Text
Semua yang kamu mau nggak semua bisa sesuai keinginanmu, Indri.
Harapan dan doa itu adalah cara agar sekecil apapun dihidup ini berjalan sebagaimana mestinya.
Yang baik, disyukuri.
Yang buruk, diikhlaskan.
Tapi pertanyaannya, ikhlasnya manusia itu sampai tahap apa?
Padahal segala sesuatu yang ada ini pasti beralasan,
Lalu timbul pertanyaan lagi, sejauh mana manusia bisa menerima alasan itu?
:’)
1 note
·
View note
Text
coba pahami,
Tanpa menyudutkan pihak manapun, hari ini mau sharing tentang sudut pandangku untuk kasus beda gender apakah teman dekat sudah pasti sahabat?
Jadi, disini akan lebih membahas case untuk kita nih yang sedang in relationship with kalau masih sendiri kyaknya nggak akan rumit banget hehe
Based on pengalaman versi aku (inget, versi orang lain belum tentu sama), sahabat itu singkatnya orang terdekat yang jadi tujuan cerita apapun mulai dari yang ringan; hal receh, hal konyol sampai yang berat; masalah kehidupan, cinta-cintaan, rahasia yang nggak ada orang lain tau dan paling terpenting selalu support kita. Dia paham kapan harus kontak kapan enggak, nggak saling kontak bukan berarti dia lupa atau kontak ketika butuh, bukan.... bukan itu, tapi karena:
Timingnya belum tepat karena sibuk, pengen belajar menghadapi masalah sendiri, dan satu lagi, tau batasan ketika sahabat kita udah punya pasangan, karena nggak semua masalah hidup ini harus diceritainkan? Ayo belajar tangguh!
Trus gimana kalau temen deket? Temen deket itu banyak asumsinya, deket karena hal apa? Misal, temen deket pas kuliah karena satu organisasi, temen deket karena dulu pernah satu kosan, temen deket karena sering curhat masalah percintaan? Bisa juga dibilang temen deket, ya memang sedeket itu karena bahasan satu topik itu berlanjut jadi bisa sedekat itu mereka.
Tapi..... apakah temen deket itu bisa dibilang sahabat? Kalo buatku itu belum tentu, sahabat tuh levelnya lebih tinggi dibanding teman dekat, dekat bukan berarti sahabat karena ya dia merasa dekat aja hanya sekedar nyambung cerita panjang lebar saling berbalas topik tapi apakah mereka support kita tanpa kita bilang “dukung gue ya, semangatin gue dong” ? Hehehe jawabannya, enggak. Teman dekat itu cuma fokus dimasalah atau topik yang sedang ingin kita bahas, hanya teman sharing aja. Dia nggak akan segan buat hubungi kita hanya untuk membahas topik satu ke topik lainnya.
Beda dengan sahabat yang emang nggak sekedar jadi teman sharing, tapi temen yang care, paham situasi dan kondisi sekaligus orang yang selalu support kita. Feeling mereka akan main ketika kita lagi ada yang nggak beres, atau mereka pasti akan dengan pedulinya tanya progres yang lagi kita jalanin dan yang paling penting dia bisa memposisikan diri dia ketika tau sahabatnya sedang menjalin hubungan serius dengan seseorang. Nggak ada tuh keinginan memilikinya lebih besar dengan dalih “sebelum sama dia, gue udah lebih dekat duluan kok”, menurut gue ini salah besar, sahabat nggak ada yang begitu hehe kecuali sahabat yang punya perasaan khusus ya, beda cerita.
Sampai sini,
Udah tau bedanya?
Hidup itu kan, apa yang orang lain lakukan ke kita harus sejalan dengan apa yang kita lakukan ke orang lain kan? Eh gimana kok rumit haha, ya singkatnya definisi yang ditanam itulah yang dituai.
Punya sahabat yang beda gender disaat kita lagi menjalin hubungan serius itu nggak sulit, kuncinya tepat posisikan diri aja. Coba tanam baik-baik deh, sahabat menjalin hubungan itu juga buat masa depannya dia kan? Jadi wajarkan kalau banyak waktu yang diluangkan buat pasangannya? Jelas kalau ada perubahan yang dulunya bisa begini sekarang nggak bisa, lalu haruskah kita merasa kehilangan? Big no! Buat apa sih merasa kehilangan, hello, kalau butuh bantuan selama bisa dibantu akan dibantu, tapi jangan lupa jaga perasaan pasangannya juga, ini sangat perlu. Harusnya kalian, kamu dan pasangan sahabatmu itu bisa saling support, buat semua nyaman, bukan kamu berlindung dan menutupi hal-hal yang kalian lakukan tanpa ingin diketahui siapapun.
Itu salah besar,
Dan menurutku,
Sahabat pasti ingin semua baik-baik aja,
Sahabat juga peduli akan orang-orang disekeliling sahabatnya; pasangan, orangtua, lingkungan kerja, dan lainnya
Sahabat gak akan terus menerus mengeluh dengan hal yang sama, dia juga ingin kamu tumbuh jadi orang yang kuat, toh selama ini banyak solusi yang dikasih kan?
