Tumgik
irulfahman · 1 year
Text
Dilatasi Waktu dan SK Penempatan
"1 tahun di Tahuna, sama dengan 10 tahun di Bumi..."
kira-kira seperti itulah yang kerap diceritakan bapak kepada saya setiap menjelang tidur sejak saya masih kecil. bapak mengutip pesan seorang pemuda kepada adik perempuan semata wayangnya sebelum mereka berpisah.
...
kisah tentang Encep Sutisna dan adik gadisnya, Nirmala Sukaesih, memang begitu terkenal  di kalangan masyarakat dimana bapak saya berasal. cerita itu bukanlah cerita fiktif, melainkan realita yang benar-benar nyata adanya. kisah tersebut diceritakan turun temurun oleh orang tua ke anak-anaknya seperti sudah menjadi sebuah tradisi.
sewaktu bapak saya masih kecil, beliau juga kerap mendengarkan kakeknya yang merupakan eyang buyut saya bercerita tentang hal yang sama. di akhir cerita eyang buyut saya acap berucap, "jangan mau jadi pegawai KPPN, Cu. ga ada yg sanggup bertugas di tempat yang sangat jauh"
Pesan eyang buyut kepada bapak itu bukannya tanpa dasar. konon, Encep Sutisna merupakan seorang pegawai KPPN yang ditugaskan di tempat yang sangat jauh dari Bumi, tak lain tak bukan di Tahuna. jaraknya dari Bumi sudah tidak bisa dihitung dengan satuan kilometer lagi. saking jauhnya, perlu satuan Tahun Cahaya bagi kita untuk menyederhanakan penyebutan jarak astronomis antara Bumi dan Tahuna itu sendiri.
KPPN, atau jika dipanjangkan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, adalah instansi vertikal Ditjen Perbendaharaan di bawah naungan kementerian keuangan yg bergerak dalam pengelolaan dana APBN dan memiliki kantor yg tersebar di seluruh pelosok bumi bahkan di luar bumi, seperti diantaranya: Nabire, Saumlaki, Tobelo, Tual dan masih banyak yg lainnya termasuk Tahuna.
Sama-sama menugaskan pegawainya di luar angkasa, KPPN mungkin akan menjadi sepopuler NASA andai ada industri film Hollywood yang mau menjadikan KPPN sebagai latar cerita mengingat besarnya tantangan yang kerap dihadapi oleh pegawai KPPN dalam menjalani setiap misi di tempat tugasnya. sayangnya, sampai saat ini belum ada.
Berdasarkan cerita yang ada, meskipun jauh Encep sangat menikmati tugasnya di KPPN Tahuna. Ia jadi mengenal banyak individu luar biasa, pengalaman yang tentu mahal sekali harganya, juga ilmu yang barangkali tidak akan mungkin didapatkannya jika saja dia bertugas di tempat yang lain. Ya, apalagi kalau bukan ilmu ikhlas. Namun demikian, layaknya KPPN yang juga tersebar di angkasa luar, ada banyak sekali hal liar yang menyelimutinya selama bertugas di Tahuna. Seperti, cuaca yang tidak menentu, hujan yang kerap disertai angin yang sangat kencang, gelombang air laut yang sangat ganas, juga gempa yang bisa saja terjadi setiap saat. Pun begitu, semuanya Encep hadapi tanpa gentar sedikitpun.
Sialnya hal mengerikannya bukan itu saja, Encep juga harus rela berpisah dengan orang yang paling ia sayangi, Nirlama, adiknya. Encep juga paham betul bahwa selepas ia pergi Nirlama tak memiliki siapa-siapa lagi, karena hanya Encep lah satu-satunya yang Nirmala miliki di dunia ini. Encep paham bahwa sekembalinya dari tugasnya di Tahuna, Nirmala mungkin akan menjelma menjadi perempuan yang usianya jauh lebih tua darinya. namun apa boleh dikata, tugas tetap harus ia jalankan.
"pengabdian dan rentenir punya kesamaan, keduanya bisa saja menguras habis apapun yang kamu miliki. bedanya, pengabdian membuatmu menyerahkannya dengan suka cita"
itu salah satu perkataan Encep yang paling saya ingat. Encep memang suka sekali melontarkan kalimat-kalimat jenaka yang kerap membuat adiknya terkekeh. Namun, berbeda dengan saat itu. Saat Encep mengucapkan kalimat itu, Nirmala malah menangis. kata bapak, perkataan itu diucapkan Encep kepada Nirmala tepat sebelum mereka berpisah. sejak pertama kali saya mendengarnya, kalimat itu langsung menghujam kedalam jantung saya.
