Text
The Little One
Ga kerasa, ini bocah usianya udah 9 bulan aja. Terharu bisa dampingi tumbuh kembang dia full sampai di usia ini. Aku pikir cuma 3 bulan cuti aja bisa full nemenin dia, ternyata Allah kasih kemudahan untuk bisa terus bareng anak ini. Bagiku itu nikmat yang sangat luar biasa sekali. Meskipun ga setiap waktu mudah untuk dijalani, meskipun ga setiap saat merasa happy, meskipun sesekali kadang marah, kesel, capek, pengen nyerah, dan banyak meskipun yang lainnya, tapi aku bersyukur bahwa Allah mengabulkan salah satu doaku selama hamil. MasyaAllah ya doa seorang Ibu itu, menembus langit. Dulu pas hamil aku berdoa “Ya Allah, atur ya Allah, izinkan hamba menemani tumbuh kembang anak hamba, tapi rasanya keadaan ga memungkinkan ya Allah. Bantu pilihkan yang terbaik buat hamba, jika memang harus resign dan itu yang terbaik, permudah, jika tidak, tunjukkan jalannya ya Allah. Hamba pasrah ya Allah”.Berat sekali masa-masa hamil anak ini. Tekanan pekerjaan berat banget, ditambah medan perjalanan dari rumah ke kantor yang ga mudah.Tentu ikhtiar aku lakukan. Ikhtiarnya apa? Re-sign. Aku memutuskan untuk resign, tapi instansi belum melepas sampai mendekati Hari Perkiraan Lahir (HPL). Pikirku, aku lahiran dulu, nikmatin cuti 3 bulan, masuk 1 bulan, habis itu coba urus resign lagi. Namun, covid-19 mengubah semua rencana.
Awal maret 2020, aku tergolong kelompok rentan yang boleh bekerja dari rumah (work from home/WFH), 1 bulan sebelum aku melahirkan. Kebijakan baru terus dibuat yang mengelompokkan ibu menyusui juga sebagai kelompok rentan dan boleh WFH full, jadilah dari bulan juli (pasca cuti april-juli) aku wfh sampai sekarang. Dan menurut hasil rapat satgas covid-19 di kantorku, golongan rentan akan WFH full sampai covid selesai. MasyaAllah, rejeki anakku ditemani aku.
Pasca kabar vaksin covid-19 sudah disebar di Indonesia, aku mulai cari-cari ART yang bisa menemani anakku kalau tiba-tiba aku harus ke kantor. Baru 2 minggu masuknya. Tapi ya, subhanallah, ga tega rasanya biarin anak main sama orang lain. Apa aku ini terlalu posesif ya, huhu. Banyak rencana di benakku, bagaimana caranya agar anakku bisa selalu bersamaku meskipun aku bekerja di luar rumah, tapi ga tega membiarkan dia mengikuti medan perjalanan rumah-kantor yang terlalu keras buat bayi jalani.
Sampai sekarang, aku masih terus berdoa dan meminta petunjuk sama Allah tentang apa yang harus aku lakukan setelah semua pegawai wajib masuk kantor. Semoga nanti bertemu jalan terbaik, doakan ya teman-teman.
