pria sederhana yang sedang belajar berani bertanggung jawab atas segala perbuatannya
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
berhenti sejenak, apa sih yg dicari...
Tenanglah, Kawan. Meski kau selalu dikhianati kesempatan. Meski sulit kini langkah kau putuskan. Meski kakimu terpaksa berhenti berjalan.
Duduk dulu, Kawan. Ramaikan sendiri harimu yang tak berpenghuni. Meski hatimu tak ditanya bagaimanapun keadaannya.
Sudahlah Kawan. Jalani apa yang mestinya kau lalui. Tak ada yang punya waktu meladeni keluh kesahmu.
Aku mengerti, Kawan. Hidupmu tertawan dalam setiap keputusan. Carilah pelukan, mungkin dari kawan-kawan yang merasakan, mungkin dari kawan-kawan yang mencoba bertanya bagaimana kabar hatimu sore ini.
137 notes
·
View notes
Text
Ada nasihat bijak di bulan yang lumrah bertaburan undangan pernikahan. Ya, memang banyak sekali nasihat tentang menikah. Salah satunya seperti yang tertulis di status whatsapp di bawah ini
35 notes
·
View notes
Text
Tetaplah menjaga mimpimu, menjaga doamu, menjaga harapmu. Sebab, bila saat ini engkau ingin menyerah, ingatlah doa dan harap yang tetap kau jaga meski seringkali engkau merasa lelah. Tidak ada doa yang tidak dikabulkan. Ini semua hanya soal waktu. Bersabarlah dengan sabar yang baik.
376 notes
·
View notes
Text
Cerpen : Orang Itu
Tahun berlalu dan jarak di antara kita yang angkanya kian banyak. Kita berpisah karena memang harus begitu jalannya. Saat itu, kita saling mengenal karena keadaan yang mempertemukan, kita semakin kenal karena bertahun-tahun kita berada di tempat yang sama.
Persinggungan hidup kita bagai aliran sungai yang beranak cabang, mau sejauh apapun kita berbelok, akhirnya kita akan berujung di muara yang sama, lautan. Sampai akhirnya kita harus berpisah menjadi hujan yang jatuh di tempat yang berbeda.
Dulu aku mengenalmu sekenal itu, mulai dari warna suaramu, langkah kakimu, bahkan aku kenal bagaimana caramu bersedih dan bahagia. Aku mengenal rasa takut dan khawatirmu yang kemudian membuatku belajar untuk menjadi berani agar bisa berteman dengannya. Menjadikanmu sebagai alasan yang kubuat-buat, membuat diriku memberanikan diri untuk mengenal dunia yang lebih luas dengan harapan bisa mempersiapkannya untukmu suatu hari nanti.
Tapi kita berpisah. Karena memang harus begitu jalannya. Saat aku dan kamu sibuk dengan dunianya masing-masing. Saat kita sadar bahwa di masa itu, ada banyak mimpi kita yang perlu untuk kita hidupi dan aku memendam kekhawatiranku saat kita berpisah, entah kamu.
Aku pun mengucapkan selamat berjuang untukmu. Dan berucap lirih, semoga bertemu di lain waktu. Dan saat nanti kita bertemu, aku masih orang itu. Orang yang sama, yang pernah kamu kenal. Dan aku tak ingin mengubah diriku yang kamu kenal.
Besar harapanku, saat nanti kita bertemu. Kita tidak asing satu sama lain. Aku masih orang itu. Yang dulu, hampir setiap pagi menyamakan langkah kakinya denganmu saat berjalan ke sekolah. Yang menghitung waktu untuk berangkat tepat waktu setiap pagi agar berpapasan. Yang selalu membawa alat tulis lebih dari satu agar saat kamu perlu, aku selalu bisa meminjamkannya untukmu. Dan banyak hal lainnya yang tak kusangka sudah bertahun lalu terjadi.
Aku masih orang itu. Yang jika kamu mengenalnya dulu, kamu takkan susah payah mengenalinya hari ini. Karena aku masih sama, untukmu. ©kurniawangunadi
401 notes
·
View notes
Text
Kita mencoba mengisi satu sama lain. ternyata padanan kata yg tepat untuk orang yang saling suka itu bukan jatuh cinta, tapi bangun kasih sayang.
0 notes
Text
Kualitas Ibu Menentukan Kualitas Anak
Bismillah..
Mau coba sedikit sharing yang agak panjang (?) dari hasil seminar online di chatroom Paltalk dan YM yang sudah lama berlangsung. Tema ini dibawakan oleh Ibu Dra. Wirianingsih yang akrab disapa dengan sapaan Ibu Wiwi. Kenal dong yah sama Ibu Wiwi, seorang ibu dengan 10 anak penghapal Qur'an. Selamat membaca :)
Dalam surat An Nisa’: 9, Allah mengingatkan agar orangtua tidak meninggalkan anak yang lemah di kemudian hari, baik itu lemah iman, lemah akal, lemah pikiran, lemah fisik, ataupun lemah mental. Hal ini jelas sangat berkaitan dengan peran ibu, karena anak melekat erat pada ibunya secara fisik, maupun secara psikis.