Dari situlah awal kekaguman saya tumbuh pada Encep. Encep seolah menjadi sosok pahlawan impian bagi kehidupan masa kecil saya, betapapun bapak mencoba menceritakan hal-hal menyedihkan yang menimpa Encep selepas kembalinya ia dari Tahuna karena efek dari dilatasi* waktu. Saya masih ingat, saya menjadi satu-satunya anak yang menjawab ingin menjadi pegawai KPPN di saat anak-anak lain menjawab Dokter, Insinyur, Dosen, Presiden dan lain sebagainya ketika ibu guru menanyakan pada murid-muridnya perihal cita-cita apa yang ingin kami raih ketika dewasa nanti. Encep dan pengabdiannya memang sangatlah luar biasa di mata saya.
Tugas Encep di Tahuna sebenarnya tidaklah lama, hanya enam tahun saja. tapi itu sudah cukup untuk membuat segala hal yang ada di bumi berubah. termasuk Nirmala, adik gadis yang sangat ia sayangi, telah menjelma menjadi nenek-nenek tua renta yang ubun-ubunnya dipenuhi uban dimana usianya tiga kali dari usia Encep pada saat Encep pulang.
Telah banyak yang berubah sekembalinya Encep dari Tahuna. Mobil yang awalnya barang langka, telah memenuhi kota dan membuat macet jalan raya. Teknologi semakin maju. orang-orang bisa bicara tanpa harus bertemu. Tak ada lagi sawah dan kebun. orang-orang lebih suka menanam gedung dibanding menanam pohon. angka obesitas juga naik tinggi sebab orang sudah tidak perlu lagi bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. dan yang paling buruk dari yang terburuk, tak ada lagi orang-orang sebayanya yang masih hidup. Hanya Nirmala satu-satunya orang yang ia kenal. Itupun sudah pikun dan mulai sakit-sakitan. seisi kota tampak asing baginya.
adakah seseorang yang mampu menghabiskan sisa hidupnya bersama orang-orang yang sama sekali tidak  dikenal sebelumnya? saya rasa tidak, termasuk Encep.
Saya tidak tahu bagaimana Encep menghabiskan sisa hidupnya. tak ada kisah yang menceritakan hidup Encep setelah itu. tapi saya lebih suka membayangkan di masa tuanya, Encep hidup menyendiri di sebuah gubuk bambu yang ia dirikan di puncak bukit. ia menghabiskan banyak waktu di sana dengan menulis puisi atau melukis, ya melukis. barangkali Encep menghabiskan sisa hidupnya melukis senyuman anak-anak yang dapat menikmati fasilitas sekolah karena tersalurnya bantuan pendidikan, atau senyuman karyawan-karyawan kantor yang tidak harus mengambil jalan memutar karena telah dibangunnya jalan-jalan baru ataupun jembatan, atau senyuman ibu-ibu rumah tangga yang THR, Gaji 13, dan honor bulanan suaminya cair di saat bersamaan. bukankah hal itu menyenangkan? mungkin hanya Encep dan pegawai KPPN lainnya yang dapat merasakan.
Saya belum tau perasaan bahagia seperti apa yang Encep rasakan. tapi saya ingin suatu saat nanti turut merasakannya juga.
...
malam ini, saya tak henti-hentinya menatap selembar kertas bertuliskan nama saya dan kota Tahuna di tangan, juga wajah istri saya yang tengah sibuk melipat baju dan meletakkannya kedalam koper sementara anak-anak telah tertidur lelap.
sambil mengecup keningnya saya berucap, "1 tahun di Tahuna, sama dengan 10 tahun di bumi... titip anak-anak ya selama aku pergi".
Tumblr media
-Jalan Malahasa, Tahuna, Oktober 2018
0 notes
irulfahman · 2 years
Text
#poupelleofchimneytown
Tumblr media
5 notes · View notes
irulfahman · 2 years
Text
tidak percaya pada diri sendiri adalah kesalahan terbesar kita
0 notes
irulfahman · 2 years
Text
banyak yang bilang Ayesha mirip Ayah, secara fisik dan sebagian sifat, mungkin iya. mulai dari bentuk hidung, warna kulit, tipe rambut dan sebagainya semuanya copyan Ayah. Ayesha yg bawel, suka ngomel, maunya menang sendiri, itu juga dari ayah. namun selebihnya, Ayesha adalah Jejak Bunda.
Jika Ayesha pandai mengaji, membaca doa-doa, mencintai buku dan bercerita bahkan sejak sebelum menginjak usia 2 tahun, itu berkat Bunda yang senantiasa mengajak Ayesha mengaji dan bercerita tentang banyak hal. Pun dengan keceriaan Ayesha, itu ditiru dari keceriaan Bunda dalam mendidik Ayesha. termasuk jika ada banyak orang yang senang berinteraksi dengan Ayesha, itupun karena teladan dari Bunda.
