Text
Untuk langit, aku membumi.
Kadang berandai-andai itu memang mangasyikkan. Ingin ini dan itu, semuanya pun bisa terpenuhi. Tapi, untuk sebuah pengalaman kita akan mulai dari ketidak-berpengalaman.
Bicara tentang kerja keras, kerja lapangan, kerja dibawah terik matahari di tempat yang suhunya lebih panas dari tempat tinggal kita sebelumnya, itu tantangan.
Tantangan itu harus menantang untuk menjadi tantangan, dan itulah yang kita abaikan kadang-kadang.
Lingkungan baru, orang baru, suasana baru, akan memberimu banyak pengalaman baru.
Apalagi setiap harinya kamu harus bertemu orang dengan berbagai macam karakter di lapangan yang kadang tidak pernah kamu bayangkan, itu semua tantangan.
Apa yang dibutuhkan pada kondisi itu? Kemauan. Kemauan untuk belajar.
Kita tidak akan jadi tinggi jika tidak pernah pendek.
Kita tidak akan jadi langit jika tidak ada bumi.
Mungkin langitmu bisa kamu bentuk tanpa perlu melihat bumi, tapi bumi mu tidak akan memiliki langit seperti orang menyebutnya langit.
Banyak hal yang baru dari awal ku berdiri dengan kakiku sendiri. Banyak orang yang ternyata lebih pintar dariku, dan banyak orang yang lebih berpengalaman dariku.
Untuk tinggal di bumi, kita tidak bisa berhenti meluas, kita butuh untuk menjelajah. Bumi tidak sesempit yang kita bayangkan, saat kehidupan dimulai dari kau membuka mata dan menutup mata, semuanya berangsur-angsur memilih jalan. Ada yang bosan, ada juga yang tidak berhenti belajar. Jika kau merasa bosan, berarti itu bukan pekerjaanmu yang membosankan, tapi inginmu belajar yang sudah menghilang. Belajar apapun yang tidak kau tau.
Belajar tak kenal malu.
Belajar tak kenal gengsi.
Karena pengalamanmu akan menghapus malu dan gengsimu yang telah lalu.
@intromeleon
0 notes
Text
Retak Detak
Aku adalah orang yang sempat menyerah pada retaknya hati. Menenggelamkan langit yang pernah diukir dengan janji. Saat diam bukan berarti mengerti Saat memulai bukan untuk berhenti Aku adalah hening dalam ramai Bertemu damai yang pernah mati Engkau turun layaknya bidadari Bersinar terang walau penuh misteri Aku tak peduli, Jika mata sudah berkata Biarkan gelisah berjelaga Kita berdiri diatas samudra Hempasan badai siap mendera Hanya satu yang ku minta Dampingi aku menjadi nahkoda Aku tau engkau mulai resah Untuk sekedar percaya bahwa kita memiliki kisah Mata mereka melihatmu Hati mereka memilihmu Tapi aku mempercayaimu Lebih dari cintamu Perjalanan ini sudah di mulai Sampai nanti di sebuah masa Engkau hadirkan sebuah nyawa Untuk mengikat yang disebut bahagia Kita pernah menyerah pada retaknya hati Sekarang kita saling memiliki Seperti langit yang menjaga bumi @intromeleon
0 notes
Text
Transcending Dimensions (II)
Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang Astral Projection. To the point, apa sih gunanya astral projection? astral projection adalah kemampuan subconcious seseorang yang telah terkontrol dengan baik dan mengerti bahwa hidup bukanlah sekedar melihat, mencium, meraba, dan merasa dalam satu dimensi. Kepekaan antar dimensi adalah blind spot setiap manusia yang kadang tidak dipedulikan bahkan sekedar ditakuti, atau diajarkan sebagai doktrin sebagaimana dimensi terbaik adalah dimensi kita. Apakah benar? Tidak. Tidak ada dimensi terbaik, tidak ada dimensi terburuk. Semuanya hanya karena persepsi dari masing-masing pemilik gelombang dimensi yang mau peduli atau mengacuhkan sesuai dengan ambiance yang mereka punya. Ibarat satu rumah, maka didalam rumah itu ada kebiasaan yang menjadi aturan, dan pasti secara tidak sadar mereka patuh. Padahal satu rumah dan rumah yang lain pun berbeda, sudut, presisi, peralatan, akses, dan komunikasi baik emosional atau spritual akan berpengaruh, dari situ kita tau kenapa dimensi yang kita diami lebih terasa major daripada yang lain? Ya, karena kita belum pernah tau bagaimana "yang lain". Astral Projection buatku sendiri positive vibes nya dapat membuat kita tau bahwa kita sangat kecil dan tidak terbatas, semakin kita merasa besar maka kita terbatas. Betul? Transcending the dimensions pada dasarnya adalah konsep bagaimana kita menghargai setiap bagian kecil dari kita, dan sekecil apa kita ditengah dimensi yang lain. Merendah istilah gampangnya, atau andap asor bahasa jawanya. Ditengah itu, transcending dimensions memiliki kesan-kesan yang akan menjadikan kalian lebih memiliki sudut pandang untuk bertindak, tidak grusa-grusu, karena dari banyak vibes yang lalu-lalang kalian akan tau mana yang cocok dan mana yang tidak cocok, cocok bukan berarti baik, tidak cocok bukan berarti buruk. Buruk bukan berarti salah, dan baik bukan berarti benar. Semuanya related dan tergantung manifestasi setiap orang untuk membuat semua bagian dari atom sampai sentinels terintegrasi dengan baik sesuai dengan yang diinginkan. Pernah nonton Insidious? Sebetulnya itu adalah bagian kecil dari dimensi lain, dimensi tak sesempit dan semengerikan itu. Terlalu sempit untuk digambarkan seperti itu, cakupan fantasi dan imajinasi manusia dalam astral projection atau transcending the dimensions masih belum cukup untuk mencakup dalam satu sudut pandang saja. Di awal tulisan yang lalu, aku menyebutkan bahwa astral projection adalah satu bagian yang ekstrim dari kemampuan transcending seorang manusia. Manusia dibatasi karena mereka tidak akan mampu, melihat semuanya. Batas ada, karena alasan tersebut. Banyak cerita, mitos, legenda, yang tetap ada dalam ceritera manusia dan dijadikan sebagai suatu esensial baik buruk untuk tetap menyeimbangkan keterbatasan. Namun, jika itu masih terasa kurang, untuk mengerti bahwa kadang seseorang hanya diceritakan soal surga dan neraka, maka seseorang itu tidak akan tau mana yang bisa menuntun untuk keinginannya. Siapa yang tidak ingin masuk surga? Dengan ceritera yang telah ada, pasti semuanya mau. Tapi, tidak semua orang mau mengerti satu persatu paralel dalam dimensi. Satu hal yang sebenarnya tidak bisa dijangkau oleh manusia adalah interdimensional. Karena jika manusia tau, maka kita pasti berbuat secara monoton. Padahal di dunia ini kita diajari untuk seimbang oleh Tuhan. Semuanya seimbang dan harmonis. Dari sisi itulah harusnya setiap manusia tau, apa yang sepatutnya ditemukan, dipelajari, hingga akhirnya mengerti. Bahwa dalam keterbatasan ada ketidakterbatasan. @intromeleon
0 notes
Text
Trancending Dimensions.
