Tumgik
iniokta · 2 months
Text
Saat sedang sendiri seperti ini, beragam pikiran berkecamuk di otakku.
Mungkin saatnya bicara pada Tuhan, namun lelah karena tak kunjung mereda rasa ini.
Tiba-tiba ingin meracau saja di sini.
Anggap saja Memorabilia kebodohan atas pertanyaan yang tak perlu dijawab.
Tapi selayaknya si bodoh yang selalu berharap,
Nyatanya aku di sini masih selalu memikirkannya:
‘’Bagaimana kehidupannya di sana?
Betahkah dia di pekerjaan barunya?
Kesepiankah dia di negeri orang?
Tak inginkah kembali ke sini?
Makan teraturkah dia?
Berdoakah dia saat sedang terpuruk?
Sehatkah dia saat cuaca tak menentu?
Bicara pada siapakah dia saat sedang kelelahan?
Masihkah dia memusuhi Tuhan?
Sudahkah dia berdamai dengan dunia?’’
-----------------
Lalu secara sistematis, berulang kali, selalu menegaskan dalam hati dan pikiran logisku:
Tak apa jika dia tak pernah tahu betapa aku merindukannya,
toh aku pun tak pernah menyatakan rindu.
Tak apa jika dia tak pernah dengar bagaimana kabarku,
toh aku pun tak pernah benar berusaha bertanya bagaimana kabarnya.
Tak apa jika dia tak pernah sekali pun mendoakanku,
toh dia pun bukan seorang pendoa, percaya Tuhan saja sudah tidak.
Tak apa jika dia tak pernah mencoba menghubungiku,
Mungkin memang karena dia tahu ini bukanlah sesuatu yang bisa dijalani.
----------------
Ingat kan filosofi jarak Bumi dan Matahari?
Tetap ada di jarak aman masing-masing untuk tetap hidup.
Tak boleh lebih dekat, agar tak menghancurkan.
Tak boleh berpindah tempat, agar tak mengubah galaksi yang sebegini besar.
Semoga, suatu saat,
entah di kala senggang atau memang mencari,
entah karena ingin atau tak sengaja,
dia yang ada di jarak lebih dari 3300 km di sana, membaca tulisan ini,
dan seketika tahu ada seorang yang selalu mendoakan dia lebih dari siapapun di dunia ini,
ada yang merindukan dia lebih dari siapapun di antara miliaran orang di semesta ini,
ada yang selalu bersedia menjadi apapun yang dia butuhkan tanpa harus dia minta.
Dari aku,
si kuat di hadapan orang-orang, namun (masih) cengeng hanya saat bermimpi remeh tentangmu,
si batu di hadapan orang-orang, namun (herannya) mudah luluh hanya denganmu saja,
yang tetap tak beranjak, masih di tempat yang sama,
masih orang yang sama, namun dengan kasih (yang anehnya) semakin besar.
--SIALAN memang, kalau kata Juicy Luicy,
Tak pernah bertemu namun kenapa masih terus tumbuh?--
-6.5971° S, 106.8060° E-
10 Juli 2024.
0 notes
iniokta · 1 year
Text
Teruntuk dia yang sangat jauh, tapi selalu melekat di dalam doaku,
Merindukannya selalu menjadi rutinitas harianku, namun menyapanya hanya akan kulakukan saat kesadaranku agak hilang sesaat, saat tak lagi bisa kutahan rindu, saat tak cukup hanya menyebut namanya sebelum ku terlelap, saat ia hanya akan bilang: "Puji Tuhan masih hidup."
Lalu aku pun hanya akan tersenyum dalam diam, tanpa ia lihat, dan berkata dalam hati, "Puji Tuhan, dia masih ingat diriMu, Tuhan. Tolong jaga dia. Tolong buat dia bahagia, meski bukan aku yang jadi alasan dia bahagia."
Cukup. Cukup dia mengingatku sebagai "si yang paling ingat ulang tahun orang-orang", Cukup dia mengingatku sebagai "si yang ngingetin buat ke gereja dan ingat Tuhan",
Paling tidak, dia masih mengingatku ada di dunia ini. Itu caraku menyayanginya, yang tak bisa kugapai.
