Sedang mencoba meromantisasi hidup dan berjuang mencintai setiap hal yang Tuhan beri
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kehilangan yang Tak Ku Persiapkan
Bagian 1
Setelah hampir 2 bulan kehilangan salah satu sosok panutan dalam hidup, aku menyadari satu hal bahwa sebenarnya sebelum seseorang pergi, ia telah menyelipkan kode-kode tertentu atau bisa dibilang tanda-tanda yang tersirat di setiap kata atau perilaku yang mereka lakukan.
Ayahku pergi setelah berjuang melawan penyakit komplikasi yang baru kami ketahui ketika beliau drop. Bukan karena tidak perduli tetapi ketika kami ingin mengajak ayah cek kesehatan ayah selalu bilang bahwa beliau tidak apa-apa, sayang biayanya dan beliau selalu bilang "kalau udah waktunya mah gapapa, saya ikhlas kok. Kalo cek kesehatan malah ketauan sakitnya dan akhirnya kita kepikiran dan drop, jadinya cepet meninggal juga hahaha".
Kami bukan keluarga kaya, hanya keluarga sederhana yang bisa makan dan punya tempat tinggal saja sudah sangat bersyukur. Dan aku merasa karena background kami yang seperti ini mengakibatkan ayah tidak pernah mau merepotkan anak-anak nya.
Setelah kepergian ayah, ternyata aku baru menyadari bahwa beberapa tahun ini dan bahkan beberapa waktu sebelum ayah berpulang rupanya ayah sudah memberikan kode-kode tentang kepergiannya.
Aku yang tidak menyadari bahwa sebenarnya itu adalah kode-kode perpisahan malah terkadang masih sering "ngambek-ngambek an" dengan ayah
Ayah selalu bilang bahwa "saya hidup sampai si bontot wisuda aja udah bersyukur banget loh, udah bisa liat cucu juga udah bersyukur banget"
Aku selalu marah saat ayah selalu bilang tentang kematian dan ayah merespon dengan tawa atau nasihat.
Satu persatu sahabat-sahabat ayah pergi menghadap Tuhan. Saat ayah mendengarkan kabar mereka berpulang, aku dan ibu memperhatikan ayah terkadang murung dan malas makan. Setelah ayah menyendiri dan kami ajak ngobrol ternyata ayah bangkit lagi.
Namun, tepat tanggal 29 Juni 2023 pukul 16.55 ayahku mengembuskan nafas terakhir di rumah sakit setelah berjuang kurang lebih 2 Minggu di ruang perawatan.
Selain sering membahas tentang kematian, ayah juga sangat-sangat tidak suka kesendirian. Saat ibu tidak ada di rumah, pasti ayah cepat mencari ibu. Ayah selalu bertanya dimana ibu, kemana ibu. Ayah sangat takut ibu tidak ada di rumah.
Ayah bilang "ayah selalu berdoa semoga ayah yang pergi duluan dibanding ibu kamu nak, soalnya ayah bingung kalo nggak ada ibumu disamping ayah. Ibumu sudah sangat susah ya karena ayah"
6 notes
·
View notes
Text
Maafkanlah Dirimu Sendiri
Maafkanlah dirimu sendiri, jika keputusanmu di masa lalu mengantarkanmu pada luka-luka yang kamu miliki saat ini.
Maafkanlah dirimu sendiri, jika pilihanmu di masa lalu adalah pilihan yang membuatmu terjebak dalam ketidakbahagiaan.
Maafkanlah dirimu sendiri, jika kepercayaanmu pada seseorang telah berubah menjadi pengkhianatan, karena keputusanmu untuk percaya kepadanya adalah hal yang membuatmu sangat terluka.
Maafkanlah dirimu sendiri, atas hal-hal yang kamu lakukan sehingga membuat hidupmu seolah-olah tak ada pilihan lain selain melawan atau bertahan.
Maafkanlah dirimu sendiri, jika apa yang kamu jalani menjadi beban bagi orang yang kamu sayangi.
Maafkanlah dirimu sendiri, jika saat ini tidak bisa membuat pilihan karena ketakutan.
Maafkanlah dirimu sendiri.
Maafkanlah dirimu sendiri, beri maaf pada dirimu sendiri. ©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes