jazulinugroho

[jazulinugroho]

Apa hanya saya yang merasa bahwa apps instagram ini sangat “menarik”. Sepanjang saya memakai dan mengamati, seolah-olah aplikasi ini berhasil membuat penggunanya untuk menampilkan kehidupannya. Dan semakin menyasar ke ruang-ruang privasi. Apa yang ditampilkan juga berhasil membuat tumbuh rasa iri di hati orang lain. Dan yang paling menarik bagi saya akhir-akhir ini adalah, aplikasi ini berhasil membuat orang yang tadinya tertutup menjadi terbuka. Orang-orang yang tadinya selalu menyembunyikan foto/wajahnya kini dengan leluasa menampilkan setiap inchi dari diri/wajahnya. Definisi kecantikan/ketampanan bergeser dan terasa semuanya menjadi “seragam” ketika kita membuka halaman-halaman instagram. Banyak yang berubah tanpa sadar, dan banyak pula yang menyadari kalau “nilai-nilai” yang dipegang telah berubah karena ketidakmampuan mengendalikan diri di dunia maya ini. Dan kita semakin bisa menyaksikan hidup orang lain, tapi tidak mampu melihat hidup kita dan dalam hati kita sendiri. (at Gubeng, Jawa Timur, Indonesia)

[jazulinugroho]

Jika cita-citamu telah terbang menembus langit menuju surga firdausNya, Mengapa harus menghabiskan waktu untuk khawatir dengan cita-cita dunia yang jauh dibawah itu? 

Jika bertemu dan bermajelis bersama Rasulullah sudah terhimpun dalam angan, Mengapa tidak juga yakin bahwa Allah akan membuka jalan terbaik untuk semua urusan di alam yang fana ini? 

Sungguh, ini dunia yang fana.  Lalu, apa yang kau khawatirkan? 

Abang, 2 Februari 2017

[jazulinugroho]

Berbuat Adil

Nyatanya berbuat adil itu sulit, butuh waktu dan pengalaman. ‘ADIL’ sikap yang saya dan istri sedang pelajari dan pahami setiap waktu. Bagaimana tidak, kami saat ini punya dua keluarga yang mungkin selalu rindu akan kehadiran kami. :)

Berbuat adil yang menyangkut keluarga butuh kolaborasi yang hebat antara suami dan istri. Semoga kita yang sudah menggenap dapat berkomunikasi dan berkolaborasi dengan baik kepada pasangan. Dan yang belum menggenap, semoga segera menggenap. :D

[jazulinugroho]

Merebut Peran Allah

Suatu hari, saya pernah merasa sedang berada di titik paling rendah hidup. Banyak sekali ini dan itu yang berkelindan rumit di dalam pikiran. Saya merasakan kesempitan dan bertanya-tanya tentang sesuatu yang tidak pernah saya temukan jawabannya. Bahkan, saya tergelitik untuk mengeluh dan mulai mempertanyakan dimanakah janji Allah bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Apa yang saya dapat? Tidak ada, kecuali lelah yang bertambah-tambah. Dalam keadaan seperti itu, saya bercerita kepada seorang sahabat. Lalu, sahabat saya menanggapi saya dengan memberikan sebuah analogi tentang karyawan dan bos di perusahaan.

“Nov, kalau di kantor, yang tugasnya ngurus tentang gimana caranya project setiap bulan selalu ada supaya karyawan tetap gajian, itu siapa ya?”

“CEO lah, masa iya karyawannya.”

“Terus, kalau yang ngurusin tujuan strategis perusahaan, perputaran kas, dan pengambilan keputusan kebijakan, siapa?”

“CEO dan jajarannya, tapi decision maker tetap CEO.”

“Kalau semua itu kamu yang handle, kira-kira gimana?”

“Walaaah, pasti aku ribet dan pusing banget ngurusinnya. Itu kan bukan ranah kewenangan aku.”

“Yup, you got the point! Mengurusi sesuatu yang bukan ranah kewenanganmu pasti bikin kamu jadi ribet dan pusing. Terus kenapa kamu mau repot-repot mikirin apa yang jadi urusan dan kewenangan Allah atas hidup kamu? Kamu kan tau kalau kewenangan atas hal itu memang bukan urusanmu, eh lah masih aja diurusin.”

Jleb! Mendengarnya, saya hanya bisa menunduk sambil diam-diam mengulang pertanyaannya dalam hati,

Terus kenapa kamu mau repot-repot mikirin apa yang jadi urusan dan kewenangan Allah atas hidup kamu?

Hmm, dalam menjalani hidup, sadarkah kalau kita sering sekali merebut peran Allah? Allah berperan untuk mengatur apa yang terbaik untuk kita, tapi kita mengatur-atur sendiri seolah pilihan dan rencana kitalah yang paling baik. Allah berperan untuk mengurusi soal rezeki, maut, dan jodoh kita, tapi kita sibuk bertanya-tanya dan menggalaukan semuanya seolah tidak ada Allah yang menjadi satu-satunya pengatur untuk itu semua. Ah, kita merebut peran Allah! Wajar bukan jika yang tersisa dalam diri adalah galau, masalah dan kelelahan yang bertambah-tambah?