Berawal dari kegilaan yang pernah merongrong otakku sekitar 4 tahun yang lalu. Segala proses mutual self awareness (intrapersonal) yang terjadi dalam jiwa itu membuatku penasaran. Berawal dari siapakah aku? darimana datangnya? Hingga kenapa ada aku? Atau, apa saja yang ada di dalam diriku? Yang paling rumit adalah, bagaimana caranya biar aku bisa berkomunikasi dengan diriku? Dari situ aku mulai pencarian itu semua. Bermacam buku telah ku baca, beragam artikel atau video referensi telah kupelajari soal self worthiness, self esteem, brain waves, binaural waves, pseudo science, zen healing, lucid dream/dream yoga, hingga yang paling ekstrim adalah astral projection. Beberapa diantara atau bahkan semua dianggap omong kosong buat sebagian orang. Karena di dunia nyata mana mungkin ada yang bisa seperti itu? Dan... buat apa? Menurut mereka itu mungkin tak berguna, tapi itu sangat menarik menurutku. Kupikir apapun yang ada dunia, walaupun itu dianggap remeh tapi dengan bukti itu masih ada dan berkembang maka itu patut dibuktikan. Mulailah aku belajar. Belajar gila, tanpa sepengetahuan orang-orang. Sebelumnya aku mau memberi tau, bahwa imajinasi orang yang kuat itu akan berkembang menjadi halusinasi, dari halusinasi yang kuat akan menjadi influence dalam dunia nyata. Dan dunia yang kalian anggap nyata ini, sebenarnya paralel dengan dunia yang kalian sebut halusinasi, terparalel lagi menjadi imajinasi. Semuanya 360 derajat berputar paralel atau abstrak tapi paralyzed. Semoga paham. Beberapa orang memang gifted dari lahir, beberapa orang memang terlahir punya glitch dalam paralel dunia. Itu glitch yang sebenarnya specified dan tidak ada yang perlu tau agar tau anda punya glitch. Apa aku punya glitch? Tidak. Tapi aku berusaha mempelajari glitch2 tersebut. Glitch bukan cheat, Di dunia ini ga ada yang bisa cheating. Bisanya mencari glitch. Kalo ada yang katanya bisa manipulasi paralel antar dimensi dengan instan, ah.. itu pasti ada urusannya antar "glitcher" masing-masing dimensi. Contohnya jin dan manusia. Aku ga bakal bawa-bawa agama atau science karena biar fokus di sudut pandangku yang lebih general walaupun pasti dua-duanya punya asumsi untuk itu semua. Bahkan punya sumber pertanggungjawaban. Berawal dari buku, artikel, etc yang ku pelajari. Aku mulai sadar bahwa satu manusia di muka bumi ini, related dengan satu manusia yang lain, related dengan lingkungan, related dengan budaya, related dengan semesta. Kenapa? Karena ada template emosional dan spiritual yang sama walaupun keliatannya beda, baik di dimensi ini, ataupun yang lainnya. Dimensi. Mungkin kadang terlalu tabu untuk dibahas, karena ya.. sekali lagi, itu tidak penting katanya. Padahal semuanya related, dan tidak akan berkesinambungan jika ada satu part yang menyeleweng dari paralel dimensi masing-masing. Aku mulai belajar mengenal diri lewat cermin. Mulai dari bentuk wajah, postur tubuh, mimik muka, hingga kedipan mata dan metronom nafas. Secara tidak langsung aku percaya bahwa ada aliran energi dalam setiap manusia (aku ambil contoh diriku) yang jarang untuk dikeluarkan seseorang, sehingga kadang hal-hal kecik yang berpengaruh pada emotional dan spiritual vibes itu berguncang. Gampangnya, waktu manusia berpikir, berencana, berprasangka, aku selalu mendapatkan ide/jawaban. Darimana datangnya ide? Otak. Kenapa otak dan kenapa ada brainwaves? Karena otak kita mampu menangkap gelombang antar dimensi pada dasarnya. Makanya, yang ku utak-atik pertama adalah otak. Ibarat smartphone, otak kita lebih dari milyaran RAM yang bisa diakses secara paralel baik dia sedang aktif atau shutdown. Otak adalah hardware, tapi gelombang yang ditangkap adalah software. Tapi hardware semacam otak tidak bisa rusak, dan RAMnya abadi, kekal dalam imajinasi jiwa. Bisa terbawa kemana-mana dan sangat mungkin buat paralyzing the dimensions. Dari brainwaves aku beranjak ke binaural waves/binaural beats atau lebih fokusnya dulu awal-awal adalah zen healing/dream yoga. Istilah awamnya adalah meditasi. Orang kebanyakan menganggap meditasi adalah kondisi aneh yang membuat orang "musyrik", padahal itu adalah state of the art tertinggi dan semua agama ada, dan mengajarkan walaupun kadang orang tidak sadar. Terlepas dari agama, meditasi yang dilakukan oleh seseorang bagusnya adalah kondisi tanpa paksaan. Bahasa gampangnya ikhlas, ikhlas berarti senang hati. Dari state of mind tersebut maka kita bisa belajar zen healing