Diingatkan pula bahwa yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang adalah kualitas ayahnya karena kualitas ibu tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini disebutkan oleh Allah dalam surat An Nisa’: 34 bahwa “Laki-laki itu adalah pemimpin kaum perempuan di dalam rumah tangga atau keluarga.” Jadi kaum laki-lakilah yang menduduki posisi sebagai decision maker yang akan menjadi penentu arah pembinaan keluarga.
Rasulullah saw juga mengingatkan kepada para sahabatnya bahwa “Carilah kalian tempat perhentian yang baik, karena darinya engkau akan mendapatkan keturunan yang baik pula.”
Hal ini dilakukan jauh sebelum menikah sehingga jika kita mau menentukan kualitas ibu juga harus dipertimbangkan kualitas dari laki-lakinya.
Dalam konteks ibu sebagai sebuah institusi. Kita sering mendengar kata “ibu negara”, jika kita mendapati ibu yang baik maka negara juga akan baik. Jika ibunya rusak maka negara juga akan rusak. Hal itu setidaknya dalam konteks bagaimana negara memperhatikan kaum wanita dengan sebaik-baiknya perlakuan. Sehingga mereka berhak mendapatkan pendidikan yang sebaik-baiknya, karena kelak mereka akan menjadi seorang ibu yang berkualitas, cerdas dan berdaya guna, serta bertakwa kepada Allah.
Kata kualitas yang telah disebut sebut di atas memiliki definisi. Definisi kualitas disini ada tiga. Definisi berkualitas dalam konteks ibu secara individu yang pertama yaitu konteks ibu sebagai hamba Allah. Hubungan kedekatannya dengan Allah akan mencerminkan kepribadiannya, kemudian akan terpancar dan menurun kepada anak-anaknya.
Definisi yang kedua adalah dalam konteks ilmu yang dimiliki. Dengan cara membedakan kata-kata pintar dan cerdas inilah, akan dipaparkan arti penting sisi keilmuan seorang ibu yang berkualitas. Pintar belum berarti cerdas namun cerdas sudah pasti pintar. Banyak lulusan S1, S2 dan S3 yang pintar tapi sayangnya mereka tidak cerdas. Dalam pengertian Rasulullah saw, cerdas yaitu orang yang membekali hidupnya dengan sebaik-baiknya kemudian ia bersiap-siap untuk menghadapi kematian. Hal ini menjadi berbeda jika dibandingkan dengan definisi cerdas yang dikemukakan oleh pakar pendidikan, yaitu kemampuan individu untuk mengambilkan suatu keputusan secara cepat dan tepat, dengan segala resikonya. Cerdas yang dimaksudkan di sini yaitu cerdas mengelola dirinya, mengatur waktunya dan cerdas menekan orang lain untuk menuntun mereka dalam kebaikan kemudian merajutnya menjadi sebuah kekuatan besar membangkitkan bangsa ini untuk mendapatkan ridha Allah.
Kemudian definisi ketiga adalah berkualitas dari sisi fisik yaitu sehat badannya. Jangan sampai potensinya besar tetapi sakit-sakitan. Hal ini tidak dapat dimanfaatkan oleh orang lain atau umat. Berkualitas dari sisi fisik akan menopang kualitas keimanan dan ilmu yang ada untuk dapat melakukan aktifitas-aktifitas beramal. Karya dari suatu pemikiran hanya akan dapat dibuktikan ketika beramal. Dan yang melakukan ini adalah jasad atau fisik.
Intinya, kualitas orang hidup sebagai seorang individu adalah bertakwa, cerdas, berakhlak dan berdaya guna.
Dari ketiga hal inilah maka dapat dikatakan bahwa kualitas ibu tidak dapat berdiri sendiri dalam konteks individu karena terkait dengan pemberdayaan dirinya di dalam keluarga. Hubungannya dengan anak, jelas di sini dapat dikatakan kualitas ibu menentukan kualitas anaknya. Jangan sampai masih ada perbedaan kualitas pendidikan anak laki-laki dengan anak perempuan dalam pengertian peningkatan pendidikan mereka dalam kategori takaran yang sama. Jika ingin melakukan perubahan besar terhadap kualitas anak perempuan atau kualitas ibunya, hal ini di mulai dengan dengan melakukan perubahan pada paradigma cara mendidik anak-anak di rumah. Terutama pada anak laki-laki karena ia nanti akan menjadi bapak atau suami. Bagaimana ia memperlakukan istrinya sehingga kelak istrinya dapat menjadi ibu yang berkualitas. Begitupun berlaku pada anaknya, bagaimana ia mendidik anak perempuannya, sehingga ia menjadi anak yang berkualitas. Hal ini jelas berjalan beriringan.
