Photo
“Masa jaya putih-biru , kita membumi melangkah bersama”
Song : Kita Selamanya- Bondan Prakoso Ft fade 2 black
.
.
Dan akhirnya kereta itu pun melaju tanpa pernah menengok kebelakang ...
2 notes
·
View notes
Photo
“ The more you have everything, the more you feel sorrow in the life “
- Bakuman
0 notes
Quote
You will love someone who can't love you, for not loving someone who did
Karma said
0 notes
Text
Perjalanan Menuju Istana Dewi Anjani
“ Catatan perjalanan impian “
Mt. Rinjani 2 Agustus 2016, Lombok
Gunung Rinjani Sungguh Elok nan Indah
Assalamualaikum Wr.Wb
Prolog
SABANA - Deru angin di padang sabana rinjani seolah menafsirkan betapa ketenangan itu sangat terasa. Gunung Rinjani yang menjulang kokohnya bak tiang penyangga langit itu memiliki ketinggian 3.726 mdpl. Gunung berapi tertinggi kedua setelah Gunung Kerinci di Jambi akhirnya aku datang.
Sudah beberapa tahun aku susun rencana untuk berangkat ke istana dewi anjani tapi tak kunjung bisa terlaksana. Mulai dari alasan teman-teman dan minimnya biaya. Pada tahun ini 2016, kesampaian juga keinginanku yang sudah sedari dulu ingin menapakkan kaki di gunung yang terkenal akan keindahan sabana-nya.
Perjalananku kali ini disponsori oleh ketiga teman. Bukan teman kuliah apalagi teman with benefit hahay. Teman satu almamater SMA ku yang memang sering kuajak liburan. Sekedar selingan saja bahwa aku dan teman-teman satu SMA memiliki perkumpulan anak-anak yang suka jalan-jalan sedari kami bersua dikelas 1.
Awal rencana perjalanan ini kupaparkan ke seorang teman pada waktu bulan puasa. Aku mengajaknya dan kemudian dia menyanggupi karena alasan tidak ada kegiatan liburan. Setelah itu, langsung ku kontak teman satunya lagi via social media yang memang sudah ngebet ingin naik gunung untuk pertama kalinya. Jadinya kami bertiga dan cowok semua.
Setelah waktu berjalan cukup cepat, kuajak teman lain seorang wanita yang memang sudah lama ingin ikut perkumpulanku jalan-jalan. Kutawari dia pergi ke gunung ini dan responnya positive. Lengkaplah sudah personil-personil yang akan mengisi tendaku dengan pas yaitu 4 orang. 1 cewek dan 3 cowok.
PERSONEL
1. Deco (Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia)
Sahabat pertama saya yang mengiyakan ajakan saya. Manusia yang dianugrahi ketinggian lebih daripada rata-rata teman saya. Satu SMA dan pernah sekelas. Sifatnya yang suka mbayol(melucu), sok keren dan tampangnya yang garang. Tetapi dibalik itu punya hati yang serapuh gelas-gelas kaca dan selembut kain lap. Berkaca pada rekam jejaknya sebagai anggota pecinta alam di fakultas tempat dia mengenyam bangku kuliah, dia punya pengalaman dan tanggung jawab terhadap yang lain. Walaupun aku sering berselisih tentang masalah beban barang bawaan yang kita berdua bawa, karena carrier yang kita punya sama merek sama jenis cuma beda warna. Bayangkan 75 Lt akan terasa pas dengan badannya yang besar, dan terlalu besar untukku pantas sering sindir-sindiran tentang barang bawaan. Sewaktu trekking naik dia paling suka tumbuhan muda wuiih. Tak pernah mengeluh menjadi trademark-nya. Overall dia orang yang sangat saya butuhkan pada perjalanan ini. Dialah sosok pemimpin sebenarnya dalam perjalanan ini. Kepercayaanku padanya dibayar lunas dengan menjaga sahabat saya yang perempuan dengan sangat baik. Seperti sosok pria yang manly dan lovable sekali. Beruntunglah wahai pasangannya, percayalah dia sangat setia wkwkwk. All my respect for u my LOL bro.
2. Fian (Ilmu komunikasi, Universitas Indonesia)
Sahabat kedua setelah yang pertama yaitu fian. Panggilannya saleho, karena dia memang terindikasi 50% mengandung kehomoan wkwkwkwk. Fian mempunyai sifat yang sedikit aneh menurut banyak orang. Jiwanya yang terkekang kadang berontak tak tau arah dan menelurkan pemikiran-pemikiran imajiner yang tak saling berkorelasi, berat-berat. Sudah dari lama aku mengajak dia untuk naik gunung tetapi belum juga kesampaian, pengalaman pertamanya yakni Gunung istana dewi anjani. Karena dia tidak pernah ikut organisasi pecinta alam sama sekali, kuberi tips and trick agar dia bisa mempersiapkan perjalanan ini dengan baik. Dia berlatih keras setiap hari dengan lari dan juga nge-Gym, sedangkan aku dan deco hanya mempersiapkan fisik H-3 dengan joging ringan. Pengalaman pertama adalah pengalaman yang paling berharga, mungkin ini yang dirasakan anak ini yang setelah turun dari sini langsung ingin mencoba naik gunung Tambora. Ada hal aneh juga yang dilakukan orang ini, yaitu selama trekking dia selalu tertinggal dibelakang dan selalu memakai headset sendiri. Kurangilah bro, cobalah stay aware dengan lingkungan selama mendaki gunung, ini cuma saran aja lhoo. All my respect for u my FREAK bro.