atau dream yoga. Dream yoga bukan berarti kalian harus memaksa otak buat bermimpi saat tidur dan harus berhasil. Tidak. Jadi, dunia mimpi itu seperti kucuran air, yang kita cuma tau dia mengucur dengan gelombangnya/suaranya, tanpa tau debitnya, tanpa tau fisiknya. Zen healing bisa menimbulkan banyak kemungkinan, tergantung influence lingkungan pada diri seseorang. Influences beda dengan experiences, tapi dua-duanya sama-sama punya vibes buat masuk ke otak. Dari zen healing/dream yoga yang baik dan rutin secara senang hati, kamu akan naik ke stage selanjutnya ketika self worthiness kamu bertambah, dan ini sangat rentan fluktuatif jika tidak konsisten. Efek baiknya, kamu akan bisa melihat diri orang lain seperti ketika kamu dapat influence dari gelombang yang kamu dapat, ekstrimnya. Kamu bisa mengontrol kapan orang itu berkedip, atau melakukan non verbal lainnya, yg lebih ekstrim lagi, kamu bisa mengontrol pikiran mereka. "Cheat" yang beredar justru malah kata yang disebut klenik seperti "klenik" atau ada bantuan dari dimensi lain. No, ini beda. Please, bedakan antara belajar glitch dan menggunakan cheat. Anak gamers pasti tau. Variabel nya sangat luas, jalurnya sangat banyak, tergantung seleramu, karena otak mampu berguna lebih dari apa yang kita anggap kita bisa gunakan pada umumnya. Dari dream yoga/zen healing, aku sering merasa lebih fluktuatif secara emosional, kognisi, dan spiritiual. Tapi itulah proses, ada yang disebut baik buruk, walaupun tidak selalu legit. Dari dream yoga/self healing yang sering kulakukan, mungkin tingkat keberhasilannya juga fluktuatif tapi kucoba advance menuju lucid dream. Lucid dream adalah mode kontrol jiwa ketika raga tertidur tanpa harus membangunkannya. Ini tidak make sense sebenernya, tapi ini nyata. Kita pasti punya hal-hal yang sudah kita rekam dan ada hal-hal yang belum kita ketahui. Lucid dreams mempunyai kemungkinan sangat kecil untuk tidak melihat sesuatu yang belum kita lihat dalam dimensi ini. Plusnya adalah, lucid dreams membuat kita bisa lebih peka dengan pengalaman. Hidup di alam mimpi sebenarnya sama saja dengan di dunia ini, tapi di dunia mimpi lebih abstrak secara paralel dengan dimensi lainnya, karena kita tidak perlu repot membawa kendaraan/raga. Raga bisa kalian ciptakan disana, baik raga kalian sendiri atau yang lainnya, sesuai dengan apa yang kalian inginkan. Setiap orang mempunyai kesempatan untu bermimpi, kadang lucid kadang tidak, dan itu tidak masalah karena mimpi adalah bunga tidur. Aku tidak setuju dengan itu. Karena mimpi adalah sarana kita satu-satunya untuk menciptakan imajinasi nyata tanpa raga dalam dimensi yang berbeda. Gampangnya gini, mungkin secara fisik seperti ini di dimensi ini, tapi ketika lucid dreams ada kita tak lagi membutuhkan hal yang standar semuanya semaunya, walaupun secara dimensional kita tidak bisa melampaui batas pengalaman yang tersimpan dalam memori, bisanya adalah mengkolaborasikan memori lebih banyak dan lebih mempunyai kemungkinan ditengah ketidakmungkinan. Semakin sering kita bisa membedakan mana dimensi mimpi mana dimensi fisik, garis paralel antar dimensi yang kita buat sendiri itu akan menjadi portal yang jelas dan kita dapat mengontrol semuanya, bahkan kita bisa bermimpi di dunia mimpi. Aneh bukan? Sedikit mirip dengan teori relativitas Einstein, walaupun kompleksitas yang dicakup Einstein cukup luas dan tidak termanifestasi dengan baik oleh manusia. Berlanjut dari lucid dream, menuju astral projection. Jika portal paralel yang berbentuk 360 derajat itu sudah terbentuk, maka yang terjadi adalah kalian bisa merasakan energi lain selain energi dalam diri kita di luar raga. Kadang mereka lebih besar dan melemahkan jika bertolak belakang dengan energi kita, dan menguatkan jika sejalan dengan energi kita. Astral projection menurutku adalah sebuah langkah atau tahap paralelisasi yang membingungkan, karena dalam astral projection kita harus punya metronom sendiri agar kita bisa kembali atau berpindah antara dimensi 1 dan yang lain. Metronom dimensi fisik yang menghubungkan antara dimensi fisik kalian di dimensi 1 dan dimensi 2, dan seterusnya. Jika tidak, mungkin ini sangat jarang tapi mungkin terjadi karena adanya lompatan jauh karena energi bertolak belakang ataupun energi yang mendukung membuat kita lupa bahwa ada dimana kita sekarang? Lalu apa gunanya astral projection? Aku akan bahas selanjutnya. [to be continued]
0 notes
Text
Next Step.