Ayah berharap kelak Ayesha tumbuh menjadi perempuan yg setangguh Bunda dan sehebat Bunda. Ayah ingin sekali bisa menua bersama Bunda dan melihat Ayesha tumbuh dewasa menjadi sosok perempuan mandiri yang sukses dunia akhirat.
Ayah cinta sekali sama Ayesha, Bunda, dan Adek yg saat ini lagi ada di perut Bunda dan ntah belum kepikiran mau Ayah kasi nama siapa...
Ayah pengen bisa ngajak kalian semua jalan-jalan kapan-kapan. hanya kita berempat. semoga sempat...
0 notes
irulfahman · 7 years
Text
1. Diam
diam adalah pilihan terindah ketika kamu paham seisi dunia berkhianat padamu. ia adalah naluri paling suci ketika bintang-bintang tak pahami kegundahanmu. ia adalah air wudhu ketika hujan tak mau menyatu dan ‘nyembunyikan air matamu
larilah, carilah pangkuan ibumu bangunlah, hamparkan sajadahmu ada yang diam mendengarkan keluh kesahmu.
1 note · View note
irulfahman · 7 years
Quote
cita-cita terbesar saya adalah hidup tanpa kekhawatiran akan beban absen pagi. tak terjebak oleh sesuatu yg dinamakan rutinitas. tak terpasung oleh segala macam cicilan bulanan. memiliki banyak waktu untuk lebih banyak lagi membaca buku, mengkaji hadits dan mengulang hafalan2 al quran. lebih sering lagi berbincang dengan orang-orang di balairung kota atau gardu-gardu yg dibangun di setiap perempatan jalan pedesaan. berkelakar dengan istri di rumah, dan mengantar anak pergi ke sekolah. membantu nenek-nenek menyeberang jalan, dan setiap saat menyambangi orang tua di kampung halaman. dengan begitu, mungkin hidup akan lebih menyenangkan. tapi, bukan kah manusia tak pernah puas, Tuan?
0 notes
irulfahman · 7 years
Text
Hal-Hal Yang Ada Di Benak Saya Setelah Satu Tahun di Tahuna
1)
“om saya mau ngelamar anak om”
“penempatan mana mas?”
“4 jam dari surabaya kok om”
2)
kota yg sangat kecil, di pulau yg sangat kecil, ditengah2 samudra yg sangat luas… kayaknya bikin pondok pesantren disini bakal keren, bisa buat nakut2in anak kecil yg ga mau belajar.
3)
kalau nanti kamu kangen aku, dik, cemplungkan saja dirimu ke lautan. sekiranya kamu tak mahir berenang, tenang.
siapa tahu kamu tenggelam dan terdampar di Tahuna. .
.
bukankah Tuhan kita pandai menciptakan kebetulan-kebetulan haha
4)
kalau kamu pengen tau tempat dimana adagium semacam Homo Homini Lupus yang pernah dikemukakan oleh Plautus tidak begitu berlaku, datanglah ke pulau ini. ibarat kata, di sini adalah tempat paling realistis dari Simba The Lion King, animasi impian yang pernah diceritakan Marthin Luther King Jr, dimana seekor kelinci dapat mengisi hidup seekor serigala tanpa harus mengisi perutnya.
5)
Anuhat…
terkadang signal lebih penting ketimbang kasih sayang…
6)
suatu tempat dimana kau akan bahagia sepenuhnya… tak ada omongan2 basi tetangga dan tak ada konsumerisme.
kalau malam sudah tiba, gunungnya bisa jadi menyala-nyala seperti kembang api. itu bisa jadi hiburan alternatif kalau kau sudah bosan memandang bintang2.
tak ada polusi, restoran cepat saji, mall atau bioskop.
kamu bisa berlatih kesabaran disini sebab sinyal merupakan suatu yg lebih berharga ketimbang kepiting kenari.
7)
buat adek2 STAN yg belum penempatan, nanti kalau ada waktu penantian TKD setahun yg seperti angkatan saya alami saya sarankan untuk tidak magang di kantor baik pemerintah maupun swasta.. saya lebih menyarankan adik2 magang di kedai2 tenda kaki lima yg jualan tahu campur, tahu tek tek, lontong balap, nasi krawu dan yang lainnya.. karena skill membuat makanan seperti yg saya sebutkan tadi bakal sangat bermanfaat kalau kalian di tempatkan di Tahuna. saya insyaallah jadi pelanggan tetap
8)
00.01 wita
01 Januari 2017
selamat tahun baru!
barangkali di Jakarta belum, tapi percayalah, di Tahuna sudah.
aku mencintaimu sejam lebih awal dari siapapun, termasuk suamimu…
2 notes · View notes
irulfahman · 8 years
Text
Marche
Rhoma Irama & Latta Mangeskar - Musim Cinta. Warung Soto Madura kawasan pelabuhan Kota Tahuna. 27 Maret 2017 ditingkahi rintik gerimis.
