kebelakang
kebelakang
Halaman Belakang Tapi Bukan
131 posts
Kumpulan tulisan (umumnya puisi) dari Aku pribadi, tukang kebun palsu
Don't wanna be here? Send us removal request.
kebelakang · 2 months ago
Text
Cuih
Aku mau termangu sejenak
menghirup nafas panjang
menelan kata-kata
lalu menjilat ludah yang tersebar,
pelan-pelan lidahku menyapu segala yang bertamu,
bata demi bata, tanah demi tanah,
lalu menyusur ke pelataran megah.
Di altar yang itu kupersembahkan diri yang kotor dan penuh jelaga
sayangnya ketika malaikat bertanya
jawab tidak bisa dia dapat
sebab mulutku penuh dengan kata-kata yang tersesat.
.
.
.
PR/12'24
0 notes
kebelakang · 2 months ago
Text
Akibat Debu di Kelopak Mata
Dimalam yang masih sama
langit abu-abu yang menyinari kota Jakarta
dalam kantuk dan hasrat tiap-tiap warganya,
terpelihara terang dan redupnya
kita mengejar untuk kemudian gagal.
Mencangkul tanah-tanah hampa dan dengan atau tanpa sadar
terisi kembali dengan tanah yang sama.
Kita mati malam ini untuk hidup lagi esok hari,
seperti kata mas Kunto, penyanyi freelance nge-top
di platform musik digital kegemaranku.
.
.
.
PR/'12 '24
3 notes · View notes
kebelakang · 2 months ago
Text
Ekspektasi
Berteman dengan sedikit orang aku rasa adalah hal yang baik,
minim drama, sedikit ekspektasi, ya ekspektasi,
kata yang kamu olok-olok kemarin,
ketika aku mencoba secara sistematik,
merunut satu demi satu perkara yang berpotensi menjadi drama.
Huh... ekspektasi.
.
.
.
PR/'12 '24
0 notes
kebelakang · 11 months ago
Text
Mohon No. Luka Dikembalikan
Aku rajah setiap penggalan cerita kecil itu,
atas nama rasa panik yang kekal
Semoga abadimu itu dangkal,
sebab hidup masih sangat panjang.
.
.
.
PR/03'2024
1 note · View note
kebelakang · 1 year ago
Text
Nganga
Di kejauhan matahari mengubur diri,
menunggu kebangkitannya esok pagi.
Pada kebutaan yang menganga
justru ia dengan cara paling elok
menunjukkan sebuah harap,
merangkul derap langkah
di rimbun-nya rasa patah hati.
.
.
.
Di-upload pada 20231219, PR
0 notes
kebelakang · 1 year ago
Text
Inti Kekejaman
Karena mendung selalu menjawab hadirmu,
dan rintiknya menderu kencang menebar sabda rindu itu,
menyapa dan menjabat mesra siapa saja yang percaya,
memeluk erat degup yang mulai gugup,
memaafkan jiwa-jiwa abai ini,
menghunus tajam tepat di tengah kekejaman,
dan segala lapis atmosfer terperangah
dan kami yang serupa lalu saja.
.
.
.
PR/12'23
0 notes
kebelakang · 1 year ago
Text
Pemandangan Ketika Agak Serius Sedikit
Harapan dengan pasti akan memudar,
segala binar itu pelan-pelan akan tanggal,
meranggas kesegala yang dulu sempat hinggap,
sempat bikin sejenak lupa,
bahwasanya kita dilahirkan beriring dengan air mata,
itu juga masih harus mengais kasih agar bisa menumpuk duka,
setidaknya kelak, bila telah pada saat yang semestinya,
kita bisa tersenyum tanpa pernah khawatir,
apa bisa tinggal lebih lama.
.
.
.
PR/11'23
0 notes
kebelakang · 1 year ago
Text
Selintas
Setiap pagi disela hening,
rimbun kebisingan terbawa sabda mengelus kulit kepala.
Ia membisikkan dedah bernuansa derita,
mengingatkan lagi segala hutang tanpa solusi.
.
.
.