Berbicara tentang langkah, kadang membuat aku cemas. Seringkali aku berdiskusi soal bagaimana langkah selanjutnya dalam hal apapun. Tapi, setiap orang punya imajinya sendiri soal langkah yang akan diambil. Ku pikir, lulus kuliah membuatku lega. Tapi ternyata lulus kuliah membuatku cemas. Seperti kecemasan yang bercampur kebahagiaan fatamorgana. Semu. Karena ternyata, dunia nyata itu tak sekejam dunia ilmu dan teori. Teori mengajarkan kita untuk bersiap, bukan berandai-andai. Pemahaman yang benar pun kadang tak membuat orang terang pemikirannya soal langkah. Coba ku ulas lagi, soal lingkaran hidup bagi orang-orang sewajarnya semacam sekolah lalu belajar, lulus, kemudian cari kerja, mengumpulkan uang, menikah, mencukupi kebutuhan, moral-material, lalu berputar lagi ke keturunan agar melakukan hal yang sama. Itulah simpelnya circle kehidupan. Tapi apakah sesimpel itu? Ah, tidak. Aku berpetualang, walaupun mungkin petualanganku tidak begitu seru kalau diceritakan. Dari kecil aku adalah anak yang tidak pernah dilarang untuk berkreasi, corat-coret tembok kamar pun tidak dimarahi. Tumbuh besar aku semakin tau bahwa ada hal-hal yang diharapkan oleh orang tuaku kepadaku. Mungkin orang tua kalian juga punya harapan ke kalian, tapi ingat.. harapan itu jangan disalah artikan sebagai keinginan. Keinginan yang punya kalian, harapan yang punya adalah orang tua kalian. Bahagia adalah tujuan bersama. Jujur aku bodoh dibeberapa hal, misal matematika. Tapi orangtuaku tak pernah menganggapku bodoh, karena aku memang lemah disitu. Dan ya, aku bangga menjadi bodoh karena itu kelemahan, bukan kebodohan. Banyak orang yang berusaha ingin berusaha pintar sesuai idealnya. Misalnya, dia ingin usaha yang keren, yang bisa berduit banyak, dengan cepat, dan dapat validasi kalau dia sudah sukses dimata para koleganya. Tak gampang mendapatkan itu. Butuh proses yang sangat panjang dan butuh zona yang sangat tidak nyaman. Lagipula, jangan cepat puas dan bangga menjadi pintar dan lebih pintar dari yang lain. Mau seperti apapun yang boleh individualis di dunia ini cuma Tuhan. Kadang, aku merasa lucu ketika ada orang yang banyak mau, tapi tak mau tau. Seakan posisiny sudah diatas angin untuk tau bahwa semuanya baik-baik saja. Kadang aku geram, tapi lebih dari geram pun aku belajar bahwa kembali lagi.. setiap manusia punya imaji idealnya masing-masing. Mungkin itu zona nyaman dia untuk sekedar menghibur diri atas sedikit kepintaran dan mengabaikan kelemahannya. Itu.. sangat.. bahaya.. menurutku. Lucunya, kadang orang-orang itu hanya punya sudut pandang sempit yang dia kira lebar. Patokannya pun sempit. Dia tak ingin ada yang bisa menyumbang untuk mengingatkan kelemahannya karena orang lain hanya tak dipedulikan kekuatannya. "Underestimating the unknown" kalo bisa disebut. Lalu bagaimana kalau langkahmu diremehkan? Lalu, bagaimana ketika posisimu diacuhkan? Tak apa. Karena dia punya imaji tentang dirimu, kamupun punya imaji tentang dia. Itu tak bisa dipertemukan, karena hanya bisa tau jika terbukti. Untuk sebuah penyesalan kadang manusia harus berkorban banyak hal. Hiduplah dalam tim. Orang yang memimpin itu disebut leader bukan boss. Seorang leader pasti punya role pahit. Boss, mungkin tidak punya. Kalo seorang leader dibuat head-to-head sama leader pasti hasilnya kacau dan lemah sekali si Boss ini. Lucunya lagi, ketika para Boss yang menganggap dirinya Boss ini, jati dirinya saja masih bingung buat menelan pil pahit. Pastinya, dia memang tak terlahir buat menjadi leader. Leader of the pack. Belajar dari sebuah koloni serigala, pasti kalian tau bagaimana leader memposisikan. Proses menjadi leader itu tak gampang, pasti ditempa habis-habisan, menjadi penyelamat dalam koloni, loyal dengan koloninya. Simpelnya, bagaimana orang bisa loyal kalau anda tidak loyal dengan orang-orang anda. Ada yang pernah menasehatiku begini.., "untuk kerja keras, kamu harus professional.. jangan mudah kasian dengan orang yang tidak bisa bekerja" Sekejam itu kah bisnis? Pikirku. Menurutku tidak. Kenapa? Karena semua bagian dalam satu badan itu berguna walaupun sekedar bulu mata. Memang benar, untuk professional kita harus merekrut orang yang punya pemikiran yang professional juga, tapi jangan di telan mentah-mentah. Orang-orang yang basic bargainnya professional pun bisa kalah dengan orang lain dengan level dibawahnya? Karena dia lebih tau bagaimana memposisikan diri. Di ranah pendidikan, sementara aku sudah selesai. Tapi kupikir, tak selamanya pendidikan cuma bisa diakses di bangku kelas. Mengenal mental dan karakter orang lebih mengasyikkan kataku. Banyak yang lucu, banyak juga yang menginspirasi. Beberapa hal dalam waktu dekat ini membuatku merasa lucu. Ada yang sangat riskan untuk menjalani sebuah usaha, ada yang bosan dengan usahanya, adapula yang pantang menyerah dengan usahanya. Di usian dibawah 30 tahun menurutku terlalu cepat untuk menjadi sombong dalam berwirausaha meskipun pendapatanmu mungkin 100juta perbulan. Apalagi yang masih 4-5juta perbulan, terlalu muluk untuk memikirkan desain kantor mewah dengan sekretaris cantik yang mengatur jadwal kegiatanmu. Terlalu muluk. Kupikir, orang punya imaji masing-masing dalam benaknya untuk menggapai achievement sesuai kegemarannya. Konsisten itu penting sebagai pribadi yang ingin menjadi leader. Menjadi tukang mie ayam saja butuh bertahun-tahun agar mienya menjadi terkenal. Konsistensi rasa dan konsistensi mental si penjual agar gimana dia tidak merasa bosan jualan mie ayam. Itu masih mie ayam. Belum lagi jualan ayam, belum lagi ternak ayam, belum lagi eksportir daging ayam. Semuanya punya scope dan lingkaran membosankan kalau dipikir, tapi itulah zona nyaman yang berubah menjadi zona tidak nyaman untuk dijalani. Tapi itulah proses. Semua validasi sosial itu tidak terjadi serta merta seperti hasil warisan orang tua. Tapi usaha keras yang disertai intervensi Tuhan dan konsistensi dengan apa yang kita kerjakan. Pilihan hal yang menggiurkan itu banyak. Manifestasi langkah itu bisa beragam. Tapi apakah kita mampu menjadi konsisten daripada hanya sekedar berpenghasilan banyak. Orang konsisten lebih banyak dihargai dan diapresiasi daripada orang yang berduit banyak karena bisnis serabutannya. Untuk itu, temukan langkah yang paling tepat, cepat, dan dekat, lalu bertahan pada apa yang kamu pilih, bertanggung jawab atas apa yang dimanfaatkan agar hasil yang didapat menjadi berkah dan tidak iri atas kinerja orang lain dengan imaji yang berbeda pula.
