Tumgik
izzulmafitri · 5 years
Photo
Tumblr media
Gerbera kepada Mawar
***
(PEREMPUAN DAN HATINYA)
Perempuan. Benar adanya disebut sebagai perhiasan. Naluri untuk berhias diri mewujud menjadi hasrat jelmaan kepanjangan tangan dari bahagia. Setangguh apapun mereka menghadapi kesenjangan antara kenyataan dengan harapan…mereka tetap ingin dijadikan “paling” dalam seluruh sudut pandang menarik atasnya, dari mata pria maupun sesamanya meski sebatas mengkonfirmasi bahwa dirinya : Berharga dan Diinginkan. Bahwa dirinya spesial. Dipilih – laik – dipilih -  sebab ia berbeda dengan perempuan lainnya. Dipilih sebab ia “laik” atas keindahannya sendiri dari sekian banyak keharuman lain – yang bukan ia.
Aku pernah menulis mengenai Gerbera Kuning yang Terpikat pada Bola Mata Berbinar Paling Sinar. Begini kisahnya :
Aku, kami, tangkai-tangkai yang tumbuh sepertiku tak punya ingatan soal penciptaan.
Apakah sempat kuminta dijadikan Mawar yang menebarkan semerbak goda bersama paras aduhai yang menyalak – tak tertolak?
Apakah sempat kuminta dijadikan saja Melati dengan hati bijak berperi. Harum adalah satu-satunya ingatan tersumpah pada siapapun yang mengenalnya.
Sempatkah kujadikan Anggrek yang akan selalu tampak elok, menawan – berterima penuh penghormatan bahkan dalam keangkuhannya?
Sempatkah kuminta dijadikan Kenanga.. pewarna tenang yang setia pada nasibnya dilemparkan ke atas pusara oleh jari-jari duka dan doa – membuatnya jelas bermakna meski tak terbaca olehnya sendiri – setidaknya.
Aku…Gerbera Kuning yang dilabeli segala kewajaran tentang tingkatan keindahan yang istimewa – kembang seikat yang tak membawa rupa-rupi harum, semerbak kecantikan yang menggoda, apalagi pewarna duka…lihat saja warnaku : kuning! Bahkan untuk memilihku, kau perlu berulang dalam menimbang untuk memilihku.
Namun,
Coba tatap aku lekat-lekat, kenali kisahku lebih dekat, kau mungkin akan terpikat sekalipun tak kuikat – tak sekejap pun.
Kuning warnaku. Mungkin tak ramping dan gemading geliat tubuhku. Tapi aku bisa mencerahkan hening – mewarnai bening. Membawa tawa menuju hingar yang lengking! Ya. Aku Gerbera Kuning…yang tak ingin meminta untuk dijadikan apapun selain diriku sendiri.  
Muasal sebelum masalah berasal adalah konfirmasi atas kelaikan diri sendiri berpapasan dengan “pembanding” yang datang di luar keinginan. Hadir tak tertolak, semengalir air – yang memang mesti mengalir. Semoga bermuara.
Dan hari itu…tiba.
Aku mendengar tumbuh bunga cantik tak tertampik pada suatu ketika. Sebagai aku yang terbiasa tumbuh begitu saja tanpa memusingkan "huru-hara" cermin rupa, kuabaikan saja, rupanya tak bertahan lama. Hatiku mulai tergelitik. Terusik.
Oh aku lupa…rupanya ia... tak pernah gagal menjadikan wanitanya merasa "utuh sebagai wanita" -yang lengkap diikuti rerasa dasar seorang wanita : ketakutan untuk tak lagi merasa diinginkan sebagai penghias hidup mata pemilik sanubari terindah baginya itu.
Sesaat bagiku rasanya aku sempurna sebagai wanita dengan keutuhan rasa terusik oleh bunga lain. Bukankah terkadang pria dan wanita perlu mengukur syukur dengan hadirnya kemungkinan yang menggelisahkan ?
Jika dilalui dengan elok, kegelisahan nantinya menjelma dedahan keyakinan yang kokohnya diramu "saling".  Meski pedih singgah, singgahnya untuk menyembuhkan. Menghalau rasa sakit dari kemungkinan hari depan yang kian berupa uji kelak. Menjadi resisten dari kemungkinan yang tak diinginkan sekalipun.
Aku cemburu.