saya selalu suka suara Latta Mangeskhar yang melantunkan senandung Musim Cinta, lagu yang kerap populer di tahun 90an itu. tiap mendengar lagu ini pikiran saya mendadak melayang ketika saya dan keluarga saya mengontrak rumah di daerah pesisir bangkalan bagian selatan, tepatnya kecamatan Kwanyar. dalam ingatan saya, kampung halaman masa kecil saya begitu identik dengan suara Latta Mangeskhar. hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar warga di sana sering memutarkan album-album Rhoma Irama terlebih ketika berkolaborasi dengan penyanyi lawas asal negeri india itu. kalau saya tidak salah ingat, lagu tersebut masuk dalam daftar lagu pada album Gulali yang rilis tahun 95, saat itu saya berusia 5 tahun. yah, saya sedang merindukan suasana kampung halaman masa kecil saya ceritanya haha…
di bagian belakang rumah kontrakan saya terdapat kebun bambu yang cukup luas. di tengah-tengah kebun itu mengalir sebuah sungai dan sumber mata air. kalau sudah waktunya pulang sekolah, anak-anak kecil bergerombol dengan kawan-kawan sebayanya mandi di mata air itu sampai masuk waktu shalat dzuhur. di sumber mata air itu dibangun sebuah pembatas berupa tembok, sehingga para perempuan yang datang untuk sekedar mandi dan mencuci pakaian tak perlu risih atau malu akan ada mata jahil yang mengintip mereka. nyaris seluruh penduduk desa sangat bergantung pada sumber mata air itu. bahkan tidak hanya sekedar untuk kebutuhan mandi dan mencuci pakaian saja, kalau sudah masuk musim paceklik warga dari Desa Gunung Morombuh yang letaknya sekitar 5km dari desa kami akan berbondong-bondong barang mengisi jeriken yang dibawa dengan sebanyak mungkin air yang dapat ditampung guna kebutuhan makan dan minum. kebetulan saat itu, agen air isi ulang atau air mineral galonan belum ada, atau kalaupun ada belum sebanyak sekarang.
kebun bambu tersebut akan sangat sepi kalau sudah masuk waktu shalat maghrib. anak-anak akan secepat mungkin pulang kerumah mengingat para orang tua suka sekali menakut-nakuti mereka dengan “Baong”. Baong adalah istilah yang cukup ampuh untuk dijadikan momok bagi anak kecil seumuran saya pada saat itu. dalam Bahasa Indonesia kita mengenalnya dengan hantu. berbeda dengan anak-anak, selepas waktu isha biasanya remaja dan para lelaki dewasa malah beramai-ramai menyeberangi kebun dengan menggunakan senter atau obor untuk menonton pementasan ludruk yang terkadang diadakan di desa tetangga sebab kalau malam suasa di kebun bisa gelap sekali.
sebentar, sebelum melanjutkan saya ingin memesan kopi dahulu supaya kita bisa berbincang lebih lama. juga tahu isi 5000 tiga, lumayan bukan? hehe
ohya, nyaris saja saya lupa. pada setiap malam menjelang lebaran, seluruh warga desa akan menyalakan suluh dan beramai-ramai berjalan kaki mengelilingi desa sambil melantunkan takbir, melintasi kebun bambu, dan munyusuri jalanan hingga berakhir di halaman Masjid Jami’ yang letaknya di muka pasar seberang jalan. seingat saya, saya sudah dua kali mengikuti takbir keliling semacam itu sebelum akhirnya pindah karena orang tua saya membeli rumah di komplek perumahan yang letaknya cukup jauh dari desa kami saat itu. mengenang waktu-waktu itu selalu sukses membuat saya terharu, sebab mungkin saat ini takbir keliling yang dahulu dilakukan dengan berjalan kaki sambil membawa obor sudah tidak ada lagi dan digantikan oleh takbir keliling dengan truk yang diiringi lagu-lagu koplo atau pantura, obor yang dahulu cuma digenggam sekarang dijadikan bagian dari pertunjukan Fire Breathing sambil melakukan tarian-tarian pogo.
kampung halaman masa kecil saya adalah sebuah tempat yang rajin sekali bangun pagi. aktivitas masyarakat di sini bahkan sudah dimulai sekitaran waktu subuh, entah itu para lelaki yang berangkat ke masjid atau perempuan yang berniaga di pasar. pasar disini menyediakan beranekaragam kebutuhan. letaknya diapit oleh lahan pemakaman di sebelah kanan dan sebuah lapangan dengan luas yang tidak terlalu di sisi kiri. di hari minggu lapangan itu akan dipenuhi oleh orang-orang yang berasal dari berbagai penjuru kota Bangkalan yang khusus hendak menjual hewan-hewan ternaknya seperti kambing, ayam, atau yang paling banyak, sapi. mungkin karena hal itulah penduduk kampung menyebutnya dengan pasar sapi. sebenarnya saya tidak pernah tau pasti.
hujan sepertinya sudah reda. beberapa teman kantor barusan memutuskan pulang duluan. kita lanjut dulu ceritanya, kopi masih setengah gelas lagi. lagu kedua di putar, lagi-lagi Rhoma Irama & Latta Mangeskhar - Di Tepi Pantai. redup lampu jalanan berpendar, genangan air hujan membiaskan cahaya keemasannya. malam semakin larut saja.