Dari berbagai kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur’an, sebagai contoh adalah bagaimana seorang ibunda Hajar yang berkualitas yang dipilih oleh seorang suami yang berkualitas seperti Nabiyullah Ibrahim. Kemudian melahirkan seorang anak yang berkualitas yaitu Nabiyullah Ismail, yang kemudian menurunkan Rasulullah SAW.
Sejarah Salafusshalih yang termasuk di dalam 30 tokoh-tokoh besar yang berkualitas juga karena mereka memiliki ibu-ibu yang berkualitas, yang dibarengi pula dengan bapak-bapak yang berkualitas sekelas imam Syafi’i misalnya. Beliau ditinggal wafat ayahnya usia 6 tahun, namun seluruh isi kepala ayahnya sudah diwariskan kepada ibunya, agar meneruskan pendidikan anaknya sehingga menjadi ulama besar yang kita kenal seperti sekarang ini dan mahzhabnya pun dipakai di Indonesia.
Hasan Al-Banna pun memiliki ayah dan ibu yang berkualitas. Bapaknya seorang ulama dan ibunya seorang yang cerdas. Jadilah ia seorang ulama besar, arsitek peradaban pada awal abad ke-20 yang telah mampu melakukan perubahan peradaban Islam yang ada sampai sekarang.
Jadi kesimpulannya, jika kita ingin menjadi ibu yang berkualitas, mulailah dengan mendekatkan diri kepada Allah, mohon petunjuknya ke jalan yang lurus. Dan hanya orang-orang yang diberi petunjuk ke jalan yang luruslah, yang senantiasa mengajak orang lain untuk bersikap lurus.
Ada satu pertanyaan menarik (menurut saya) yaitu pertanyaan mengenai peluang menjadi ibu yang berkualitas dengan disesuaikan permasalahan kesibukan ibu di luar rumah dari salah seorang peserta. Dalam pandangan Ibu Wiwi, bahwa tidak boleh dipisahkan antara kegiatan di luar rumah dengan pendidikan anak. Sebisa mungkin menyatukan keduanya. Karena sesungguhnya ketika seorang ibu sedang aktif di luar rumah, adalah salah satu cara mengajarkan kepada anak-anak bahwa hidup itu harus bermanfaat bagi orang lain. Di sisi lain, seorang ibu jika bertemu dengan anaknya secara fisik, harus berkualitas pertemuannya dengan anaknya. Misalnya kapan anak menyetorkan hafalannya, kapan orang tua mengajarkan mereka memasak di rumah, kapan waktu untuk jalan-jalan bersama keluarga, kapan orang tua belajar dengan anak-anak. Jadi semua kegiatan tidak bisa dipisah-pisahkan.
Anak-anak pun akan memahami jika ibunya aktif di luar rumah adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas diri, sama dengan ketika anak-anak sedang beraktifitas di luar rumah. Karena orangtuanya pun beranggapan bahwa mereka beraktifitas di luar rumah untuk meningkatkan kualitas dirinya. Jadi mereka pun tidak merasa ditinggalkan oleh ibunya.
Sebaliknya tidak bisa dijamin pula, jika ibu tidak pergi ke mana-mana ia dapat menjadi ibu yang berkualitas. Banyak kecelakaan kecil yang terjadi, justru ketika ibu sedang berada di rumah. Hanya Allah-lah yang mampu menjaga anak-anak kita dengan baik. Kembali beliau mengingatkan bahwa yang sangat berpengaruh di sini adalah faktor kedekatan seorang ibu kepada Allah. Anak adalah titipan Allah maka jagalah hubungan kita dengan Allah. Maka Allah akan menjaga kita. Kebanyakan kesalahan yang ada adalah mengukur kualitas ibu dengan anak dari frekuensi pertemuannya. Namun standar ini menjadi lain jika memang seorang ibu, diberikan potensinya oleh Allah untuk beraktifitas di rumah saja.
Sederhananya jangan mendzalimi diri sendiri dan orang lain. Maksudnya di sini adalah dzalim jika ia bisa membawa ember 100 namun ia hanya membawa 10 ember, begitupun sebaliknya jika ia hanya bisa membawa 100 namun ia justru membawa 1000 ember.
Ada tips yang beliau berikan yaitu dengan cara maping waktu dengan merencanakan rentang waktu. Maping waktu berguna untuk melihat sebanyak apa interaksi ibu dengan anak. Ternyata seluruh kegiatan kita sesungguhnya lebih banyak bersama anak. Kemudian buat rentang waktu yang disesuaikan dengan umur Nabi Muhammad SAW, dibagi menjadi 3 rentang waktu yaitu 0-20 tahun yang sesuai dengan rentang umur yang telah diutarakan oleh imam Ali untuk membentuk kepribadian anak, 20-40 tahun di sini lah waktu untuk menimba ilmu atau wawasan sebanyak-banyaknya, 40-60 tahun adalah usia produktif yaitu usia di mana seseorang telah dapat memberikan kontribusi berbakti untuk umat atau kepentingan terbaik dakwah.
