Text
Hentakan
Rasanya aku ingin berteriak meluapkan amarahku. Tapi aku kembali tersadar, bahwa aku harus menjadi kakak yang baik. Seketika hati ini kembali luluh. Tidak tega melihat apa yang sudah terjadi. Takdir, nasib. Semua atas izin Allah dan usaha yang kita lakukan. Apa pun niatnya. Aku pasrahkan semua kepada sang Maha Pengatur segalanya. Dengan selalu diiringi doa, semoga hidupnya suatu saat bisa berubah dan Allah selalu dapat melapangkan rejeki ku dan hatiku untuk membantu saudara2 ku yang dalam kesulitan. Aamiin 🥺
1 note
·
View note
Text
Tension
Menjadi dewasa. Hal yang banyak ditakuti oleh kebanyakan orang. Banyak hal yang terjadi. Tanggung jawab yang harus di emban. Cobaan dan ujian datang silih berganti, menguji kesabaran. Ketika kita berhasil melewati ini semua dan menghadapi ini semua kita berhasil naik kelas katanya. Memang seperti yang orang-orang bilang. Menjadi dewasa itu berat. Begitu berat. Banyak sekali pelajaran berarti yang harus bisa dipahami. Pelajaran yang sebelum ga pernah diajarkan ketika duduk dibangku sekolah. Pelajaran hidup yang membuat kita menjadi ‘dewasa’
Sejujurnya, semakin bertambahnya usia semakin berat beban pikiran ini dan beban yang dipikul. Banyak sekali ketakutan-ketakutan yang bermunculan dikepala ku. Entah mengapa, setelah semua yang dilewati, tekanan, kekecewaan, amarah, penghianatan, membuatku sedikit menjauh dari pergaulan sosial. ‘trust issue’ merupahak hal yang sangat mengganggu. Aku lebih menyukai menutup diri dan menghabiskan waktu dengan pikiran2ku dan melepaskan penat dirumah bersama suami terncinta.
3 notes
·
View notes
Text
Teruntuk calon suamiku
Dear abang,
It's not gonna be an easy road for us. Iya ini akan jadi awal dari chapter baru kehidupan kita. Dan bener, ini ga akan mudah untuk kita berdua. Nantinya kita akan kembali memulai dari titik nol. Ibaratkan mengisi bensin di spbu, "mulai dari nol, ya" Hehehe
Banyak sekali tentunya yang udah terjadi satu tahun belakangan ini. Semua tekateki, keraguan InsyaAllah sedikiy demi sedikit memudar dan berganti menjadi keyakinan. Keyakinan untuk sama sama berusaha membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah dan diberkahi oleh Allah. Banyaksekali halhal yang samasana kita udah pelajari, mukai dari karakter, kebiasaan, pekerjaan dan segala pelajaran hidup yang di dapat selama persiapan pernikahan ini. Abang yang selalu meyakinkan aku, dibalik semua raguku. Selalu menenangkan aku dengan bilang, "gapapa, dek. Kita pelanpelan aja. Berjuang bersama untuk berjalan berusaha menjadi lebih baik lagi" Hingga sekarang sampailah di titik ini, dan aku yakin bang, kita bisa lalui ini semua dengan sabar dan rasa bahagia InsyaAllah. Abang pun juga harus banyak-banyak bersabar ya, ngehadapin aku yang mungkin nantik banyak maunya dan bawel. Selalu ikhtiar dan tawakal kita bangun rumah tangga ini pelan pelan ya sayang. Saling menjaga dan berjuang bersama.
Abang, makasih ya udah berusaha buat ngebawa hubungan ini kenjenhang pernikahan. Terima kasih udah membuktikan abang yang benerbener sayang sama aku dengan meminta izin ke papa dan mama ku untuk membawaku ke bahtera rumah tangga. Terimakasih udah ngebuktiin kalo memang cinta ya harus dengan cara yang baik. Terimakasih atas segala kejutan yang seringnya ngebuat aku sampe ga bisa berkata-kata. Abaaang, mungkin aku bukanlah perempuan yang sempurna, penuh dengan kekurangan. Terimakasih abang udah menerimaku apa adanya, menerima keluargaku dengan baik. Terimakasih sayang :") InsyaAllah aku akan berusaha dan mengusahakan yang terbaik buat abaang.