Sahabat akan bersikap layaknya sahabat, aku rasa kamu paham,
Kalau tiga pernyataan diatas berlawanan, artinya dia bukan sahabat kamu,
Sesederhana itu.
1 note
·
View note
Text
Sejauh ini kadang bingung sama diri sendiri, kadang mau nengok ke belakang atas hal-hal yang kurang bisa diterima tapi begitu terus menerus juga nggak baik.
Iya, udah tau nggak baik tapi masih aja,
Entah kenapa masih sulit buat menerima, masih sulit buat yakinin diri sendiri, masih belajar gimana caranya jadi manusia yang bisa ikhlas seikhlas-iklasnya-ikhlas.
Hal yang dulu nggak pernah ada dipikiran, sekarang rasanya hampir tiap saat. Dulu bisa jalanin se-santai itu sekarang penuh kekhawatiran. Dulu yang begitu percayanya, sekarang sedikit luntur.
Kadang suka nangis,
Kenapa hal ini terjadi disaat semua sudah berjalan jauh,
Jauh,
Karena aku nggak pernah ada diposisi sejauh ini.
Dipikir lagi ini takdir, sudah jalannya begini, kamu nggak bisa apa-apa Indri.
Lebih-lebih,
Aku terlalu nyaman buat jadi diri sendiri, sampai nggak sadar kalau ada hal yang harus diperhatikan sedetail itu.
Yaudah jangan sedih lagi ya,
Senyum,
Masih banyak hal yang bisa kamu lakuin,
Berjuang untuk online shop kamu,
Apa yang sudah ditakdirkan buat kamu, nggak akan jadi milik orang lain kok.
3 notes
·
View notes
Text
Kejutan kecil
Wah ada yang menang undian kfc nih?????!! Banyakkkk banget
Haha engga deng boong. Jadi hari ini pria yang berdiri di latar ala-ala desa Bali sambil bawa sekantong makanan ini berganti umur, alhamdulillah umur dia sama aku sekarang sama, happy 24 Edo!
Beda dari ulang tahun sebelumnya, kali ini doa-doa apa aja buat Edo nggak aku bilang ke dia, yang jelas doa yang baik dong ya. Aku yang berdoa, aku yang ng-aamiin-in, bhaiklah gpp.
Sebenernya dari dulu sejak berkomit sama pria ini, kita berdua nggak pernah ada di moment ulang tahun masing-masing dari kita, resikonya ya begini pasangan ldr, nggak bisa selalu ada di moment spesial meskipun tanpa kehadirannya moment itu udah spesial kok, salah satunya ulang tahun ini.
Kita sama, sama-sama nggak mau ribet dan dipusingkan dengan kejutan ala-ala seperti pasangan yang biasa disebut goals itu, dateng diem-diem lalu bawa bunga atau kue lalu foto bareng sebagai konten untuk dishare hehe. Kalau ditanya, “tapi mau kan ditreat seperti itu?” jawabannya “ya jelas mau, siapa yang nggak mau”. Tapi balik lagi, itu bukan hal penting yang harus dilakuin oleh salah satu dari kita. Selain karena emang kesibukan ya karena jarak juga.
Tapi beda dengan hari ini, entah kenapa aku ada keinginan untuk mentreat dia seolah-olah aku itu ada di depannya. Gimana bisa? Kebetulan hari ini dia libur sehabis shift malam, aktivitas yang biasa dia lakuin sampai rumah lebih sering tidur lalu siang bangun buat solat lalu tidur lagi dan bangun lagi untuk sholat ashar, nah biasa sore lanjut voli, tapi karena ini hari Jumat jadi nggak ada jadwal voli.
Iya, iya, lalu gimana lanjutannya?
Sabar haha
Bangun tidur sore pasti dia laper, pengen langsung ada makanan, dan inilah waktunya aku beraksi huehehe. Dimulai nanya temenku Nizar lagi free atau enggak, lanjut kebingungan mau beli makanan apa karena disana pilihannya dikit pakai banget jangan bandingin sama disini huhu. Akhirnya fix untuk beli salah satu pizza dengan kearifan lokal di Dumai, udah sampai tahap pilih menu lalu fix, ok ok, tiba-tiba Edo bilang lagi pengen kfc dan beruntungnya pas banget dia mau ngajak Nizar pergi sorenya buat makan bareng... Yaudah langsung aja aku minta Nizar buat beliin menu kfc yang sudah ku pilih sebelumnya, Nizar ku suruh pilih juga, dan
TARAAAAAAAAA
Ini dia pria yang mengisi ceritaku hari ini. Edo, yang Insya Allah kelak menjadi teman hidupku, aamiin. Banyak hal yang sudah aku dan dia jalani bisa sampai dititik ini, pernah berbuat kesalahan itu pasti dan memafkan itu kuncinya.
Tetap bersamaku selalu ya,
Semoga kamu berharap hal yang sama,
Wah aku kok jadi melow hehe.