Intinya adalah jika ingin memanage suatu kegiatan dilihat dari sejauh mana kita melihat kualitas waktu kita.
Dari kegiatan ibu di luar rumah pertanyaan peserta selanjutnya beralih kepada tahapan-tahapan cara mendidik anak hingga bisa menghafal Qur’an dalam usia yang masih muda. Ibu pemilik 4 cahaya mata yang telah Hafidz Qur’an ini menjabarkan secara gamblang tentang tahapan-tahapan itu, yaitu tahapan memilih pasangan, kekompakan visi suami istri dalam membentuk keluarga Qur’ani, kemudian mencarikan lingkungan untuk anak yang juga dekat dengan Al Qur’an, yang terakhir adalah rajin ke toko buku.
Dengan rajin membawa anak-anak ke toko buku maka akan memperluas wawasan anak. Diharapkan dengan banyaknya mereka berinteraksi dengan dunia ilmu maka akan dapat memotivasi mereka dalam menghafal Qur’an. Ketika ingin memiliki keluarga Qur’ani maka seyogyanya harus mencari pasangan yang memiliki visi yang sama. Tentunya haruslah seseorang yang bertakwa. Kekompakan di dalam rumah bisa di mulai dari kedua orang tuanya, misalnya dengan senantiasa memutar murottal di rumah, di dalam rumah tidak ada gambar-gambar yang syubhat, makanan dijaga dari hal-hal yang haram dan syubhat, jika ingin mendengarkan musik, juga musik-musik yang Islami, yang dapat mendekatkan anak kepada Allah.
Sekian sharingnya, semoga bermanfaat.
415 notes
·
View notes
Text
Sosok
Pic. from Tumblr
Sebelum memilihkan suami buat dirimu pribadi, maka terlebih dulu pilihlah calon ayah yang baik untuk anak-anakmu.
Seseorang yang kelak mampu mendidik dengan contoh bukan hanya dengan retorika berlebih.
Seseorang yang kelak menjadi sosok ayah bukan sekedar sandangan gelar ayah.
Seseorang yang lapang dan luas hatiya. Yang ketika menasehati, ada teduh di dalam kalimatnya.
Seseorang yang hadirnya selalu dicari dan dirindukan bukan hanya oleh dirimu tapi juga oleh anak-anakmu.
Seseorang yang kelak anak-anakmu akan terus menerus bersyukur memiliki ayah sepertinya.
Hingga kelak ia meninggal dunia, anak-anaknya tidak melupakan baktinya kepada ayahnya tersebab segala kebaikan telah melekat paripurna dalam hati buah hatinya.
Aku kagum pada mereka, sosok ayah yang selalu dirindukan hadirnya di dalam syurga kecilnya. Semoga kelak mas(ku) pun demikian, padanya kusimpan kekaguman yang besar tersebab tingkah, tutur, dan figure yang melekat pada dirinya. Sebagai sosok yang akan selalu kurindukan dan kunanti hadirnya di depan pintu rumah, bukan hanya aku tapi anak-anak-ku pun demikian.
Barakallaahu fiikum❤️
579 notes
·
View notes
Text
"Aku udah bosen"
Kamu punya pasangan yang bosenan? terus doi bilang aku udah bosen di saat kamu selalu excited bertemu doi? Gimana rasanya? Nyesek? Rasanya seperti di ulti Vexana.
Di tulisan kali ini saya mau share tentang ini nih. Sesuatu yang kayaknya hampir semua orang pernah ngalamin, khususnya dalam sebuah hubungan. Apaan emang? Boredom atau kebosenan.
Ada Orang Neliti tentang Kebosenan
Sebelum kita ngomongin tentang bosen dalam urusan relationship. Mari kita ungkap kebosenan itu sendiri. kalau kata Shahram Heshmat Ph.D., kebosenan itu pengalaman universal. Seperti yang udah dibilang tadi, hampir Setiap orang pernah ngalamin ini. Bahkan penelitian di US bilang ada 30%-90% orang bosen di kesehariannya, dan 91%-98% itu isinya anak muda (Chin et al., 2017).
Menurut beliau, orang bisa bosen karena delapan hal. Apa aja?
(1) Pikiran yang monoton, (2) Jalur hidup yang gitu gitu aja, (3) Kebutuhan untuk kebaruan, (4) Paying attention, (5) Kesadaran Emosional, (6) Skill buat ngehibur diri, (7) kurangnya otonomi, sampai (8) Peran budaya.