2 notes
·
View notes
Photo
Satu-satunya hal yang ku inginkan, ku usahakan dengan keras, ku doakan siang malam, dan akhirnya dikabulkan adalah menjadi bagian dari kampus ini. . Berawal dari sini, banyak sekali kisah- kisah menarik, pertemuan-pertemuan unik, dan orang-orang baik yang kutemui. Dari sini, awal dari kakiku melangkah ke banyak tempat untuk pertama kalinya, menjangkau hal yang dulu hanya terdengar, dan belajar merelakan cita- ci(n)ta yang emang sulit dicapai, ciyeeee~. Haha . Terimakasih ya UI telah menjadi saksi atas transisi ku dari fase perkembangan remaja akhir hingga dewasa awal, sehingga menjadi aku yang sekarang. Terima kasih telah menjadi saksi atas semua pengalaman pertamaku selama enam setengah tahun ini. Aku akan merindukanmu di pojok-pojok favoritku seusai jogging. . . @30haribercerita #30HBC19 #30hbc21darisini #bayarutang (at Universitas Indonesia) https://www.instagram.com/p/BtFfldUg7jnaxD_Ey0wMCXkyvPrYdChegMJ8jE0/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1wxc33dlsea2i
0 notes
Photo
. Pernah ku baca buku yang berkisah tentang hati nurani, bahwa semua orang memiliki hati nurani yang menjadi perantara Tuhan berbisik padanya. Hati nurani dilengkapi dengan alarm yang akan berbunyi ketika orang tersebut melakukan kesalahan.Ketika alarm tersebut berbunyi, maka hati tak tenang Itu tanda bahwa bisikan Tuhan masih terdengar. Jika alarm itu diabaikan,maka akan timbul noda hitam yang menutupi hati. Semakin sering diabaikan, semakin banyak noda hitamnya. . Apakah fungsi hati nurani itu mati karena noda hitam? Tidak. Tuhan tetap berbisik melalui nurani. Jika kesalahan dilakukan, alarm tetap berbunyi, tapi yang sampai ke luar bukan getaran hati nurani, melainkan getaran tumpukan noda hitam yang menyelimuti hati nurani, sehingga yang terdengar "seolah-olah" berasal dari hati nurani. . Oleh sebab itu,mendengarkan "kata hati" bukanlah aktivivitas independen. Ia harus diikuti dengan kemauan untuk senantiasa membersihkan hati dari tumpukan noda hitam. . Sehingga beruntunglah orang-orang yang merasa tidak tenang ketika atau setelah melakukan kesalahan. Itu tandanya hati nuraninya masih terdengar jelas. . Selamat mengasah hati. . @30haribercerita #30HBC19 #30hbc1918 https://www.instagram.com/p/Bsy1nskgpC5G_znWBT5iy5Sctlv6uGTINpXE940/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1xxg2kjianwak
0 notes
Photo
Hilang . Telah lama "diriku" hilang Tak ditemukan ia di dalam. Tersesat ia ketika ketika menjelajah, dinanti "putusasa" diujung jalan. . "diriku" lelah mencari jalan pulang Ia putuskan tinggal bersama "putusasa". Terbuai ia oleh "putusasa", hingga lupa jalan pulang. . Suatu hari "surat" datang, menemui "diriku" yang sedang bermain dengan "putusasa". Rindu ia ingin pulang, kembali ke tempat ia tertancap. . Surat datang meninggalkan jejak. Ditinggalkannya "putusasa", diikutinya jejak. Di sepanjang jalan, "diriku" bertemu dengan mimpi, cita-cita, dan harap yang dulu sempat menjadi teman. Semakin yakin, kini ia menuju pulang. . . @30haribercerita #30HBC19 #30hbc1916 https://www.instagram.com/p/BsxuT-kA-CAV0Hx3c1lsWwv5UDEKRTs2emh7jM0/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=stxrw0tsvpli
0 notes
Photo
Matahari . Sunrise dan sunset. Meskipun berlangsung singkat, dua hal tersebut paling dinanti. Kilau cahayanya lembut, menembus hingga ke dinding hati yang paling keras. Menenangkan. Ada yang rela melewati terjalnya jalan ke puncak gunung dan berkeloknya jalan ke pantai, hanya untuk menyaksikan dua pemandangan ini dengan lebih syahdu. . Setelah kehadirannya lengkap sempurna, orang-orang perlahan pergi karena cahayanya tak secantik seperti pertama kali bertemu.Tapi tak apa. Sekuat tenaga matahari tetap menyinari bumi: diberikannya tumbuhan makanan, dikeringkannya