Tulis apa yang kamu mau dan apa yang kamu rasa, bukan yang mereka inginkan. The sunrise is beautiful, isn't it?
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Meminta sebuah tenang..
Kebaikan itu ada pada rasa tenang dalam menjalani. Ketika seseorang telah merasa tenang atas hidupnya, maka ia menjalani kehidupannya dengan penuh rasa syukur dan tanggung jawab akan hidup yang telah Allaah berikan kepadanya.
Kehidupan baik adalah salah satu nikmat yang patut disyukuri. Kehidupan yang baik tak lantas seseorang tidak Allaah uji. Kehidupan baik ataupun tidak, ia akan tetap Allaah uji sesuai kadar imannya. Sejauh mana rasa yakinnya kepada Allaah, sejauh apa rasa syukurnya atas segala nikmat yang telah ia terima.
Rasa syukur akan melahirkan rasa tenang. Dan rasa tenang ini adalah sebuah karunia yang tidak semua orang merasakannya. Rasa tenang itu begitu berharga sebab ia memahami hakikat bahwasanya Allaah sudah mengatur dengan baik sebagaimana mestinya. Berapa banyak kita lihat pada hari ini, orang beramai-ramai mencari ketenangan kesana kemari yang mungkin hanya sesaat saja.
Bila saat ini jalan hidup kita sedang Allaah mudahkan, Allaah beri ketenangan dalam menjalaninya. maka itu adalah sebuah karunia. Semoga Allaah karuniahkan rasa itu hingga akhir hidup kita
Namun bila saat ini kita sedang mencari sebuah ketenangan. maka jalan keluarnya tidak lain tidak bukan adalah terus mendekat kepadaNya seraya mengupayakannya dalam doa-doa kita, dalam lamanya sujud-sujud kita, dan dalam lamanya tangisan kita. Sejengkal kita mendekat kepada Allaah, maka Allaah akan datang kepada kita sehasta. Demikianlah kasih sayang Allaah yang begitu luasnya.
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Kehidupan yang tenang itu sungguh lapang. Orang-orang yang hidup dengan rasa tenang bukan berarti mereka tidak pernah bersedih, tidak pernah kecewa, mereka juga merasakan sedih dan juga kecewa. Namun hakikatnya mereka kembalikan lagi kepada Allaah pemilih semesta ini. Mereka kembalikan kepada Allaah, Dzat yang tidak akan mengkhianati titipan.
Demikianlah rasa tenang itu mereka raih dengan memahami hakikat bahwasanya apa yang menimpa hidup mereka adalah terbaik untuknya. Allaah karuniahkan ketenangan kepada mereka sebab keyakinan mereka yang begitu utuh akan janji Allaah..
"Allaah, jika pada hari ini aku disibukkan pada hal-hal yang aku sendiri tidak tahu sedang mengejar apa, maka hadirkan lah rasa tenang dalam diriku. agar aku paham kapan aku harus berhenti, kapan harus berupaya, kapan akan harus terus berjuang. Karuniakan aku rasa tenang dalam menjalani kehidupan yang tidak pasti ini. agar aku tidak begitu takut pada apa-apa yang belum aku gapai, pada apa-apa yang memang tidak menjadi bagianku. aku hanya ingin menjadi hamba yang banyak syukur atas segala kebaikan Engkau kepada diriku ini."
menatap langit || 19.42
347 notes
·
View notes
Text
Sore itu...
Sebulan yang lalu, iya tepat sebulan yang lalu, 11/11/23, bukan tentang flash sale, tapi tentang kabar mengejutkan yang datang tiba tiba dan selalu tanpa persiapan apapun.
Sabtu itu aku lalui dengan beres beres selepas pulang dari Malang. Tidak ada sepatah kata yang diucapkan Bapak dan Ibu tentang kondisi di keluarga besar saat itu. Pergi ke Malang dengan suasana menyenangkan walaupun sejujurnya ada perasaan gusar yang membuat tidak bisa tidur, dan aku tidak tau itu perasaan apa. Selain gusar, tiba tiba playlist sering memutar Sampai Jadi Debu, seperti dejavu Maret 2016 pikirku. Ah mungkin kebetulan saja, kataku waktu itu.