Ada satu hal menarik lagi yang masih ingin saya tulis. dulu pernah ada kompetisi sepak bola yang di adakan oleh kecamatan di lapangan yang letaknya di daerah pesisir Kwanyar timur. pertandingan biasanya di mulai saat jam 2 siang. kalau saya tidak salah ingat waktu itu saya berumur 11 tahun, kelas 5 SD. saya dan kawan dekat saya, Jakfar, menyusuri pematang sawah setiap hari demi menjagokan salah satu tim yang bertanding di hari itu. ada semacam dinding yang terbuat dari seng mengelilingi lapangan dengan hanya satu pintu masuk. di pintu masuk itu terdapat loket pembelian karcis. dengan kata lain, siapapun yang hendak menyaksikan pertandingan pada hari itu harus membayar uang sebesar tiga ribu rupiah untuk mendapatkan tiket masuk. itu nominal yang cukup banyak bagi saya kala itu. alih-alih membeli tiket, kami berdua malah memegang bagian bawah kemeja bapak-bapak-entah-siapa yang antri di loket dengan harapan agar kami dikira anak bapak itu. cara itu terbukti ampuh, meskipun pernah sekali si Jakfar justru malah didorong sampai terjatuh ke tanah karena dikira mau mencopet. bagi kami tak masalah, itu kami anggap salah satu bentuk jihad kami agar bisa menonton pertandingan tim jagoan kami.
tentu orang tua saya, terkhusus ibu, tidak pernah tau. sebab kalau sampai tau bisa-bisa saya dimarahi habis-habisan. kalau lagi marah, ibu saya bisa jadi perempuan yang jauh lebih menyeramkan dari kupu-kupu yang sedang datang bulan. konon setiap makhluk yang sedang datang bulan pikirannya tak akan bisa ditebak, seperti itulah ibu saya adanya kalau sedang marah. tapi ya, tetap cantik seperti kupu-kupu. #peacebu!
ok, dilanjut. sehabis menonton pertandingan bola, kami akan langsung pulang melintasi setapak jalan persawahan dilatari cahaya senja yang berkarat. bagi saya senja di Kwanyar ketika saya masih kecil indahnya bisa jauh melampaui senja di teluk Tahuna atau Kaimana yang terkenal itu meskipun saya belum pernah kesana. beberapa saat lagi mungkin saya akan pulang kampung ke madura, rasa-rasanya ingin sekali menapaktilasi tempat-tempat yang semasa kecil dulu pernah saya hampiri. tempat-tempat usang yang barangkali saat ini telah banyak berubah dan menjadi asing. satu hal yang menjadi keberuntungan kita diciptakan Tuhan sebagai manusia adalah, kita memiliki kenangan sehingga kita bisa belajar tentang apa saja yang berharga bagi kita dan tak boleh lepas dari genggaman. maka, beruntunglah orang-orang yang mengenang..
“…di tepi pantai cinta bersemi, ombak putih menari menjadi saksi.”
sudah larut malam, mari pulang!
1 note · View note
irulfahman · 8 years
Quote
Pemuda Menggugat!
Duhai para pemuda sekalian, berlindunglah kalian dari wanita yg suka melakukan hal-hal paling omongkosong di dunia. wanita yg membatasi garis tangannya sendiri dengan cara-cara konyol seperti menulis icon gembok dan hati diikuti nama pacar pada bio Instagramnya padahal masih terbuka banyak kemungkinan penikungan serta kesempatan invasi oleh lelaki lain. itu salah satu bentuk kejahatan asmara, pemasungan otoritas individu, serta pengkebirian Hak Asmara Manusia (HAM) yang harus kita perangi bersama! sebab yang demikian itu tak jauh bedanya dengan memaksa pemuda-pemuda jomblois untuk melakukan gencatan senjata bahkan sebelum mereka memperjuangkan hak-hak kemanusiaannya. Tahuna, 22 Maret 2017
0 notes
irulfahman · 8 years
Quote
Ali Shariati mensyaratkan Raushan Fikr (Free Thinkers) sebagai manusia ideal yg dapat membangunkan masyarakat yang terjebak dalam stagnasi, alih-alih dekadensi. seorang Raushan Fikr adalah manusia yang menjadikan idealita sebagai prinsip fundamental pergerakannya, bukannya realita. dengan kata lain, pemikirannya bukan terpusat pada bagaimana sebenarnya suatu keadaan itu ada, melainkan bagaimana seharusnya. ia bukan lahir dari kalangan kerajaan, aristokrat, atau semacamnya. ia bisa lahir dari kalangan manapun, bahkan dari rakyat jelata sekalipun.