3. Sefie (Ilmu Kebidanan, Universitas Padjajaran)
Sahabat saya yang terakhir dan sekaligus menjadi yang paling mempesona diantara yang lain. Kita sambut dengan tepukan meriah “Bacul” wkwkwk, bacul adalah nama panggilannya dari SMA. Sewaktu saya merencanakan pergi ke Rinjani tahun lalu, dia sudah kepingin banget ikut saya. Selepas hari raya lebaran saya kabari dia dan bikin janji agar dia pulang cepat agar bisa ikut ke Rinjani. Rencana awal kami akan berangkat bertiga saja karena kekurangan prajurit, ternyata dia benar-benar ingin ikut jadilah kami berempat. Dia berperan besar, mulai dari sekretaris dan bendahara perjalanan, jadi juru masak yang kepala batu sekaleee, dan sangat susah diatur dalam hal-hal barang bawaan. Dalam artian, selalu saja berkhilah kalau disuruh bawa barang yang sesuai, tapi dasar cewe sekali dikasih tau tetep aja seenaknya sendiri. Tapi dengan kepala batunya itu, dia juga punya kelebihan yang jarang saya temukan pada orang lain. Saya akui kamu sangat kuat sekali wahai bidadari yang berwujud pendaki perempuan wkwkw. Kalau dia sudah berjalan di paling depan, bener-bener bisa ilang di perempuan. Cepat banget langkahnya dan gaya pake tasnya yang sebenernya salah. Saya beranggapan bahwa dia akan merepotkan, menyusahkan, bawel, manja, sering ngeluh, sering minta pulang dan segalam macam penyesalan yang bakal dia utarakan selama perjalanan ternyata pemikiran saya salah besar. Kamu itu tangguh sef lebih tepatnya perkasa mungkin. Oiya, sering minta makanan ke porter juga kelebihannya wkwk. Kami bertiga sangat melindungi dia karena ya memang dia satu-satunya perempuan hehe. Mungkin kalau ada bidadari jatuh kebumi ga mungkin mau naik gunung, tapi dia mau. Semoga bisa nanjak bareng lagi kalo ada waktu. Untuk pria yang kelak akan menjadi pasangan hidupnya, beruntunglah kamu karena akan memiliki wanita yang mandiri, kuat dan sangat penyayang tapi agak strange HAHAHA. All my respect for u my WONDERWOMAN sista.
Perjalananpun dimulai
Permulaan
Pada hari minggu 31 Agustus 2016, bertiga bersama-sama menggunakan kereta dari kota Mojokerto. Tiket yang tersedia hanya dari sana, dikarenakan aktivitas yang didramatisir menjelang keberangkatan berujung habisnya tiket dari kertosono. Diantar kedua orang tua sefie menggunakan kereta kencana berbahan bakar premium. Untungnya diantar, coba kalo tidak pasti ga jadi berangkat. Dari stasiun Mojokerto kita berangkat jam 13.00 WIB dan sampai di stasiun Banyuwangi Baru jam 21.00 WIB.
Setelah sampai didepan pelabuhan ketapang, kami bebersihan dan sholat dulu di masjid sebelum lanjut. Sekitar jam 00.00 WIB, kami menyebrang. Sampai di Bali jam 01.30 WITA dan dilanjutkan dengan naik bis kecil trayek Gilimanuk-Padang Bay. Perjalanan menggunakan bis ini dilalui selama kurang lebih 6 jam. Pada jam 08.00 WITA, sampailah kami di pelabuhan padang bay. Ngantuk dan lapar, status kita bersama. Beli makan di pinggir jalan dan langsung naik kapal ferry. Dengan kapal Ferry ini 5 jam perjalanan laut. Pada hari itu senin 01 Agustus 2016. 2 orang difoto bawah ini lebih suka foto-foto, sedangkan aku dan deko lebih memilih menikmati tidur.
Sefi A.K.a Bacul
Fian a.k.a Siho
Sampai di pelabuhan Lembar jam 13.00 WITA, dilanjut sholat dhuhur dulu. Aku kira akan banyak pendaki lain yang bisa diajak patungan buat ke Sembalun, tapi nyatanya cuma rombonganku saja. Mengalah dengan hari yang semakin sore, sepakat dengan kendaraan yang disewa ke Sembalun. Di jalan ke Sembalun sempat mampir ke tempat pengrajin kain tenun walaupun cuma lihat-lihat aja.
Lagi-lagi untuk menuruti kemauan cewek manja satu ini. Lanjut jam 18.00 WITA, kita sudah sampai di balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Bingung mencari tempat bermalam, ada bapak-bapak yang juga biasanya mengantar tamu menawari tidur dirumahnya dekat dari situ. Untuk tahu saja, di balai itu sudah ada rombongan yang juga bermalam jadinya tidak ada tempat buat kami. Kondisi malam cukup dingin dan berhias bintang -bintang malam yang indah. Sempat diberitakan kalau Gunung Rinjani erupsi membuat orang tua saya menelpon tetapi saya bilang bahwa biar balai taman nasional saja yang memutuskan boleh mendaki atau tidak. Si bacul suda kecewa dengan berita tersebut wkwk. Istirahat dimulai pukul 21.00 WITA.
Pendakian Awal
Selasa 01 Agustus 2016 05.30 WITA, kami bangun semua untuk sholat shubuh. Bersiap-siap untuk hari ini karena hari ini pendakian dimulai.
Suasana pagi hari di Sembalun
Setelah semua persiapan selesai, kami berjalan ke balai untuk registrasi pendakian dan mengambil simaksi. Surat Simaksi sudah didapat, dilanjut sarapan pagi dan mules yang paling penting. Jarak balai dengan gerbang pendakian masih 3 km ditempuh dengan memakai elf.
Dengan sampainya kami di gerbang awal pendakiann perjalanan ini resmi dimulai. Tak lupa diawali dengan berdoa dan berfoto dulu.
Aku dan deko yang kebagian kulkas memulai langkah dengan biasa saja. Si bacul sangat bersemangat dan juga fian. Semangatnya cuma sampai 50 m aja sih wkwkw. Abis itu mulai ngos-ngosan deh. Di depan kita ada rombongan dari UGM yang sedang liburan sehabis KKN di lombok. Perjalanan ini benar-benar dimulai ternyata. Plan A kami adalah ngecamp di pos 2 Sembalun.