Sebab rupanya…bunga itu benar elok berupa, warna dan berkisah bak ditutur lembut oleh Penghuni Langit dalam langkah-langkahnya. Menggema dalam ketidaksadaranku sekalipun. Mengusik air wajah yang menyuburkan keringnya "hasrat untuk menjadi indah" selama ini. Membuatku bertanya begitu hebat :
Apakah aku cantik ?
Apakah aku laik ?
Akankah aku…ditinggalkan….dengan atau tanpa alasan melalui ritme berliku penuh alur drama lebih dulu atau secepat-sekelebat mengedipkan mata?
Satu kata yang sering kudengar begitu merusak keyakinan diriku sendiri atas segala kelaiakan diri yang sudah kubangun selama ini : Dia Cantik.
Ia – priaku, ialah cuacaku yang bertanggungjawab.
Semesta percaya yang selalu saja lebih logis dari prasangka. Ia menghadirkan sendu di mataku beserta binar sesudahnya. Namun, sesekali cemburuku lebih merdu dari keluasan hatinya mendengarku yang diramu segala kelogisannya.
Seperti saat ini.
At the end of “ke-me-nye-ba-lan-ku” kubuka-buka kembali “aku yang dulu”, siapa dan bagaimana aku. Orang seperti apa aku sebelum seterpuruk ini dalam kecemasan diri sendiri?
Kutemukan :
“Don’t compare your life to others. There’s no comparison between the sun and the moon. They shine when it’s their time” – (Sebuah repost dari akun instagram @noteforpeace)
Sawang-Sinawang.
Rupanya aku terbius sindrom “Sawang-Sinawang” lupa bahwa warna cerah milik bunga lain bukan berarti ia tak melalui duka untuk melaluinya. Kehidupan tak jauh berbeda dengan dua sisi mata uang bukan? Segala dicipta seimbang. Takaran tepat. Momen hingga sebab-akibat yang dihasilkan sudah diramu begitu sempurna oleh Sang Maha Rahmaan – Rahiim.
Kenapa aku mesti bermuram jika yang membuat skenario hidupku ialah Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang? Tidak ada yang lebih sempurna dari-Nya bukan? Ia Pemilik Hati. Yang Maha Membolak-Balikkan Hati. Sebaik-baik Perencana.
….
Untuk itu…
Kepadamu, bunga jelita yang hadir dalam episode kegamanganku atas nilai dan rupa diri, sungguh… rasanya ingin kuhaturkan terimakasih yang paling…sebab jika tidak berpapasan denganmu…belum tentu aku bisa melalui ujian ini dan tumbuh menjadi bunga yang lebih hidup dan menghidupi orang-orang yang disayangi dan menyayangiku.
Rasa pahit adalah konsekuensi dari obat agar kita sembuh bukan? Tapi…aku memilih menelan obat yang manis, dengan mengenalmu dan belajar banyak dari keelokanmu.
Rasanya amat disayangkan waktu jika digunakan untuk bermuram diri untuk hal yang ternyata jelmaan dari kerumitan isi kepala sendiri.
Mari kita saling menyapa, berbagi warna dan rona yang memperindah diri masing-masing. Dengan “saling” yang menguatkan akar untuk bertumbuh…mekar dan indah menghias semesta.  
“A flower does not think of competing with the flower next to it. It just blooms.”
“Ya Allah…give me eyes that see the best in people. A heart that forgives the worst, and a soul that never loses faith. Aamiin”
2 notes · View notes
izzulmafitri · 5 years
Text
Mata Lelaki dan Hati Wanita
Cinere, 18 Juni 2019
(00.54 WIB)
Selamat malam, detak yang melengkingkan luka. Kemana wajah rasa bisa bersembunyi dari kenyataan yang terus saja mengusik duka.
Aku tak menunggu pasang-pasang kata yang tersesat dari rumah maknanya. Sebab pada kenyataan dari sebuah perjalanan, arah pikiran bisa saja menyesatkan. Maka setelah membaca ini, entah kita membuka pintu atau menutup pintu, bisakah tidak ada kata maaf mengikuti masuk dan keluarnya perjalanan rasa?
Dua puluh enam tahun usiaku, dan aku masih saja merasakan “menjadi yang tak diinginkan”. paling tinggi puncak pengakuan yang kudapat ialah : “Kamu cukup baik” – Begitu sih menurutku — standar yang tak ada ruginya bersamaku—-kiranya begitu bagi yang lelah mencari peruntungan lebih terhadap seorang wanita.
