Kumpulan tulisan (umumnya puisi) dari Aku pribadi, tukang kebun palsu
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Mohon No. Luka Dikembalikan
Aku rajah setiap penggalan cerita kecil itu,
atas nama rasa panik yang kekal
Semoga abadimu itu dangkal,
sebab hidup masih sangat panjang.
.
.
.
PR/03'2024
1 note
·
View note
Text
Nganga
Di kejauhan matahari mengubur diri,
menunggu kebangkitannya esok pagi.
Pada kebutaan yang menganga
justru ia dengan cara paling elok
menunjukkan sebuah harap,
merangkul derap langkah
di rimbun-nya rasa patah hati.
.
.
.
Di-upload pada 20231219, PR
0 notes
Text
Inti Kekejaman
Karena mendung selalu menjawab hadirmu,
dan rintiknya menderu kencang menebar sabda rindu itu,
menyapa dan menjabat mesra siapa saja yang percaya,
memeluk erat degup yang mulai gugup,
memaafkan jiwa-jiwa abai ini,
menghunus tajam tepat di tengah kekejaman,
dan segala lapis atmosfer terperangah
dan kami yang serupa lalu saja.
.
.
.
PR/12'23
0 notes
Text
Pemandangan Ketika Agak Serius Sedikit
Harapan dengan pasti akan memudar,
segala binar itu pelan-pelan akan tanggal,
meranggas kesegala yang dulu sempat hinggap,
sempat bikin sejenak lupa,
bahwasanya kita dilahirkan beriring dengan air mata,
itu juga masih harus mengais kasih agar bisa menumpuk duka,
setidaknya kelak, bila telah pada saat yang semestinya,
kita bisa tersenyum tanpa pernah khawatir,
apa bisa tinggal lebih lama.
.
.
.
PR/11'23
#puisiindonesia#puisi#sajak#puisicinta#sastra#puisimalam#puisirindu#puisi indonesia#sastra indonesia#indonesia
0 notes
Text
Selintas
Setiap pagi disela hening,
rimbun kebisingan terbawa sabda mengelus kulit kepala.
Ia membisikkan dedah bernuansa derita,
mengingatkan lagi segala hutang tanpa solusi.
.
.
.
PR//10'2023
0 notes
Text
Naas
Disore hari yang kian tergenang,
kurindukan malang,
ingin kuraih ia dan kurayu hadirnya,
ternyata hanya riuhnya yang lirih menyapa.
0 notes
Text
Kian Ter-jungkir
Lalu aku terenyuh lagi,
membawa nafas yang kian terbatas,
sejenak mengambang diawang-awang,
seketika itu aku hiatus dari saat ini
menuju saat yang lalu, menjejak saat yang belum tahu,
hanya untuk dicerna ketakutan yang kian khatam merayu.
.
.
.
PR/08'23
0 notes
Text
Konsisten
Pada hari ke-3 anginnya menerpa,
tiup perasaan paling kalut
di lorong paling ujung pada sebuah palung wanginya menyebar,
Tiba-tiba saja dari tidurku yang paling gusar aku tersadar
bahwa kilasan-kilasan tadi sudah seharusnya demikian,
Akupun perlu setarikan asap kebahagiaan
untuk segera mengayuh motorku yang kutinggal
di sebelah pos ronda dekat pohon besar di tepi sungai kecil
dekat para bebek biasa melintas.
Tuntas.
.
.
.
PR/’07″23
2 notes
·
View notes
Text
Suaka yang Tidak Melindungi
Rasanya kehilangan suaka tidak enak tidak seperti sepuh kalimat-kalimat indah diawal,
padahal itu satu-satunya kepastian,
jumpa ketidakpastian kemudian rekat kembali,
untuk ambyar berserakan dan dirakit lagi, lagi, lagi dan sepertinya tidak akan pasti,
setidaknya diakhirnya hari,
kita pasti tanggal
karena terlalu angkuh untuk tetap tinggal.
.
.
.
PR/07″23
2 notes
·
View notes
Text
Seka Adegan
Aku marah,
pada sekujur masa yang dirasa hampa,
mimesis handal peristiwa yang berulang,
seekor keledai yang tak pernah menemukan gembalanya,
rekam adegan tanpa aba-aba,
kemudian terjerembab terkulai menunggu rimbun di padang gersang.
.
.
.
PR/07″23
0 notes
Text
Pada Angka 8
Tiba-tiba perasaan rindu itu hadir,
untuk menjejak kembali sejengkal lebih tinggi pada matahari,
.
.
.
PR/ 07′ 23
0 notes
Text
Silap
Rasanya bodoh, mengikuti dua sekaligus cahaya palsu.
Merenda dibalik nyiur lembut kehijauan yang kadang-kadang,
tanpa tangan yang halangi pandangan kutatap langsung mereka,
lalu terseok nyata dalam gerak yang imaji,
tanpa sadar sudah kutunggangi kuda tanpa pelana
dipadang gurun yang kabarnya tersimpan rumput hijau
dibawah terik senyum licik dua cahaya palsu yang tadi.
.
.
.
PR/07′ 23
0 notes
Text
Terlalu Rapuh untuk Segera Runtuh
Dahulu, setiap ruam yang bertebaran,
menggeliat menjadi asa pada hembus nafas
yang tertiup penuh kelakar di dalam sana.
Tiba-tiba saja redup menerpa
menyelimuti tubuh yang sudah ringkuk di bawah rumah yang rapuh
Jatuhlah, jatuh lebih dalam di gelapnya rembulan,
mungkin cahaya akan datang
temani hadirmu di haribaan hampa dunia busuk ini,
.
.
.
PR//2023′06
0 notes
Text
Ekosistem Habitat
Untuk nama-nama yang gugur atas kata sinema,
yang lenyap sama sekali atau tetap bertahan dihujam belati,
yang mematung karena berlindung dibalik frasa terlanjur tenggelam
tanpa pernah berkesudahan untuk kemudian belajar berenang,
mentas, dan berteriak penuh getar,
“Jancokkk raimu mbottt”
.
.
.
PR’06″2023
0 notes
Text
Mengurai
Aku hanya ingin berdoa,
atas segala pasal yang dianggap hina
atas segala asal yang harus diterima.
.
.
.
PR/06′23
1 note
·
View note
Text
Lelap
Sampai juga pada logika yang cacat,
ego yang dipenuhi hasrat,
adalah minuman yang sangat pas untukmu.
Keinginan pada kehendak mutlak menghunus tajam
dijalan paling lengang sekalipun.
.
.
.
PR”06′23
0 notes
Text
Jurnal buangan, 2023 05 19
Aku sedang terheran, bagaimana bisa seseorang melimpahkan harapannya pada orang lain, entitas lain. Kita hanya dapat berharap pada diri sendiri, itupun sering gagal, kecewa pasti, sebentar saja. Sebisa mungkin jangan melibatkan manusia lain, seakan jika kamu menderita, maka sekitarmu harus merasakaan hal yang sama. Karena otak, sumber pikiran manusia adalah organ paling kuat sekaligus paling lemah seantero anatomi tubuh, dan ia, parahnya akan senantiasa beresonansi, merespon kesan dan emosi sekitarnya. Sialan. Memang kudu rutin berlatih egois, rutin berlatih, “raurusan cok karo iki lan iku, ancene asu o”.
0 notes