Terakhir,
Dia bilang dia gini,
Terharu :’’’’’
Pengen nangis
Kenapa si kepikiran aja :’’’’
Dengan cara kayak gitu
----
Hehe, aku juga terharu rencanaku supaya seolah-olah aku ada di depan kamu untuk kasih kejutan kecil akhirnya berhasil. Sampai bertemu lagi di tangal 05 April tahun depan, make it happen Edo! :)
0 notes
Text
Setidaknya aku sudah mencoba yang baik dari yang terbaik, mungkin ini caraku, yang banyak penilaian tidak seharusnya begitu tapi memang menurutku harus begitu. Maaf untuk segala kekurangan yang ada di dalam diri ini, terlebih baik buruknya itu penilaian orang saja, toh kita sama-sama manusia.
Mungkin aku terlalu excited, belum pernah sampai di tahap ini, tapi justru malah menjadi boomerang yang mungkin banyak pihak dirugikan. Termasuk kamu, aku sangat minta maaf.
Kalau saja aku bisa menjalani ini sendiri, mungkin tidak akan ada kalimat "menurut kamu gimana" atau "kenapa ya, aku bingung"
Proses memang perlu.
Dan ada saja momen yang membuat otak ini selalu membuka hal-hal yang sejujurnya luka itu muncul kembali, dan aku masih ingat betul bagaimana ada di posisi itu, rasanya ingin sendiri tapi aku tau kalau aku belum mampu karena tujuanku jauh lebih penting dibanding harus memilih menyudahi.
Terlebih, itu bukan solusi.
Restu yang didapat nggak cuma-cuma, aku berjuang, kami bukan cuma aku. Disaat orang lain berjuang untuk mendapat restu, saya sudah jauh melangkah.
Dari sini aku diingatkan kembali, dan belajar lagi bahwa manusia pasti punya kendala masing-masing, aku dan mereka nggak sama, ingat ya nggak sama. Pengulangan kalimat agar membuat aku yakin kalau sebenarnya aku mampu melewati ini, hanya perlu usaha lebih lagi, mencari celah dan berdoa tidak ada henti-hentinya.
Aku rindu,
0 notes
Text
Cerita sedikit disela kerja
Karena sudah lama tidak, mari saatnya bercerita lagi.
Senin pagi ini pasti banyak list yang harus segera berubah status menjadi Done. Haha artinya satu beban negara selesai. Nggak cuma hari Senin sih, bahkan setiap hari,�� buat seorang yang kerjanya “hanya di Rumah” seperti aku rasanya nggak ada pembeda antara weekdays dan weekend.
Lanjut ya,
Sekarang mau bercerita tentang bagaimana bisa sampai di titik ini. Bukan cuma karir, tapi masalah percintaan juga harus perlu disyukuri. Dan saya ingin bahas pernyataan kedua hehe.
Untuk yang belum kenal, baiklah aku perkenalkan. Sampai saat ini dan semoga seterusnya, aku menjalin hubungan dengan teman kuliahku yang Insha Allah kelak akan menjadi teman hidup aku. Sampai di titik ini yang aku rasain tuh ya enjoy banget, tapi ada sulitnya juga, bahkan pernah ada di titik harus memilih untuk tetap bersama atau kembali sendiri. Terkadang memang perlu waktu untuk sendiri lalu berpikir jernih tanpa ada balutan emosi lagi. Banyak dikitnya masalah itu pembelajaran utama. Dan lagi-lagi bersyukur, karena masalah itu hubungan ini jadi berjalan semakin dewasa, ke jenjang yang lebih serius lagi kalau kata orang.
Tahun ini masuk tahun ketiga. Kalau dibandingkan awal pendekatan dengan sekarang ya rasanya beda bangeeet. Kesibukan kerja, jam kerja, waktu senggang juga salah satu faktor yang merubah pola obrolan disetiap chat. Lebih berkualitas, dengan waktu yang nggak bisa seintens dulu. Selain itu, diawal perkenalan memang sudah tau kalau ‘nanti akan LDR’, tapi kalau ibarat angka satu sampai lima, sekarang ada di angka ke empat. Kok gitu? Bertahap sih, dulu setiap dua minggu sekali bisa quality time, berubah lagi jadi kurang lebih 2-3 bulan, sampai pada akhirnya 6>lebih untuk bisa ketemu dengan manusia introvert dan penyabar ini.
Kalau denger cerita orang, makin lama pacaran makin flat dan bosen, ditambah jarak jauh yang sulit buat ketemu, yap paket lengkap. Nah, tapi justru aku sangat tidak seperti itu. Semakin kesini, banyak hal baru yang bisa jadi bahan sharing, mulai dari kehidupan setelah menikah, mekanisme tabungan, bahkan konsep pernikahan yang sangat bersyukur banget aku dan dia satu prinsip, ditambah rutinitas sederhana lainnya yang biasa aku dan dia lakuin justru nggak bikin boring tapi selalu berakhir manis.
Btw nulis ini bikin senyam senyum sendiri haha entahlah manusia introvert satu ini selalu membuat aku jatuh cinta dengan caranya sendiri disetiap harinya, dan semoga seterusnya.