0 notes
Text
Indonesia Severe Nation
Indonesia Severe Nation "The young fellows of Indonesia, I'm asking. How many of you in this country ? Then aswer me ! ONLY ONE !!" - Ir. Soekarno Let's inhale first.. Indonesia was a glorious country. I'm a proud person who was born and raised here. I'm a javanese, and within my culture i've learned so many things about wisdom and peace. Some people said "Don't pour the culture and religion in a one place". But, at least I've learned that both of culture and religion, they teach us into same direction like how we blow the candle right away as good as how we was light it up, analogically. Every people have some ideas, like some experticians have a big or even huge motivation of everything they does expertly. Politicians, religious, or even evil. But the ego came to us and growing much stronger and faster than our logic. So then, what's gonna happen if we cut every boundaries to determine our ideas with condensed ego from time to time. And have ever you even imagine, that the boundaries has been broken down? how it could be happened? Yes, the internet and new media. Internet, with its capability of accessing even expressing anything about human thoughts, feelings, opinions, and it's very useful for us if we put and learns everything carefully. But, it's terribly dangerous for some peoples who can't filter what they got. So, how I could think that it's a dangerous? Provocatious. Let's throwback to our country when the tragedy of 1998 happened. On that tragedy, There was a problem where the access of global issues and global things (i said things because there's so many kinds of thing that we could discover about). So why it's so rampage, bloody, and savage. The truth said it's caused by accumulation of aspirations and same egos of thousands students that day, which was wanna bring the government down in a power of New Order Rezim. I'm thinking and I'm comparing of how the rezim could be destroyed? Simple.. they know how to made actions. The government was weak that day, the president was weak too and crisis stroke all over parts of this country, and less supports from major powers.. such as, religious leaders and prominent figures. That's why they just forcing something that we already knew that it couldn't be handled anymore. So, what is the exact principals that we forget? or maybe it's just gonna be a decoration of our house. The picture of a bird. I'm so sad if it's true. Like a baby, Indonesia was born by blood, sweat, and tears, it's all pouring all over the ground of Indonesia, don't you remember that? and like a baby, we born by the spirits and traits that we bring into the sacred analogical powerful and intellegent bird that could fly over the edge of the sky, Garuda Pancasila. It's our THE FIVE GUIDING PRINCIPAL OF OUR NATIONAL LIFE ! Remember our proclamator Soekarno, declared our independence day ? and declared those principal in front of the eyes of nations all over the world? With pride he declares : The Five Guiding Principal Of Our National Life 1st. Believe In God 2nd. Nationalism 3rd. Humanity 4th. Democracy 5th. Social Justice And all of those peoples gave us standing applause. I don't care that applause was real or fake but, that time was a sacred moment that really hard to forgotten. So, what does the imply to internet? about 20 years ago, precisely 18 years ago.. there's still limited for accessing the internet. We lived in just a newspaper that is not covering both sides. Because you know, the media is a bias of everything that should be known by common peoples. Analogically, we eat what we are usually eat, and we can't eat what we deserves to eat, then we grow and picky about food, but know ur parents give you everything good or bad and you have to choose by yourself, then it's gettin worse, analogically. Internet is a disease rather than a cure that we consumed everyday. Age restriction is bullshit. Everyone could be everyone they want to be. just need some of walkthrough or cheats that can be searched on Google, then we deliver what we need. What do you want? food? skills? superhero power? propagandas? One sided news? you can get it all from the internet new media. Misusing the internet is not just about how someone break the rules, but how they absorbs the information and to learns everything. If you're typical person like a "free bird" just get freed of yourself without harming or provocating anyone else. So what's the best weapon to handle your "free bird" egos? back to religion and culture. Like me, I'm Moslem and I'm Javanese. Learn both of them carefully. Because it's a quality above quantity. Then.. it's 2017! Remember 4th december 2016 it's called 411 demonstration? "The Peace movement" they said. Yea, I know, it was an actual peace, but don't you ever think of the side effects from the internet and "hidden powers" behind of them which are lurking around of us are laughing and ready to ambush by bringing an issue into a conflict. *ffslol* it's terribly haunting.. and it's real tho. Our nation is in severe condition, like a personal computer which is infected by some viruses and we still don't know "WHAT THE HELL HAPPENED WITH MY COMPUTER?" So, then maybe we're still have a gap with intellegences from who are already doing a hardwork about to settle down the threats. Internet is a very easy peazy weapon to deliver a lot of provocation into our kind of diversity subjects. When we're strengthen our organization or major group. We're about peaking the ego again. We are forget about the identity and principal in this nation. We just full of hatred, fear, and egos. We just too courageous by primordic beliefs in fact when it is a major, and we forget to maintain what is the real deal and how to exactly use our courage in this life. If you are aware of this, and understand what i'm speaking about.. you're maybe an open minded person that could deliver how to think more clearly before talks, and acts. As we know, there's alot people who prefer improvisating something than planning every ideas themselves. It's called a hoax, and propaganda which is endangered for our diversity to bring in to the conflict. So, Indonesian peoples... Are you still concious about yourself? We are in vulnerably severe phase of nation. Look our president? how many peoples who hates him and wanna bring him down implisitly by issues? It's not a new order rezim now, We're called it's democracy. But I prefered to called it over-accessed democracy, where the society is fucked up and too much forcing ideas without thinking the side effects. Whether it's good or bad it's a media bias, and it's a strategy. Smooth but deadly. Like and ambush. We're gonna be strong if we stick into our Pancasila that we forget about it. We are weak guys, We are vulnerables, if we still being like this. Don't fight each other by our ego and provocation, it's goddamn useless. I'm so sad that anyone blamin religion and culture in a wrong way, or against it like both of it's very antonymous. The decision of learn not decision to choose, we don't have a choice but we have a responsibility. A responsibility to ressurect our purity of conciousness about a nation with unity in diversity principals. The enemy is not beside of us. The enemy is already here, invisible, distract and provocate our mental, poisoning our generation with implisit deadly venom. When the time has come, we will just have two option.. This country is destroyed like its destroyed by ourselves.. or it's rising up and more invincible like before Gajah Mada united the Nusantara as it has begun. The west, The East. The Liberalism, The Communism They're supposed to be bow down to us. Because, They don't have what we have. And they're never stop to wanting everyone else have. We might be still as a shadow puppet. But, from now.. You have to light up the dark And wake up that WE ARE NOT THE PUPPET! Think more than twice before you decide. It's not about a pro or contra.. It's about relieving peace between us. The world offers fake peace.. Let's make the real one and show 'em! Wekka Allamah/10/05/17
0 notes
Text
Melek Media, Melek Politik.
