kamunya jangan dingin-dingin, nanti aku pilek kamunya jangan baper-baper, ini cuma tumblr
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
mungkin, semua pekerjaan memang melelahkan. bedanya, ada yang dibayar dengan pantas, ada yang dibayar pakai ‘iklas’.
0 notes
Text
Dewasa ini aku jadi mengerti, bahwa di dunia ini memang isinya bukan hanya orang baik. Tapi semoga Allah selalu mengelilingiku dengan makhluk-makhluk baik, juga menjadikanku sebagai salah satu manusia baik.
0 notes
Text
Pada akhirnya, hidup adalah tentang bagaimana menjalani luka
untuk kemudian sembuh dari satu per satu darinya.
7 notes
·
View notes
Text
Cinta itu apa?
Sebuah pertanyaan sederhana yang kubaca saat tidak sengaja melewati perpustakaan taman kota di daerah blok M.
Langkahku terhenti sejenak. Membaca lembar demi lembar kalimat yang ditulis manusia dengan berbagai perspektifnya. Definisi cinta yang, semuanya menggambarkan hal-hal indah yang pernah mereka alami.
Aku mencoba ikut menjawab dalam hati sebuah pertanyaan yang harusnya memang sesederhana itu. Aku menyelami pikiranku, mengingat-ingat kejadian dalam hidupku. Dan ternyata, pertanyaan tentang cinta bukanlah topik yang mudah buatku.
Aku rasa, sejauh ini aku masih sering salah mengartikan apapun tentang cinta. Dulu, kukira ucapan “aku cuma mau bikin kamu bahagia” dari seseorang, itu artinya cinta. Nyatanya orang yang pernah mengatakannya adalah yang membuatku paling terluka.
Jadi, cinta itu apa? Aku belum cukup berani untuk sekadar kembali mendefinisikannya.
-Jakarta, Februari 2023
1 note
·
View note
Text
Banyak jalan menuju Roma, katanya. Tapi, haruskah aku ke Tokyo Lombok saja?
-Jakarta, Agustus 2022
1 note
·
View note
Text
“Eh, tahu nggak, aku dulu ikut tes masuk UI sampai 6 kali. Udah gagal, tapi coba-coba lagi. Hahaha, dasar aku aja yang nggak tahu diri kayaknya.”
Seorang teman tiba-tiba menamparku dengan ceritanya yang dia bawakan dengan begitu ringan sore itu. Sambil memandang lapangan basket yang riuh dengan adik kelas satu almamaterku yang semangat bersiap untuk kompetisi DBL, aku dan temanku memang jadi terpancing untuk membahas masa lalu. Tentang apa yang pernah terjadi di lapangan itu, tentang ruang kelas, guru, juga tentang mimpi yang kini jadi hantu. Kenapa jadi hantu? Karena sudah lama dikubur namun tetap saja gentayangan di kepala kami yang kian dewasa kian tidak keruan isinya.
Aku bukannya memandang remeh temanku mengenai cerita gagalnya. Justru aku kagum dan salut pada dia yang punya stok semangat yang selalu lebih banyak daripada kecewanya. Kalau aku, belum tentu. Yah meskipun pada akhirnya dia tidak jadi masuk UI, setidaknya dia pernah mencoba berkali-kali. Setidaknya dia pernah punya mimpi yang kemudian dia perjuangkan dengan segenap hati.
Semoga aku punya semangat serupa, juga punya hati yang terbuka untuk selalu belajar dari mana saja, juga untuk menerima apapun takdirNya dengan segenap kebaikan dalam dada.
0 notes
Text
Generation Gap
Ketika milenial-gen z lagi bahas isu terkini dan suatu ide buat masa depan, kemudian dibilang minim pengalaman, ngga tahu lapangan, sok kepinteran, gimana?
Kalau gitu terus narasi dari generasi pendahulu, para boomers (yang bahasnya pengalaman mulu), ya sudah, kita memang ngga punya sebanyak mereka. Jadi apa mungkin yang lebih muda memang powerless, harus selalu bilang iya alias “nggih pak, siap bu”, dan tidak berhak atas ide baru?
Tapi, kayaknya nggak gitu, stereotyping antar generasi juga ngga terlalu valid, kamu cuma belum nemu mentor diskusi yang sefrekuensi dan menghargai idemu aja mungkin :)
0 notes
Text
“Bu, emang kalau mau nikah harus bisa masak ya?”
“Bisa masak itu bukan karena mau nikah, tapi itu salah satu skill bertahan hidup.” Jawab beliau santai. Entah kenapa rasanya sangat sedih mendengar suaranya hingga aku menangis.
Kalau aku tahu percakapan telepon itu akan menjadi yang terakhir bagimu, aku akan berusaha lebih lama mengulur ceritaku seperti misalnya, “bu, kok aku ditinggal nikah sama anakmu ya? Bu apa aku ngga cantik ya? Bu, apa aku ngga baik ya?” Dan sejuta pertanyaan bodoh lainnya.
Bu, aku kangen dikomen status whatsappnya sama ibu, tapi foto profilmu sudah berganti abu-abu.
0 notes
Text
Kerja, Kerja, Kerja! (Katanya)
Banyak motivator, para orang “sukses” yang mengklaim bahwa kesuksesannya disebabkan karena dirinya bekerja sangat keras, sampai harus mengorbankan waktu liburnya untuk tetap bekerja. Katanya, dia memulainya dari nol. Katanya, kalau ingin “sukses” harus kerja keras, ngga ada waktu buat leha-leha.
Tapi pernah lihat tidak nyatanya? Sesuatu yang lebih nyata dari katanya.