Bisa berjalan sejauh ini nggak akan bisa kalau nggak ada komit dari masing-masing, aku dan dia. Saling tau kemana alur dari hubungan ini, bisa menjadi pemaaf disetiap kesalahan/ khilaf yang memang takdirnya seperti itu, selalu do the best disetiap langkah yang diambil dan paling penting bisa menjadi teman yang selalu dukung goals, penenang dan penyemangat disaat hati dan pikiran nggak sinkron.
---
Udah ya sekian dulu hehe, aku mau lanjut kerja lagi. Untuk yang baca ini, bantu doanya ya semoga aku dan pasangan bisa berubah status diwaktu yang tepat tanpa halangan hihi. cyeeriiooo~
1 note
·
View note
Text
Dilan 1990.
Film yang lagi booming ini emang lagi jadi bahan obrolan banyak orang, meskipun nggak suka suka banget nonton film tapi kemarin ada keinginan aja buat nonton karena lagi pusing dan sedih jadi intinya mencoba cari hiburan yang asik tapi murah haha.
Sebelumnya aku belum pernah baca novel karya dari Pidi Baiq berjudul Dilan 1990, yang ternyata ada lanjutannya Dilan 1991 lalu Milea. Dari jaman aku kuliah, novelnya pun udah banyak yang review bagus dan emang bener, buktinya sampe dibuat film gini. Wow.
Ini pandangan aku sebagai orang awam yang sama sekali belum pernah baca novelnya, tapi ternyata film ini bisa bikin senyum-senyum sendiri dan terbawa perasaan. Pidi baiq menceritakan tentang masa anak SMA yang lagi jatuh cinta dengan apa adanya, dan berhasil dikemas dengan cara yang beda dan diluar nalar sih. Eh maksudnya, nggak kebayang kok ya ada cowok semacam Dilan ini dan Milea yang semanis ini.
Milea adalah anak Jakarta yang pindah sekolah ke Bandung karena ikut ayahnya dinas, dan disinilah awal pertemuannya dengan Dilan. Kalau dipikir ya emang klasik banget sih, Milea yang cantik pasti disukai banyak orang, termasuk Dilan. Tapi yang bikin ini beda adalah cara Dilan buat dapetin Milea yang sebenarnya dia pun udah punya pacar di Jakarta haha. Anak SMA mana sih pikir panjang soal pacaran? Apalagi kalau di kagumi cowok berwujud Iqbal CJR yang tiap hari selalu hadir dengan ramalan khas-nya, jago gombal, manis-manis gak jelas, tatapan matanya yang bikin salah tingkah ditambah keren pula anggota genk motor terkenal di Bandung kala itu. Aku rasa Dilan ini sosok yang sangar alias lelaki banget tapi baik hati.
Tambahan lagi, Dilan tuh emang sosok yang ajaib sih, dimana Dilan yang hobi banget kasih banyak hadiah gak penting tapi rasanya spesial, telpon hanya untuk ngegombal dan bilang selamat tidur, tiba-tiba aja muncul di teras rumah yang pada akhirnya Milea jatuh cinta. Yang aku tangkep disini cara dia sesimple itu ya tuk-jatuh-cinta haha.
Tapi lagi lagi ya emang ini sesungguhnya cinta jaman SMA, terlalu cepet buat bilang iya, terlalu dini buat mikirin bahwa hubungan ini bakal dibawa sampe nikah. Belom lagi yang di otak isinya nanti pulang sekolah makan bareng dimana, mikirin mau kasih surprise apa, telfonan sampe kuping panas padahal ya besok ketemu juga, meskipun dulu terlihat sweet tapi sesungguhnya sangatlah labil haha. Hmm, tapi bersyukur sih setidaknya aku masih bisa balance dengan nilai sekolah.
Pokoknya pacaran jaman SMA ya harus macem Dilan-Milea ini!!! Kalo udah seusia sekarang gaya pacarannya masih macam itu? Gak kebayang hehe.
Intinya efek dari abis nonton Dilan 1990 bikin seneng kegirangan banget! Dan jujur akupun jadi inget gimana masa-masa SMA jamanku! Gaya pacaran yang nggak banget dan nggak perlu diulang ya pas jaman SMA ini haha.
Jadi pengen cepet-cepet liat kelanjutan ceritanya, eits tapi harus baca bukunya dulu deh. Baiklah.
1 note
·
View note
Text
Dia, Ecaku.
Woah bingung juga ya mulai dari mana haha. Jadi, cerita kali ini lebih santai sih, cuma mau cerita tentang salah satu ponakan aku yang masih duduk di kelas 5 SD.
Namanya Keyzza, dari kecil biasa dipanggil Eca, dan sampai sekarang. Dari semua ponakan aku, dialah satu-satunya yang perempuan. Dia itu sering banget bilang ke aku “Ante ndi, nanti kalau punya anak cewe ya, biar Eca ada temen main”, dan aku cuma bisa bilang “Iya nanti ya, nikah aja belum hahaha”. Oke lupakan sejenak tentang jokes itu, lanjut ke awal ceritanya.