0 notes
irulfahman · 8 years
Quote
percuma kita sekolah, belajar, membaca banyak buku... kalau cuma pinter. pinter sendiri sementara masyarakat ngga bisa mengambil manfaat dari ilmu kita. serendah-rendahnya, senyum atau nyapa kalau lewat depan rumah orang. itu salah satu terapan dari ilmu Pendidikan Agama dan Kewarganegaraan yang dulu kita pelajari kelas 1 SD. masa lupa?
1 note · View note
irulfahman · 8 years
Text
Surat Buat Pak Tukang Dongeng Keliling
kapankah kita bisa berjumpa lagi, sedang keriput kulitmu telah membelah sisi. sementara belantara hitam diubun-ubunmu yang dulu suka kujelajahi sudah menjelma uban-uban putih yg lapuk. matamu tak seampuh dulu ketika aku masih suka mendengarmu membacakan cerita pengantar tidur. cerita tentang penyerangan Abrahah dengan pasukan gajah ke kota mekah. atau gerilyawan agung, Jenderal besar Sudirman. kau tau, aku sangat suka mendengarnya karena semasa kecil aku pikir nama sang jenderal sedikit mirip dengan namamu. itu hal yang lucu buatku.
lantas saat berjumpa (lagi) nanti, pembicaraan macam apa lagi yang bisa kita perbincangkan. sementara sedari kecil kau telah menceritakan padaku segala hal: kau pernah menunjuk gemintang paling terang -pada suatu malam- yang katamu telah mati berjuta-juta tahun yang lalu. kau pernah memberitahuku bahwa di dunia ini terdapat binatang yg tak perlu bicara untuk saling mengerti satu sama lain.
aku hanya ingin memastikan, suatu hari nanti aku ingin sekali tumbuh sebagai lelaki yang bisa mengerti banyak hal. kelak kita akan jalan-jalan lagi menyusuri jalanan malam yang lengang, seperti yang pernah kita lakukan dua puluh satu tahun yang lalu saat aku masih suka-sukanya mendaki pundak dan bahumu sambil mendengarkan dongeng-dongengmu. di sepanjang jalan itu, aku akan memberitahumu hal-hal yang aku dapat dari sekolah dan kampusku atau dari buku-buku yg telah aku baca. sebagai imbalannya aku ingin kau bercerita (sekali lagi) tentang bagaimana dahulu kau memilih ibu, sehingga kelak aku mafhum bagaimana agar aku bisa memilih bagian dari diriku.
3 notes · View notes
irulfahman · 8 years
Text
-
bagi saya, mungkin segalanya akan lebih indah dan sakral jika pesta pernikahan dilakukan di halaman rumah tanpa wedding organizer, tanpa organ tunggal, tanpa perlu dekorasi yg serba mewah. semuanya diurus oleh keluarga besar dengan bantuan tetangga sekitar. kesibukan-kesibukan di rumah, hiruk pikuk di dapur, dan segala macam hal yg mungkin akan membuat bapak ibu kita kembali mengenang suasana bagaimana dahulu mereka menikah.
orang-orang yg datang bisa memberikan hadiah berupa apapun. bisa berupa hasil kebun, gula, beras atau bahkan doa, sebaik-baik hadiah pernikahan bagi kita. kita bisa mengajak pemuda-pemuda masjid sekitar untuk menabuh rebana demi meramaikan suasana, biasanya anak-anak kecil akan sangat suka dan antusias melihatnya.
dahulu sewaktu masih bocah dan mengontrak rumah di daerah pesisir pulau Madura, tuan tanah kami menampilkan pementasan pencak silat saat pernikahan puterinya untuk menghibur undangan yg hadir. ada beberapa pemuda-pemudi dari desa tetangga yg datang jauh-jauh untuk menyaksikan. mereka datang beramai-ramai. biasanya ada juga yg datang dengan harapan bisa berjumpa dan melihat pujaan hatinya di tengah-tengah keramaian. rasa suka antar pemuda-pemudi saat itu begitu puitis dan perawan. rasa suka yg penuh malu-malu.