Jadi kalau kamu bosen, yah mungkin bisa jadi alasannya diantara ke delapan itu katanya. Atau kamu mau nambah juga boleh, misal gitu yah bosen karena ga ada duit buat belanja online. Atau rank mythic-nya bosen, udah bosen gak ngapa-ngapain.
Yang Kita Selalu Penasaran
Back to Topik, kita ngobrol lagi tentang bosen dalam urusan relationship. Pernah ngebayangin ga sih betapa 'membosankannya' kehidupan bersama pasangan. Bayangin nih ya, bangun tidur ada doi. kemana-mana ada doi. Mau makan juga ada doi. Pulang kerja ada doi. Sampe mau tidur aja ada doi. Ketemu doi lagi ketemu doi lagi. Emang engga bosen ya? Mungkin ini pertanyaan kita selama ini.
Kalau kata Mariana Bockarova Ph.D., kalau bosen ke pasangan itu ada dua tipe, (1) feeling bored with your partner sama (2) feeling bored of your partner. Keduanya sangat-sangat berbeda. Jadi buat yang tadi dibilangin aku bosen sama pasangannya. Tunggu dulu. Kita liat bosen yang mana yang dimaksud. Gini penjelasannya
(1) feeling bored with your partner
Doi bilang bosen ke kamu bukan karena bosen sama kamu yang selalu chat doi morning sampe ucapin selamat tidur tiap malam. Doi bosen sama kondisi yang gitu gitu aja. Maksudnya? terjebak di rutinitas dan pola yang sama. Sebenernya kamu sama doi bisa ngerjain sesuatu yang baru bersama, tapi kalian engga explore.
Ko engga explore? bisa jadi karena kondisi. Misalkan doi pengen mudik ke Dubai, tapi kan ini lagi corona. Orang mudik ke luar kota aja dicegat. Ini mau ke luar negeri gitu yah haha. Cik atuh ngerti kondisi. Atau karena emang kamu sama doi nyerah sama kondisi dan mager nyari idea idea kegiatan yang baru, terus ya udah lah ngelakuin hal yang itu lagi itu lagi.
(2) feeling bored of your partner
Kalau yang ini, doi bukan bosen sama kondisi. Tapi bosen sama diri kamu haha. Doi udah mulai mikirin mending milih yang lain deh. Udah males buat spending time bersama lagi. Doi mungkin engga akan terbuka kalau doi bosen. Lebih nge keep like nothing happen. Terus tiba-tiba berubah dan ilang. Hasta La Vista deh ~
Sebenernya perbedaan antara feeling bored with your partner sama feeling bored of your partner terletak di rasa bosan-nya itu dibagikan atau tidak. Hingga akhirnya, ternyata ke problem komunikasi. Doi terbuka atau engga sama kamu.
Bosen yang Mana Ya?
Misalnya, kamu bosen nih sama doi. Setelah baca tulisan ini, kamu bingung. Sebenernya aku ini feeling bored with atau of your partner? Jadinya mbatin kan. Teorinya, ketika kita memasuki situasi romantis itu, kita punya dua tujuan: (1) mencari yang menyenangkan dan bermanfaat buat kita sama (2) menghindari sesuatu yang cause harm kaya insecure, isolated, sama kesepian
Jadi sebenernya sosok apa sih yang kita cari? teorinya bilang kalau kita sebenernya mencari orang yang bisa membawa positive emotion ke kita (tujuan pertama) sehingga kita tidak perlu menjadi insecure lagi, kesepian lagi (tujuan kedua). Ia yang selalu ada saat kita sedang down dan membutuhkan positive emotion dan buat kita cheer up lagi. Kayaknya lagu You Raise Me Up ini cocok banget
When I am down and, oh my soul, so weary. When troubles come and my heart burdened be. Then, I am still and wait here in the silence. Until You come and sit awhile with me.
You raise me up, so I can stand on mountains. You raise me up, to walk on stormy seas. I am strong, when I am on your shoulders You raise me up to more than I can be
Solusi untuk si Bosenan
Nah balik lagi ke rasa bosen tadi. Gimana solusi nya? Solusi buat kondisi ini. Pertama, kita mulai komunikasiin. Tapi dengan baik-baik ya. Soalnya kalau kamu bilang ke doi 'aku udah bosen sama kamu' di saat yang gak tepat malah bisa memicu per-mortal kombatan. Kedua, mungkin kamu sama doi bisa mulai sesuatu yang baru. Contoh building start up bareng dimana kamu sama direktur dan doi manager keuangannya. Atau buat channel youtube/podcast baru, ngebahas review buku misalnya (asal jangan tutorial berhubungan yang sempet kontroversi di YT gitu yah HH), atau bahkan nulis buku bareng. Intinya mah yang fresh fresh deh.
Dah ah, maaf kalau tulisan kali ini agak sedikit panjang. Soalnya ini dua artikel yang saya coba rangkum. Kesimpulannya adalah normal lah ya bosen mah. Universal experience istilahnya mah. Tapi disini kita bisa memilih. Mau nyerah dengan keadaan atau saling support bareng biar hubungannya gak terasa membosankan lagi. Mengutip kalimat boneka Jigsaw.
