Photo
IG: @drisefendy
1 note
·
View note
Link
1 note
·
View note
Text
Kita Terhubung dengan Segalanya Kecuali Diri Sendiri
Pencapaian terhebat sapiens dalam 3 abad terakhir adalah keterhubungan. Dimulai mesin uap, lalu kereta api, mobil hingga jet; dari gelombang radio, telepon, hingga internet. Ruang dan waktu berhasil dirampatpapankan. Kita jadi mudah terhubung dengan banyak hal.
Lalu pandemi datang dan jarak mesti direnggangkan kembali. Pencapaian keterhubungan itu digoyang tepat di jantungnya karena berdiam diri dinilai lebih berdampak dari bergerak. Kita lalu sadar berdiam diri, apalagi sendirian, ternyata sungguh menekan. Belasan atau puluhan keterhubungan virtual yang diperantarai teknologi tak mampu melonggarkan tekanan itu.
Dari kebosanan, lalu terbit kesepian, dan akhirnya menggelepar oleh rasa cemas; itulah kondisi manusia, yang membuat kita rapuh sekaligus unggul. Kita didorong sampai jauh oleh naluri bergerak dan bukan berdiam, sehingga kita, kali ini saya mengutip Blaise Pascal yang sudah sepuh, “lebih senang mengejar ketimbang menggali”.
Pascal yang sudah tidak lagi tertarik mencari jawaban atas berbagai rahasia alam itu pula yang, pada epigram yang sama dari buku Pensees, yaitu epigram ke-139, menulis: “Semua ketidakbahagiaan manusia muncul dari ketidaksanggupan kita diam di kamar masing-masing.”
Ketidakmampuan diam bersama pikiran sendiri, mungkin bukan masalah besar secara langsung, tapi kemampuan kita memang buruk dalam hal itu. Kita tidak bisa, atau lebih tepat: tidak sanggup, menjauh dari distraksi karena, jangan-jangan, berjumpa diri sendiri (ketakutan, kecemasan, harapan, kemarahan) memang sehoror-horornya duel.
Dulu saya pernah menulis: dusta yang paling buruk adalah kepada diri sendiri. Saya ingin meralatnya: bukan, itu bukan yang paling buruk, tapi itulah cara kita bertahan terhadap seramnya suara hati.
Dari sana, dari ketidaksanggupan berduel dengan diri sendiri, kita memilih bertemu dan terhubung dengan dunia, dengan segala algoritmanya, tuntutannya, kebisingannya, juga racun dan madunya. Bisa dipahami jika semua masyarakat modern akhirnya mengenakan mask(er).
======
Sumber gambar: https://gemmaschiebefineart.wordpress.com/2014/03/15/painting-working-with-monochrome-and-being-more-gestural/
108 notes
·
View notes