*Kepada Rimba*
Hai Rimba! belantara rasa yang tidak pernah ada ujung-pangkalnya! Bahkan mengetahui apa dan bagaimana dirimu pun kamu tak tahu – Sama sepertiku, sebab sama mungkin kunyaman bersamamu. Menikmati tersesat hingga lupa jalan kembali atau melaju. Terimakasih kepada wanita mulia penggenggam namamu, yang tak pernah menyukaiku sebab aku—tak satu warna tanah denganmu. Darinya, aku bisa menemukan jalan dan bertemu laju kehidupan, Sebab kutahu tak mungkin aku mundur. Celakanya….aku memilih bertahan. Bukankah bertahan adalah bentuk laju yang paling bersahabat dengan keyakinan pada masa lalu? Ya…bertahan. Hingga kemudian, dua dan tiga paras bersembunyi di rongga ingatan, menjelma kenyataan, bahkan harapan. Kemana aku? Rupanya sudah tak kau simpan—sejak lama. Kita hanya sama-sama menunggu, untuk tergugu.
*Kepada Teduh*
Dari setiap patah yang singgah, kamu selalu bisa bertanggungjawab mengubur resah. Satu dua yang nyata kadang kutelan seolah tiada, sebab kamu lebih bertanggungjawab dari nyata yang ada. Aku menikmati dianggap ada dan diterima. Namun rupanya aku tak mampu mengenggam perasaan diinginkan. Ya. Menjadi yang kau inginkan, aku selalu haus.
Kudapati kamu mengasah kisah masalalu atas nama janji….tepat disaat aku tidak percaya-sebab teralu bahagia hingga bertanya dalam suka cita : “apakah benar kita saling membersamai?”. Gelap hariku, mendung, lebat kesedihan turun. Menyakiti dan terpatri, sayatannya seolah tak pernah kering, terkasih. Kemudian hari berlalu, dan aku masih saja begitu… memupuki kenyataan bertumpu pada ketegaran yang disiram rona syukur. Bagaimanapun kamu bersamaku. Meski entah…hatimu dimana – saat itu.
Seharusnya aku selalu begitu, cukup bersyukur sebab bahkan dahulu aku bukan siapa siapamu dan kamu bersamaku sejauh mimpi indah di siang bolong. Tahukah kamu bagaimana selama ini aku bertahan? Kuberi tahu, aku mengeja air wajah yang disayat hati dengan usapan syukur : Bersyukurlah, kamu masih dapat membersamainya, bukankah itu lebih dari cukup? Dibandingkan kamu yang dulu…yang selalu mengharapkan angan kemudian hanya bisa menepi sebab rupa  elok lainnya sudah lebih dulu mengisi hatinya?. Kurasa, diam-diam mencintai lebih baik, pengharapanku lebih utuh dimanjakan manisnya ketidakpastian.. Dibanding kita yang saling namun dirundung  resah sebab aku jadi terlalu serakah menginginkanmu.
Suatu ketika…kamu berkisah tentang seorang dara yang rupawan kepadaku—begitu lugu kisah itu kau utarakan. Kukatakan, adakah kiranya tertarik kepadanya? Ketuklah pintunya agar bisa menyambung kata dengannya. Kau bilang : “Untuk apa”. Percayalah…bahagiaku melambung dan aku begitu merasa “diinginkan” begitu girangnya aku terhadap frasa penolakan saat itu. Penolakan yang kumaknai sebagai menutup pintu hati dari selain aku, yang bukan aku, dan kamu hanya ingin semestamu dimasuki olehku. Percayalah bahwa aku teramat bahagia mengartikan bahwa kamu tidak mengetuk pintunya lebih dulu —entah bagaimanapun dia mengetuk aku akan selalu bahagia dan utuh percayaku jika saat itu kau teguh untuk “tidak melangkah lebih dulu”….Terkasih…menjaga nama baik bukan soal melangkah dan mengetuk lebih dulu, bukankah menyambut dengan pantas pun ialah selayak layaknya menjaga nama baik? Bukankah mengetuk pintu tidak berarti harus kau ketuk hingga pintu kamar dan jendela lengkap dengan pintu belakangnya? Bukankah cukuplah satu pintu diketuk jika memang ingin sekedar menyambung kata?