Sejak orangtua Eca itu resmi cerai tahun lalu, Eca tinggal satu rumah denganku, lalu adeknya tinggal dengan ibunya. Iya mereka berdua dari kecil harus pisah. Sebenarnya awal mula saat hak asuh anak sudah keluar, Eyangnya alias Papaku, selalu setiap minggu mengantar Eca ke rumah ibunya, nanti dijemput lagi Minggu sore karena besoknya Eca harus sekolah. Ini semua demi psikisnya Eca supaya nggak memburuk. Dia masih bisa main dengan adeknya, masih bisa ketemu ibunya, yang intinya cerai nggak akan membuat anak-anaknya sedih (harapannya).
Makin berjalannya waktu, rencana diatas tadi udah nggak dijalanin lagi karena ada faktor yang nggak bisa aku ceritain disini hehe. Nah mulai saat itu aku sama Eca bener-bener deket banget, ibaratnya dia udah seperti adek aku sendiri. Banyak hal yang aku tangkap dari perkembangan Eca, dan satu hal yang aku tau kalau ternyata belum pernah sekalipun aku liat dia sedih dan nangis. Anak seumur dia memang lagi sangat-sangat butuh kasih sayang orangtuanya terutama ibunya, tapi bersyukur Eyang Utinya alias Mamaku bisa jadi sosok itu.
Lebih dekat sama Eca membuat aku semakin tau susahnya mendidik anak. Gimana caranya anak itu paham maksud kita kalau marahnya kita adalah bentuk kasih sayang, bukan benci. Gimana cara ngajarin dia untuk suka belajar, paham kewajibannya dan mulai belajar tanggung jawab. Nggak kerasa Eca udah sebesar ini, bahkan waktu itu aku kaget saat dia sudah menstruasi lalu dia tanya seputar hal itu dengan kepolosannya.
Sampai detik ini belum pernah sekalipun aku berani untuk tanya keinginan atau curahan hatinya yang mungkin pernah terlintas tapi bingung mau cerita ke siapa. Tapi aku nggak pernah absen untuk tanya “Eca mau makan apa? Eca mau dibikinin makan apa?” Pernah waktu itu dia mau ngemil tapi aku yang lagi males banget buat keluar rumah akhirnya ide buat bikinin dia cemilan. Aku buatin dia omelet keju, aku tambah sedikit tepung terigu jadi taste nya akan mirip roti gitu hoho
Dan TARAAAA!!! Eca suka banget!! Berkali-kali dia bilang, “Enak ante ndi, buat eca semua ya haha, ante ndi nanti bikinin ini lagi ya yang banyak”. Seneng banget sih ternyata dia suka makanan hasil racikan tangan ini, simpel dan gampang banget bikinnya. Sampe dia gak rela sisa dua potong omeletnya itu habis, akhirnya dia ambil nasi dan makan lahap banget, padahal sebelumnya abis makan haha. Jangan cepet-cepet dewasa ya Ecaku.
1 note
·
View note
Text
Harus belajar lagi.
Di sisa persekian hari lagi yang seharusnya aku bisa berbicara tentang hal-hal yang mungkin lupa atau lebih nyaman untuk diceritakan secara langsung, nyatanya hanya wacana. Padahal aku pikir memori handphone ini akan terisi potret keseruan hari itu, setidaknya ada satu foto favorite diantara sekian foto yang ada.
Manusia memang pintar berencana, namun lemah untuk belajar ikhlas. Ikhlas untuk menerima kenyataan. Kendala diluar kendali yang kadang masih sulit diterima, seolah-olah seperti anak kecil yang menangis hanya saja tidak dibelikan mainan oleh ibunya.
Manusia terkadang pintar menilai orang lain, mungkin diri ini juga, saat menilai tingkat kedewasaan seseorang. Dengan satu hal yang belum pernah ia alami, namun saat hal itu dialami sendiri, yang ada air mata mengalir terus dan berpura-pura semua baik-baik saja. Dua pihak yang memang tidak bisa disalahkan.
Semua ini tentang jarak,
Dari dulu aku menganggap, jarak akan selalu berhasil membuat waktu dan momen menjadi lebih berharga. Tanpa disadari, satu persatu momen yang mungkin tak bisa diingat secara detail akan terkenang melalui potret diwaktu itu. Meskipun harus menahan rindu dan berharap secepatnya bertemu lagi.
Namun setelah ini mungkin agak berbeda.
Bukan saja tentang jarak, tapi rasa yang semoga tidak akan pernah berkurang sedikitpun sampai perlahan jarak bukan lagi hal yang harus dikhawatirkan. Dan lagi lagi aku masih berharap untuk bertemu, sekedar memberi ucapan semangat, hmm setidaknya aku sudah belajar ikhlas jauh hari.
1 note
·
View note
Text
E/
Setahun lebih bukan waktu yang sebentar untuk lebih dari sekedar tau tapi mau menerima tentang buruk baiknya seseorang. Kira-kira kalau dihitung sudah berapa kali ada di masa down, bukan hanya aku, tapi juga dia. Memang saat aku down, dia berusaha membuat happy lagi dan sadar kalau masih ada hal lain yang harus aku syukuri. Dan sebaliknya sikap dia ke aku.