PR//10'2023
0 notes
kebelakang · 1 year ago
Text
Naas
Disore hari yang kian tergenang,
kurindukan malang,
ingin kuraih ia dan kurayu hadirnya,
ternyata hanya riuhnya yang lirih menyapa.
0 notes
kebelakang · 1 year ago
Text
Kian Ter-jungkir
Lalu aku terenyuh lagi,
membawa nafas yang kian terbatas,
sejenak mengambang diawang-awang,
seketika itu aku hiatus dari saat ini
menuju saat yang lalu, menjejak saat yang belum tahu,
hanya untuk dicerna ketakutan yang kian khatam merayu.
.
.
.
PR/08'23
0 notes
kebelakang · 2 years ago
Text
Konsisten
Pada hari ke-3 anginnya menerpa,
tiup perasaan paling kalut 
di lorong paling ujung pada sebuah palung wanginya menyebar, 
Tiba-tiba saja dari tidurku yang paling gusar aku tersadar
bahwa kilasan-kilasan tadi sudah seharusnya demikian,
Akupun perlu setarikan asap kebahagiaan 
untuk segera mengayuh motorku yang kutinggal 
di sebelah pos ronda dekat pohon besar di tepi sungai kecil 
dekat para bebek biasa melintas. 
Tuntas.
.
.
.
PR/’07″23
2 notes · View notes
kebelakang · 2 years ago
Text
Suaka yang Tidak Melindungi
Rasanya kehilangan suaka tidak enak tidak seperti sepuh kalimat-kalimat indah diawal,
padahal itu satu-satunya kepastian, 
jumpa ketidakpastian kemudian rekat kembali,
untuk ambyar berserakan dan dirakit lagi, lagi, lagi dan sepertinya tidak akan pasti, 
setidaknya diakhirnya hari, 
kita pasti tanggal 
karena terlalu angkuh untuk tetap tinggal.
.
.
.
PR/07″23
2 notes · View notes
kebelakang · 2 years ago
Text
Seka Adegan
Aku marah,
pada sekujur masa yang dirasa hampa,
mimesis handal peristiwa yang berulang,
seekor keledai yang tak pernah menemukan gembalanya,
rekam adegan tanpa aba-aba,
kemudian terjerembab terkulai menunggu rimbun di padang gersang.
.
.
.
PR/07″23
0 notes
kebelakang · 2 years ago
Text
Pada Angka 8
Tiba-tiba perasaan rindu itu hadir,
untuk menjejak kembali sejengkal lebih tinggi pada matahari,
.
.
.
PR/ 07′ 23
0 notes
kebelakang · 2 years ago
Text
Silap
Rasanya bodoh, mengikuti dua sekaligus cahaya palsu.
Merenda dibalik nyiur lembut kehijauan yang kadang-kadang,
tanpa tangan yang halangi pandangan kutatap langsung mereka,
lalu terseok nyata dalam gerak yang imaji,
tanpa sadar sudah kutunggangi kuda tanpa pelana
dipadang gurun yang kabarnya tersimpan rumput hijau
dibawah terik senyum licik dua cahaya palsu yang tadi.
.
.
.
PR/07′ 23
0 notes
kebelakang · 2 years ago
Text
Terlalu Rapuh untuk Segera Runtuh
Dahulu, setiap ruam yang bertebaran,
menggeliat menjadi asa pada hembus nafas
yang tertiup penuh kelakar di dalam sana.
Tiba-tiba saja redup menerpa 
menyelimuti tubuh yang sudah ringkuk di bawah rumah yang rapuh
Jatuhlah, jatuh lebih dalam di gelapnya rembulan,
mungkin cahaya akan datang 
temani hadirmu di haribaan hampa dunia busuk ini,
.
.
.
PR//2023′06
0 notes
kebelakang · 2 years ago
Text
Ekosistem Habitat
Untuk nama-nama yang gugur atas kata sinema,
yang lenyap sama sekali atau tetap bertahan dihujam belati,
yang mematung karena berlindung dibalik frasa terlanjur tenggelam 
tanpa pernah berkesudahan untuk kemudian belajar berenang, 
mentas, dan berteriak penuh getar,
“Jancokkk raimu mbottt”
.
.
.
PR’06″2023
0 notes