Sabana yang dipenuhi rumput-rumput setengah gersang menjadi sahabat pelipur lara ditengah terik matahari siang hari itu. Kami mulai trekking sekitar jam 09.00 WITA. Terlihat dengan kokohnya Gunung Rinjani didepan mata kami. Sejauh mata memandang adalah bukit-bukit sabana yang sangat mempesona. Biasalah kalau kerjaan cewek apalagi kalau tidak minta difotoin disepanjang jalan huiih. Mungkin beberapa jepretan saya ini bisa menggambarkan betapa indahnya ciptaan tuhan.
Sepanjang jalan itu, terlihat banyak turis dari mancanegara. Jumlah mereka sangat banyak. Para porter atau warga sekitar yang berprofesi sebagai pengangkut logistik juga sangat banyak. Yang lebih hebatnya para porter ini hanya mengenakan sendal jepit, sangat luar biasa.
Kami pun sampai di Pos 1, tapi tidak berhenti karena terlihat pos 2 yang cukup dekat. Sampailah kita di pos 2 dengan cukup ngos-ngosan. Sefi meminta buah pada porter dan memang lagi rezeki dapat dengan gratis.
Setelah meregangkan kaki untuk beberapa saat, kaki ini harus dilangkahkan lagi menuju pos selanjutnya. Jarak pos 2 dengan pos 3 tidak terlalu jauh. Estimasi waktu tempuhnya adalah 1 jam setengah. Trek didominasi landai dan tanjakan yang cukup curam.
Pukul 15.00 WITA, kami jejakkan kaki kami di pos 3 Sembalun. Di pos 3 ini, terdapat 2 shelter untuk berteduh. Terdapat bekas aliran sungai yang berpasir diantara 2 shelter tersebut. Nah di pos 3 untuk masalah air cukup jauh mengambilnya. Pembagian tugas dimulai, sefi dan fian bertugas mengambil air sedangkan saya dan deko membangun tenda. Pada saat itu musibah datang, telor-telor tercinta kami pecah dan mengenai tenda dan hampir seisi tas saya wkwkwk. Setelah tenda terpasang dengan bau khas yang menemani sampai akhir perjalanan ini. Setelah sefi dan fian kembali, bergegas kami bersiap untuk memasak. Kita tidak memasak nasi karena sudah beli diwarung jadi tinggal lauknya. Untuk urusan masak-memasak, serahkan saja pada cewek yang satu ini. Kalau dia masak, beuh susah sekali dikasih tau lebih tepatnya keras kepala dan juga tidak mau diganggu. Jadinya yang lain tinggal nunggu aja walaupun kalau nunggu juga belum tentu ada balasannya asek jadi curhat. Sefi masak sayur sop dioseng dan juga telor goreng campur sarden. Di sebelah tenda kami ada pelancong asal Malaysia bersama porternya. Kenapa saya dan teman-teman tidak menggunakan porter alasannya adalah kami tidak punya uang lebih, kalau pakai porter memang lebih enak dan tidak berat-berat tetapi menurut saya rasa kekeluargaan akan lebih terpupuk dengan seberapa gigih kita mengatasi masalah kita sendiri tanpa bantuan orang lain, dan yang paling penting adalah akan timbul konflik-konflik antar teman yang membuat perjalanan lebih berkesan ketika tidak memakai jasa porter. Setelah acara makan, dilanjutkan dengan sholat dan juga menunggu senja. Play lagunya payung teduh menuju senja biar pas. Hari semakin larut dan kita memasak mie instan untuk mengganjal perut. Besok pagi akan dilanjutkan untuk menaklukan bukit penyesalan. :’).
Pendakian Tengah
Rabu 02 Agustus 2016, 07.00 WITA. Kami semua bangun dan akan bersiap-siap untuk masak dahulu. Gantian saya dan deko yang mengambil air untuk persiapan menuju pelawangan. Ternyata mengambil airnya memang cukup jauh. Air disini berasal dari pasir yang digali. Jadi sepanjang aliran sungai yang kering ini jika digali ada mata airnya. Setelah mengambil air dengan deko, sefi sudah selesai memasak dan kami sarapan bersama. Bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan setelah itu. Nah di waktu ini, panggilan alam tidak bisa kami hindarkan. Pertamanya, fian dan deko sudah tidak kuat dan memutuskan untuk buang air duluan. Sedangkan saya menjaga sefi di tenda wkwkwk. Berselang 15 menit, aku sudah tidak kuat dan menyusul mereka. Hal yang paling lucu yaitu melihat 2 orang teman saya ini saling membelakangi dengan celana yang setengah dilepas HAHAHAHAHA. Ngetawain mereka berdu dulu, lanjut gantian aku yang mules. Setelah deko selesai, gantian dia menertawai aku dan fian. Rasanaya sangat berharga momen itu HAHAHAHAHA. Pukul 09.00, semua tas sudah siap dan kita mulai mendaki bukit penyesalan.
Pada momen ini, kami bertemu dengan teman pendakian kami yang baru yaitu Mas Qodir yang paling tua, bang ridho & bang ojan yang berasal dari Palembang. 3 orang ini yang kita temui di bukit penyesalan dan menjadi teman kami waktu ngecamp nanti dan muncak. Trek kali ini didominasi dengan tanjakan mantab yang bisa bikin lupa dengan mantan walaupun mantan lebih susah dilupakan. Setiap kali sampai di puncak bukit, kalian akan disuguhkan dengan pemandangan pendaki lain yang berada di bukit selanjutnya hahay. Di trek ini keliatan aku udah mulai kehabisan tenaga, sedangkan sefi terus gaspol didepan tanpa rem. Perjalanan memakan waktu sekitar 6 jam sampai pelawangan Sembalun. Ketika sampai di Pelawangan Sembalun, mas Qodir, rido dan ojan duluan untuk mencarikan spot tenda.