Aku yakin abang bisa jadi imam yang baik buat aku. Yangbisa membimbing aku dan anak-anak kita nantinya supaya kita ga hanya berkumpul di dunia ini, tapi juga nantik ketemu lagi di syurganya Allah. Aamiin.
Semoga rejekinya abang selalu dilancarkan dan diberkahi oleh Allah. InsyaAllah harapan-harapan kita bisa tercapai. Segalayang kita usahakan diridhoi sama Allah. Selalusamasama belajar dan saling mengingatkan untuk menjadi yang lebih baik lagi, hamba Allah yang selalu mengingat Allah dimanapun, kapanpun dan didalam situasi dan kondisi apapun. Aamiin
Abaang, harapan aku nantinya rumah tangga kita bisa menjadi syurga untuk kita, yang selalu dirindukan. InsyaAllah
Manusia tentunya hanya bisa berencana, tetapi Allah tau apa yang terbaik buat hamba-Nya. Kayak yang selalu abang bilang, "pelan-pelan aja yaa". Kita pasti akan bisa lewatin ini semua bang. Apapun badai yang ada di depan nantik, insyaAllah kita bisa.
Aku akan terima semua keadaan yang terjadi setelah menikah nantik. InsyaAllah. Jadilahselalu sosok yang baik, bijaksana, bertanggung jawab, penyabar, dan selalu sayang ke orang tua, ke aku tentunya, keluarga kita dan orangtua ku. Mau meberikan yang terbaik buat kita semua, orang-orang yang abang sayangi. Kita sama sama usaha, yaa.
InsyaaAllah semua bakalan baikbaik ajaa bang. InsyaAllah semua akan terasa cukup jikalaubkita benerbener pandainmensyukuri apa yang kita miliki sekarang. Aku percaya abang bakalan jadi orang sukses, yang ga hanya sukses diluar tetapi juga sukses menjadi imam buat aku dan anak2 kita nantik. Yangga akan lupa keluarga dan selalu sayang sama aku tentunya hehehe. InsyaAllah aku akan selalu support abang, dan ada buat bang, selalu belajar memahami dan menjadi pendengar yang baik buat abang.
Bismillah, semoga niat baik kita untuk beribadah melalui pernikahan ini, ikatan yang sakral ini akan di permudah. Aamiin Allahumma aamiin.
Terimakasih udah menemukanku.
Love, Indah.
9 notes
·
View notes
Text
Rasa-rasanya kesedihan kembali menghampiriku kali ini. Berkalikali ku memohon pada Allah agar dikuatkan dalam menghadapi ini semua.
Diselimuti kebingungan bagaimana lagi menghadapi situasi seperti ini. Apakah cara ku yang salah, ato adikku yang tidak peduli dengan keadaan (?). Berkalikali ku mengadu dan memohon kepada Allah agar dibukakanlah pintu hati adikku, keduanya. Agar mereka bisa berfikir dan bertidak dengan baik, tak lagi menimbulkan berbagai macam masalah.
Kesedihan ini tak terbendung ketika ku lihat mama dan papa ku yang tertatih menghadapi mereka. Diusia yang sudah lanjut dan kesehatan yang tidak stabil, membuatku begitu khawatir pada keduanya. Ya Allah berikanlah kesehatan dan kesajahteraan kepada kedua orang tuaku 🥺
Aamiin allahumma aamiin.
1 note
·
View note
Text
Pakaian
Aku pernah membaca sebuah nasehat dari buku yang aku lupa apa judul dan siapa pengarangnya, tetapi nasehatnya ter-highlight di ingitanku, yaitu “Jadilah partner yang baik, yang menjadi ‘pakaian’ bagi pasangannya.”
Sejenak ku terdiam mencoba mengingat dan mencerna maksud dari nasehat tersebut. Jelas-jelas nasehat ini juga tertulis di Al-quran yang merupakan seruan dari Allah untuk menjadi ‘pakaian’ bagi pasangan hidup.
Jadilah ‘pakaian’. Tentunya kita selalu ingin memakai pakaian yang nyaman untuk dipakai, baik itu dari warna, bahan, mode dan pertimbangan dalam memilih lainya. Begitu juga pasangan hidup, seseorang yang bisa memberi kenyamanan. Kenyamanan dalam segala keadaan. Layaknya Ibunda Khadijah yang menyelimuti Rasulullah disaat beliau begitu merasa takut ketika pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT.