Selama aku di Malang, Bapak Ibu tidak di rumah, menunggu simbah kakung katanya. Cerita yang baru ku dengar setelah mendengar berita sore itu.
Sore itu, 11 November 2023, sekitar pukul 16.30 aku memutar kembali mesin cuci untuk menyelesaikan tugasnya. Tiba tiba ibu datang dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya seraya berkata "Ika, simbah ga ada". Aku masih tegar dan mencoba untuk tidak larut sembari bertanya "baru aja atau dari tadi bu?". Tak lama pikiran di kepala meminta untuk berkata "aku belum ketemu simbah". Lalu semua tangisan pecah saat itu, rasa bersalah tidak sempat menunggui bahkan melihat untuk terakhir kalinya. Kembali, pelukan ibu yang menenangkan belum cukup mampu membuat hati dan pikiran tenang sampai akhirnya jatuh karena kaki terasa lemah. Ibu, yang saat itu berkata "ibu nyesel kemaren ga ke rumah simbah, ibu juga ga ketemu buat terakhir kali" masih bisa berkata "udah tenang, tugas kita sekarang cuman ikhlas, biar simbah bisa pergi dengan tenang". Perasaannya yang lebih hancur masih bisa menenangkan aku yang waktu itu berbisik ke Allah "ya Allah maaf, aku "lelah"" dengan segala penyesalan yang tidak bisa terungkapkan saat itu.
Sore itu, setelah mendengar kabar, dan berusaha tenang, aku pergi ke rumah simbah. Sepanjang perjalanan, isi kepala terasa kosong sambil air mata masih mengalir tanpa henti. Sesampainya di rumah simbah, sudah terpasang tenda untuk para pelayat, dan kendaraanku di amankan oleh om yang saat itu paham seperti apa perasaan kami. Ibu dan aku berjalan menuju ke dalam, bertemu tante yang sudah lebih dulu datang, "iya nangis aja gapapa sekarang, jangan ditahan" katanya sambil memeluk kami. Aku datangi mbah putri yang saat itu masih berbalut mukena untuk menenangkan diri sembari bermunajat ke sang pencipta. Tidak sanggup berkata kata, tidak juga keluar suara, hanya air mata dan tangisan yang ditunjukkan.
Saat aku datang, simbah belum dimandikan, "itu kalo mau ketemu simbah, tapi jangan nangis, jangan sampe air matanya jatuh kena ke simbah, kasian simbah". Aku ga sanggup, lebih memilih untuk duduk di samping mbah kakung sembari berbincang dengan sang pencipta. "Ini apalagi? Aku harus apa? Aku ga tau harus ngapain" kataku dalam hati ke sang pencipta. Kalut. Rasa bersalah dan penyesalan beradu jadi satu di dalam hati dan pikiran.
Bapak datang tepat saat simbah akan dimandikan. Situasinya sama persis Maret 2016. Aku pegang kain penutup masih dengan pikiran yang kalut. Kosong.
Malam itu, aku tidak beranjak dari sebelah mbah kakung. Memandangi kain berwarna hijau bertuliskan bahasa arab "Innalillahi wa inna illaihi roji'un". Rasa masih tidak percaya kalau dibalik kain itu ada simbah. Aku kehilangan lagi seseorang yang selalu menyebut namaku dalam doanya. Dalam munajatnya kepada Allah. Aku kehilangan seseorang yang 5 tahun terakhir selalu bilang "lho kapan pulang?". Aku kehilangan seseorang yang menjadi salah satu alasan pulang ke Jogja. Aku kehilangan simbah. Aku belum berterima kasih untuk semua doa yang dipanjatkan, untuk nama yang disebutkan. Aku sudah kehilangan simbah..
Aku sudah pulang ke Jogja mbah, tapi simbah juga "pulang".
Selama sebulan, masih belum bisa lepas dari rasa bersalah dan penyesalan karena belum bertemu simbah. Sekitar satu minggu yang lalu, tiba tiba simbah datang dalam mimpi. Aku dijemput simbah, aku dibonceng naik motor. Tapi tak ada satu katapun yang diucapkan oleh simbah. Lalu aku diturunkan dipinggir jalan oleh simbah, melihat ke arahku, senyum, lalu pergi sendiri. Aku pandangi punggungnya hingga tak terlihat lagi. Seakan beliau berkata "sudah ya, sudah ketemu, aku lanjutkan perjalananku, kamu lanjutkan perjalanan kehidupanmu." Aku terbangun, tak terasa air mata jatuh lagi.
Ah aku rindu...
Sleman, 11 Desember 2023
0 notes
Text
Kita ini nyari apa sih sebenarnya?
Setelah ini apa? setelah waktu kita selesai dan batas waktu kita berakhir, kita ini mau ke mana?
Aku termenung oleh pertanyaan-pertanyaan selalu berulang-ulang memojokan diriku sendiri.
"Iya yah, habis ini bagaimana?"
Pergi nyari senang, berlibur kesana kemari, tapi ujung-ujungnya sama juga. Saat kembali pulang, resahnya masih, cemasnya juga masih.
Lalu apa sih sebetulnya yang bikin jiwa ini tenang? Aku harus nyari ke mana?
Mengapa setiap upaya mengejar kebahagiaan hanya membuatku lelah dan menderita.
Capek, capek sekali....
Berusaha mengendalikan semua hal sesuai inginnya kita.
Mungkinkah semua ini hanyalah sebuah peristiwa singkat?
Seperti seorang bayi yang tidak pernah bisa mengingat kehidupan di kandungan ibunya. Lalu tau-tau terlahir di dunia.
Jangan-jangan waktu kita di duniapun memang sama, sesingkat itu?
Kita ini nyari apa sih sebenarnya?
Kita ini ngejar apa?
—ibnufir
241 notes
·
View notes
Text
"Dongakne aku kuat mental fisik ngasi lulus ya, aku yo ra reti pilihanku iki bener opo gak, seenggaknya sak mumet-mumet e aku hasile dadi doktor gitu" quotes terbaik sejauh tahun 2023 ini.
5 notes
·
View notes
Text
Pendengar yang baik
Mendengar tanpa harus menghakimi Mendengar tanpa harus mengomentari Mendengar tanpa harus tanya “kok bisa” Mendengar tanpa harus tanya “kenapa” Iya cukuplah mendengar, tanpa ikut berpendapat, pun ikut beradu masalah kehidupan. Dunia tempatnya capek, tempatnya lelah, tapi tak perlu beradu lelah.
0 notes
Quote
Setangguh Suhita, Setabah Rengganis
https://rahma.id/menjadi-setangguh-suhita-setabah-rengganis/
0 notes
Quote
Banyak konflik terjadi dalam rumah tangga bukan karena kurangnya rasa cinta, tapi ia terjadi karena kurangnya ilmu tentang cinta.
Ustadz Salim A Fillah
4 notes
·
View notes
Text
Definisi Rindu (pt. 1)
Ka, sehat? Kok makin sering ga muncul? HP mu kemana? Seseorang yang kalo tiga hari aja aku ga ada kabar, langsung wa duluan begini tanpa ada gengsi, padahal atasan. Padahal dulu perjanjiannya, kita damai di tempat kita masing-masing, kalo yang wa duluan berarti dia yang kalah.
Yogyakarta, 10 Mei 2023
0 notes
Text
Tulisan: Pesawat
Jika kamu begitu yakinnya pada pilot yang sedang menerbangkan pesawat, padahal mengenalnya saja kamu tidak, sementara ragamu tergadaikan antara jatuh atau selamat.
Seharusnya kamu lebih bisa yakin dan menyerahkan diri pada Allah atas semua yang hari ini kamu khawatirkan. Rezeki, jodoh, keluarga dan semua gemuruh hati.