Terkasih….kau justru tampak sebagaimana pemuda kasmaran yang sedang penasaran. Membuatku kalah…..dengan keadaan. Percayalah…sejak saat itu….anganku membersamaimu sudah tak pernah utuh. Bukan karena aku tak mau, tapi karena aku sadar…aku tak cukup mampu memenuhi ruang rasamu. Kita bersama….hanya sekedar menunggu untuk tiada, mengantarmu pada titik kepastian akhir.
Duhai terkasih yang lembut hatinya…aku menyerah pada berbagai macam spekulasi yang muncul di kepala…menyakitkan untuk diingat, menusuk untuk dipikirkan, mengerdilkan aku seolah aku….kembali menjadi “yang tidak begitu diinginkan”. Kembali terbuka pintu di sudut kamar untuk memelukku dalam isak yang masyuk kemudian berteriak lirih….aku lelah…mengharapkan dan menerima. Sedangkan aku selalu ingin terus memberi. Maka, kuberdamai dengan situasi, untuk tahu kapan harus pergi…. saat kamu, sudah menemukan semestamu dan kejayaanmu kembali. Saat itulah, aku bisa pergi dengan berbahagia. Kamu bahagia, itu lebih dari segalanya. Bersama siapapun kamu nantinya, aku adalah wanita yang paling berbahagia, sebab tunai sudah tugasku untuk mendampingimu dengan segala keluasanku, dan menghantarmu menjadikan “sesuatu”. Toh aku selalu menikmati ketidakterbalasan, pedihnya justru membulirkan ketulusan. Bukan keserakahan untuk memilikimu.
Terkasih, aku cemburu pada caramu mengeja indera. Mengikat rasa pada rupa lalu kau abai pada rasa hati. Terkasih….semoga kau membacanya dengan hati yang seluruhmu kau tujukan kepadakau….sebab dari sekian kali lisan kita beradu pandang….mungkin bahasaku terlalu termakan ekspresi cemburu…hingga yang terdengar olehmu tak lebih dari dari rengekan kecemburuan wanita tanpa pertimbangan yang utuh terhadapmu dan nama baik yang kau perjuangkan….
Bolehlah kiranya aku berharap….pada hari depan yang baik, kumohon….aku….ingin…diperlakukan sebagaimana aku memperlakukan, dikasihi, dan dipuja begitu lekat, hingga tiada pintu yang terbuka untuk senyum dan ramah tamah membawa maksud tertentu. Aku…ingin utuh yang memelukku tanpa jeda, meski aku….bukan dara jelita.
0 notes
izzulmafitri · 5 years
Text
Yang Tak Tersampaikan
Kamu selalu sempurna – di mataku, juga di mata wanita  `lain yang mengharapkan pandanganmu, sedang aku terlalu biasa. Mencintai dengan mental manusia biasa, yang sedikit tergores bisa menumbuhkan tanya « Apakah aku benar-benar diinginkan ? ».
Kamu tahu patah hati yang paling menyakitkan adalah ketika kita bersama namun tidak bisa lagi « Bicara-dengar » bersama-sama. Bukan disaat cintamu bertepuk sebelah tangan – setidaknya kamu tidak disakiti oleh ekspektasi – hal yang bahkan tidak nyata. Akan lebih mudah menerima rasanya jika yang menyakiti adalah diri sendiri. Sumber sakitku bukan kamu --- seseorang yang selama ini jadi tempat kumengadu dan tersedu atas perlakuan dunia kepadaku.
Mungkin aku yang terlalu tinggi hati merasa begitu dicintai hingga pada suatu titik, aku kehilangan rasa tahu diriku semasa mengagumimu diam-diam. Dulu…rasa cukupku untuk berbahagia karenamu begitu sederhana. Mendapatimu menyapaku – menganggapku ada, dan berbicara denganku. Tidak ada rasa serakah untuk memilikimu atau membuatmu menjadikan aku sebagai wanita yang kamu gandeng tangannya saat menyeberang jalan. Kini aku malu….telah kehilangan diriku yang begitu sederhana mensyukuri keberadaanmu dihidupku. Membuatku kembali tahu diri hingga terucap kata ingin pergi.  
Melepasmu terlalu menyakitkan….belasan tahun berlalu menjaga kisahmu tetap indah bersama hati lain atau bersamaku….rasanya  menyesakkan. Aku mulai meraba rencana :
Esok bangun pagi harus bagaimana menatap layar ponselku ?