baju-baju yang basah, diubahnya air laut menjadi garam, dll. Tapi orang-orang mulai mengeluh dengan kehadirannya. Panas. Hingga akhirnya tiba saatnya ia pergi. . Dalam kepergiannya, matahari kadang memanggil awan hujan. Dia seolah pergi. Diikhlaskannya awan untuk menutupi cahayanya. Tapi tak apa. Tersenyum dia dibalik awan menyaksikan anak-anak bermain riang dengan hujan,sawah-sawah yang terairi, serta doa yang dibawa seiring dengan rintik hujan. . Hingga akhirnya dia benar-benar pergi. Sudah selesai tugasnya. Pada detik-detik kepergiannya, orang-orang kembali menyadari keindahannya dengan lembut kilau cahaya yang sama. Ingin ditahannya lebih lama kehadirannya agar lebih banyak orang yang bahagia. Tapi tak bisa, tugasnya telah usai digantikan bulan yang siap menampung keluh. Ia pergi tanpa bisa berjanji apakah esok akan terbit lagi. . . . @30haribercerita #30HBC19 #30hbc1915 #kejartayang https://www.instagram.com/p/BsvLLzjg3d9ZW3ZJISUcKzCzsHLos1w_Ixkz5g0/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1241hhu87dbkk
1 note
·
View note
Photo
. Kita sama-sama memendam luka Sama- sama membujuk diri untuk memaafkan dan menerima kondisi yang tidak menyenangkan Kita anggap jalan kita berliku Namun setidaknya dari jalan yang berliku itu, kita bertemu di persimpangan. . Ingin rasanya membenci Tapi sekali lagi, siapa kita yang berhak membenci orang yang dalam setiap usaha dan lelahnya terbayang wajah kita. Meskipun luka, tetap luka. . @30haribercerita #30HBC19 #30hbc1905 #hutangkemaren https://www.instagram.com/p/BsRuLLugP_tpMFBWzVU258bGwFok7qyDiU9_240/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=10on59s2dz0zu
0 notes
Photo
Entah aku atau kamu duluan yang pergi, sepertinya tak masalah Ini hanya soal waktu Pada akhirnya kita akan saling menunggu Sama-sama menunggu Hanya dimensinya saja yang berselesisih. . Bukannya hanya sementara kita berpisah, toh pada akhirnya akan bertemu juga kan? Ku harap begitu Lagi-lagi hanya soal waktu Sekarang, tinggal bagaimana aku memanfaatkan waktu selama menunggu bertemu denganmu. . Karena kita sepakat untuk memulai atau mengakhiri bersama, maka tak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena kita tahu, kita akan bertemu dan berpisah. Entah aku ataupun kamu yang pada akhirnya terpilih Bagiku juga tidak masalah Tuhan pasti telah menyiapkan jalan untuk kita masing-masing Skenarionya tak pernah salah Walau terkadang menguji kekuatanku Lagi-lagi tak masalah Aku telah menproklamirkan bahwa aku cukup resilien di depan diriku . Depok 16 oktober 2016 . Kepergianmu . #30hbc1904 # 30HBC19 @30haribercerita https://www.instagram.com/p/BsOMyXoglVUeJZb0HMaRJErfDvSY4blUpuS0XU0/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1nsrthftbr3y8
0 notes
Photo
"Aku titip mama sama Allah ya ma. Sewaktu-waktu aku ga ada di samping mama, ada Allah yang bantuin dan jagain mama". Ucap seruni pada sang Ibu yang akhir-akhir ini terlihat takut kehilangan seruni yang sekarang beranjak dewasa. . Akhir cerita Seruni di sharing session kali ini membuat semua orang yang mendengarkannya berdecak kagum. Pernyataannya menutup sedikit kekhawatiran sang Ibu atas perasaan akan kehilangan anaknya.Pernyataannya pula menyadarkanku bahwa ada yang lebih kuasa atas diri kita dan orangtua kita. Tanpa menegasikan usaha kita untuk tetap berbakti kepada orang tua, siapa yang tau manusia ke depannya akan seperti apa? . This story inspired by @vandavanbo, my proton since 2012. . #30HBC19 @30haribercerita https://www.instagram.com/p/BsFppT5gXCv8jACOxoWFiuOqKSPKQZx0TAlqqM0/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=rjogqas54flf
0 notes
Quote
Too much things need to be written, too much worries, too much anxieties, too much pain need to be healed. Dear self, please be nice...