Baru kali ini saya merasa lucu, ketika melihat seorang calon pemimpin dan tidak terpilih namun banyak sekali orang yang sedih hatinya. Mungkin ada berbagai alasan kenapa hal atau perasaan seperti itu terjadi. Pertama, mungkin karena saya sudah 24 tahun dan lebih melek politik ketimbang beberapa tahun yang lalu. Kedua, akses dunia maya sebagai global village atau public sphere yang semakin mudah, membuat kita lebih berani untuk mengungkapkan perasaan baik implisit ataupun eksplisit dalam ranah demokrasi bermedia. Ketiga, mungkin karena sosok itu memang sebenarnya mempunyai kans yang kuat dan persona bagus nan sesuai untuk jabatan yang diembannya. Keempat, mungkin hegemoni media yang menerpa sangat kuat atas ketidaksukaan dengan sosok tersebut, jadi sangat mungkin terpaan berbagai fungsi media yang harusnya to inform, to educate, to persuade menjadi melenceng menjadi to manipulate and to provocate. Cuma para elit media yang tau, ini hanya asumsi dan berdasar apa yang sedikit saya pelajari soal bagaimana teori jarum suntik, uses and gratification, spiral of silence, media literacy, framing analysis, dan juga agenda setting. Rumit memang, apalagi ini indonesia. Untuk negara demokrasi seumur jagung dan harus mengikuti globalisasi terutama teknologi dan media, Indonesia nampaknya masih sulit melakukan infiltrasi dan menyaring mana yang esensial, mana yang harus di recycle. TV misalnya, sepengalaman saya saat melakukan internship di kementrian saja. Pemerintah rasanya sedikit kewalahan memberikan "jalur" atau akses yang sesuai dengan undang-undang, karena kita tau bahwa undang-undang dibentuk karena adanya invensi atau discovery dalam pembaharuan dalam ranah media. Anda akan merinding saat tau, bagaimana sih sejatinya media yang kita liat setiap hari melalui mata kita yang sebenarnya memiliki gatekeeper (penjaga gawang) untuk mempublikasi baik hiburan atau informasi kepada masyarakat, namun secara implisit ternyata kita sebagai masyarakat pun dituntut untuk menjadi gatekeeper sekaligus gatewatcher juga. Repot tidak? Tidak kalo kita peduli dengan bangsa ini. Jangan hanya menjadi penikmat dan penerima informasi sebagai output saja, karena tidak ada saat ini informasi dalam kemasan berita yang tanpa tendensial. Karena berita berhasil naik atau tayang, karena ada politik di dalamnya. Eits, politik? Politik itu luas, dan memiliki stratifikasi yang sangat kompleks. Misal politik buat masyarakat bawah juga politiknya ringan, buat yang menengah juga pasti intermediate, buat yang masyarakat kelas atas pasti lebih complicated lagi. Itu masih TV, yang memiliki lembaga sensor dan Komisi penyiaran. LSI dan KPI kalo di indonesia, dan siapa bilang pengusaha TV swasta, KPI, dan Pemerintah rukun-rukun saja? Semuanya ada konglomerasu di dalam, baik konglomerasi material ataupun jabatan politik. Ga cukup singkat kalo dijelasin, kalian bisa buka google kalo tertarik perihal konglomerasi. Belum lagi undang-undang ITE yang masih baru lahir untuk media sosial dan audiovisual seperti Youtube. Namun, mau seberapa keras kerja manusia mengakses tanpa menunggu report dari netizen soal sesuatu yang dianggap salah? Susah dan menurut saya tidak obyektif saja. Video bagus bisa hilang kalo di report secara masif, video jelek bisa tersebar luas karena ada kepentingan. Sangat susah handling hukum dalam ranah ini. Yap, Basuki Tjahaya Purnama. Halo pak Basuki, saya yakin anda sangat legowo karena saya yakin anda pun tau semua hal dibalik ini, dan anda sangat legowo menerima kekalahan plus rela menjadi dummy pencemaran nama baik dalam ranah SARA, karena minor di Indonesia ternyata masih menjadi hal yang sensitif untuk sekedar menyatakan fakta dan pengalaman bapak. FYI, saya skripsi mengambil arah opini tentang Ahok oleh netizen (warga net) dalam berita online, dan secara tidak langsung saya mengamati media melalui baik ponsel atau laptop saya setiap hari selama beberapa bulan. Flashing back sebentar... Saya dulu tidak sebegitu tau siapa atau bagaimana sih Pak Ahok secara karakter atau personanya, yang saya tau waktu PilGub 2012 hanyalah Pak Jokowi yang personanya begitu kuat dan digadang sebagai "Media Darling", media darling adalah ketika seorang persona sangat susah dijelekkan di media karena memiliki persona positif yang begitu kuat dalam media. Pencitraan lewat blusukan? Pasti kalo kita tau, itu sama sekali bukan pencitraan. Itu Adalah kebiasaan yang membentuk sikap, dan sikap membentuk citra atau karakter. Itulah yang saya pelajari waktu saya masih duduk di semester 5 waktu itu. Pak Ahok waktu itu sangat ga keliatan, bahkan saya mengira kalau beliau adalah sosok yang lebih lemah lembut daripada pak jokowi. Then, pak Jokowi jadi presiden, pak Ahok mulai membuat karakternya terlihat. Uniknya, karakternya kontras sama pak Jokowi. Das! Des! Das! Des! Begitu kira-kira kalo dibunyiin. Sayangnya saya di Jakarta pas pak Ahok belom menjabat, jadi belum tau bagaimana kondisi Jakarta setelah Pak Ahok memimpin. Hanya cerita, dan bukti lapangan lewat media saja yang saya dapat. Cuma saya inget, pas MNC tower