Perempuan-perempuan yang selalu dirindukan, menjadi rumah tempat bernaung bagi keluarganya, dan menjadi pakaian yang begitu nyaman bagi suaminya. Mereka yang sangat pandai dalam bersyukur. Bukankah perempuan-perempuan seperti itu adalah perempuan-perempuan yang hebat? Mereka yang sangat pandai memelihara hati, lisan dan pandangannya.
Semoga aku, kamu, kita bisa menjadi perempuan-perempuan yang dirindukan kehadirannya, yang bisa menjadi pakaian bagi siapapun pasangannya. Aamiin.
0 notes
Text
"Menikah itu isinya adalah ngobrol. Kalo ngobrol aja ga nyaman apa yg dicari dari pernikahan?"
Sebuah kutipan yang pernah ku baca tapi aku lupa dimana :""
2 notes
·
View notes
Text
Cantik.
Cantik itu menurutku tidak hanya dilihat dari paras yang menawan dan enak dipandang. Tapi cantik lebih dari itu. Mereka yang memiliki tutur kata yang lembut dan punya pilihan kata yang baik ketika berbicara. Berwawasan luas dan memiliki sikap yang sangat mengayomi. Mereka yang menjaga diri dan bersikap sesuai fitrahnya. Yaa, menurutku mereka itu cantik. Kecantikan yang terpancar dari dalam.
0 notes
Quote
Regrating is pointless. What's done is done. We need to put things back in their place one a time. Time doesn't run backward.
Jae Chan, While You were Sleeping
0 notes
Text
06:26
Sudah ku katakan aku tak pernah sebaik itu bukan ? Akupun sama sepertimu, tertatih menuju baik.
Aku masih belajar bagaimana menata perasaan untuk kuat, saat ada yang tak menyukaiku, ingin menjatuhkanku, membenciku dan mengatakan banyak hal yang jika ku dengar hanya akan membuatku bersedih.
Aku masih belajar, tentang bagaimana menuntut ilmu dengan baik. Sungguh, aku masih berjalan dengan pelan, bahkan kadang rasa lelah datang menghampiri. Tapi, aku tidak ingin memutuskan berhenti atau berbalik arah. Aku hanya ingin terus berjalan, meski langkahku begitu pelan.
Aku barangkali tak sebaik persepsimu. Aku barangkali tak sesuai yang engkau harapkan. Bahkan, mungkin engkau banyak sekali mendapatkan kecewa setelah jauh lebih mengenalku, hidup bersisian denganku.
Tapi sekali lagi aku tak memaksamu untuk tetap disini, di hatiku, di perjalanan hidupku.
Jika engkau ingin memilih mundur tak apa. Jika engkau ingin melanjutkan perjalanan tanpaku tak apa. Karena aku sudah terbiasa dengan sepi, hidup dengan mereka yang hadir utuh dengan ketulusannya.
Dan aku, tetap disini. Aku tak ingin memaksa siapapun untuk berada di sampingku.
Sebab, apa jadinya jika berjalan tanpa ketulusan. Apa jadinya berjalan beriringan namun pura-pura. Terlebih lagi, betapa beratnya berjalan jika kita tak memahami bagaimana agar sampai pada tujuan yang sama.
Dan inilah aku, dengan segenap aku, bagaimana engkau mengenalku. Pernah ku baca sebuah kalimat “kenalilah seseorang sebagaimana engkau mengenalnya, bukan dari apa kata orang tentangnya”. Barangkali, demikian aku kepada engkau. Dan sebaliknya.
Jika engkau mulai lelah membersamaiku, katakan kepadaku ya! :)
Menyapa Mentari 🌻💙
496 notes
·
View notes
Text
Papaku. Papaku sakit sehari setelah ulang tahun beliau. Dan itu untuk pertama kalinya dalam hidup beliau di rawat di rumah sakit. Kaget. Begitu tiba2. Tapi qadarullah. Ini adalah pengingat buat kami anak2nya. Karna kami terlalu sibuk bertumbuh dan kadang lupa, kalau para malaikat tak bersayap kami ini juga bertambah tua :")
Jantung kami, sakit.
116 notes
·
View notes
Text
A piece of a new heart (?)