Extrovert itu aku, dan dia adalah lawan dari aku. Memang bukan aku aja yang heran, bahkan beberapa teman yang kenal juga heran, kok bisa sih kalian. Pembawaan yang beda, cara berbicara juga, tapi satu hal yang membuat kita bertahan adalah pemikiran.
Pemikiran yang aku maksud nggak melulu selalu sama. Menurutku A, lalu dia juga A. Oh, nyatanya justru terbalik. Banyak pemikiran yang beda, aku maunya begini tapi menurut dia itu nggak harus seperti itu. Awalnya memang banyak debat tentang prinsip masing-masing, tapi nyatanya salah satu antara kita ada yang bisa terbuka pikirannya dan menerima kalau yang terbaik tuh begini loh.
Di lain sisi,
Banyak hal yang kadang membuat aku kagum tentang pemikirannya, keinginanya dan cara penyampaiannya. Contoh simpelnya tentang riba. Jauh sebelum kenal dia, aku nggak paham tentang riba tuh gimana sih.Sampai akhirnya dia perlahan mencuci otak ini untuk jauh jauh deh sama riba! Ini salah satu hal simpel tapi berdampak luar biasa, kalau hal yang bersifat pribadi itu rahasia hehe.
Jujur aku seneng banget bisa sampai di titik ini, ditemani orang yang nggak sekedar bisa nerima banyaknya kekuranganku tapi juga bisa membuat aku lebih baik. Dan dia pun demikian. Ini terlihat cheesy sih, tapi memang nyatanya seperti itu.
Sedihnya,
Awal tahun nanti udah ada satu ujian lagi yang ibaratnya aku udah tau dari sekarang tapi belum kebayang akan seperti apa. Semoga diri ini tidak banyak drama, sedih dan sabar menunggu kehadiran dia
,
Dia yang sampai saat ini masih mau terus bersamaku, dan semoga seterusnya.
1 note
·
View note
Text
Dalam hal memilih.
Nggak dipungkiri selama saya pernah menjalin hubungan dengan seseorang, banyak hal yang membuat saya belajar. Mulai dari yang nggak bisa kalau sehari nggak ketemu, nggak bisa kalau sehari aja nggak ada kabar. Rasanya apapun ingin dilakuin sama dia, padahal ini sungguh nyiksa setelah sadar. Seperti ada sosok orang lagi setelah orangtua yang berubah ikut mengatur hidup saya, padahal hanya status pacaran ala anak SMA yang mungkin saat itu masih terlalu cepat untuk yakin kalau “aku akan selamanya sama dia, terus, dan hanya mau sama dia”. Sebodoh itu gaya pacaran waktu itu, tapi kenapa bisa lama dan hampir lebih dari setahun untuk bertahan. Cinta itu buta (mungkin) benar adanya. Ewh, ini semua apa sih haha
Tapi makin lama makin sadar kalau memang sudah saatnya mencari seseorang yang bisa long-term. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, saya harus bisa menerima begitupun sebaliknya. Kalau saja mencari yang sempurna rasanya nggak mungkin. Pertama, saya ini siapa anak konglomerat bukan. Kedua, menerima kekurangan rasanya jauh lebih nikmat karena sadar bahwa diri saya masih banyak kurangnya juga.
Saya yakin diusia dewasa ini pasti akan ada terselip obrolan mengenai pasangan, entah sedang mencari, menjalin atau sudah mengikat hidup bersama. Mereka lucu, kadang saya sampai bingung dengan alur ceritanya. Mereka bertemu ditempat yang nggak pernah terlintas sedikitpun, mereka yang dulu pernah bilang “nggak mau dan nggak akan sama dia” nyatanya justru hidup bersama, mereka yang nggak direstui orangtua lalu harus ikhlas untuk saling melepaskan.
Cerita orang dewasa memang perih terkadang, harus ada yang mengalah dan merelakan. Penting untuk sadar bahwa hubungan yang saat ini masih belum ada hitam diatas putih, harus bisa menerima kenyataan kalau saja suatu waktu kandas. Namun harus berani merencanakan satu dua tiga hal yang nantinya akan dijalani bersama, lalu berfikir kedepannya akan seperti apa. Mau bertukar pendapat dengan obrolan yang penuh kata-kata “seandainya nanti….” padahal ini hanya rencana, namun banyak harapan serta doa baik. Nggak, ini nggak akan dibilang berlebihan kok. Kenapa?
Sesungguhnya memilih dan menjalin hubungan bukan saja perkara, aku memilih dia kerena ganteng atau tidak, bisa bertemu setiap saat atau tidak, punya mobil atau tidak, hhhh kalau karena itu rasanya nggak akan ada puasnya. Tapi lebih berpikir bahwa, kita akan memilih hidup dengan seseorang yang memiliki tujuan hidup, bukan?
Dan bisa memperjuangkan kalimat “seandainya” bersama rasanya menarik, setuju?