lagi ada pembangunan itu crowded banget pas jam pulang kerja sehingga saya nyari bajaj yang mau nganterin ke stasiun pun susah. Jakarta masih kejam waktu itu dalam segi akses. Busway masih pake tiket kertas, pokonya masih berantakan banget. Sekarang, mungkin saya tidak langsung tapi pelayanan yang berhasil ditingkatkan baik ditingkat kecamatan atau kota pasti lebih bagus lagi. Sampai jelang PilGub 2017 pun mulai. Saya mengikuti sepak terjang dan terpaan kasus yang diterima dan banyak sekali yang gagal untuk menjatuhkan, mulai dari kasus KTP, reklamasi, dan yang paling "boom" adalah penistaan agama. Salah memang, untuk pribadi yang menjadi sorotan dan dicari salahnya untuk sekedar kepleset lidah. Disitulah, pihak-pihak behind the scene yang sudah menyorot mulai bermaneuver. Ada apa dengan Ahok sebenarnya? Apa yang salah? Sampai banyak sekali yang mau menjatuhkan. Lebih dari seorang yang sering berkata kotor, keras, dan bekerja keras itu semua Input. Outputnya, bisa kalian liat bahwa semuanya on progress so well. Bukan bim salabim? Hey, he was still just 2.5 years on going to be a governor. Tapi outputnya?? For God sake you can't deny he is obviously succeed. Dan kemudian datanglah framing-an kelas teri berwujud video keluar di youtube. Youtube! Youtube! Youtube! Lebih dari tipi.. iya, lebih provokatif. So sorry, I'm moslem. Dan kalo kalian tau, sangat pedih baca bacotan netizen yang dia ngetik ALLAHUAKBAR di kolom komentar tapi ada (sorry, explicit) Anjing! Di tengah komentarnya. Dari bayi se marah apapun untuk mengucap itu di public sphere adalah menghinakan diri sendiri. Lebih pedih daripada experience pak Basuki ketika dia mengungkapkan experience, dengan menyebut Al Maidah 51. Think, logically. Aksi demo damai beberapa saat kemudian, sambil pak Ahok di sidang, itu fenomenal dan dramatis kalo kalian merasa. Kenapa? Karena media pun bingung akan efeknya. Efek boomerang, kepada media yang benci Ahok atau efek yang diharapkan untuk masyarakat agar tau bahwa kesalahan Ahok itu fatal. Sudut pandang saya, media enemy dari Ahok pun juga memilah sisi bagaimana kata bisa begitu persuasif ataupun justru self destruction buat media itu sendiri. Perang buzzer, perang framing, terjadi di youtube yang kemudian di share di segala sosmed dan berbagai strata. Efeknya beragam, ada yang benci menjadi prihatin, ada yang prihatin menjadi benci, ada yang pura2 benci, ada yang pura2 prihatin. Tapi jangan kaget, semuanya memang sudah ada klasifikasinya untuk penggiringan opini, ibarat menjaring ikan. Seberapa sih sebenernya animo orang2 yang awam hingga intelektual memikirkan dan menggelar pandangannya terhadap ahok ataupun media. Sebenernya lawan Ahok tuh bukan paslon lain kok. Tapi, media. Karena tanpa media dan provokasi, Ahok diatas angin. Bahkan survei pun menjatuhkan Ahok, Denny Ja? Sudah taulah. Sampai pada akhirnya "perang maya" itu berujung pada hari-H untuk para paslon berlaga. Masyarakat tau kok, orang jakarta juga pasti tau bagaimana Ahok bekerja, apa baik dan buruknya, gimana kemakluman yang seharusnya atau tidak seharusnya. And as we knew, AHY kalah. Yap, karena memang seperti itulah kekuatannya. Tidak ada yang bisa diharapkan dari seseorang yang tidak siap atas dirinya sendiri. Sandiaga Is a matter from the 1st starts, Bahkan H-7 pendaftaran. Saya masih melihat Pak Sandi saja yang diwawancarai, TV one waktu itu. Yow, TV one is one of paslon 3 exactly. Anies Baswedan masih disembunyiin, untuk menghindari keresahan dan self esteem dari Sandi. Makanya itu ketika "dash!" Anis Baswedan, masyarakat.. ohh, okay. Dengan citra yang off the recordnya masih cukup tertutup di mata awam, jadilah Anis Baswedan cagub. Kalo saya liat, pada awalnya pun Anis masih ada keraguan di mimik muka. Malah lebih percaya diri AHY daripada Anis, ini sudut pandang saya. Tapi karena suntikan para mentor dan konglomerasi media dan pengusaha yang saya kira luar biasa, percaya diri pun tumbuh. Apa urusannya sama media dan pengusaha? Eits, Hary Tanoe, ARB, Sandiaga pun luar biasa maneuvernya. Tapi mereka yang "gede2" itu dibelakang. Terus apa ngaruhnya media? Yeay, we know USA is the best country which has much strength in soft power. Wtf is soft power? Yeay, "propos" or propaganda. Sangat luar biasa lewat film segala macem, inget sinetron tukang sulam naik ninja? Eh, tukang bubur naik haji ya. Kan ada tuh kampanye di sinetron jaman pilkada dulu. Itu salah satu, trick yang sangat "kasar" di politik. Tapi.. invention dari US yang lainnya pun tentunya ga sekasar itu sekarang. Ya, media semakin banyak dan filtrasi lemah di Indonesia! Gampaaaang! Dari account to account, web to web, TV to TV bisa perang propaganda. And it's fuckin real tho. So then, kenapa Pak Basuki kalah. Asumsi saya dan beberapa hal yang saya baca, serta diskusi. Ya karena memang major minor yang begitu melekat dan tameng besar nan kuat berbalut agama mempunyai peran besar walaupun penuh resiko buat Indonesia untuk menjadi hal yang diperdebatkan. Ingat, semakin berdebat.. semakin tertawa yang bikin propaganda. Dan anehnya, kita bukannya