1 note · View note
iniokta · 3 years
Quote
Tahu apa mereka?
Tahu apa mereka soal bertahan, kalau yang mereka lakukan hanya meratap dari detik ke detik lainnya? Tahu apa mereka soal ikhlas, kalau yang mereka pedulikan hanya menangis sejadi-jadinya? Tahu apa mereka soal memaafkan, kalau yang mereka dahulukan hanya soal egonya yang terlukai?
1 note · View note
iniokta · 7 years
Quote
‪Bunda Maria, Tuhan Yesus,‬ ‪aku merindu, sungguh tak bisa kutahan,‬ ‪rindu akan seseorang yang memang untukku,‬ ‪tapi permasalahannya,‬ ‪aku bahkan tak tahu siapa orang itu.‬ ‪Tolong sampaikan saja,‬ ‪aku rindu,‬ ‪semoga dia-yang entah dimana-juga merasakan yang sama.‬
@iniokta
0 notes
iniokta · 7 years
Text
di-PHP-in Eiffel...I’m in Love 2 gimana rasanya?
Sekuel yang kurang mengkel. (mengkel: bahasa sunda buat sesuatu yang masih belum matang) itu kali ya kata yang pas buat film “Eiffel...I’m in Love 2” ini. kenapa kurang matang? banyaaakkk banget faktornya. waktu 14 tahun jeda dari Eiffel1 ke Eiffel2 ini, pastilah bikin orang berharap (super) banyak terhadap film ini. Kesuksesan film pertama membuat Samuel Rizal (Adit) dan Shandy Aulia (Tita) mendadak populer dan jadi next role couple buat abege-abege pada zamannya. Kisah diplot pada 12 tahun setelah Tita-Adit resmi pacaran setelah aksi berantem unyu di depan menara ikon Paris itu. Apa sih yang diharapkan dari hubungan pacaran yang udah berlangsung selama 12 tahun itu? Pastinyaaa konflik yang tidak sepele, bukan?! Nah, itulah yang ada di benak saya (dan saya yakin kalian-kalian juga). Akan tetapi, semua harapan itu sirna saat melihat tokoh Tita—yang sama sekali tidak menunjukkan perkembangan mental—sejak masa putih abu-abu nya menjadi perempuan jelang 30 tahun! Tita masih lah menjadi Tita yang manja-polos-lugu-dan naif-seolah dia gak terkena proses sweet seventeen—atau quarter life syndrome (sindrom kegalauan luar biasa saat seorang perempuan memasuki umur 25 tahun-peralihan dari cewek menuju perempuan). Dia masih Tita yang punya impian menikah secepatnya——just like an ordinary girl—ohmygod! sementara Adit masih lah juga jadi laki super jutek-jaim-judes-ketus-dan kaku. cuma bedanya, dia jauuuuhh lebih lakiiii dari yg muda dulu. tetep bikin melting lah pokoknya?!?! yaah tipikal perempuan yang bakal lebih penasaran sama laki model gini kan? HAHAHAHA 12 tahun pacaran ternyata gak bikin mereka jadi kaya laki-bini lohhh, secara LDR yak. Tapi seharusnya: gak lantas bikin mereka kaya baru pacaran 12 bulan juga kan?! aku sungguh tak mengerti dengan maunya penulis. :( ((iya, penulis benerannya Rachmania Arunita sama sekali gak dilibatkan dalam pembuatan skenario film ini, kita kehilangan penggambaran karakter yang sesungguhnya)) Saya berharap ada perjuangan besar dari pasangan ini, ada upaya luar biasa dan juga chemistry super lovely dari pasangan yang 12 tahun menjalin cinta jarak jauh. Tapi semua gak terwujud. Mereka berantem masih karena masalah salah paham ala-ala, pisah karena kurang sabaran, dan seakan gak