Hello. you dont know me but I know you. I want to play a game. blablabla (isi sendiri). Make your choice.
As always, merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind (with your beautiful face).
68 notes
·
View notes
Text
Musim berganti
Hujan yang biasa turun deras kini sudah pergi dan datanglah terik matahari. Seperti hatimu bukan? Yang menyimpan rasa namun seringnya berbolak-balik dan berganti, entah pagi yang suka lalu malam yang murka, atau sebaliknya. Ada kalanya hatimu disiram deras oleh hujan rindu dan menunggu, kadang pula terasa gersang dan panas tersebab prasangka kapan ia datang.
Tenangkanlah gelisahmu dengan prasangka baik, damaikanlah perang antara hati dan prasangkamu dengan doa, dan aturlah kembali kemana arah hati harus dilabuhkan dan dipasrahkan. Semua yang di dunia ini sudah ada yang mengatur, sudah ada yang membuat skenario dan naskahnya, jangan khawatir.
Tidak semua orang harus tahu gemuruh hatimu, tidak semua orang layak kamu bagi kisah perjalanan selama ini. Tetaplah semangat dan berdiri dengan keteguhan hati sebab Allah pasti akan menguatkan. Siapa lagi yang bisa menggenggam hati manusia kecuali Allah bukan?
Dekatkanlah lagi hatimu dengan Allah, barangkali sudah terlalu jauh dan berjarak antara kamu dan Dia yang mengatur hidup dan masa depanmu. Barangkali sudah terlalu lama kamu melupakan dan mempersingkat doa, terlalu mengejar dunia hingga doa pun malas untuk diucapkan.
Melangkah bersama
@jndmmsyhd
459 notes
·
View notes
Text
“Jangan berlebihan dalam menyukai hingga kamu terpaksa Tuhan pisahkan, tersebab harapan dan hidupmu kini hanya untuk manusia. Jangan berlebihan pula dalam membenci, hingga terpaksa Tuhan jatuhkan kamu untuk meminta bantuan pada yang kamu benci.”
—
Hal terberat itu ketika kamu harus terpaksa kembali pada titik 0 saat rasa dan langkahmu sudah terlampau jauh, pada jiwa dan raga yang sudah banyak kamu idamkan dan inginkan dari manusia tapi terpaksa Allah patahkan dan matikan. Dia hanya ingin mengajarkanmu bahwa segalanya itu milik Allah, semudah bagiNya mendekatkan maka semudah itu pula bagiNya menjauhkan.
Maka beruntunglah bagi mereka yang mengutamakan Allah dalam setiap pencariannya, pada dunia atau hati manusia. Tidak mustahil salju turun pada musim semi, dan tidak mustahil hujan akan turun pada musim kemarau. Begitulah konsep kuasa dari pemilik segalanya.
Semakin kamu mengutamakan Allah dalam setiap sisi kehidupan, semakin kamu akan mendapatkan kemudahan. Semakin kamu mengutamakan keberkahan dalam setiap pilihan, maka semakin banyak pertolongan Allah dalam setiap kesulitan.
Tenanglah, bukankah setelah segala kesulitan hati dan penantian ini menandakan akan segera hadir jawaban dari doamu? bukankah setelah tangisan airmata ini akan ada senyuman bahagia dari hasil usahamu?
Allah tahu kamu mampu, hanya saja kamu yang tidak percaya dan memilih berhenti. Mari kembali, menguatkan hati dan melatih rasa, bersama-sama menuju kebahagiaan dunia dan akherat.
Sabar, sebentar lagi.
@jndmmsyhd
855 notes
·
View notes
Text
Disaat dunia berprasangka buruk dan tidak mempercayaimu. Berkatalah pada dirimu sendiri, cukuplah Allah menjadi sebaik-baik Hakim. Mengejar penilaian manusia tidak pernah ada ujungnya, kejarlah ridha Allah.
Pena Imaji
226 notes
·
View notes
Text
PILIHAN
Hidup selalu dihadapkan dengan pilihan; kembali pada masa lalu atau memilih seseorang yang baru.
Ketika kamu berada dalam proses menikah, ada satu hal yang harus kamu pastikan kepada calon pasanganmu, yakni tentang seseorang di masa lalunya. Mustahil apabila kamu mencari seseorang yang tidak memiliki masa lalu. Entah itu baik atau buruk, entah sudah jadian atau belum, pastikan bahwa ia telah selesai dan berdamai dengan masa lalunya. Tidak menutup kemungkinan, semuanya akan kandas hanya karena masa lalu yang nyatanya belum benar-benar berlalu.