Disini kalau kita tidak mau jauh-jauh mencari air maka harus mencari tempat camp di ujung dekat jalan menuju puncak. Pelan tapi pasti kita mengejar mas qodir dkk tadi. Disini sefi sudah rewel minta ngecamp kayaknya udah capek. Mas qodir sudah memberi tempat untuk tenda kita. Bergegas kita membagun tenda, fian mengambil air dan sefi memasak bersama mas qodir. Setelah itu kami makan bersama bertujuh. Masakan kali ini sayur sop disponsori dengan usus goreng kepunyaan mas qodir yang sangat mukhtahir wkwk. Menjelang maghrib, kabut turun dan banyak monyet disini. Sangat harus diperhatikan bahwa monyet-monyet ini akan mencoba mengambil apapun yang dia lihat jadi pastikan barang-barang aman. Dengan kondisi hari yang mulai gelap, garis horizon bumi menampakkan sihirnya bercampur dengan lembutnya bentuk awan dan cahaya matahari terbenam, sangat cantik sekali.
Camp kami . Mas Qodir
Tepat pukul 19.00, kami berujuh memutuskan untuk tidur. Rencana kami adalah bangun jam 00.00 kemudian makan mie instan dan jam 01.00 dilanjutkan untuk summit attack. Dan begitulah akhir kisah hari itu juga heheh dan dilanjut besoknya
To The Summit
Kamis 03 Agustus 2016, pukul 00.00 WITA. Suara lirih nan asyik mengusik keheningan tengah malam itu. Membuat mataku yang terpejam tak kuasa kukunci kembali. Satu-persatu telepon genggam kami berdering kencang menjengkelkan sekali. Kuraih dan kumatikan satu-persatu. Pertanda sudah saatnya bersiap untuk perjalanan pamungkas. Suara yang asyik tadi ternyata lagu beraliran reggae yang dimainkan oleh mas Qodir di tenda sebelah. Sekilas tentang mas Qodir pendaki ini sudah mempunyai keluarga. Dia pergi ke Rinjani seorang diri. Orangnya baik sekali dan sangat peduli terhadap yang lain. Satu yang saya selal ingat adalah kata-kata penyemangatnya “Semangat, kamu pasti bisa“ dan “Jangan lupa bahagia“. Sosok yang menurut saya sangat keren, bagaimana tidak keren mulai dari aku,sefi,deko,fian,bang ojan dan ridho tag henti-hentinya diberi semangat saat perjalanan ini. Saya jadi salut bagaimana dia bisa menyemangati orang lain sedangkan dia sendiri tidak ada yang menyemangati. Orang baik memang susah dicarinya hehe. Kembali ke tenda, kubangunkan semuanya. Mas Qodir sedang membuat susu campur antangin kesukaannya dan membuat mie instan untuk makan kita bertujuh. Kelupaan, kita membawa satu tenda yang bisa berisikan 4 oang dewasa. Makan dan bersiap-siap menghabiskan waktu 1 jam.
Jam menunjukkan 01.00 waktunya kita berangkat summit. Setelah berdoa bersama kita mulai jalan. Di jalan menuju puncak sudah ada rombongan dari UGM yang beramai-ramai. Kami mengikuti mereka agar tidak kesasar. Rombongan besar ini adalah rombongan pertama yang berangkat ke puncak. Jalan menuju puncak pada setengah jalannya didominasi dengan tanah lembut yang berdebu dengan inklinasi hampir 45 derajat. Cukup melelahkan sekali di setengah perjalanan ini. Setelah berjalan kira-kira 2 jam , kami sampai pada punggungan gunung Rinjani. Trek kali ini didominasi dengan pasir yang cukup dalam untuk dipijak. Untuk tips semestinya menggunakan gaiter agar tidak kemasukan pasir. Nah pada fase ini rombongan kami yang bertujuh mulai terpecah. Sefi, deko, dan mas Qodir sudah tidak terlihat batang headlampnya didepan sedangkan saya, fian, bang ridho dan ojan berjalan lambat di belakang. Kondisi pagi itu sangat dingin dan disertai angin yang sangat kencang. Angin yang sangat kencang bahkan hampir membuat bang ridho jatuh. Treknya mulai nanjak dan 2 meter ke kanan dan kiri adalah jurang menganga. Bang ridho, bang ojan dan fian membawa carrier untuk perbekalan air kami bertujuh. Pada tahap ini aku yang memakai jaket lapis 2 pun masih merasa dingin dan cukup pusing. Anginnya bertiup kencang dan topografi lintasan yang tidak ada pohon atau lahan terbuka sangat memudahkan pergerakan angin yang kencang. Ku terus memikirkan bagaimana cara agar tetap melangkah. Fisikku sudah kelelahan tetapi aku tak mau berhenti dan turun lagi. Kupaksakan langkahku walaupun cuma dua atau tiga langkah setelah itu berhenti sejenak. Pukul 06.00 matahari mulai terbit dan menyinari jalan panjang menuju puncak. Terlihat begitu megah istana langit yang tersipu oleh lautan awan yang sungguh mengagumkan. Subhanallah memang indah ciptaan tuhan, dan disini saya merasa kecil dihadapan-Nya.
Sepintas aku berpikir bahwa mas qodir, deko dan sefi pasti sudah sampai di puncak. Capek sudah pasti, dari tempatku berdiri yang terlihat hanya tanjakan yang terus naik. Ada seorang turis luar negri kutanya apakah bukit didepanku adalah yang terkahir dan dia jawab iya sekitar 10 menit lagi sampai puncak. Setelah mendengar itu lumayan bisa nge-Gas lagi. Bang ojan yang sudah ada didepanku jauh. Setelah sekitar 15 menit, lewat seperti gua kecil tanpa atap bang ojan memanggil. Dia memanggil aku untuk istirahat dulu menunggu bang ridho dan fian. Kira-kira cuma tinggal 5 meter sampai puncak. Sambil menikmati snikernya bang ojan , fian dan bang ridho sampai. Istirahat dulu sambil ngobrol bersama orang Austria dan ditemani lautan awan yang sangat luas. Untuk informasi keadaan puncak ahri itu sangat berkabut dan tidak kelihatan danau segara anakan. Saat duduk santai tiba-tiba deko turun dari puncak dan bercerita kalau sefi tadi sempat kedinginan berat. Untungnya sefi ditolong sama anak-anak UGM. Beruntung sekali tidak terjadi pada sefi yang sangat kita sayangi selama perjalanan ini. Aku juga kaget mendengarnya tapi syukurlah tidak terjadi apa-apa yang membahayakan sefi.