1 note
·
View note
Text
Panik
Waktu tau kalo handphone yang satu ini error, tapi bukan sekedar error yang dalam hitungan detik akan balik ke semula. Aku sedih banget, semua kontak nggak terbaca di layar, semua pesan terhapus, nggak bisa download, dan yang lebih bikin down saat tau kalau kamera pun nggak berfungsi. Panik.
Padahal fungsi utama dari handphone satu ini untuk foto-foto produk yang setiap kali akan launching, hasilnya jernih dan menarik banyak kata banyak orang. Duh, seharian bener-bener down sedih banget karena nggak ingin minta orangtua tapi nggak rela juga kalau pakai uang tabungan huhu dilema.
Yang seharusnya hari itu bisa launching produk baru, tapi nggak bisa. Yang seharusnya bisa pergi pakai jasa ojek online, tapi harus pakai angkutan umum yang butuh waktu lebih lama. Ah, rasanya semua serba lamban.
Tapi sangat bersyukur akun line olshop ini masih berfungsi dan tiba-tiba dipertiga malam aku bangun, ada satu notif pesanan. Gilak super gilak banget orang ini pesan dalam jumlah yang nggak kira-kira. Satu kodi hijab dia pesan dan ditengah-tengah pembicaraan dia memesan satu kodi lagi dengan model hijab yang beda.
Ya Allah seneng banget huhu. Alhamdulillah, nggak berenti-berenti untuk bilang alhamdulillah. Bersyukur lagi mbak baik ini cepat mentransfer semua biaya, dan enam kilo hijab siap dikirim ke Aceh. Dan ini sekaligus jadi pengiriman terjauh pertama kali buat aku.
Ternyata dengan Allah mengirim mbak baik ini, aku bisa punya satu handphone lagi dan kabar baiknya handphone yang awalnya aku kira udah nggak akan bisa berfungsi justru hanya dengan uang 100ribu semua bisa kembali ke semula. Kamera andalanku bisa berfungsi dan sekarang aku bisa me-launching produkku lagi. Senang, sekali.
Bukan perkara ingin riya yang kali ini aku tulis, namun prinsip untuk berusaha nggak menyusahkan orangtua dalam kesusahanku. Hehe itu memang prinsipku semenjak resmi bisa berpenghasilan sendiri. Dan sabar sih memang kuncinya.
1 note
·
View note
Text
Berfase pada fase.
Ada keinginan untuk menulis tentang topik yang hampir sebulan ini selalu hilang dan timbul dari pikiran. Topik yang selalu aku pertanyakan pada teman-temanku, “apa dia seperti aku juga?”. Namun aku tidak pernah mengambil kesimpulan secara gamblang, terkadang semakin banyak penyataan maka semakin yakin kalau “oh ternyata sama, ya”, tetapi ada juga perbedaan yang justru membuat aku kagum dari setiap statements beserta alasan yang dilontarkan. Kemudian, aku sedikit berkesimpulan kalau inilah yang disebut fase dewasa.
“Sudah berani ambil langkah apa untuk masa depan?”
-- Dan, yang aku yakini kalau setiap orang memiliki keinginan utama dalam hidupnya, hanya saja......
Terkadang seseorang memiliki keinginan dengan faktor-faktor yang timbul bukan dari diri sendiri. Mungkin faktor tuntutan dari orangtua yang tidak sejalan beriringan dengan “passion” anaknya, lalu bimbang atau bisa saja terkesan memaksa. Terlebih lagi, “gengsi” sudah mulai masuk perlahan, sehingga akan timbul masalah kedua yaitu “beban”.
(bersambung)
2 notes
·
View notes
Text
hari itu, hari spesial.
Tepat 23 tahun 6 hari. Hmmm...itu apa? iya itu umur saya hari ini. Masih nggak nyangka aja ternyata kalau, saya sudah ada di umur yang cukup membuat banyak kekhawatiran dengan menjalani hidup bertitel orang dewasa. Ditambah lagi banyak tanggung jawab beserta rencana besar yang ingin diwujudkan bahkan harus terwujud. Saya memang orang yang pandai bermimpi, ingin jadi ini, nggak suka ini lalu beralih ke lain hal.
Bicara hal lain, bagaimana insecure nya menjadi orang dewasa? Pasti banyak yang berpikir tentang teman, bukan teman biasa tapi teman hidup. Orang yang akan menemani seumur hidup, menerima kita dengan segala baik buruknya, mengajari hal-hal baik setiap harinya, menjadi imam keluarga yang bisa menjadi panutan bahkan rasa sayang yang tidak akan berkurang sedikitpun. Lalu, apakah pilihan (ini) sudah tepat?
Ada juga kekhawatiran lain, tentang keinginan membuat orangtua lebih bahagia lagi melihat kesuksesan anaknya. Terus merasa kalo diri ini jauh dari kata itu, huhu gimana dong sedih.
--
Terlepas dari itu semua, saya masih harus banyak bersyukur bisa-menikmati-hidup-diumur-23tahun-ini. Sangat bersyukur, meskipun jauh dari kata sukes, hebat atau berhasil. Keluarga sudah jelas, tidak terdeskripsikan. Sahabat yang nggak pernah absen untuk membuat lawakan receh tapi akupun ketawa, teman spesialku saat ini (dan berharap seterusnya) yang selalu jadi korban ketidak-jelasan-saya (maaf hehe) tapi masih mau (dan berharap seterusnya) ingin bersama.