Ikhtiarkan dengan ikhtiar yang terbaik dan semaksimal mungkin, doakan dengan doa yang penuh keyakinan dan prasangka baik, kemudian pasrahkan pada-Nya dengan sepenuhnya pasarah.
Sebab Tuhanlah yang menjadikan pesawat itu bisa terbang dan landing dengan selamat, Tuhan pula yang memberikan kemampuan dan ilmu pada pilot. Tuhan kita sama meski kita berbeda tempat dan waktu.
Kadang, kita terlalu menuhankan kekuatan dan kuasa kita, padahal kita hanyalah hamba biasa, penuh kurang dan cacat.
Sebab kamu mengenal-Nya, maka Dia akan membersamai dan menolongmu.
@jndmmsyhd
393 notes
·
View notes
Text
Life Lessons (pt.1)
Berhati-hati dalam pemilihan kata yang akan digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Kita tidak pernah tau kejadian apa yang dialami oleh seseorang di hari itu. Salah kata yang disampaikan akan sangat menentukan hari itu menjadi semakin baik atau semakin buruk untuk seseorang. Apakah akan membuat simpul senyum atau justru membanting hp sampe mati dan baru nyala di keesokan harinya. Tanpa disadari kita tidak pernah mempertimbangkan hal tersebut sehingga asal saja mengeluarkan kalimat sesuai apa yang ada di kepala kita. Sebuah pelajaran sangat berharga untuk diingat. Lalu tiba tiba inget ada anak kosan yang bunuh diri karena merasa tidak ada respon baik/merasa tidak didengar oleh lingkungan sekitar. Yang bertanggung jawab atas diri kita ya memang diri kita sendiri. Tapi bukankah lebih baik jika hidup kita bermanfaat untuk orang lain?
1 note
·
View note
Text
Ga ngerti mau di kasih judul apa
“Mau buka puasa di mana? tak temenin”
“Kalo perlu temen ngobrol atau cerita, bilang aja ya”
“Mau diabsenin nggak?”
Kayanya kalimat kalimat ini terakhir denger tahun 2020, dan baru denger lagi dihari ini, 3 Maret 2023. Mungkin karna 2 tahun skip ga ada cerita apapun lagi, jadi sehari ini banyak yang disampaikan oleh diri masing-masing. Sampai saat ini, selalu memberi kabar setiap ada perkembangan baik atau buruk dari permasalahan yang dihadapi. Sederhana saja, hal seperti ini yang membuat kita merasa masih dianggap sebagai seorang teman. Bukan orang lain lagi yang harus merasa sungkan untuk cerita apapun.
Ternyata, orang yang selama ini aku kira sudah tidak perduli lagi, justru masih sangat perduli. Dan ternyata aku sendiri yang selalu lupa sama sekitar. Cukup sekian dan terima kasih.
Denpasar, 5 Maret 2023
2 notes
·
View notes
Text
Sedikitkan bicaramu, nanti akan berkurang kesalahanmu dan akan meninggikan derajatmu. Banyak bicara itu seringkali menjadikan seseorang bisa terpeleset dan berbohong.
Ingat, tidak semua harus dibicarakan dan disampaikan, seperlunya saja.
@jndmmsyhd
697 notes
·
View notes
Text
Setiap orang yang menunggu, sebetulnya tidak pernah mempermasalahkan waktu. Berapa lama dan sampai kapan. Selama mereka masih mendapat kejelasan perihal apa yang sedang mereka tunggu.
Tapi sayangnya yang betul-betul mereka tunggu dan harapkan, seringkali tidak pernah memberi kepastiannya.