ngerti perasaan masing-masing untuk satu sama lain, dunia mereka seakan gak pernah ketemu, pribadi mereka seolah gak pernah berbaur, gak berasa udah lewatin masa kritis putus 4 kali noh (siklus putus kan biasa 3 tahunan tuh). Tapi, lokasi syuting di Paris jadi nilai tambah utama sih, nolong banget. Chemistry dasarnya Shandy-Sammy juga luarbiasa!! Mereka masih mengalir aja gitu berantem-berantem unyuuu nya. Muka mereka juga gak banyak berubah kaya vampir Twilight! Adegan paling bikin tepok tangan buat akting 2 pemeran utama ini ya pas mereka harus pisah buat sementara. Shandy Aulia bisa menggambarkan perasaan gundahnya perempuan yang tak kunjung dikawinin—hanya lewat tatapan mata nanar tak fokus—tanpa dialog dan nangis yang lebay. Samuel Rizal juga mampu gambarin gemesnya laki yang liat perempuannya pergi gitu aja tanpa bisa jelasin situasi sebenarnya. Dan penyelesaian masalah di film ini dieksekusi seperti layaknya FTV: sangat amat simpel. Yang nyelesain masalah mereka bukan mereka yang udah 12 tahun pacaran LDR penuh penantian dong!!! Yang jadi mediator justru Adam—sahabat Tita yang naksir berat sama Tita—yang udah jauh-jauh nyusul Tita ke Paris—gercepppp beut dah pas tahu Tita putus sama Adit! Dan entah mengapa yaa, Tita: mengapa kamu mempermalukan perempuan masa kini? mengapa di pikiranmu cuma ada married, married, dan married sama Adit?! Okelah kalau kamu mau lepas dari Bunda-mu yang super protektif itu, tapiiiii mbokkk yaaaa jangan segitu bodohnya jugaaaaa toh yaaaa mbaakkk 🤦🏻‍♀️ Uni juga udah jadi sahabat dari dulu plus jadi kakak ipar kenapah annoying banget dah memupuk harapan palsu mulu buat Tita?! Dan finalnya: sudah 14 tahun menunggu, momen pernikahan yang jadi masalah utama film ini pun TAK KUNJUNG TERJADI. Entah mengapa di penghujung film aku hanya bisa tertegun meratapi layar credit title seolah masih menanti adanya adegan nikah yang sedari dulu jadi impian Titaaaaa 😂 Kissing scene-nya cukup okeeeeee buat pengobat rindu 14 tahun! Soundtracknya masih dominan lagu dari film pertama sih, tapi dengan aransemen ulang di beberapa lagu, justru bikin nyawa film ini jadi cukup terikat sama film sebelumnya. Sungguh sebenarnya aku berharap banyak sama film ini. Namun memang harapan kadang gak berbanding lurus dengan kenyataan yak —-lahhhh jadiiii curhaaaatttt—- 😂😂😂 Yah, tapi cukup oke lah untuk mengobati rindu dan penantian! :) nilainya 6 dari 10 sih yak.
0 notes
iniokta · 7 years
Text
selamat, kamu!
berlutut ku di hadapan Tuhan, dan di doaku dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, perlahan kucoba menyebut namamu dalam doaku, nama yang sudah lama kubiasakan tak lagi kuselipkan dalam doaku.
hari ini hari spesial untukmu katanya, jadi kucoba juga untuk memanjatkan doa khusus untuk dirimu.
baru menyebut namamu saja, ternyata masih menimbulkan getaran di salah satu sudut hati ini, menggetarkan kembali rasa bahwa aku pernah tersenyum karenamu. menggetarkan kembali hati yang selama 2 tahun ini sengaja kuistirahatkan.