Pernikahan bukanlah seperti pacaran yang mudah sekali berkhianat dan berpindah hati. Menikah adalah komitmen jangka panjang yang melibatkan kita dan Tuhan. Jangan sampai mengecewakan pasangan kita hanya karena kebaperan perihal masa lalu. Tak perlu dilupakan, sebab, masa lalu selalu memiliki ruang tersendiri dalam memori. Kita hanya perlu menghapus apa arti ‘dia’ dalam kehidupan kita.
Beruntunglah apabila masa lalu juga menjadi masa depan. Namun tetap saja, setia takkan pernah mudah. Siapapun pilihannya, sudah selayaknya kita berpegang pada prinsip dan komitmen. Ketika memutuskan untuk menikah, setia pada pasangan adalah setia pada Tuhan, agama, dan juga keluarga kita.
Pena Imaji
262 notes
·
View notes
Text
Kapan Lagi Kalau Bukan Sekarang?
Ketika kamu tinggal di daerah wisata, bukan berarti kamu jadi selalu berwisata. Bisa jadi kamu malah enggan karena tiap hari juga kamu melewati tempat-tempat wisata itu, ngesot dikit juga sampai. Tempat-tempat itu hanya jadi bagian reguler dari hidupmu, tidak bikin penasaran, tidak pula bikin kamu terpesona. Biasa aja.
Berbeda dengan wisatawan yang datang dari tempat jauh. Baginya, momen tersebut jarang-jarang terjadi. Di matanya, itu mungkin jadi sebuah pengalaman sekali seumur hidup. Oleh karenanya, ia benar-benar menikmati setiap detik wisatanya, mengunjungi setiap sudut, menghampiri setiap pojok untuk berfoto dan merekam, serta membeli oleh-oleh untuk dikenang. Sebab, mungkin semua itu takkan terulang lagi, kan? Kapan lagi kalau bukan sekarang?
Sama seperti kita dalam menghayati semua pemberian, takdir, dan kejadian atas hidup kita.
Si Penduduk-yang-Enggan-Berwisata adalah aku beberapa tahun yang lalu: Tak menganggap apa yang kumiliki dan kujalani sebagai sesuatu yang istimewa. Toh, itu adalah bagian dari keseharianku yang rutin. Toh, aku tidak perlu berusaha keras untuk mencapainya. Mudah dan dekat sehingga bisa diraih kapan saja.
Misalnya, waktu bersama orangtua. Dulu sekali, aku memiliki waktu setiap hari untuk mendengar ayahku membangunkanku untuk salat Subuh. Aku memiliki waktu setiap hari untuk mendengar ibuku bersenandung sembari memasak. Bahkan, jujur saja, terkadang saking seringnya, muncul rasa enggan untuk mendengarkan kedua rutinitas itu.
Sampai suatu hari, rutinitas tersebut hilang. Aku beranjak dewasa, meninggalkan rumah, dan memulai "petualanganku" sendiri.
Keseharianku berubah. Rutinitasku berganti. Semua yang pernah kuanggap biasa saja kini menjadi istimewa. Semua yang kupikir hanya bagian reguler yang terjadi setiap hari kini jadi sesuatu yang langka. Dan, aku pun mulai menginginkan semua itu terulang lagi.
Menyadari betapa sebuah momen bisa berlari seperti angin: cepat dan tak disadari, aku pun mengubah cara pandangku. Semua yang kudapatkan, kumiliki, dan kujalani di detik ini barangkali adalah pengalaman sekali seumur hidup untukku. Mindful, hadir secara utuh. Sebab, mungkin semua itu takkan terulang lagi, kan? Kapan lagi kalau bukan sekarang?
"Hiduplah di dunia ini seakan-akan kamu adalah pengembara," kata Nabi.
Barangkali karena dengan menjadi pengembara, kita akan menjalani hidup dengan hadir penuh. Kita sadar bahwa tempat yang kita injak hari ini bisa kita tinggalkan kapan saja. Kita sadar bahwa benda yang kita genggam hari ini bisa hilang kapan saja. Dan, momen yang kita lalui saat ini bisa beranjak kapan saja, tak dapat terulang lagi. Karenanya kita pun lebih mudah untuk merasakan syukur atas semua itu. Tidak cemas pada yang belum ada, tak sedih dengan yang sudah tiada.
Jadilah seperti wisatawan. Anggaplah momen yang ada di hadapan kita kini adalah sebuah tiket perjalanan istimewa yang mungkin hanya bisa kita dapatkan satu kali seumur hidup.
Seperti wisatawan, kita benar-benar menikmati setiap detik hidup (dengan takdir baik dan buruk), menghampiri setiap pojok untuk mencari pengalaman (entah kegagalan atau keberhasilan), serta "membeli" oleh-oleh untuk dikenang (semoga berupa amal kebaikan). Sebab, mungkin semua itu takkan terulang lagi, kan? Kapan lagi kalau bukan sekarang?