—ibnufir
237 notes
·
View notes
Text
Rentang
Allaah, aku sedang tidak berlari. Tapi entah mengapa aku merasa orang-orang sedang berlari jauuh mengejar mimpinya. aku tak sedang kehilangan mimpiku, aku hanya sedang memastikan apakah aku berlari atau hanya cukup dengan berjalan saja.
aku sedang tidak berlari namun entah dibagian mana aku merasa begitu kelelahan dengan apa yang sedang ku rasakan saat ini. aku ingin tahu mengapa demikian, namun aku tak pernah mengetahui.
aku berjalan dan terus berjalan pada sebuah kekosongan diriku. ku temukan diriku kuyup penuh dengan air mata. Menangis tersebab banyak hal yang tidak bisa ku selesaikan dengan baik. Menangis tersebab banyak hal yang tak bisa ku capai. Dan menangis tersebab banyak hal yang terlewat.
Hal yang seperti diriku, apakah ada yang demikian? aku pun tak tahu. aku hanya sedang menikmati masa lelah dan ingin memahami mengapa aku begitu lelah. aku ingin lebih dalam memahami diriku, namun selalu saja air mata yang ku temukan.
Semakin aku mencari tahu, aku semakin merasa tertinggal. Entah tertinggal tentang apa, aku hanya merasa demikian. Orang-orang di sekitarku mengira aku sedang mempersiapkan sesuatu yang besar dan hebat. Padahal, tidak. aku hanya berdiam diri, mencoba memahami perihal inginku yang tak jua ku temukan jawabannya.
Allaah, Engkau pun tahu aku dulu pernah sangat berambisi untuk mencapai mimpiku. Namun sesaat aku menyadari bahwa mimpiku terlalu mustahil untuk ku lakukan. aku menyadari itu dan mencoba hal-hal yang bisa ku upayakan sekalipun dengan upaya sederhana, sebisaku, semampuku.
Namun kali ini berbeda, Allaah. ku ceritakan segala hal detailnya tentang apa yang ku rasakan dan apa yang ingin aku capai. Semakin ku ceritakan kepada Engkau, tangisku semakin menjadi-jadi. Sesak,dan terasa sempit sekali. Namun setelahnya, aku merasa lega. aku tetap menjaga harapku, dan akan terus berdoa, meminta kepadaMu perihal apa yang ku inginkan saat ini. Dengan upaya yang maksimal diluar dari apa yang biasa ku upayakan. Engkau melihatnya. Setiap detik, setiap menit, selalu ku bawa dalam aktivitasku.
aku tidak sedang mendikte Engkau, Allaah. Tidak. Tidak berani aku. aku hanya mengungkapkan, menceritakan perihal apa yang sedang ku rasakan, perihal apa yang sedang ku inginkan. Impian yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Izinkan aku bermimpi sekali lagi, Allaah. Izinkan aku mencapai mimpiku. Sebab sungguh, ini tidak hanya tentang diriku. Tapi tentang banyak hal yang nantinya akan mendapat banyak kebermanfaatan.
Tidak akan kembali dengan tangan kosong, seorang hamba yang meminta dengan sungguh-sungguh kepada Tuhannya. Tidak akan. Itulah keyakinan ku yang ku bawa selalu. Engkau, tidak akan menyia-nyiakan doaku. Sebab Engkau Maha Pengasih, Maha mengabulkan doa.
ثم يأتيك الله بسعادة ،ينسيك كل مرٍّ مررت به.
kemudian Allah memberikanmu kebahagiaan yg membuatmu lupa atas kepahitan yg kamu alami.
334 notes
·
View notes
Photo
Menikah itu sebuah pilihan dan dalam pernikahan pun masih terdapat pilihan. Kalau di dalam sebuah pernikahan, kita tidak lagi memiliki pilihan dalam hidup, maka perlu kita pertanyaan. Apakah pernikahan kita ini memang benar pilihan kita secara sadar atau bukan, seperti tuntutan sosial, masyarakat, keluarga, sesuatu yang berasal dari luar diri kita.