Esok saat bernapas dan ingin menyapamu lewat chat bagaimana aku menghadapinya ?
Esok saat melalui jalan dan tempat yang pernah kita datangi bagaimana aku menata hatiku ?
Esok saat aku teringat deretan kata manis dan rencana kita bagaimana harus kuterima bahwa nyatanya itu tidak berlaku dan tidak akan pernah terjadi lagi?
Esok saat aku menangis bagaimana harus kutemukan tawamu untuk bersembunyi dari kemalanganku?
Esok saat aku hendak tertidur bagaimana aku mengatasi kerinduanku kepadamu saat kamu muncul membayang di langit-langit kamar bahkan di kelopak mata saat aku terpejam?
Esok aku harus bagaimana…tanpamu….
Aku tidak bisa. Tidak sanggup. Tidak mau.
Membersamaimu dengan kualitas diriku yang semakin mudah tersedu oleh cemburu juga akan melelahkanmu.
Tangisku pecah mengingat kalimat meneduhkan pertamamu untukku di tepi pantai saat itu : « Bersamaku yang terakhir ».
Aku ingin dicintai dengan lantang….terkasih. Dicintai tanpa alasan untuk menyakitiku meski dengan peluang berprasangka.  
Dicintai tanpa lelah menduga-duga….dan disakiti oleh kemalangan karena                                                                                                   salah menduga, aku tersakiti sebab aku menyakitimu, meresahkanmu, membuatmu tak nyaman (lagi) dan tercengang dengan aku yang demikian sering merengek melihatmu memberikan peluang kepada yang lain untuk mengagumimu. Aku benci membayangkan kamu dikagumi oleh wanita lain – meski hanya dalam pikiran mereka – saja -  
Tapi…semakin aku membenci itu, semakin aku membenci diriku sendiri. aku lebih membenci diriku sendiri sebab telah bersikap begitu memalukan untuk kamu yang terlalu dewasa dan cermat dalam segala hal.
Dan aku benci terlalu banyak meminta….
Bukankah mencintai mestinya tanpa pamrih ?
Maka kupikir….aku yang sudah gagal membersamaimu.  
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
Oww i'm very happy ! Lucuuuyk yeay ! #membunuhwaktuluang #crafting
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
First pict, first design, first fairy tales project. "Siapa bilang makhluk kepala 2 tak perlu dongeng?" 😊 Semua dongeng diposting di @ruangjemari yaa. Selamat menemukan ruang rasa! #writing #sastra #creativewriter #creativewriting #indonesianwriters #yuknulis
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
Ini kisah tentang kamu yang berubah menjadi sosok Kulkas dalam rumah pasangan muda di Ibu Kota : komplit dengan hiruk-pikuk kehidupan, manis, sibuk, padat, hangat - yang casual. Kamu jadi saksi bagaimana pasangan muda itu menghabiskan waktu 'hidup bersama'. Bercerita tentang keseharian yang memang nyata, apa adanya, dan yang memang 'kita' tanpa ada bumbu 'penyedap' rasa. Recomended banget! Buat aku...buku ini MANIS! Kamu bisa baca buku ini di Storial ya. Suerr ini bagus banget. 😊😂
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
Dari semua platform menulis, saya lebih klik dengan Storial. Beberapa tulisannya kalem, hangat, cair. Kurang tau kalau di Wattpad (yang pasti bigger than Storial ya) but FYI, Storial ini platform buatan anak bangsa, sempat sedikit sharing dengan stafnya tempo lalu di Asian Literary Festival. Mereka open banget, dan mengayomi penulisnya ternyata. Jadi kalo mau nerbitin buku, bisa kontak merekanya atau mereka bakal menghubungi kamu berdasarkan rating dan pertimbangan tulisanmu. Trus trus...kamu bisa cari buku bacaan sesuai genrenya dengan mudah krn udh diklasifikasikan, yang bikin mata melek...ada genre sastra anak juga lho! Banyaaaak. Beberapa rak buku saya ya isinya kebanyakan genre sastra anak heheheee. Itu sih sebenernya yang bikin klik sama platform ini.