Have i already told you about someone who recently fill my heart? Hmft He has brought all of the feeling; happiness, curiousness, sadness, and many colours. Along past five month, he has been giving many colors to my days. He brought the love story drama. How can i easier love someone like this? Oh Allah, i still wonder whether he is real to me or not :( He's been doing just small effort for proving that i am his priority, yaa by replying my text 🤷♀️
I dont know. Just let see.
1 note
·
View note
Text
Kamu boleh menangis
Setegar apapun seseorang. Sekuat dan setabah apapun ia. Tetap saja ia perlu waktu untuk bersedih. Tetap saja ia perlu waktu untuk berduka.
Siapa bilang kamu tidak boleh menangis. Siapa bilang kamu tidak boleh beduka. Siapa bilang kamu harus selalu kuat membendung kesedihanmu.
Terkadang air mata perlu menetes untuk menyadari bahwa kamu memang sedang terluka.
Meski waktu tidak pernah berlama-lama memberikan kesempatan untukmu bersedih, bukan berarti kamu tidak boleh mengakuinya.
Hidup ini sudah rumit, masalahmu juga sudah berat. Apakah juga harus sesulit itu untuk mengakui bahwa kamu memang sedang tidak baik-baik saja.
Menangis bukan berarti kamu lemah.
—ibnufir
936 notes
·
View notes
Text
Manisnya hidup ini emang dibuat dengan rasa syukur :")
1 note
·
View note
Text
komitmen
Kenapa ya komitmen itu susah sekali? Entah apapun itu. Tapi kayaknya komitmen dengan diri sendiri deh yang paling susah. Komit sm diri sendiri menjadi hambaNya. Seringkali manusia ini tergoda, terayu dan terbuai. Seringkali kita manusia membiarkan setan menang dan ketawa terbahak-bahak karna telah berhasil merusak apa yang kita genggam. Iyaa, jadi hamba Allah seutuhnya itu berat. Karna itulah balasannya surga. Aku pernah baca kutipan dalam bahasa Inggris bunyinya gini, "Commit. Don't quit!" Intinya sesulit apapun jangan nyerah, apalagi berhenti. Jangan patah. Nah! Semangat yaa 💪🏻
0 notes
Text
“Seringkali, manusia tersiksa dalam pikirannya sendiri, bukan pada kenyataan yang terjadi”
— Choqi Isyraqi
1K notes
·
View notes
Text
Iri?
Kadang kekayaan seseorang, keberuntungan yang tampak, kehidupan mereka di sosial media membuat kita silau--bahkan kadang nggak sekali-dua kali tanpa sengaja berujar dalam hati, "duh pengen deh..." Atau "gimana caranya ya biar bisa kaya gitu" Hahaha. Alhamdulillah aku terverifikasi manusia biasa, bukan bidadari. Pernah "ngerumput tetangga" juga jadi orang. Wadidaw alasan! Hahaha
Tapi tiap kali rasa iri tipis-tipis itu muncul, sebelum dia jadi julid atau dengki, atau mengakar berkepanjangan sampai aku hilang syukur dan self-love, aku selalu bilang sama diriku,
"Kamu iri sama dia, iri juga nggak sama hisabnya nanti? Siap nerima itu semua nggak?"
Karena belum tentu kalau kita jadi mereka, lalu kita bisa melewati pertanggungjawaban itu dengan baik.
Iri sama yang punya privilej: yakin siap? Yakin kalau di posisi dia kamu bisa melakukan hal-hal yang berdampak baik dengan privilej tersebut? Yakin nggak keblinger/gelap mata?
Iri sama yang punya duit banyak : yakin siap? Dimana-mana orang kaya hisabnya lebih banyak. Dari asal duitnya, cara megang duitnya, sampai digunakan untuk apa duitnya. Kadang lihat anak pejabat tuh ngiler juga sering jalan-jalan ke luar negeri, bisa kesini kesitu, punya channel ini itu. Tapi aku pikir lagi, ngeri juga kalau duitnya dari deal dealan proyek gelap, atau dari hasil nipu rakyat dikit-dikit. Hiiiii. Enak sih emang, tapi yakin nanti aku siap?