Bahkan dalam kondisi paling ekstrem dalam pernikahan pun, disediakan pilihan untuk mengakhiri pernikahan sebagai solusi paripurna. Kalau dalam kondisi yang ekstrem kita tidak punya pilihan itu, sebenarnya pernikahan tersebut milik siapa? Dalam kondisi kita masih sendiri pun, saat usia kita sudah menjelang kepala tiga bahkan lebih. Apakah masuk ke dalam fase pernikahan itu keharusan, atau pilihan? Jika keharusan, sebenarnya siapa yang nantinya akan menjalani pernikahanmu dengan segala risikonya, bukankah kamu? Pernikahan ini jalan mendaki dan menurun, mendaki kita perlu tenaga, menurun kita perlu rem yang kuat agar kita tidak terperosok. Pastikan kendaraan yang kamu pilih adalah kendaraan yang terbaik yang bisa kamu usahakan. Jangan memilih seadanya, apalagi dipilihkan seadanya. Karena risikonya, kamu yang menjalani. Bukankah sebenarnya masuk ke dalam pernikahan itu sendiri seperti memilih masalah dan risiko yang sanggup kita hadapi. Kalau tahu kita tidak sanggup, beranilah memilih untuk tidak mengambilnya, mengambil waktu untuk membekali diri hingga cukup. Jangan sampai, kamu tidak bisa memilih.
988 notes
·
View notes
Text
Pernah.
Perjuangkanlah seseorang yang menurutmu berarti, dengan cara dan upaya yang tidak akan pernah kau sesali seumur hidupmu.
Sebab ngerinya wajah penyesalan mampu mengejar-ngejar hingga ke masa kini dan—memaafkan diri sendiri, adalah urusan rumit yang seringnya memakan waktu lama untuk diselesaikan.
Pada masa lalu, aku pernah menjadi seseorang yang berani menegaskan namun dipatahkan; yang memperjuangkan namun berakhir di persimpangan; yang menunggu namun tak dianggap ada; yang memberi kesempatan namun tidak dihargai; yang mempercayai, namun dikhianati; dan menjadi seseorang yang ditolak dengan penuh penghinaan. Tapi setidaknya, aku pernah memperjuangkan apa yang aku rasa mesti aku perjuangkan semampuku, pada masa-masa itu.
Pada masa lalu, pertanyaan-pertanyaan penuh ketidakpercayaan diri pernah tumbuh subur dan liar dalam diri sendiri. Mungkinkah aku tidak layak diperjuangkan? Diterima? Dihargai?
Pada akhirnya di masa kini; semua kenangan kelabu itu menjadi pengalaman berharga. Seperti kutipan tulisan Masgun dalam buku Menentukan Arah, bahwa:
"Orang baik itu ada banyak sekali, namun hanya ada satu yang tepat, sedangkan selebihnya adalah ujian".
Ujian yang aku syukuri, sebab menjadikanku untuk terus menerus memupuk sabar dan berupaya berbaik sangka.
Ujian yang aku syukuri, sebab menjadikanku menghargai kini dengan sebaik-baiknya kesadaran.
Ujian yang aku syukuri, sebab mengajarkanku memaknai kehadiran dengan lebih hati-hati.
Ujian yang aku syukuri, sebab membuatku mencari, merenungi dan membenahi tujuan hidupku berkali-kali.
Ujian yang aku syukuri, sebab mengantarkanku pada seseorang yang begitu berarti dan menghargaiku tanpa tapi—di masa kini.
Kontemplasi, 15 Agustus 2022 22.59
893 notes
·
View notes
Text
Berdoalah kepada Allah, semoga suatu saat kamu menikah dengan seseorang yang dengannya kamu tidak kaku membicarakan tentang nikmat dan kebesaran-kebesaran Allah.
Karena betapa bahagianya rumah tangga yang di dalamnya terdapat suami dan istri yang beriman. Yang sama-sama senang membicarakan tentang Allah. Yang pembahasannya tidak jauh-jauh dari agama, yang setiap perkara selalu dikaitkan dengan Allah. Sungguh bahagia.
Mereka jadikan akhirat adalah orientasinya. Mereka jadikan akhirat adalah motivasi terbesarnya. Hingga ia menjalani tugasnya di muka bumi sebagai suami/istri yang senantiasa bertaqwa kepada Allah. Tidak melanggar batasan-batasan syariat.
508 notes
·
View notes