0 notes
Text
Unanswered Questions- Mengingat Doa
I: “Aku ga tau, dengan sistem yang kayak gini, apakah aku akan bisa bertahan di sini atau ga. Aku sudah mulai ga sanggup”
S: “Kalau aku sih jelas ga akan, suatu saat aku pasti keluar”
D: “Kalau aku akan bertahan. Aku coba mengingat-ingat doaku sama Tuhan. Dulu aku pernah berdoa, ya Allah aku ingin hdupku bermanfaat buat anak-anak di Indonesia. Dan mungkin ini caranya. Kalau aku keluar aku takut Allah tuh murka karena aku mengingkari apa yang aku minta”
Pernyataan terakhir ini membuatku kemudian berpikir, doa apa yang dulu kuminta sama Allah ya? Kalau aku memutuskan untuk pergi, apakah aku mengingkari apa yang aku minta? Dulu aku berdoa agar ilmuku dan diriku bisa bermanfaat untuk orang lain serta bisa berkonstribusi untuk Indonesia, khususnya bagi perkembangan anak. Ekspektasi itu yang sepertinya sulit aku penuhi di sini. Secara substansi mungkin terlihat akan sangat relevan, namun secara praktik, aku merasa sangat jauh dari doaku. Aku bahkan merasa menghianati negara. Dilema.
Di sisi lain, aku penasaran dengan apa alasan Tuhan menempatkanku di sini? di Posisi yang aku pun tak pernah memintanya. Sampai di titik mana aku harus terus menoleransi dan menurunkan standar idealismeku?Kapan aku bisa mengetahui bahwa sudah saatnya aku pergi atau belum saatnya aku berhenti? Pertanyaan ini terus berputar di kepalaku dari hari ke hari, unanswered questions. Ku ingat lagi doaku “Ya Allah, Engkau yang membuatku berada di posisi ini. Maka dari itu, sanggupkan aku dan mampukan aku. Jangan biarkan aku sendiri. Tunjukkan bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Teguhkan hati ini selalu pada-Mu. Tuntun setiap tutur kataku, gerak langkahku, dan hatiku”. Doa yang cukup menguatkan, namun lagi, sampai di titik mana? Sampai kapan? Apa indikatornya?
D: “Kalau bukan kita siapa lagi?”
I: “Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa kita punya prinsip sekuat sekarang? jangan-jangan nanti malah tergerus, kita anggap hal-hal yang awalnya mengusik nurani jadi hal yang biasa aja. Dan akhirnya kita akan berakhir sama dengan sebelumnya”
.....(hening)....
Kapan bisa ku temukan jawabannya?
0 notes
Text
Sesi Baru
Sudah masuk minggu ketiga, aku berada di lingkungan pekerjaan baru yang fokusnya di Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dua topik yang memang menjadi minatku.
“Gimana perasaannya Qi?”
Dari awal (bahkan sampai sekarang) ada rasa khawatir yang membebani perasaan. Khawatir dengan sistem kerja yang sangat struktural, khawatir bahwa orang dinilai hanya dari jabatan saja, khawatir hanya akan mengerjakan perintilan-perintilan yang klerikal, khawatir tidak bisa berkembang dengan baik, khawatir akan sulit melanjutkan pendidikan S2, dan masih banyak lagi. Bersama kekhawatiran, ada rasa tertarik juga dengan topik-topik yang dibahas di dalamnya. Setiap hari, sebisa mungkin ku tepis kekhawatiran itu.