tidak cukup pandai, tapi belum cukup pandai untuk sadar akan propaganda. Kita hanya ikut arus, dan mulai sadar ketika hancur. Itulah tujuan propaganda yang negatif. Siapapun pemimpinnya, kita harus tau siapa yang ada dibelakangnya. Siapa yang ikut mensukseskannya, dan apa efeknya dengan bangsa ini. Indonesia ini kepulauan dengan banyak sekali suku, bahkan agama kepercayaan. Itu kekuatan sekaligus kelemahan buat kita. Ketika mental di titik2 vital negara ini diserang, maka yang redup dan underestimate adalah penyokongnya. DKI Jakarta adalah jantung, untuk beraspirasi janganlah egois untuk menghakimi orang yang hanya ikhlas mempedulikan Jakarta. Jakarta bukan cuma milik orang Jakarta, orang yang ada di provinsi lain hanya miris karena ketika jantung dari Indonesia kita ini mengalami goncangan, yang lain pun ikut merasakan. Mulai dari diri sendiri, bahwa ego adalah bagian dari kebiasaan, dan membentuk kebiasaan menjadi sikap, akan menunjukkan siapa karaktermu. Karena kamu Indonesia, akupun Indonesia. Karena setelah ini, akan lebih banyak lagi ancaman, marilah sama-sama kita saling mengingatkan dan tidak saling menyalahkan, Jadi pribadi yang baik dimanapun berada, terlihat atau tidak pun itu bukan hambatan karena jika kita baik di kehidupan nyata, dan buruk di dunia maya, itu sama saja. Untuk demokrasi bermedia yang lebih baik, maka sama-sama kita jaga untuk menjadi pemicu positif, dan kurangi terpicu negatif. Taklukan media jahat, maka kamu menaklukan ego burukmu. Sekian. - @intromeleon
0 notes
Text
Makna.
Semua masa yang kita jalani dalam hidup, tentunya tidak satupun yang tanpa guna. Seperti aliran sungai yang airnya pasti melewati semua bagian yang rata, kecuali bebatuan yang tingginya tak sama. Mungkin hanya jika debit air itu berbeda pada setiap masa, akan membuat bebatuan itu terlihat tak sama. Kadang terlihat, kadang pun tidak. Manusia diciptakan seperti satu aliran yang kecil, untuk menemukan muara yang lebih besar dia harus mengalir, walau kadang harus melewati percabangan yang lebih kecil lagi untuk mencapai muara yang lebih besar. Debit air yang tetap, membuatnya terlihat berbeda ketika melewati percabangan yang lebih kecil. Dan, begitu juga sebaliknya ketika berada di percabangan yang lebih besar maka debit airnya akan menyesuaikan. Percabangan yang lebih besar belum tentu debit airnya lebih besar, dan bebatuan yang nampak juga berbeda. Ketika hidup mengajarkan seperti itu, maka cara terbaik untuk menjadikannya sebuah pelajaran adalah.. Bagaimana cara mencapai muara? Tekunlah dengan debit air yang kamu punya selagi dalam percabangan. Jangan berandai jika debit ini akan punya muara besar di depan sana, tapi bagaimana air ini terus mengalir. Adakala tantangan itu memberatkan karena kita tidak tau bagaimana tantangan itu datang, yang membuat kita takut adalah hal-hal yang terkait dengan kemungkinan-kemungkinan. Begitu juga keberanian, kita memberanikan karena kita menghitung kemungkinan yang akan kita ambil untuk mencapai muara itu dengan aliran yang dapat bertahan dalam waktu tertentu. Tapi bukannya, tidak ada kemungkinan yang bisa membuat aliran itu berhenti. Tetap ada. Manusia setiap harinya memiliki segala kesempatan yang layak baginya untuk diperjuangkan sekaligus disyukuri. Walaupun setiap detik kita impas karena waktu tak akan pernah kembali, tapi kesempatan selalu ada untuk berkembang. Mengusahakan dan berikhtiar adalah strategi terbaik untuk tetap mengalir. Jangan berjanji untuk ke muara, tapi berjanjilah agar air ini tetap mengalir. Semua hal yang dijalani manusia intinya sama walau berbeda-beda aspeknya. Kesempatan itu datang karena kita terus mengalir, bukan karena dijanjikan ada muara yang lebih besar. Kenapa kita harus belajar dari aliran air? Karena sifatnya yang disebut progressif dari kecil menuju besar. Hanya sekedar karena mindset tempat yaitu massa yang kecil hanya bisa masuk sempurna menuju massa yang lebih besar. Bagaimana kalo kita salah? Ternyata massa yang lebih kecil itu justru sumber utama. Tampungan muara yang besar hanya tempat diam yang menjadi wadah segala perjuangan dan rasa syukur. Nikmatilah perjalanan, karena jika tanpa liku, semuanya tidak akan ada makna. Jika tujuanmu muara, yakinlah kamu tetap mengalir. Jika tujuanmu mengalir, jadikanlah mentalmu sebagai sikap untuk menentukan debit, percabangan, tetapi bukan wadah yang ditempa untuk selalu ingin menjadi lebih besar. Kata orang, tanpa wadah yang besar maka kita tidak akan bisa menampung banyak massa. Tapi tanpa debit dan aliran yang cukup maka tidak akan ada wadah tersebut. Mari belajar cara berpikir agar setiap keyakinan itu ada karena keraguan. Dan setiap tujuan itu ada karena keilkhlasan. Salam. @intromeleon
0 notes
Quote
"Untuk sebuah bosan yang menjadi harta karun. Manusia selalu rajin berlayar"
@intromeleon
0 notes
Quote
"Semua pria itu bohong dan setia pada porsi masing-masing. Semua wanita itu percaya dan setia pada porsi masing-masing."
0 notes
Quote
"Membahagiakan orang yang mencintaimu walaupun kau tak mencintainya, itulah bijak."
@intromeleon
0 notes