Alhamdulilah akhirnya kami berempat bisa menjejakkan kaki di puncak tertinggi istana dewi anjani. Deko dengan sefi dan saya dengan fian.
Sungguh elok istanamu dewi Anjani. Puncak yang tidak mudah dicapai. Bukan soal ketahanan fisik dan juga ketebalan mental tapi lebih menuju bagaimana kau memulai suatu langkah tuk menatap mimpi. Syukur terus diucapkan tatkala begitu indahnya alam ciptaan yang -Kuasa. Tetapi puncak bukanlah tempat untuk berdiam diri maka kami akan kembali.
Setelah itu, kami bertujuh berkumpul kembali dan membuat minuman hangat sebelum turun. Saat turun jam menunjukkan pukul 07.00 dan masih saja berkabut. Segara anak yang bisa dilihat dari atas sini jadi tidak terlihat. Perjalanan turun memang lebih cepat. Aku dan deko berlari kecil dengan sedikit berselancar diatas pasir. Mas Qodir bang ojan dan rido sudah duluan turun. Aku sefi da deko melihat kera dulu.
Mari Turun
Sekitar jam 10.30 kita sampai di camp. Sefi langsung membantu ams qodir memasak untuk makan siang. Aku lupa menunya apa yang penting weh makan aja saat itu karena memang udah lapar banget. Setelah selesai makan , kami memutuskan untuk istirahat sampai jam 12. Kepalaku terasa sangat pusing saat itu. Setelah jam 12 an, kami bersiap-siap untuk turun ke segara anakan. Setelah semua selesai packing carrier masing-masing, kita angkat carrier dengan tenaga yang sudah menipis.
Jarak pelawangan sembalun sampai segara anakan kata pendaki lain yang saat itu berpapasan dengan kita adalah 5 jam. Saat mulai menuruni pelawangan sembalun, trek yang disajikan sangat berbeda dengan perjalanan saat berangkat. Trek berisi batu yang sangat curam dan banyak cabang. Jari kaki ini sudah tak kuasa menahan sakitnya. Bukan cuma aku saja dekopun juga merasa kesakitan yang sama. Aku berjalan paling belakang dan pelan-pelan karena memang cukup sakit.
Setelah 2 jam perjalanan, mulailah jarak antar rombongan kami menjadi sangat jauh. Aku didepan fian yang paling belakang sering beristirahat. Saat sesudah jalan curam berbatu aku beristirahat cukup lama dengan fian. Nutrisari dan gula merah memang oke sekali saat capek. Kita duduk santai kurang lebih 30 menit, sudah tidak terlihat deko,sefi,bang ojan, ridho dan mas qodir. Mereka memang cepat sekali kalo urusan jalan. Aku berjalan pelan karena memang tenagaku sudah terkuras saat summit , payah sekali hehe.
Perjalanan dilanjutkan jalanan sekarang mulai menanjak disertai sabana kembali. Kata orang kalau ke segara anak jalannya turun tapi buktinya ini jalannya nanjak juga wahwahwah. Di sela berjalan, aku dan fian berpapasan dengan lukman. Lukman juga tertinggal dari rombongannya kearah segara anakan juga. Sekitar pukul 5 sore, kabut mulai pekat sekali membuat suasana menjadi tidak kondusif bagi kami berdua. Kurapatkan jarak agar tidak tersesat atau gimana. Saat itu, hal aneh terjadi dengan jelas kudengar suara teriakan memanggil “Hoee“ kemudian kujawab ”Dekoo“ karena suaranya mirip dengan temanku deko kemudianada jawaban “Reyy“ wah itu apsti temenku berarti sudah dekat. Setelah berjalan 15 menit, tak kunjung kutemui segara anakan dan temanku.
Maghrib jam 18.00, akhirnya aku dan fian sampai di segara anakan. Lelah sekali. Terlihat bang ridho sudah membangun tenda dan juga mas qodir. Kutanya pada mereka dimana deko dan sefi ternyata deko dan sefi sedang mengambil air. Langsung tanpa kelamaan aku dan fian membangun tenda untuk bersama. Kemudian malam menampakkan keindahannya. Segara anakan tidak sedingin pelawangan sembalun. Pemandangan malam hari disini juga sangat bagus. Tidak ada dokumentasi saat malam itu karena kondisi saya sudah panas dingin.
Jam 7 deko dan sefi kembali dan dilanjut dengan memasak mie instan bersama-sama. Deko, bang ojan dan ridho ikut makan tenda sebelah yang bisa menangkap ikan banyak. Sedangkan saya , fian, sefi mas qodir makan mi goreng aja lah. Setelah makan kita beres-beres alat makan. Aku ijin ke sefi untuk mengurus carrier dan apa-apa untuk malam itu saja karena aku sudah merasa demam. Mungkin aku kecapekan soalnya badan terasa panas dan kepala pusing. Terdengar canda tawa teman saya deko dari depan tenda sebelah. Sudah tak kuhiraukan lagi ajakn dia untuk nongkrong disana karena memang sudah tidak enak badan. Aku dan fian bersiap tidur. Sebelum tidur kuceritakan pada sefi tentang suara panggilan itu. Yang tidak masuk akal adalah nama yang dipanggil benar dan yang mendengar tidak cuma aku saja. Tapi sefi yang bersama deko dari sore tidak mendengar suaraku sama sekali. Kejanggalan yang berulah pikirku heheh. Langsung tancap sleeping bag dan tidur. Tiba-tiba aku terbangun sebentar karena obrolan sefi dan deko di dalam tenda. Entah mereka berdua sepertinya tidak bisa tidur atau gimana mungkin juga sedang curhat masalah percintaan maklum pernah ada rasa heheh maaf teman. Cerita melambung tinggi antar mereka berdua, mungkin karena mereka memang lebih akrab berdua dibanding dengan aku dan fian juga saat perjalanan mereka selalu berdua sedangkan aku bersama fian. Dan malam pun jatuh di Segara anakan.