kalau malam sudah tiba, biasanya orang-orang tua lengkap dengan sarung dan kopiahnya berkumpul dan berbincang tentang banyak hal sampai larut, di temani secangkir kopi hitam dan langit malam yg gelap dengan ribuan gemintang bertaburan sementara sang pengantin berada di tempat dan saat-saat paling indah dalam hidupnya. tapi, tentu semuanya akan begitu merepotkan. kita tumbuh dewasa di tengah-tengah era yg serba buru-buru dan serba di kejar waktu. kita ingin semuanya mudah. dan tentu saja, tentu kita akan menikah dengan wedding organizer, dengan organ tunggal, dan dekorasi gedung serta pelaminan yang menawan. kita akan menjamu tamu dengan berbagai macam santapan dan kudapan. kita tentu tak akan tega memberikan pekerjaan yg melelahkan bagi kedua orang tua kita hanya untuk pesta pernikahan yg mungkin tak sampai sehari sudah dilupakan orang-orang.
namun, seumpama kelak saat kita tambah menua sementara anak-anak kita tumbuh dewasa mereka hendak mengadakan pesta pernikahan di pekarangan rumah selayaknya kakek nenek mereka dahulu, barangkali saya akan menjadi seorang bapak yg dengan sangat senang hati mewujudkan keinginannya.
Tahuna, 1 Maret 2017. sehabis dengerin kisah-kisah pernikahan teman-teman pangkas rambut madura.. ntah ini tulisan saya peruntukan buat siapa. lol
0 notes
irulfahman · 8 years
Quote
manusia dengan segala masalah sosialnya, seperti upah, utang, penderitaan, kemiskinan, dan segala macam sanak familinya yang lain menurut saya sangat cocok mencari sosok teman curhat seperti Prouvaire. tipe orang yg banyak merenung, paling sering tersenyum namun paling mampu berperang, paling bisa mencipta puisi di tengah meledaknya revolusi, yg menyiram bunga di pagi hari dan menghitung bintang di malam hari. Prouvaire memiliki karakter yg cukup berbeda dari Enjolras, tapi punya satu kesamaan: tak bisa melihat ketidakadilan. kesamaan visi itulah yg menyatukan mereka. kalau tidak bisa menemukan orang -orang seperti itu, kata ust salim orang-orang seperti kita lah yg harus berbenah.
0 notes
irulfahman · 8 years
Quote
tiba-tiba terbesit ingin tuk menanam angan. menyiraminya biar tumbuh dan bercabang teduh. berdaun rindang, dan pandai meracik angin yang licik. membisik rindu. lalu, menghasutmu pulang ke pangkuanku.
ah, sok puitis 😕
6 notes · View notes
irulfahman · 8 years
Text
TKD dan Kekasih Posesif
cerpen ini saya bikin 3 tahun lalu dengan latar belakang efek moratorium yg berimbas pada penundaan pengangkatan angkatan saya dan angkatan satu tahun di atas saya (STAN lulusan 2012 & 2013). sebagai Perguruan Tinggi Kedinasan, yang harus kami jalani setelah lulus kuliah bukan hanya menunggu panggilan kerja selama satu tahun tanpa kejelasan, tapi juga diwajibkan untuk mengikuti Tes Kompetensi Dasar (TKD). hal-hal yg barangkali sedikit berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.
selamat membaca!
-
Sepanjang penantian TKD, saya dan sebagian kawan seangkatan saya memiliki sebuah kesamaan. Kami sama-sama memiliki kekasih posesif dengan nama yang berbeda-beda. Beberapa diantara kekasih teman-teman saya itu ada yang bernama Nganggur, ada yang bernama Game Onlenan, lalu ada juga yang bernama Nge-Pes Seharian. Uniknya, kekasih kawan-kawan saya itu sama-sama memiliki sebuah keahlian, mereka lihai sekali merayu kawan saya dengan keindahannya masing-masing yang melenakan sampai-sampai kawan saya lupa segalanya. Mengerikan.
Salah satu misal, kawan saya yang bernama Dodit. Dodit memiliki kekasih posesif dengan nama Nganggur. Pada awalnya Dodit tak begitu mencintainya. Namun karena kegigihan dan kesungguhan hatinya, akhirnya ia bisa meluluhkan hati Dodit yang keras bagai batu pegunungan. Nganggur selalu memberikan apa yang Dodit butuhkan. Hal yang paling Dodit sukai dari kekasihnya tersebut adalah, ia begitu rajin menghadiahi Dodit pagi yang tak tergesa-gesa dan senja indah yang dapat dipandanginya dari teras rumah. Lumayan! Harga yang setimpal yang bisa Dodit dapat dari seorang kekasih posesif. Meskipun pada akhirnya Dodit sadar, bahwa dalam sebuah hubungan bukan Cuma cinta yang dibutuhkan, kadang materi juga. Itu yang tak bisa Dodit dapatkan dari kekasih posesifnya tersebut.
