Manusia (pasti) lupa, aksara (mungkin) hidup sepanjang masa.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Halo, Tumblr.
Sepertinya akan aktif nulis lagi disini. Setelah cari-cari platform blog yang dapat diisi dengan segala sesuatu yang ada dipikiran, Tumblr ini rasanya paling cocok. Walaupun agak kaget ketika melihat perbedaannya ketika waktu dulu masih mahasiswa dan sekarang. Beberapa kali bikin blog dan tulis banyak hal di platform blog yang self hosted; mulai dari Wordpress hingga Hugo, namun ongkos maintenance kadang tidak terlalu dipikirkan, hal lain tentu saja semangat nulis yang bagai pelana kuda. Alhasil lenyap begitu saja tanpa dilakukan backup.
Blog ini rencana akan diisi dengan apapun yang ingin saya tulis, mungkin bisa dibilang sebagai jurnaling atau dokumentasi (hidup?).
Baca beberapa saran di sosial media kalau jurnaling rutin dapat membuat perubahan baik untuk kehidupan. Suatu waktu saking semangatnya ketika ajak anak-anak main ke Gramedia, sengaja beli buku yang tulis yang cukup bagus lengkap dengan ballpoint dengan geratan tebal. Niatan bakal bikin jurnal tulisan tentang apapun yang bisa saya keluarkan dari isi kepala. Sepertinya waktu itu hanya bertahan beberapa hari saja.
Banyak orang bilang, sekarang zamannya audio-visual. Sehingga blog-blog yang biasa saya baca juga ketika masih remaja, hampir tidak dapat diakses lagi. Author-author nya sekarang bertransformasi menjadi kanal Youtube dengan tema siniar maupun vlog. Namun entah kenapa bagi saya tidak seseru membaca blog seperti dulu. Nyatanya lebih dapat menikmati tulisan daripada video.
Untuk itu, saya berniat untuk nulis lagi dengan format blog. Idenya sederhana, seperti yang tertera pada deskripsi blog:
"Manusia (pasti) lupa, aksara (mungkin) hidup sepanjang masa."
Kita mungkin hanya setetes air dari lautan memori kolektif dalam sejarah peradaban. Orang-orang besar dan berpengaruh menulis sejarahnya sendiri dengan berbagai karya dan kontribusinya bagi komunitas. Sedangkan bagi manusia yang tidak mempunyai dampak berarti bagi kemajuan jaman seperti saya, sepertinya hanya bisa menorehkan tanda-tanda hadir dari jejak digital yang bertebaran. Tentu saja dalam kemasan baik atau buruk. Jadi tulisan-tulisan selanjutnya adalah sebagai manifestasi kecil tadi.
Hal lainnya adalah, untuk garis keturunan kelak yang masih akan terus tumbuh, setidaknya punya jejak bahwa kakek-buyut-moyangnya pernah melakukan sesuatu. Percis seperti manusia-manusia jaman prasejarah yang menulis huruf-huruf tak dikenal sekarang pada dinding goa (sejujurnya kita tidak dapat memprediksi bagaimana bentuk peradaban selanjutnya.)
Pada akhirnya hanya bisa berdoa, semoga istiqomah :)
1 note
·
View note