368 notes
·
View notes
Text
Bukankah menarik melihat lini masa tetap ramai dengan harapan baik di masa penuh ketidakpastian ini?
Bahkan dalam gua tergelapnya, manusia memiliki kecerdasan untuk berjalan mencari cahaya.
Dalam kondisi terperihnya, manusia memiliki kemampuan ajaib untuk menertawakan dirinya.
Masa depan akan selalu penuh dengan tanda tanya.
Meski begitu, justru itulah yang membuat sebuah harapan jadi pantas dipelihara.
Apa yang bisa kita harapkan dari nasib yang seluruhnya telah kita ketahui?
Takut dan harap.
Khauf dan roja'.
Kita adalah pelaut yang berusaha berlayar di antara dua tebing itu.
Atau anak 10 bulan yang tengah belajar berjalan seimbang.
Sesekali jatuh.
Sesekali menubruk.
Lalu dengan ketidaktahuan di kepala, kita berjalan lagi.
Seolah semuanya akan baik-baik saja.
Namun, barangkali dua sikap itulah yang membuat kita memiliki resilience 'ketangguhan' yang sulit digoyahkan.
Ini adalah baris yang tepat untuk menyampaikan terima kasih kepada masa-masa sulit.
Karenanya kita jadi menemukan kekuatan yang tak kita sadari.
Ngomong-ngomong, bertahan hidup tak pernah jadi harapan yang sepele.
Begitu pula dengan mati dalam keadaan yang sebaik-baiknya.
227 notes
·
View notes
Photo
Kedewasaan itu adalah fase perjalanan. Ia bukanlah anugerah, bukan pula mukjizat kehidupan. Ia lahir dari kejatuhan dan kebangkitan. Dari luka dan air mata. Dan, hal-hal yang teramati dari kaum bijak. Adalah kita yang mampu merespon dengan kadarnya. Tanpa benci; tanpa amarah. Tanpa cinta yang memutus asa. Hingga ambisi tak lagi mendampingi cita-cita. Tatkala kemegahan hanyalah penghias dari segala usaha. Jika perjalanan menjadikan kita dewasa, jauh-dekatnya tentu tak lagi diperhitungkan. (at Stasiun MRT Cipete Raya) https://www.instagram.com/p/CJYGLTSlCmI/?igshid=1s1h709orp3nd
94 notes
·
View notes
Text
Rapihkan lagi caramu menyimpan rasa, tenangkan lagi setiap gemuruh yang selalu ingin mendapatkan dan memiliki, dan simpanlah dengan baik apa yang seharusnya kamu jaga. Sebab tidak baik menuruti nafsu dengan apa yang dunia tawarkan, lebih baik diam dan menjernihkan rasa daripada salah langkah dan kecewa.
Untuk semua hal yang sedang kamu hadapi, jernihkan pikiran dan jangan asal melangkah. Pertimbangkan lagi soal resiko dan bagaimana langkah kedepan, jangan kamu hanya melibatkan nafsu tanpa bertanya pada hati, sebab banyak yang akhirnya kecewa dan menyalahkan keadaan.
Dewasalah dalam memilih dan menentukan, pandailah dalam mengelola hati dan rasa yang sedang tidak tertahan. Semoga Allah berikan ketenangan dan kejernihan untuk semuanya.
@jndmsyhd
2K notes
·
View notes
Text
#Berjuang
Ada banyak jalan untuk menjemput dan mendapatkan, tapi ambillah jalan yang baik dan berkah. Sebab jikalau nanti gagal pun setidaknya kamu mendapatkan keberkahan dari jalannya, entah berupa peringatan atau hikmah yang terlewatkan. Tidak pernah ada kerugian bagi mereka yang memilih jalan kebaikan, apapun itu, termasuk hatimu.
Jalan yang baik belum tentu berhasil dan jalan yang buruk juga belum tentu sampai tujuan, semuanya tidak menjamin mana yang akan sampai pada yang dituju. Gagal atau berhasil bukanlah tujuan utama bagi mereka yang mengutamakan keberkahan, sebab baginya mengusahakan untuk menjemputmu dengan cara terbaik adalah sebuah prioritas meski ia tidak tahu berhasil atau tidak.
Dia selalu memberikan kesempatan dan cara untukmu, Dia juga menghamparkan banyak pilihan, tapi Dia tidak memberikan keberkahan pada semuanya. Pilihlah sesuatu itu baik dan berkah, ambillah semua kesempatan dan cara mendapatkannya juga dengan yang baik dan berkah. Karena yang berkah akan lebih menenangkan daripada yang lain.
Sebab keberkahan tidak semudah kita menentukan pilihan, tapi ia didapat dari keinginan melawan hawa nafsu dan cara yang tidak baik. Apapun itu, entah jabatan atau harta, entah hati atau empati manusia.
Ambil yang baik dan berkah.
@jndmmsyhd
506 notes
·
View notes