Bagi saya, mereka semua terbaik.
Ada beberapa ke-sweet-an mereka yang bisa saya abadikan di hari itu, hehe lagi lagi saya harus bilang terimakasih, apalah aku tanpa kalian yipie!
nb: yang paling spesial (kanan atas-kanan bawah) *love*
2 notes
·
View notes
Note
Kak bagi tips biar jadi anak hits dong
(kaget)
(terkejut)
(di ask sama cewe mental baja berhati gula donat gopean)
menjadi hits tidaklah sulit, cukup spt kamu bisa ke korea krn beasiswa *ugh,wow!!! Gudlux sum, sampe ketemu akhir thn :>
0 notes
Text
The Real Hello September
Ada kalanya memang menulis disaat momen itu hadir dan aku rasa ini adalah momen yang tepat. Sudah sepuluh hari September berjalan, respon aku adalah “cepet banget ya....”. Sejujurnya September adalah bulan yang paling aku nantikan disetiap tahunnya. Persis seperti lagu lawas tahun 90an berjudul “September Ceria” yang mana terselip lirik kau beri warna bagi kelabu jiwaku. Wow semanis ini ya bulan September, sangat bangga bisa lahir dibulan ini (eh ketauan, eh lanjut kode ke pembaca, eh hahaha) hanya minta doa-doa baik saja kok, hehehe.
------
Aku sangat menikmati hari berganti hari di bulan ini, meskipun ada satu dua hal yang tidak pernah absen untuk dipikirkan hanya saja dilema. Bulan ini sebenarnya bulan yang “sedih untuk berpisah tapi semakin sedih kalau terus bersama” (eh entah itu sangatlah ambigu dan aku rasa hanya segelintir orang terdekat saja yang paham). Presepsi setiap pembaca sah-sah saja, toh aku memang menulisnya secara tersirat.
Sebenarnya semakin dewasa, semakin tahu kalau perpisahan akan selalu ada disetiap jejak awal pertemuan. Semakin sadar bahwa menemukan segelintir orang yang bisa menerima kekurangan kita pada masanya akan pergi perlahan dengan mimpinya. Terlalu haru memang, sudah berapa kali selalu ada di fase ini namun tetap saja masih belum terbiasa.
Dan, di September ini aku harus menulis lagi kalau perpisahan itu terjadi tepat di tanggal 5 kemarin. “Kenapa cepat banget ya, waktu”. Seperti yang aku bilang dikalimat sebelumnya, “sedih untuk berpisah tapi semakin sedih kalau terus bersama”.
Erat hubungannya dengan resiko dalam memilih sebuah pilihan. Lama memikirkan “bagaimana setelahnya” karena ini bukan sekedar pilihan seperti ind*mie rasa apa yang akan aku beli di alf*mart.
Berat sekali, berat.
Tapi yasudahlah aku tetap berprinsip pada kalimat “sedih untuk berpisah tapi semakin sedih kalau terus bersama”.
Dan seperti judul lagu karya Green Day “Wake Me Up When September Ends” meskipun ada satu hari, semoga dan terus berharap, akan manjadi hari spesial.
Salam,
IndriWtyas.
0 notes
Text
Menulis sebuah tulisan.
Menulis itu untuk aku pribadi sebagai gambaran ataupun pemikiran yang kadang sulit untuk diungkapkan lewat lisan. Dengan menulis terkadang beban jadi terasa cuman kepingan-kepingan saja yang rasanya seiring berjalannya waktu akan reda sendiri.
Tidak melulu tentang topik pribadi yang diangkat. Terkadang bisa saja saat penat menunggu jadwal kedatangan commuter line, atau pusingnya pekerjaan yang tidak ada habis-habisnya lalu terlintas topik seru untuk dituangkan dalam tulisan.
Aku yakin semua orang pasti bisa menulis. Bisa merangkai satu per satu kata meskipun disela-selanya pasti selalu ada ritme “ketik--baca--hapus--ketik” sampai menemukan kalimat pas versinya sendiri.
Sebagai cewek mood swing yang masih harus menemukan banyak cara supaya tidak mudah dikendalikan oleh mood, nah menulis ini aku rasa salah satunya! Alasannya sangat sederhana. Saat menulis, aku pasti butuh suasana yang tenang jadi secara otomatis pikiran ini terasa lebih rileks saja. Selanjutnya adalah perasaan bahagia. Setelah mem-posting tulisan, rasanya puas banget. Disaat mood tidak bisa diajak kompromi, ternyata masih bisa ‘berkarya’ loh hehehe.
Intinya menulis itu asyik kan! Kalau mau diperdalam lagi sebenarnya banyak hal positif ketika menulis. Terlebih lagi ada kalanya otak ini tidak mampu mengingat detailnya dari sebuah momen yang tidak akan terulang lagi. Dan melalui tulisan, semua akan tersimpan rapi.
2 notes
·
View notes