Beda orang beda cerita, nama kekasih saya sendiri pun berbeda dari kekasih kawan-kawan saya. Namanya Insomnia. Dia adalah Gadis yang manis, meski pada dasarnya juga posesif. Dia tinggal di sebuah perkampungan -agak kumuh- yang saya sebut dengan ‘Imajinasi Saya’. Tak perlu GPS bagi saya untuk pergi ke sana. letaknya tak begitu jauh dari tempat saya tinggal. Lebih tepatnya hanya berjarak satu tikungan kontemplasi, atau kira-kira sejauh sekali kedipan mata.
Insomnia, kekasih saya yang manis itu, selalu menuntut saya untuk menjalankan ritual apel rutin tiap malam di rumahnya. Hal yang cukup saya nikmati pada awalnya, namun sangat menyiksa pada akhirnya; Saya hanya mencoba jujur. Bagaimana tidak, ritual apel kami mulai jadi bahan gunjingan para tetangga dan keluarga besar. kira-kira, adakah gadis baik-baik yang dengan terang-terangan meminta diapeli setiap dan sepanjang malam? Lalu, adakah lelaki baik-baik yang mau mengapeli seorang gadis setiap dan sepanjang malam pula? Saya kira tidak ada. 
Saya sudah merenung cukup lama dan mulai menyadari, punya kekasih posesif ternyata tak baik juga bagi tumbuh kembang saya. Saya mulai berfikir ulang untuk melanjutkan hubungan tak sehat ini. Saya meminta pertimbangan dan fatwa pada hati saya. saya bertanya, lalu hati saya menjawab bahwa saya tak boleh terus-terusan seperti ini. Meski manis, Insomnia bukanlah gadis yang cukup baik bagi saya. secara praktis, Insomnia sudah menindas kehidupan saya. Hal itulah yang melatari kenapa saya berharap untuk bisa segera balikan dengan mantan saya yang dulu, gadis lugu yang bernama Rutinitas.
Rutinitas adalah gadis belasteran antara Jadwal Harian dan Kedisiplinan. Saya bertemu dan mulai berpacaran dengannya sejak sekitar tiga-nyaris-empat tahun yang lalu, dan putus kira-kira tujuh bulan yang lalu. Sebenarnya dia memiliki seluruh kriteria gadis baik-baik dalam persepsi saya. entah, sayapun bingung kenapa dulu saya lebih memilih putus dengannya. alasannya bisa jadi karena saya sendiri adalah orang yang tak terlalu taat waktu, sementara Rutinitas adalah gadis yang lebih disiplin dari bos kantor manapun. Tapi selebihnya, Rutinitas adalah gadis yang baik dan saya menyukainya.
Gadis baik-baik bagi saya adalah seperti sebuah mata kuliah favorit. Kita datang ke kampus dan duduk begitu saja di dalam kelas, menatap hampa papan tulis, lalu menyimak sekedarnya dosen yang bertutur menjelaskan materi. Tak ada otak yang diputar, tak ada kening yang dikerutkan. Segalanya berjalan sekedarnya tanpa ada gejolak dan dinamika dalam otak dan dada. Tak ada rasa tertarik namun tak jua terlintas sedikitpun untuk meninggalkannya. Sampai pada suatu titik kita memahami bahwa waktu sudah bergulir begitu saja. barulah kita sadar, segalanya berlalu dalam sekejap mata tanpa terasa.
~
Pada saat hendak putus dengan Rutinitas, saya menarik nafas dalam-dalam seolah mereguk udara bebas. Ia bertanya pada saya untuk terakhir kalinya, apakah saya benar-benar sudah tidak lagi mencintainya. Saya hanya tersenyum menatapnya lalu pergi begitu saja. Ia memeluk saya dari belakang tiba-tiba. saya sempat kaget seandainya hujan tak turun kala itu. Saya membalik badan dan mengangkat dagunya yang sempat tertunduk sayu. Ah, dia menangis rupanya. Saya dapat melihat dari matanya yang merah dan wajahnya yang sendu betapapun hujan mencoba meleburkan air matanya.
Saya lantas berkata padanya “tabahlah, segalanya akan menjadi mungkin kalau kelak Tuhan mengizinkan kita bersama lagi”. 
Tergugu, ia berkata “kekasih adalah rumah. kalau kelak kau tak tahu harus melangkah kemana lagi, Pulanglah! aku akan selalu menunggumu”.
Ada banyak hal yang tidak bisa kita sangka dalam hidup ini, sepasang diantaranya adalah pe
0 notes
irulfahman · 8 years
Quote
mau kau kuberikan pekerjaan paling mulia di dunia? jadilah ibu dari anak-anakku. telapak kakimu serupa syurga, telapak tanganmu himpunan doa-doa.
0 notes