perlahan bayanganmu terlintas lagi, iya, kamu yang ada di sampingku, bersama denganku di depan altar itu, masih di gereja yang sama, tempat kita dulu biasa menunaikan ibadah misa mingguan kita. itu adalah momen-momen paling bahagia dalam hidupku, melantunkan lagu Bapa Kami sambil memegang tanganmu, mengucapkan salam damai sembari kamu mengecup kecil tanganku, dan juga mencium keningku, aku masih sangat ingat dengan jelas, apa doaku di hadapan Tuhan, “Bapa, terima kasih untuk lelaki di sampingku ini, tolong jadikanlah dia pria yang memang untukku, jadikanlah dia satu-satunya pria yang akan mengisi hari-hariku, jadikanlah ia jodohku.”
semua terputar kembali, dan tanpa sadar air mata kembali mengalir dengan derasnya, tak bisa kutahan, lututku lemas tak kuasa menahan gemetar di sekujur tubuhku, aku menyerah, aku tak bisa lagi menahan untuk berlagak paling kuat, aku hanya bisa merelakan semuanya lebur dalam doaku untuk kamu di malam ini.
iya, aku janji, hanya untuk malam ini aku membiarkan diriku menangis karena kamu (lagi).
sungguh, tangis ini ada karena masih banyak pertanyaan yang belum berpasangan dengan jawabannya. pertanyaan itu milikku, dan jawabannya itu milikmu.
sungguh, tulisan ini ada bukan karena aku ingin kamu ada lagi di hidupku, paling tidak, aku butuh jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaanku, yang meninggalkan tumpukan halangan yang masih belum bisa aku lewati.
Selamat Ulang Tahun, kamu. :)
0 notes
iniokta · 7 years
Quote
manusia itu lucu, kadang mereka rela sakit, asalkan bisa merasa. kadang mereka rela diduakan, asalkan tidak sendiri. padahal apa ada yang lebih membahagiakan, selain mendapatkan hati yang ‘utuh’ dan bukan ‘sebagian’?
@iniokta
0 notes
iniokta · 7 years
Text
sialnya sial
sekarang apa gunanya saya kesal? memangnya kamu siapa (buat saya)? kamu (buat dia) itu pacar, kata orang-orang. saya kan cuma cameo buat kisah kalian. lucu-lucuan. aktor satu adegan kalau kata sutradara. selewat aja. saya cuma orang yang tahu-tahu senang dengar celotehanmu. saya cuma orang yang selalu ingin bikin lancar hari-harimu. saya cuma orang yang sedang berusaha keras buat gak selalu memikirkan kamu. iya, sialnya, saya selalu lihat kalian, kamu dan dia, yang lagi asik memadu kasih, iya, sialnya aku memang!
0 notes
iniokta · 7 years
Quote
kamu sudah kesana-kemari, melihat dunia lewat perjalananmu, aku masih di sini tak kemana-mana, tapi entah mengapa, rasanya seperti aku juga ikut bertualang, tenggelam dalam setiap kata cerita-ceritamu. seakan aku ada denganmu, melihat dunia bersama(mu). ah, naif sekali aku ini, atau lebih tepatnya: ah, halu sekali aku ini.
@iniokta
0 notes
iniokta · 7 years
Text
Jangan Sembarangan!
Jangan sembarang masuk ke kehidupan orang, kamu tidak tahu apa orang itu sedang menanti. Jangan sembarang membuat senyum di hari-hari seseorang, kamu tidak tahu apa sebelumnya dia bisa tersenyum. Jangan sembarang hadir dan jadi kebiasaan dalam hidup seseorang, kamu tidak tahu seberapa mandirinya dia sebelum kamu ada. Jangan sembarang mampir ke hati seseorang, kalau kamu tak ada niat untuk tinggal selamanya, Jangan sembarang pergi untuk memberi kecewa, karena kamu tak tahu luka itu bisa membekas selamanya.