Jumat 4 Agustus 2016, Tiupan angin pagi menggugahku untuk keluar dari peraduan. Pagi hari sudah datang sekitar jam 6. Didalam tenda tinggal aku dan fian. Dalam benakku bertanya-tanya kemana gerangan temanku sefi dan deko. Kulipat sleeping bag dan bergegas keluar. Ketika baru pertama kali keluar tenda, subhanallah pemandangan yang menunjukkan kuasa Allah memang menakjubkan. Pemandangan segara anak disaat pagi hari memang sangat mempesona. Sangat tenang dan tentram disertai angin pegunungan yang sangat sejuk. Air danau yang berwarna biru dengan gradasi tua sampai muda. Gunung Baru Jari yang mempertunjukkan kepulan asapnya yang maha dahsyat.
Suatu pagi di Segara Anak
Di pinggir danau terlihat para pendaki lain sedang berusaha memancing ikan. Ikan di segara anakan sangat banyak. Cuma dengan umpan sisa nasi , ikan-ikan akan berkumpul ria. Jam 8 pagi, deko kembali ke tenda. Dia mengajak aku dan fian berendam air panas. Kuiyakan sekalian untuk beres-beres urusan perut. Sefi menolak dan memilih ditenda.
Jarak tempat camp kami dengan air panas tidak terlalu jauh. Cukup 15 menit berjalan turun. Untuk air bersih masih 15 menit lagi dari kolam air panas. Air panas ini semakin tinggi letaknnya maka suhu airnya akan semakin panas. Deko duluan main air disana sedangkan aku dan fian memilih untuk menikmati keindahan alam ini dengan mencuci perut terlebih dulu hehe. Setelah selesai, langsung menuju kolam panas. Copot kaos dan langsung nyebur ke air panas. Deko masih mencuci kaki dan kelihatan malas terjun ke air panas. Air disini lumayan panas. Kolam ini dalam karena tidak tersentuh dasarnya. Dilanjut dengan mandi dan keramas. Setelah 3 hari tanpa mandi makanya sangat bahagia ketika bisa mandi digunung untuk pertama kalinya. Selang waktu berjalan, datanglah lukman, niken, dan endi.
Aku bertemu lukman ketika perjalanan ke segara anakan. Setelah itu, sefie datang dengan manja dan ingin berendam. Dasar cewek labil tadi katanya nggak mau. Berendam memang menyegarkan dengan air panas. Saat ngobrol dengan rombongan lukman, mereka sebenarnya pengen untuk bermalam 2 hari di segara anakan seperti kami tapi logistik mereka dicuri kera saat di pelawangan sembalun mangkannya mereka memutuskan untuk turun Senaru hari itu juga. Aku berunding dengan sefi, fian dan deko soal rencana turun hari ini. Setelah berdebat sana-sini dengan pertimbangan agar kalau capek sekalian, jadi kita memutuskan untuk pulang bersama lukman dan kawan-kawan.
Selesai mandi, kita kembali ke tenda untuk bersiap-siap. Ditengah jalan ganti aku dan fian yang mengambil gambar segara anakan. Sefi kembali ke tenda membantu mas qodir memasak. Deko mencoba peruntungan dengan jorannya mas qodir. Kalau dia dapat ikan kecil lantas dikembalikan lagi, mari kita lestarikan juga ikan yang ada di segara anakan ini. Menu hari itu adalah spaghetti yang belum tersentuh dengan keripik tempe ditambah buah-buahan yang didapat dari seorang guide diberikan pada kami. Rombongan lukman ikut makan bersama kami. Tinggal pasang flysheet di tanah dan kami bersepuluh makan bersama.
Ini dia koki cantik kita selama perjalanan
Makan sambil briefing
Setelah selesai makan, bang ridho dan ojan siap-siap untuk pulang duluan. Mereka berdua harus pulang lewat Sembalun karena ada beberapa barang yang mereka titipkan disana. Sektitar jam 10 pagi mereka pamitan kepada kami untuk pulang terlebih dahulu. Kami harus berpisah dengan mereka di segara anakan itu. Setelah itu, kami beres-beres tenda ntuk melanjutkan pulang. Menurut Bang Endi yang juga seorang guide Rinjani, butuh waktu 5 jam untuk sampai di Pelawangan Senaru kemudian dari pelawangan senaru sekitar 6 jam. Jadi estimasi kami akan sampai di gerbang pos rimba Senaru sekitar pukul 22.00 malam jika berangkat jam 12 siang. Beres-beres tenda dengan keadaan setengah capek membuat kami cukup lama disegara anakan.
Sekitar jam 1 siang, barulah kami benar-benar mengangkat tas carrier kami. Mas qodir, aku, sefi, deko, fian, lukman, endi dan niken siap untuk pulang melewati jalur senaru. Rasanya masih ingin berlama-lama di danau yang indah ini akan tetapi keterbatasan waktu liburan yang kami miliki membuat kami harus kembali pulang. Sebelum benar-benar berangkat sempatkan kami berfoto ria untuk terakhir kalinya di danau ini.
Mari Pulang Kembali
Perjalanan pulang dimulai kembali. Target awal kami adalah sampai di gerbang rimba Senaru sebelum jam 11 malam atau kalau tidak memungkinkan kami akan bermalam di pos 3 Senaru. Jalan menuju Senaru melewati pinggiran danau segara anak. Jadi jalan yang kami lalui adalah menyusuri pinggiran danau. Trek masih landai dan pemandangan yang masih menakjubkan.
Setelah berjalan sekitar 45 menit, kami mulai dihadapkan pada hutan pinus. Disini lutut mulai diuji kembali ketangguhannya. Jalanan berbatu yang menanjak diselingi hutan pinus yang pekat menjadi teman nanjak kami. Di gunung Rinjani jika kalian ingin pulang dari Segara Anakan memang harus mendaki dulu baik itu lewat Sembalun atau Senaru. Sehingga kalian akan diwajibkan mendaki untuk turun. Untuk informasi kenapa kami berani untuk pulang dengan kondisi nantinya berjalan di malam hari akrena ada Bang Endy yang asli orang Lombok dan sudah sering ke Rinjani.
