakter yang bisa jadi memiliki kehidupan mirip dengan apa yang kamu alami.
Menjadi dewasa rasanya menyebalkan, apa lagi saat menghadapi sesuatu yang sama sekali tidak aku harapkan akan terjadi dalam kehidupanku. 
Orang Jepang memang ahlinya kalau soal menyajikan drama sedih. 
4 notes · View notes
kenapamenguap · 4 years ago
Text
Enola is a woman Sherlock
Tumblr media
Setahun belakangan ini aku sangat jarang untuk udpdate soal film, tahu akan film baru hanya di saat tak sengaja kulihat dari sosial media. Padahal dulu semasa berkuliah sangat sering sekali untuk menonton, entah itu datang ke bioskop atau sekadar membajak di internet. Jadi ingat, dulu aku sempat berpacaran dengan seseorang yang sangat menggilai dunia film.
Akhir-akhir ini aku kembali menonton, setelah sekian lama berlangganan akun Netflix yang jarang sekali tersentuh olehku. Kadang kubuka hanya untuk menonton Gumball sembari menyantap makan malam atau menjadi tontonan pengantar tidur.
Film terbaru yang kutonton adalah Enola Holmes. Sebuah film yang menggambarkan perspektif lain dari seorang detektif fiktif terkenal Sherlock Holmes.
Setelah aku ingat-ingat lagi, dulu aku sempat menggemari petualangan dari detektif yang satu ini.
Enola Holmes menceritakan kisah yang di mana ternyata Sherlock memiliki seorang adik perempuan bernama Enola. Premisnya sangat membuatku tertarik untuk melihat sisi lain dari kisah Sherlock Holmes.
Sherlock Holmes diperankan oleh Henry Cavill, seorang aktor yang lebih kukenal sebagai Superman, dan Enola Holmes diperankan oleh Millie Bobby Brown, seorang aktris yang ternyata menjadi peran pendukung di serial drama Stranger Things.
Satu hal yang membuatku bertanya-tanya adalah Mycroft Holmes, tidak sesuai dengan apa yang aku bayangkan karena terlalu keren! Kalian tahu? Sam Clafin? Seorang aktor yang pertama kali aku lihat di Pirates of the Caribbean, yang sangat terlihat cocok bersama Emilia Clarke di film Me Before You. Mycroft menjadi sangat terlihat keren dalam film ini.
Dalam benakku dulu saat membaca buku dari kisah-kisah Sherlock Holmes adalah Mycroft merupakan seorang politikus yang berbadan besar dan bulat.
Oke, kembali pada pembahasan awal karena ternyata Enola hanya seorang Sherlock, tapi dalam bentuk wanita.
Yup, Enola berkembang menjadi seorang Sherlock versi wanita, yang di mana semua kemampuannya diperoleh dari ibunya, yang tentunya juga adalah ibu dari Sherlock. Dari mulai ilmu pengetahuan, kemampuan bela diri, hingga keahlian untuk memecahkan kode-kode rumit.
Yang jelas aku menikmati kisah dari Enola Holmes karena menjadi sesuatu yang baru bagi aku yang menyukai kisah dari Sherlock Holmes. Terlebih dengan alur cerita yang dikemas sangat menarik. Beberapa scene memperlihatkan Enola yang berbicara ke arah kamera yang seakan-akan Enola sedang bercerita kepada kita selaku penonton.
Hanya saja ada hal yang aku rasa kurang karena filmnya hanya sebatas siapa Enola dan diakhiri dengan Enola yang akan memulai kehidupan baru di kota London. Mungkinkah akan ada film selanjutnya? Entah lah. Tapi aku sangat berharap akan ada cerita lanjutannya.
0 notes
kenapamenguap · 4 years ago
Text
Akibat tidak melakukan apa-apa, tahun ini rasanya begitu cepat berlalu. Sepertinya aku melewatkan banyak hal.
Aku yang tadinya selalu duduk di depan layar laptop, berusaha untuk terus mengikuti perkembangan dunia esports atau sekadar mengotak-atik fitur di photoshop, sekarang hanya bangun, bermain game, lalu kembali tidur.
Aku yang begitu luang bahkan tak sempat untuk bercerita apa pun di sini.
Seharusnya aku lebih sering menuliskan kisah di sini. Seharusnya, sih, begitu.
Terhitung sudah hampir dua bulan aku berada di Jatinangor, padahal niatnya ketika berhenti dari pekerjaan sebelumnya, sebulan kemudian akan mendapatkan pekerjaan baru. Tapi memang tak selalu terealisasi jika aku hanya sekadar berniat.
Hari ini aku mendapatkan tawaran untuk mengerjakan sebuah verbatim, lumayan untuk bekal merokok selama empat hari. Topik yang dibicarakan lumayan seru, bahasannya tentang transaksi nilai tukar antara rupiah dengan mata uang lain. Intinya ingin mengurangi ketergantungan terhadap US dollar.
Sejujurnya aku tak paham tentang hal tersebut, bahkan aku menyiapkan laman google pada monitor keduaku karena banyak kosa kata yang asing di telingaku, entah itu tentang departemen internasional atau apa lah itu yang berhubungan dengan keuangan dan bank Indonesia.
Selebihnya menjadi hal baru dalam hidupku, yang mungkin hanya bisa aku ingat sampai dua hari kedepan.
Rencananya ini aku ingin bercerita kepada seseorang yang selalu berbagi cerita denganku, namun entah kenapa perasaannya sangat jauh akhir-akhir ini. Beberapa kali aku berusaha mendapatkan perhatian, namun ternyata nihil. Alhasil aku hanya bisa bercerita di sini.
Mungkin mulai sekarang aku akan kembali sering menuliskan cerita, dimulai dari hari ini, dan dilanjut mungkin besok, atau bisa jadi esok lusa. Atau mungkin bisa saja aku lupa untuk kembali menulis.
0 notes