0 notes
iniokta · 7 years
Text
de•wa•sa
Tidak melawan, bukan berarti kalah. Tidak membalas, bukan berarti lemah. Dan tidak memutuskan silaturahmi, pada akhirnya menunjukkan siapa yang punya jiwa paling legawa dan dewasa. Mampu mengalahkan ego dan emosi akibat kesakitan selama ini. Ya, Tak perlu pembuktian siapa yang berhasil menyingkirkan siapa. Tak perlu penegasan siapa yang menyakiti siapa. Karena pada akhirnya, hanya diri kita masing-masing yang sadar siapa yang sesungguhnya layak dipertahankan, dan siapa yang sangat layak ditinggalkan. Yang paling kuat bertahan dr rasa sakit, dialah yang paling kuat memaafkan. Dialah yang sudah melewati titik tertinggi dari apa yang disebut kedewasaan. ☺☺☺☺☺☺
0 notes
iniokta · 7 years
Text
serupa tapi tak sama
dulu mungkin aku berdoa: “Tuhan, pertemukanlah aku dengan laki-laki baik.” tapi sekarang aku berdoa: “Tuhan, hilangkanlah perasaan ini untuk dia, karena saya hanya tak ingin sakit—kecewa—dan terluka lebih dalam (lagi). Ya, bertemu dia bukanlah harapanku. menjadi nyaman dengannya juga tidak masuk dalam daftar keinginanku. apalagi menyimpan rasa lebih di hati, sama sekali tak ada dalam rencanaku. tapi selanjutnya, melupakan dia dan merelakan dia, adalah jalan terbaik bagi aku—dia—dan yang lainnya. karena mungkin dari awal, waktuku dan waktunya, hatiku dan hatinya, sama-sama tidak bermuara di satu titik yang sama. dia dengan petualangannya. aku dengan penantianku. dia ingin mencari. aku ingin menemukan. mungkin terdengar serupa, tapi sesungguhnya, sangat berbeda. sehingga akhirnya kami sama-sama tidak pernah saling menemukan. @iniokta
0 notes
iniokta · 7 years
Text
JODOH
dalam hidup ini, pilihan terpenting adalah ketika kita memilih Tuhan sebagai juruslamat. karena pilihan ini yg menentukan keselamatan kita. memilih pasangan hidup, adalah pilihan terpenting kedua stelah keselamatan, karena pasangan hidup kita akan menentukan masa depan dan mempengaruhi keselamatan kita kalau kita salah memilih, kita akan tidak fokus dan tidak produktif dalam segala hal. kita jadi tidak efektif dalam sekolah kuliah pekerjaan atau bisnis yg tuhan percayakan secara tidak sadar, kita sedang mengorbankan waktu, energi, dan potensi untuk orang yang salah. Kekuatan cinta itu luar biasa, bahkan lebih kuat dari maut. oleh sebab itu, jangan menggerakkan cinta sebelum waktuNya. Hanya 70th rata-rata kita hidup di dunia ini, hidup ini hanyalah sementara sebagai persiapan kita menuju kekekalan. ironisnya, banyak orang tidak menyadari bahwa pasangan hidup yang salah akan mempengaruhi kehidupan kekalnya, sehingga mereka rela menukar nasib kekalnya dengan orang yang salah demi kesenangan sesaat di dunia ini. padahal tidak sedikit karena pasangan hidup yang salah, pada akhirnya menciptakan neraka di dunia dan menyesal seumur hidup. Tujuan Tuhan menciptakan manusia sebagai objek yg dikasihi Tuhan, dan sebagai Subjek yg diharapkan dapat mengasihi Tuhan dengan sukarela dan sukacita. dengan memahami ini, Kita menyadari bahwa kita diciptakan Tuhan untuk menyenangkan hati Tuhan dan melayaniNya segenap hidup. sehingga dalam memilih pasangan hidup, bukan hanya untuk menyenangkan diri sendiri tapi jg sepenanggungan dalam melayani Tuhan. Mari temukan Tuhan terlebih dahulu sebelum menemukan pasangan hidup kita. Renungan pribadi, dan belajar firman tuhan setiap hari adalah cara efektif untuk menemukan Tuhan. Ketika kita menemukan Tuhan, Kita akan memiliki kepekaan sesuai perasaan Tuhan, Tuhan akan membuat kita berbeda dan menuntun langkah kita, untuk menemukan pasangan hidup yang tepat. sampai satu titik, kita tidak akan gagal, karena ia adalah Tuhan yang hidup. *sumber: renungan dari Channel YouTube Maria Shandi