Iri sama yang punya keluarga (kelihatannya) asyik, samawa selalu: tanpa konflik berarti. Yakin? Yakin mereka nggak memendam sesuatu? Atau yakin nggak kita kalau iri dan diizinkan di posisi mereka bisa seberbakti itu sama orangtua? Bisa sesupport itu sama saudara?
Iri sama yang punya gaji banyak, karir mentereng luar biasa: Yakin? Iri juga nggak sama perjuangannya? Bisa jadi dia lebih jungkir balik. Lebih sengsara di awal menitinya. Belajar sampai berdarah-darah. Mengasah skill sampai nggak tidur. Jangan-jangan kita iri aja waktu dia di puncak, nggak iri sama prosesnya.
Iri sama yang selovable itu di sosmed atau aktif sekali di sosmed : Yakin iri? Yakin bisa menggunakan waktu di sosmed sebaik dia? Yakin bisa bikin konten kreatif kaya dia? Yakin bisa berdampak baik secara maya seperti dia? Yakin nanti malah nggak sombong? Yakin nggak tambah riya'?
Pokoknya sudah jadi prinsip, kalau lagi iri terima dulu kalau iri, lalu bunuh! Hahahahaha. Ashedap sadis juga~
Ga baik iri itu gaessss, iri yang baik sama orang kaya yang sedekahnya banyak sama iri kepada orang yang punya ilmu yang diamalkan dan bermanfaat. Udah itu aja. Embel-embel sisanya, hempas~
Jadi pas liat horang kayah, iri aja pas dia lagi sedekah. Hindari iri pas dia lagi pake barang branded sambil IG story staycation di hotel bintang tujuh, plus selfie muka glowingnya yang katanya bareface atau lagi bangun tidur HAHAHAHAHA.
Pas lihat orang pinter bangeeettt, iri aja sama ilmunya yang dipakai, diamalkan, diajarkan, dan bermanfaat. Gausah iri sama printilan yang lain kaya bisa jalan-jalan ke negara orang--keliling dunia dan fully funded. Dapet royalti atas karyanya yang sambil merem aja duitnya datang. Atau iri sama pasangannya yang support banget. Nooooo sama rasul nggak pernah diajarkan hal itu hehehehehehehe.
Ya sekian tips agar iri-mu tidak sampai ke sel-sel tubuh. Wkwkwkw
568 notes
·
View notes
Text
Saling menemukan?
Bisa ga ya pertemukan kita ini ku sebut seperti ini? Terkadang akupun dibuat tercengang akan scenario Allah. Semua terasa begitu tiba-tiba bagiku. Ya tiba-tiba. Disaat beberapa tahun belakangan ku sibuk membangun tembok tinggi yang ku bangun atas dasar pemikiran-pemikiranku yang katanya (orang-orang disekililingku tentunya) begitu rumit. Disaat ku menutup semua pintu meski beberapa kali diketuk. Aku tetap dengan keteguhan ku untuk tidak benar-benar membukanya. Tapi sebuah ke ajaiban terjadi, entah ada angin apa diluar sana, dengan sejuta tanya dan keherananku. Pintu itu kembali diketuk. Suddenly, ku mencoba menoleh dan memeriksa dia yang mencoba mengetuk. Aneh? Iya bagiku. Menyapa, small talk, dan dengan nyamannya bercengkrama dengan si pengetuk pintu. Heran? Iya kurasa.
Dia, Si pengetuk pintu, datang dengan keramah tamahannya. Sedikit banyak canda tawa yang membuatku nyaman menyuruhnya untuk sekedar duduk di teras untuk mengobrol lebih lama lagi. Obrolan yang kurasa begitu panjaang, tak berujung, ngalor ngidul tapi entah mengapa ku nikmati. Apa ini? Aku pun bingung. Pertanyaan demi pertaanyaan menari-nari dikepala ku. Mengapa dia yang baru ku kenal begitu enjoy bercengkrama denganku? Dan akupun begitu (?) Hingga akhirnya ku mulai mempertanyakan, belum padanya, tapi hanya pada diriku. Apakah gerangan maksud tuan ini mengetuk dan mengajakku berdialog penuh arti (?) Hingga terbesit di benakku, Apaka ini yang dinamakan saling menemukan? Hmm who knows. Allah lebih mengetahui. Jika memang benar itu adanya, semoga Allah menyatukan kami dengan cara yang baik. Aamiin
Daaan akupun malu, x) hehe
0 notes