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
"Maafkan aku karena tergesa mengeja : Aku mencintaimu dengan sempurna. Beberapa jiwa percaya bahwa sempurnanya sebuah hubungan adalah ketika dua perbedaan bisa menyatu atas nama saling melengkapi. Semudah mereka mengamini kalimat kontradiktif : Kesamaan akan membuat sebuah hubungan berlangsung dengan amat tenang! . . Tidak dengan Rimba. . . Ia bahkan tidak pernah tahu persis hubungan macam apa yang sedang dijalani saat ini bersama wanita yang begitu diperjuangkan tanpa tahu untuk apa dan untuk siapa perjuangannya. Ia hanya tidak ingin terlihat sebagai : Pria jahat. Sebisa mungkin dihindarinya peran sebagai seorang : Pelaku. . . Begitu menyenangkankah memilih menjalani peran sebagai : korban??? . . 'Kamu sakit, Rimba! Sudah, cukup' . . Kemudian wanita itu meninggalkannya, atau sebenarnya justru ia yang lebih dulu ditinggalkan oleh jiwa dalam raga yang saat ini sedang diteriakinya bersama rasa takut kehilangan yang berlawanan dengan apa yang ia teriakkan. Ia ingin lagi..lagi...dan lagi...meski pria itu hanya dan selalu menyajikan episode pertengkaran dan pertengkaran yang semakin meruncing, membuahkan 'histeris' yang siap melukai keduanya kapan saja. Pilu yang siap menyergap saat itu juga. Kemudian memunculkan sesak yang mendekap begitu erat!" #SerpihanDuaMusim #Rimba #minibab #novel
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
"Didunianya, kehidupan harus memperlakukannya sebagai orbit yang diamini oleh gravitasi dalam sebuah galaksi. Membuat benda-benda disekitarnya bergerak lurus dilintasannya adalah hal yang mutlak. Hingga ia lupa, bersamanya...sebenarnya ia hanya sedang mencipta gema dari keinginannya sendiri. . . Suatu hari, ia temukan dirinya tergugu pada tawa-tawa yang ia cipta dengan sempurna : 'Sebenarnya siapa yang kucintai? Ternyata, aku jauh lebih mencintai diriku sendiri'" #SerpihanDuaMusim #Paras #MiniBab #novel
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
"Semesta begitu memujanya. Bahkan langkahnya seperti menggiring pasang-pasang mata pada tiap derap kakinya membuai bumi. Beberapa ruang kosong dalam hidupnya bahkan tak mampu menyembunyikan bagaimana ia membawa tawa bagi semesta. . . Pada suatu hari...terlalu banyak mencipta tawa membuatnya lupa : seseorang disampingnya....yang dengan tulus menjaga jejak-tabur tawanya, ternyata luput dari orbit gelak tawanya! Terlempar begitu jauh, membuatnya harus pasrah pada pupus" #SerpihanDuaMusim #Cita #MiniBab #novel
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
"Ia melangkah tanpa keraguan. Sebelum ia melangkah, kerangka berpikirnya tak pernah berpasrah pada spontanitas. Segalanya harus pasti jika pun ia tak tahu apa yang akan terjadi sedetik nanti. Tanpa pertimbangan...dirinya tak berdaya : lemah dan semakin parah. Kebaikan dan kebenaran adalah hal "saling" yang tidak serta-merta mendatangkan "YA" jika lepas dari koridor kesesuaian versinya. . . Bodoh adalah saat kamu tak tahu mengapa kamu melakukan sesuatu. Konyol adalah saat kamu masih saja melakukan sesuatu tanpa tahu apakah itu benar atau salah. Kehidupan adalah rasionalitas dan kepercayaan pada Kitab Suci tanpa harus jadi sok suci. Perkara hati adalah bahasa masing-masing. Bahagia adalah tanggungjawab masing-masing. Berlebihan adalah "gaya bahasa" masing-masing. Semua yang bukan dia, bukan urusannya. . . Jika boleh kuterjemahkan bagaimana semesta memperlakukannya... Sebagian menaruh binar lalu hatinya terbakar, sebagian lagi menaruh caci karena tak bisa menjadi sepertinya. Mengapa? Sebab kearifan rembulan mengisi segenap hatinya, hangatnya terpancar ke sudut mata siapapun yang memandang : hangat namun taj menyengat" #SerpihanDuaMusim #minibab #Teduh #novel
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