0 notes
iniokta · 7 years
Text
Menunggu (untuk) (tak) bersama
menunggu memang bukan hal favoritku. malah salah satu hal yang paling kubenci. berada di antara ketidakpastian, seakan tak ada hal lain yang lebih berguna. namun saat ini hanya hal itu yang bisa aku lakukan. menunggu jawaban yang paling benar dari si empunya cerita. Dia yang mempertemukan, dan biarlah Ia genapi jadi yang memisahkan atau yang menyatukan. sekalipun pada akhirnya aku tahu apa jawaban sesungguhnya dari sang sutradara tak terbantahkan, biarkan untuk saat ini, aku memasukkan proses ini dalam waktu kebersamaan kita. karena jika pada akhirnya kita tidak bersama, paling tidak, kita pernah bersama meskipun hanya sekejap. 10.09.2017 -terinspirasi dari kisah seorang sahabat, yang saat ini tengah menanti jawaban-
0 notes
iniokta · 7 years
Quote
Terima Kasih untuk kamu, lelaki yang tanpa sadar telah membuat hari-hariku mengalami turbulensi kecil. karena kamu, aku kembali merasakan getaran-getaran unik di debaran jantungku. membuat aku merasakan apa yang seharusnya kumiliki tanpa harus takut kehilangan. mengapa aku bisa bilang begitu? karena bagaimana bisa aku kehilangan, kalau aku tak pernah benar-benar memiliki?
@iniokta 08.09.17
0 notes
iniokta · 7 years
Text
Definisi Bahagia, menurutmu, dan menurutku.
Ketika dalam hidup memasuki fase semua orang bertanya : "Siapa pacarmu sekarang?" ; "Buruan nikah." Apa yang akan dilakukan? Kalau ditanya apa yang diinginkan, Siapa yang tidak ingin punya seseorang yang bisa dihubungi kapan pun kita ingin? Siapa yang tidak rindu memiliki seseorang untuk dijadikan 'rumah'? Siapa yang tidak butuh pelukan hangat saat semua lelah bertumpuk? Siapa yang tidak berharap ada yang menyebutkan nama kita dalam doanya? Saya masih masuk salah satunya. Tapi semua yang terjadi dalam hidup saya, seakan menuntun saya agar tak banyak berharap, bahkan tak perlu bermimpi. Semua sakit yang pernah saya alami, Semua proses pemulihan yang pernah saya usahakan, Tak membiarkan saya untuk berani mengusahakan 'bahagia' sesuai definisi kalian. Iya, saya yang tak memperbolehkan hal itu terjadi. Iya, saya yang tak mau hal-hal semacam itu merusak bahagia yang sudah saya definisikan sendiri: "Tak lagi mengalami sakit, tak lagi didera duka, tak lagi ditinggalkan, dan tak lagi merasa tak diinginkan." Bahagia definisi orang-orang pada umumnya itu, seakan semua memang tak sepantasnya saya alami. Entah bagian mana yang pantas dan tak pantas. Entah bagian mana yang terlalu. Yang pasti, bahagia sesuai definisi orang-orang memang tak berlaku untuk saya. Saya bukanlah satu dari sekian banyak orang yang bahagianya karena telah mendapatkan seseorang untuk dijadikan 'rumah', tempat bersandar saat kelelahan, tempat berpegang saat hampir tersungkur, teman tertawa melakukan hal konyol, teman hidup hingga waktu berpisah yang ditentukan Tuhan. Oleh karena itu, bisakah kalian, orang-orang kebanyakan, menutup mulut kalian dan tak lagi menanyakan hal ini pada saya? Tidak semua orang 'sebahagia' kalian, (jika memang itu bahagia menurut kalian). Jadi, syukuri saja, Ucapkan Terima Kasih pada Tuhan, yang telah memberi kalian bahagia itu.
0 notes
iniokta · 7 years
Photo
Tumblr media
– View on Path.
0 notes