“Khawatir tentang masa depan sama saja berprasangka buruk dengan Allah, kan? Toh dari awal Allah yang sudah memudahkan langkah untuk sampai di tahap ini” pikirku menenangkan diri
Banyak hal yang harus di sesuaikan (jelas,karena masuk ke lingkungan baru), mulai dari jadwal bangun dan tidur, tempo kerja, dan standar ideal. Setiap hari, maksimal harus bangun jam 15.30 buat solat, nyuci baju, dan siap-siap. Stgh 6 pagi harus keluar dari kosan untuk ngejar kereta jam 6 di Pondok CIna. Sepanjang perjalanan Pondok Cina- Gondangdia,aku berdiri di kereta, ga pernah duduk (lebay amat qi diceritain). Karena sehari-hari paling banter jalan kaki atau naik ojek, jadi tubuh merasa kaget sekali. Lelah berdesak-desakan di kereta. Lalu..pulang jam 4/ jam 5 dari kantor, paling lama ya jam stgh 8 sejauh ini. Sampai kosan paling cepat jam 6 magrib, paling lama sejauh ini jam setengah 9. Sama kondisinya, padat. Biasanya kalau sudah sampai kosan, aku langsung kunci pintu, bersih-bersih badan dan langsung terkapar. “Ohh...I need my quality time, alone”. Kadang merasa bersalah juga karena kurang sosialisasinya dengan teman-teman kosan. Terus jadi refleksi...”begimana nanti kalau udah nikah ya, ngurus diri sendiri aja begini aku keteran sampai-sampai mendem diri mulu di kamar balik kerja, kapan sosialisasinya sama tetangga”
Di sini, banyak perempuan yang sudah berkeluarga alias menikah. Rumahnya ada yang di Depok juga dan sudah bekerja lebih dari 7 tahun kali ya. Ga sedikit dari mereka yang jadi pimpinan. Ga kebayang gimana cara mereka membagi waktu dan cara mereka bagi tugas dengan suaminya. Aku pernah suatu hari ditanya sama anak yang jaga kosan, Saro. Sebelum pindah kerja, dia suka ke kamar buat belajar baca tulis. Karena aku sering pulang malam, dia bilang
“Kak Isqi, pulang malam terus ya? Kita ga bisa belajar bareng lagi. Kak Isqi pulangnya jangan malam-malam, biar aku bisa belajar lagi” DEG...
Rasanya ada perasaan bersalah. Ya Allah...gimana nanti kalau punya anak ya, sanggup ga nih badan nemenin anak belajar? aku pribadi bertekad, selagi aku bisa ngajarin anak, aku akan berusaha men-scaffold anak buat belajar sendiri (ga dikit-dikit dimasukin bimbel) biar jadi anak yang tangguh #tsaaah.
Kerja di sini, cukup banyak aturannya. Minimal 10 tahun ga boleh pindah instansi. Berarti 10 tahun akan berada di daerah gondangdia dan sekitarnya yang artinya... “oke..aku hidup di sini dan ga balik ke Palembang” :’). Cita-cita untuk kerja dekat dengan orang tua, pupus sudah. Sempet mikir
“yaudah...resign aja lah ya kalo emang sangat-sangat menghambat” Pikirku
Terus...tadi pagi dapat wejangan “banyak yang setelah berkeluarga, dia mengalami kesulitan dalam membagi waktu, ada rasa bersalah ketika meninggalkan anak, saya paham itu. Dan ga sedikit yang mengajukan resign karena ga dapat izin dari suaminya. Banyak solusi selain resign, bisa dikomunikasikan. Toh ini instansi yang mementingkan hak-hak wanita dan anak kan?kamu di tempat yang tepat”
Yes, It shoud be highlighted. Izin suami. Berarti harus cari suami yang bisa diajak kerja sama dan satu visi. Syulit kan kalo beda visinya sedangkan surga istri ada di ridho suami? #azek
Semoga Allah tuntun langkahku dan mampukan aku untuk menghadapi setiap tantangan dalam hidup ini agar ga menjadi pribadi yang “lempeng” aja. Agar menjadi cerminan muslim yang baik dalam segala peran.
0 notes
Text
Bersyukur Atas Pilihan
Hidup ini penuh dengan pengambilan keputusan, bahkan keputusanmu sejak membuka mata di awal hari. Apakah melanjutkan tidurmu atau beranjak dan bergegas mengambil wudhu untuk ibadah malammu.
Keputusanmu untuk memakai baju yang mana hari ini, keputusanmu untuk mandi dan sarapan jam berapa, keputusanmu untuk berangkat ke tempat kerja dengan sarana transportasi apa.
Semakin dewasa, keputusan-keputusan yang diambil tiap hari, semakin kompleks. Semakin banyak pilihan yang ada dan harus diambil satu saja. Selain juga, keputusan harus diambil saat itu seketika.
Untuk itulah, berdoa. Bismillah disetiap kali akan melakukan dan mengerjakan sesuatu.
Semakin tumbuh, keputusan yang diambil semakin rumit. Sebab semakin banyak keputusan yang bersifat permanen, sekali kamu mengambilnya. Itu menggema sepanjang sisa hidupmu. Tidak hanya sehari dua hari, melainkan selamanya.