Perjalanan mulai terasa berat bagiku. Line up saat di trek ini adalah sefi tetap sebagai MVg(Most Valuable Girl) dideapan sendiri disusul Deko nomer 2. Dilanjutkan dengan lukman dan mas qodir. Sedangkan saya dibelakangnya dengan fian dan dibelakang ada bang Endy dan Niken. Sedikit cerita tentang teman baru saya ini Niken dan Lukman, mereka berteman juga saat bertemu di Kerinci. Setelah itu berlanjut ke gunung-gunung selanjutnya bersama. Lukman asli orang Prabumuli Sumatra sedangkan Niken berasal dari planet lain yaitu bekasi. Salut aku dengan mereka berdua yang sudah menjajal Kerinci, Slamet, Sumbing, Semeru wah applause. Walaupun baru saja bertemu, aku sudah sangat akrab dengan lukman tidak tau kenapa mungkin satu frekuensi denganku dan deko.
Lanjut ke penanjakan menuju pelawangan Senaru. Tetap saja duo DS (deko sefi) tetap mendominasi balapan ini. Aku dan fian sering beristirahat ditemani sari Pikachu (nutrisari) yang sangat menggoda sekali. Jarak antara depan dan belakang sudah mulai terlihat sangat jauh. Saat kami naik ke bukit pertama, banyak sekali turis mancanegara yang juga menuju pelawangan Senaru. Sedikit chit-chat dengan mereka cukup mengasyikkan. Sekitar jam setengah empat sore, kami sampai di bukit pertama. Abadikan dulu momennya. Di jalan menuju Pelawangan Sembalun panorama yang disuguhkan benar-benar luar biasa, semakin atas semakin bagus.
Muka lusuh selaras dengan lelah yang dirasakan
Foto Keluarga
Perjalanan harus tetap dilanjutkan setelah rehat sejenak. Pemandangan yang sangat menakjubkan dari trek ini. Panorama ini yang tidak kami dapatkan saat menuju puncak atau di pelawangan Sembalun. Jarak rombongan semakin jauh. Sefi , Deko dan lukman sudah gas-gas sampai tidak terlihat lagi carriernya. Sementara aku , fian, mas qodir, endy dan niken berada dibelakang. Trek kali ini berada di pinggir tebing jadi harus selalu hati-hati. Treknya benar-benar menguras tenaga saya. Sering sekali aku berhenti karena kelelahan. Perut juga sudah mulai keroncongan. Mas Qodir hampir setiap 5 meter mengajak kita berfoto ria. Banyak skelai kita berhenti untuk foto. Mas Qodir dengan menenteng kamera dan tripodnya yang memang tangguh.
Hari mulai menjelang maghrib, Mas Qodir yang berada di paling depan sudah mulai tidak terlihat. Berjalan pelan-pelan karena mulai gelap dan jalannya sempit. Setelah perjuangan yang melelahkan, akhirnya pada pukul 6 sore kami rombongan terakhir mencapai Pelawangan Senaru. Perut sudah benar-benar ingin diisi. Aku, fian, Endy dan Niken masih harus mencari bang Qodir dan yang lain. Pelawangan Senaru ini mirip Pelawang Sembalun tetapi tempat campnya lebih terbatas. Kuteriak dan suara mas Qodir menuntun kami.
Tak disangka Sefi, lukman, deko, dan mas qodir mendapat makanan dari porter. Alhamdullilah banyak orang baik disini. Keadaan sudah lapar sekali, jadi saat makanan yang berupa nasi goreng dan nasi dengan lauk ikan teri dilahap habis bersama-sama. Bekal kami memang masih ada tetapi kami sudah terlalu lelah untuk memasak disaat itu apalagi hari sudah gelap juga. Kami sangat berterimakasih pada porter yang sudah memberi kami makanan malam itu. Terimakasih bapak Porter jika anda membaca catper ini.
Setelah berpamitan kepada bapak porter, kami bersiap-siap untuk turun dari Pelawangan Senaru. Tak lupa berdoa dahulu agar selamat. Kita mulai turun dan jarak diatur agar tidak ada yang tertinggal karena malam hari sangat rawan. Pada pukul 19.00 kami turun. Trek turun ini didominasi dengan tanah halus yang sangat licin jadi harus super hati-hati. Deko sebagai leader didepan dan bang Endy sebagai sweeper. Entah apa yang membuat aku merasa lebih segar saat turun jadi tidak merasa ngantuk atau capek sama sekali. Di tahap ini, lukman yang cedera lututnya mulai kesakitan. Dia berjalan pelan-pelan sambil ngobrol tentang lagu resah dari payung teduh yang konon katanya mengisahkan kuntilanak hehehe.
Jarak Pelawangan Senaru ke pos 3 sekitar 2 jam perjalanan. Saat turun , deko memberitahu sefi kalau dia sangat mengantuk. Jam sudah menunjukkan setengah 10, dengan kondisi yang sudah lelah dan mengantuk kami putuskan untuk bermalam di Pos 3 karena sudah tidak mungkin melanjutkan dengan kondisi mental yang seperti ini. Jalan ke pos 3 juga cukup lumayan jauh. Mas Qodir juga sempat bercerita ke deko kalau dia ada yang sedang mengamatinya. Mental rombongan kami sudah mulai lelah. Kemudian terlihat sebuah shelter yang berarti tanda pos 3 Senaru. Langsung semua orang membangun tenda masing-masing.
Setelah tenda jadi, kami bergantian sholat di shelter. Jam 11 malam kami mulai tidur. Sebenarnya aku sudah dari awal melarang kami trekking malam melebihi jam 9 karena aku pernah dulu treking malam tersesat dan mental yang menjadi masalah kembali. Aku tidak mau terjadi apa-apa pada kita terutama sefi yang memang menjadi tanggung jawab kami yang pria ini. Kemudian kami beristirahat.
Sabtu 5 Agustus 2016, pagi hari tiba. Kami berempat bangun dari tenda jam 7 pagi. Diluar, Mas Qodir tengah memasak susu hangat yang luar biasa. Hari ini kami akan pulang.