"Tidak ada wanita sempurna baginya selain ibunya dan wanita yang saat ini sedang ia genggam erat tangannya. Keduanya melaju menggunakan sepeda motor tua menyusuri malam bergerimis di Jalan Manggis Kota Batik dengan sajian deret klenteng dan Vihara berbau dupa di malam 21 Desember tahun itu. Kata sempurna itu begitu jelas dan akan selalu demikian penerimaan sempurnanya rasa merah muda itu baginya. Dunia pun tahu, keduanya saling memiliki tanpa perlu menyakiti siapapun. Selebihnya hanya akan ada senyum, tawa kisah ceria dan doa diantara keduanya dan siapapun yang menyaksikannya" #SerpihanDuaMusim #writing #novel #MiniBab
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
"Episode hidup faoritku adalah berlama-lama menatap punggung itu berlalu tanpa sepengetahuan pemiliknya. Dunia seperti berputar mengelilinginya. Membawaku ikut berputar pula. Kemudian, putaran itu mencipta getaran yang mendendangkan lagu cinta. Getarannya mendayu-dayu, begitu hidup dan memberiku udara ceria seketika. Seceria yel yel cheerleaders mengiringi kapten basket keren mendrible bola menuju ring dan meraih triple point dari shootnya! Ceria-yang-meriah!" . . #SerpihanDuaMusim #Satu #Epilog
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
Cuacaku yang bertanggungjawab 😊 #Repost @ridhajiwa (@get_repost) ・・・ Syair perkara patik, tuan dan daratan burma seberang ranah melayu
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
*Sajak Cemburu* Tadinya sudah kuketik sajak...dan sajaknya hilang karena notif yang tak sengaja terpencet (terkutuklah notif itu) 🙍 dan sajakku berubah. . . Berjuanglah Bang. Jangan lupa jalan pulang. Didepanku, atap bumi menyajikan atraksi Elang yang selalu terbang. Sedang dimatamu, aku ingin jadi Manyar yang tak pernah ragu berumah. Sebab, kamu adalah semesta percaya yang selalu saja lebih logis dari prasangka. Tempat yang membuat mataku terbuka bahwa utuhmu adalah penerimaan seluruh atas tinggi-rendah, datar-pejal, terjal-rata, dalam-dangkal, bercahaya-kelabu, terik-mendung. . . Kamu cuacaku yang bertanggungjawab. Menghadirkan sendu dimataku beserta binar sesudahnya. Tapi kau harus tahu, cemburuku lebih merdu dari keluasan hatimu mendengarnya, tuan. Untuk itu, bisakah kuminta hati yang lebih lapang untuk memelukku yang masih tersedu-sedu? Indramayu, 24 September 2017
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
Song about Birds - Agniyo Barto (Illustration by Genrikh Valk) Agniyo Barto adalah salah satu penyair yang menggunakan diksi teramat simpel untuk mengajarkan dasar-dasar perilaku & moralitas yang baik pada anak-anak di masa Soviet. Ini penulis kedua setelah Korney Chukovsky yang karyanya saling "balap". Saya jatuh cinta dengan puisinya yang ini (meski beliau berada di bawah otoritas standar penulis Soviet) : . . A teddy bear was dropped on the floor. And someone tore off his paw. But I won't leave him there. Because anyway he's a good bear. . . (tapi kalo bear nya jelek...teteo diambil apa nggak ya? *malahmikir*)
0 notes
izzulmafitri · 7 years
Photo
Tumblr media
Dan. Setelah berpikir untuk menerjemahkan sastra anak... Saya menghabiskan waktu untuk crosscheck latar belakang penulis, kembali membaca sejarah (perlu kewaspadaan 'lebih' untuk menuangkan niat baik menerjemahkan karya sastra - yang - penulisnya sebagian punya track record 'aktif' dan 'berterima' di periode Soviet - meski karya yang diterjemahkan terbitnya memang pasca Soviet).. Kemudian... Saya jatuh cinta dengan Korney Chukovsky. When "The Crocodile" can be compared to that of "Harry Potter". Semoga kami 'klik' ya. . . Saya jadi ingat cita-cita awal jadi maba, saat yang lain jawab "Mau jadi diplomat"...saya justru bergumam dalam hati "Mau jadi penerjemah (Presiden)" *Lol Agak geser dikit gakpapa ya..ehehe...penerjemah sastra anak. Siapa tahu anak yang baca terjemahan aaya nantinya jadi presiden 😂😂😂 kan sama aja tho *Lol
0 notes