Untuk itu, sedari sekarang. Perluaslah cara pandang kita, belajarlah lebih banyak, bertemulah dengan banyak orang. Sebab, nanti. Banyak diantara keputusan-keputusan kita tersebut, terlihat lebih jelas tatkala kita memiliki pengetahuan lebih banyak, memiliki orang-orang yang bisa kita ajak berdiskusi untuk merumuskan hal-hal yang sulit.
Lebih dari itu, mari kita bersyukur sebab kita masih memiliki pilihan, dan juga kita masih bisa mengambil keputusan itu sendiri.
Di sisi lain dunia ini, di sudut-sudut yang jarang kita acuhkan, Ada orang-orang seusia kita yang tidak memiliki pilihan yang leluasa, bahkan tidak memiliki pilihan sama sekali. Keputusan-keputusan dalam hidupnya tidak mampu ia ambil sendiri, jika tidak diambilkan oleh orang lain, keputusan itu diambil oleh keadaan.
Serumit, sepusing, semeresahkan apapun pilihan yang ada dan rumitnya mengambil keputusan. Bersyukurlah, karena kita masih memilikinya.
Rumah, 26 Januari 2017 | ©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Text
KHI - 1 Januari 2018
Semoga tetap dalam kerendahan hati dan terus membersamai jiwa
Apapun yg akan dilakukan : Jauhilah Apapun Yg Tidak Ada Alloh Didalamnya
Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga, andaikata mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian akan mengikutinya,” Kami berkata, “Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “(Ya), siapa lagi (kalau bukan mereka)…!?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
__________________
Stop Point
Apapun yang akan dilakukan, niat selalu mendasari berbagai hal. Jika ada Alloh disitu, semoga amalanmu menjadi kebaikan dan hikmah dalam kehidupan.
Apapun yg dilakukan, ada status keislamanmu yg akan selalu dibawa. Jika ada Alloh disitu, semoga meski berbeda pendapat dalam tata laksananya, engkau masih akan disatukan hati olehNYA.
Apapun yg akan dilakukan, ada maslahat dan mafsadat yg ditakar. Jika ada Alloh disitu, semoga apapun yg ditakar, jauh dari hawa nafsu dan kepentingan sesaat.
Apapun yg dilakukan, ada kepentingan dan harga diri umat yg selalu dijaga. Maka jika ada Alloh disana, semoga apapun keputusanmu tidak menunjukkan egoisme untuk soleh sendiri dan tetap risau pada kondisi umatmu.
Apapun yg akan kau ikuti, ada _syir'atan waminhaaja_ (aturan dan panduan) yg dititipkan Alloh padamu untuk dijaga dan diamalkan.
Maka, apapun keputusanmu untuk mengisi akhir dari tahun ini, semoga Alloh selalu membersamaimu.
Apapun yg akan kau putuskan : Alloh dulu, Alloh lagi, Alloh terus. Sebelum, ketika, dan sesudah kau lakukan sesuatu.
Semoga kita disayang Alloh
Akhuukum fillah, momod
5 notes
·
View notes
Quote
Stated or not, it's still the same feeling. If you haven't found the exact time yet or you haven't assured your self what to do next after state your feeling, just keep it in your deep dark heart. Just keep it and bring it into your praying. Do any positive things that can improve yourself. Then, let Allah work for His best scenario for you
1 note
·
View note
Video
tumblr
If anyone asked me to play a song from a keyboard/ piano, I would play this song. The only song that I remember the chord and the melody, even though I haven’t played it for a couple years. This is my third song when I learned a keyboard. My first song is “Ibu Kita Kartini” and the second one is “dangdut song (which I forget the title, but I enjoy every cengkok melody). I learned this chord and this melody by my own self, so that’s why this song sounded quite different with the others and also that’s why I really remember every detail of the chord and melody (on my own version, :D).
I love this song because this one is a romantic song that I could play in front of my special woman. Even though she always feel disturbed every time I played it at home, I know her heart touched :D
All I wanna say from this song is thank you so much. I know I can’t reply all of your kindness and sincerity. I’m okay here. I have many good friends who remind me for good deeds. Allah keeps me, through your praying. Trust me, I’m trying my best here and best for you.
0 notes
Text
Death
The best reminder of this life is a death...