Wajah kami ketika di pos 3 Senaru
Giliran mas Qodir yang memasak ebebrapa indomie. Lukman kemudian memasak oat meal punya bang ridho dan ojan yang diberikan kemarin. Dengan sarapan yang seperti ini sudah cukuplah untuk turun. Jam tangan yang kukenakan sudah menunjukkan jam 9, waktunya untuk bersiap-siap kembali untuk turun. Rasanya sudah berkali-kali aku memasang tenda dan membereskannya lagi. Pengalaman yang sangat berharga.
Selesai sudah bersiap-siap, sefi masih sempat-sempatnya melakukan pemanasan. Jam 10 kami mulai turun. Jalan yang dilalui cenderung tidak terlalu terjal dengan tutupan lahan berupa hutan yang pekat. Sefi dan deko tetap didepan dan aku ditengah saja.
Tanah yang padat memudahkan aku untuk lari saat turun. Hutan ini membuat jalan terasa rindang tidak seperti jalan Sembalun yang panas karena didominasi sabana. Kupacu langkahku dengan sesekali melompat dan berlari kecil. Badan terasa enak sekali di pagi hari itu. Sering kukejar sefi, dan deko yang berada didepan. Deko sedikit melambat karena lututnya mulai bermasalah. Kelihatan dia sedikit pelan dan kesakitan. Lukman juga masih terlihat tertatih. Yang baru aku tahu ternyata bang Endy juga kesakitan dengan lututnya dibelakang.
Jam setengah satu kami semua sampai di Pos 2. Hampir semua yang beristirahat adalah wisatawan mancanegara seperti sedang berada di luar negeri. Perjalanan dilanjutkan karena sudah tinggal sedikit. Bang Qodir mengambil alih pimpinan balapan dan sudah tidak terlihat lagi. Jalur ini selain tersaji hutan yang lebat banyak sekali suara-suara hewan liar seperti kicauan burung, kokok ayam hutan sampai suara kera bersautan.
Air sudah habis dan aku, sefi dan deko sampai di Pos 1. Mau tidak mau harus terus dilanjutkan. Tancap gas penuh menuju gerbang rimba. Akhirnya setelah hampir 5 jam perjalanan turun kami sampai di gerbang rimba Senaru. Disana sudah menunggu mas Qodir dengan tripod yang sudah siap mempotret.
Sampai Gerbang Rimba
Selesai
Kami beristirahat dahulu di warung dekat gerbang. Makan pisang dulu. Jam 15.00, baru kami berjalan ke balai taman nasional gunung rinjani Senaru. Di balai kami melapor dan menyerahkan bukti bahwa kami membawa kembali sampah kami. Bagi siapapun yang hendak dan ingin mendaki Rinjani tolong untuk membawa sampah kalian turun. Jagalah Rinjani agar tetap cantik. Berani bawa makanan keatas harusnya juga berani bawa turun jangan dibuang diatas gunung. Dan jangan memetik bunga edelweis sesukanya untuk dibawa pulang. Jadilah pendaki yang dewasa dan sadar bahwa bukan hanya kita yang hidup dialam ini.
Kami berdelapan mencarter pickup ke mataram. Perjalanan ke Kota Mataram tidak kalah bagus karena melewati pinggir pantai. Sampai di Mataram kami langsung mencari makan ayam taliwang yang khas Lombok. Setelah makan makanan yang super enak, kami berpisah dan pulang masing-masing.
Akhirnya perjalanan 5 hari 4 malam telah selesai terlaksana dengan selamat dan lancar. Sebuah pengalaman yang mungkin tidak akan didapat jika kami tidak jadi berangkat.
Akhirnya perjalanan 5 hari 4 malam telah selesai terlaksana dengan selamat dan lancar. Sebuah pengalaman yang mungkin tidak akan didapat jika kami tidak melangkah.
“Percayalah bahwa sesuatu harus diperjuangkan sekuat tenaga karena kau bukan seseorang yang bisa memprediksi masa depan”
Rincian biaya transport:
Kereta api Sri Tanjung Yogyakarta-Banyuwangi : Rp. 90.000,-
Kapal ferry Ketapang-Gilimanuk : Rp 7.500,-
Bis Gilimanuk-Padangbai : Rp 60.000,-
Kapal ferry Padangbai-Lembar : Rp 50.000,-
Sewa mobil ke Sembalun (7 orang): Rp 500.000,-
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk catatan perjalanan ini. Semoga mendapat informasi yang berguna.
Special thanks to :
Mas Abdul Qodir - Mojokerto
Bang Ridho - Palembang
Bang Fauzan - Palembang
Bang Lukman - Prabumuli
Teh Niken -Bekasi
Band Endy - Lombok
Behind The ViewFinder
1 note
·
View note
Text
False Permission
You just left me alone with the darkness of the moon.
Don’t ever think that i’ll move to another person
0 notes
Text
Distance
Trying to reach you like
Climbing out of the atmosphere
by me
0 notes
Photo
You just won’t predict the future
So do the best
and let you build your own destiny
| me and the friends
0 notes
Text
My Legs
“Dan jika kupun harus memulai lagi, ku takkan menerimamu di urutan pertama dimana hatiku terbilas “
- Candaan Jiwa
0 notes
Photo
“Don’t pretend to be someone else, Just shine“
Segara Anak Lake, Rinjani | Lombok, Indonesia
by Sefie
2 notes
·
View notes
Photo
When photograph couldn’t tell, memory did it
in frame : fian
captured by me
#requestSomeone
1 note
·
View note
Photo
When the words couldn't tell , a photograph did it
in frame : Deco Praha
Captured & edited by me
0 notes
Photo
When the words couldn't tell , a photograph did it
in frame : Alfian
Captured & edited by me
0 notes
Photo
“When the words couldn't tell , a photograph did it”
In frame : Sefie RH
Captured & edited by me
2 notes
·
View notes
Quote
A journey is like marriage. The certain way to be wrong is to think you control it.
John Steinbeck
1 note
·
View note