Astagfirullah!

Tidak mudah untuk menarik diri dari perilaku merebut peran Allah. Tapi, bukankah jika kita tetap mengupayakannya maka disitulah letak ibadah dan perjuangannya yang kelak pasti bisa kita nikmati buahnya? Yuk tarik napas dulu! Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi sebaik-baik manusia yang tidak sampai hati untuk merebut peranan-Nya.

[jazulinugroho]

Bukankah hatimu sudah berikrar untuk percaya bahwa Allah adalah sebaik-baik pengatur urusan manusia? Lalu, mengapa merasa payah dan ingin menyerah hanya karena jalanan tiba-tiba terasa gelap? Tenang, ada Allah. Di depan sana ada cahaya. Semua akan baik-baik saja.

Jangan nangis, yaaa! (via novieocktavia)

[jazulinugroho]

Bagaimana jika esok tubuh ini menjadi dingin, pucat pasi, kemudian membiru? Seraya menyatakan bahwa Izrail baru saja ‘bertamu’. Akankah diri ini masih jumawa? ‘Bertamu’-nya Izrail tak mampu mengejawantahkan ribuan alasanku untuk membuatnya mengurungkan niat.

Sekelebat Renungan (via rezahandaru)

[jazulinugroho]

Keluar dari zona nyaman itu tidak mudah, yang perlu kita siapkan dan garis bawahi adalah Apa yang akan kita lakukan setelah keluar.

Me

[jazulinugroho]

Dunia gampang dicari, Dekati saja Pemilik-Nya.

[jazulinugroho]

Kadang tak mudah untuk belajar dari hikmah yang dipetik orang, maka bergeraklah, rasakan dan petik sendiri hikmah itu.

[jazulinugroho]

Bahagia awal tahun 2014, melihat senyum tulus dari adik tercinta Rauf Ramdani (Calon CEO)

[jazulinugroho]

Tidak ada mimpi yang terlalu tinggi, yang ada hanya usaha yang terlalu sedikit.

[jazulinugroho]

Berbagi Itu Indah

Mentor

Sedikit bercerita tentang kegiatan saya sebelum mencopot status saya sebagai mahasiswa. Sebenarnya selain sibuk dalam sebuah organisasi himpunan dan organisasi legislatif, saya juga mendapat amanah dalam organisasi kerohanian (islam) untuk menjadi mentor dalam suatu kelompok yang terdiri dari 6 orang. Yah namanya juga dapat amanah, tinggal berbuat yang terbaik aja. :)

Berjalannya Waktu

Saya berkumpul dengan mereka setiap sabtu pagi. Dengan intensifnya kita bertemu serasa ada kedekatan emosional yang saya rasakan. Mereka sudah saya anggap seperti adik kandung. Tapi seiring berjalannya waktu, saya mendapatkan pekerjaan yang mengharuskan saya bekerja dari hari senin s/d sabtu.

Dalam hati ini berkata "apa yang saya harus lakukan agar mereka tetap dalam on right track"

Saya pun mencari jalan keluar yang terbaik. Tanpa mencari pun, jalan keluar yang terbaik adalah menggantikan saya dengan mentor yang lain.

Kembali hati ini berkata "memang itu jalan keluarnya, tapi indahnya berbagi dengan mereka yang tidak bisa saya tinggalkan"

Terakhir

Yah, sampai tiba waktunya saya harus memperkenalkan mereka dengan mentor yang baru.

Pesan terkahir saya kepada mereka semua adalah "semoga kita semua bisa terus istiqomah dalam belajar ilmu dunia, akhirat dan dapat bermanfaat untuk orang lain"

Salam Sukses Romadhon, Deni, Ahmad, Aji, Eko & Garry.

[jazulinugroho]

Ketika kita menghadapi hambatan dalam mencapai sebuah tujuan dan sudah pula berusaha maksimal. Maka kembalilah pada tujuan awal yaitu Kita didunia ini semata-mata hanya untuk Beribadah kepada-Nya.

[jazulinugroho]

Kepercayaan adalah mata uang ALLAH yang berlaku dimana pun.

[jazulinugroho]

Ternyata sidang itu tidak mengerikan seperti orang banyak bilang. Ya walaupun memang ketika saya memasuki ruang sidang badan ini terasa sedikit gemetar. Tapi setelah penguji membuka sidang dan mempersilahkan saya untuk presentasi. Rasa percaya diri itu muncul dan enjoy kaya bukan sidang. :)

Karena yang saya sampaikan dalam sidang adalah hasil penelitian yang memang saya kerjakan bukan hasil penelitian yang beli ataupun dikerjakan oleh orang lain.

[jazulinugroho]

Sidang itu ibarat mau mati, yang penting bukan kapan kita wisuda, tapi bagaimana kita mempersiapkan bekal sesudah wisuda nanti

Jazuli Nugroho (via jikoes)

[jazulinugroho]

Alhamdulillah mendapat juara walaupun juara harapan III. Ya inilah salah satu bentuk apresiasi yang dapat memberikan semangat saya untuk menghadapi sidang.