It has been almost one year after her gone, but I, my friend and her family still can not forget her. It has been almost one year, I have been waiting for her coming in my dream, but she hasn’t come yet. I know, Allah keeps her soul well. She rests in peace
But last night, she came to my dream in a brief. I and my friend were in senior high school setting. I tried to remind all my friend and their absurd behavior, but when I saw her, she was just only smile. Her smile suddenly realized me that she has gone and I cried...
Nji, thank you for always reminding me about death. I realize that I just only have limited time in this world. I love you nji because of Allah.
0 notes
Text
(Jangan) Menangis (lah)
Pagi ini, sebelum berangkat kerja, tiba-tiba aku dapati anak penjaga kosan nangis.Usiamya sekitar 6 Tahun, pemalu banget tapi rasa ingin tahunya tinggi. Ketika lagi siap-siap sebenarnya sedikit terdengar suara ibu nya yang lagi ngomel.
“Saro kenapa nangis?” (sambil usap kepala. sebenarnya ini pertanyaan terbuka yang akan sulit dijawab. Kalo ga dijawab, lanjutin aja dengan pertanyaan yang lebih tertutup semisal “kamu sedih gara-gara ga boleh nonton/ ga jadi pergi?”) “Ga tau tuh ka Isqi, tiba-tiba nangis aja” (seperti biasa, dalam keadaan apapun ketika anaknya yang ditanya, ibunya yang menjawab) “Ohh..udah makan?” “Udah udah..ka Isqi” (ibunya lagi yang jawab)
Sebelum lanjut mendekati pintu keluar, sekelebat otak ingin mengeluarkan respon orang-orang pada umumnya ketika melihat anak menangis “Ga boleh nangis, anak pintar ga boleh nangis”, tapi ku urungkan niatku untuk mengucapkannya. Kasihan. Nanti sang anak jadi memendam emosi sedihnya gara-gara anggapan bahwa yang pintar tidak boleh menangis. Padahal menangis adalah ekspresi emosi yang butuh dikeluarkan layaknya bahagia. Sudah pendiam, emosi sedih dipendam, lama-lama kesehatan mentalnya terganggu dan tumbuh jadi anak yang mudah terkena distres psikologis.
“Yaudah... gapapa kalo saro nangis, tapi jangan lama-lama, habis ini bilang sama Ibu, saro maunya apa. Ibu ga ngerti saro maunya apa kalo saro cuma nangis” (sambil menghapus air matanya)
Dalam sekian detik berpikir, akhirnya aku mengeluarkan respon tersebut. Perihal tentang pertanyaan selanjutnya seperti “sampai titik mana kita biarkan anak menangis,pada kondisi apa aja dia seharusnya menangis, bagaimana cara agar anak menjadi tangguh dan ga mudah cengeng” dibahas di bab berbeda seperti di bab “mengendalikan emosi dan regulasi diri”. Hahaha, sok pro banget nih penulisnya. Yang jelas, menjaga kesehatan mental itu penting, salah satunya adalah mengekspresikan emosi. Kalau orang dewasa, dia bisa memilih bagaimana caranya, tapi kalau anak-anak? kebanyakan mereka akan menangis atau marah jika ada hal-hal yang tidak menyenangkan dan menyakitkan datang. Ga banyak pilihan lain. Jadi kalau anak mau menangis, biarkanlah menangis, lalu habis itu baru diajak bicara baik-baik. Bantu anak mengutarakan apa yang membuat dia nyaman/ tidak nyaman serta suka/tidak suka. Lalu beri pengertian pada anak agar kelak ia bisa menentukan kapan harus menangis, kapan harus menahan. Dengan kata lain agar anak mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Selanjutnya, tugas orang dewasa lah yang mengembangkan cara pendekatan ke anaknya ketika menangis. Tidak perlu menunggu anak menangis hingga tantrum setiap saat. Kalau setiap menangis anak tantrum, berarti ada yang salah dengan pendekatan di awal. Lagi-lagi sok pro
Begitulah insight pagi ini. Penulis terbuka akan semua masukan terkait pengembangan diri anak. Maklum,praktiknya baru bisa sama anak orang, jadi kefektivitasannya belum begitu teruji, hehe.
1 note
·
View note