Banyak loh yang sudah bekerja sangat keras, namun hasilnya tidak sama dengan mereka para orang (yang dari dulunya sudah) kaya. Banyak yang hari-harinya dipenuhi dengan kerja, kerja, kerja, tapi nyatanya tetap miskin juga.
Parahnya, tak jarang anak muda yang akhirnya harus mengorbankan kesehatan fisik maupun mental yang padahal keduanya sama pentingnya. Sudah bekerja banting tulang mati-matian, sudah tidak peduli mana waktunya libur mana waktunya lembur, tapi bukannya jadi miliader, malah akhirnya jadi langganan dokter.
Akuilah, privilege is real. Kemiskinan tidak selalu berbanding lurus dengan kemalasan. Kadang kala, “ketidakberhasilan” mereka terjadi karena kerja keras yang tidak pernah bertemu dengan kesempatan.
-Jakarta, Januari 2022
0 notes
Text
Aku ingin jadi mahasiswa lagi. Memesan mie tektek pedas di burjo belakang kampus tanpa takut anjuran dokter. Sarapan jam sembilan pagi tanpa khawatir terjebak macet, memutuskan makan ayam geprek ketika tidak tahu lagi mau makan apa hari ini. Aku menginginkan sesuatu yang dulu tidak begitu aku hargai. Aku memimpikan hal-hal yang mungkin saja tidak akan pernah bisa terjadi. Aku ingin, waktuku kembali, sesuatu yang dulu tidak begitu aku hargai.
0 notes
Text
Sabar
“Kalau tau suami saya bakalan sakit gini, ngga bakal mau saya nikah sama dia.” Kata seorang wanita yang kini harus jadi tulang punggung keluarga di usianya yang hampir 50an.
“Harus cari suami yg bisa menerima aku dan segala penyakitku.” Kata seorang gadis di awal usia 20an yang menderita sakit kambuhan.
Aku tak mau menghakimi, apalagi mengeluarkan caci maki. Kadang kita hanya perlu mendengar tanpa komentar, atau sebenarnya kita justru sedang belajar tanpa sadar. Untuk satu kata, “sabar”.
0 notes
Text
Ingin kembali ke jalan yang benar, saat bukan hanya dunia yang aku kejar. Ya Allah, lelah sekali mengejar perkara duniawi :(
2 notes
·
View notes
Text
Dear no one~
Secangkir teh sore hari selepas hujan, sebuah diskusi panjang tanpa ada kata bosan, juga malam-malam yang tidak akan pernah lagi kedinginan.
Kepadamu, ada begitu banyak pertanyaan yang ingin kusampaikan. Ada begitu banyak keluh yang harus kau dengar tanpa bosan. Kurasa, aku memang tak punya banyak hal yang bisa membuat kau senang, dan aku juga akan sering merepotkan.
Tapi kuharap kau akan selalu kembali dengan rasa tenang, karena tahu bahwa aku punya sepuluh jari yang selalu bersedia kau genggam, yang sampai kapanpun akan selalu menengadah ke langit memohonkan kebaikan-kebaikan.
Ingatlah bahwa hidup bukanlah sebuah kompetisi yang menuntutmu untuk selalu menjadi kuat, selalu menjadi hebat. Tidak apa-apa untuk menangis sesekali, tidak apa-apa untuk terlihat lemah sesekali. Jika kau sudah selesai berjuang untuk hari ini, pulanglah, akan kubalas lelahmu dengan pelukan berkali-kali.
0 notes
Text
Aku ingin jatuh cinta lagi. Berbunga-bunga, tapi tanpa akhir yang patah hati.
2 notes
·
View notes
Text
Aku percaya bahwa tidak akan pernah ada doa yang sia-sia. Semuanya berkumpul di langit, untuk nantinya dikembalikan dalam bentuk yang diminta, atau digantikan dengan sesuatu yang lebih baik dari sekadar rencana manusia.
Ya Allah, takdirkanlah kebaikan untukku di manapun, dan jadikanlah aku ridha menerimanya.
0 notes
Text
Mas, kamu tuh tau ngga sih aku nungguin? Kamu kemana sih ya Allah.. ada dimana sekarang lagi ngapain?? Jangan haha hihi aja! ingin rasanya kupukul pundakmu yang di sana entah ada apa yang sedang kau pikul.
Mas, kamu tuh siapa?
2 notes
·
View notes
Text
Cerpen : Doa Terbaik
Kadang kala, meskipun pahit, tapi kisah cinta semasa SMA adalah kisah paling naif yang menarik untuk ditertawakan. Kala itu aku masih remaja, masih sangat terbatas dan sederhana pemikirannya. Untuk kali pertama dalam hidupku, aku jatuh cinta pada seseorang yang berbeda keyakinan denganku. Ah, tapi aku tidak yakin untuk menyebutnya cinta. Bagaimana kalau kita sebut kenangan itu sebagai kenakalan remaja?
Di depan ruang OSIS, aku duduk di puncak anak tangga yang terhampar menghadap lapangan basket di ujungnya. Kala itu hari Minggu, seseorang yang aku tunggu akhirnya menghampiriku untuk kemudian memilih duduk di samping kiri bahuku. Dia tersenyum, lalu meraba sejengkal wajahku dengan matanya yang hangat.
"Mukanya ngga ada jerawatnya."
Sebuah pembuka percakapan yang aneh, bukan? Tapi cukup untuk membuat aku tersipu kala itu. Aku diam saja, hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"Nanti tuanya awet muda." Lanjutnya, entah sampai berapa lama dia menganalisa wajahku sambil tertawa menyebalkan.
Dia mengenakan seragam putih abu-abu lengkap dengan dasi yang menggantung di lehernya. Si calon ketua OSIS. Hari Minggu kala itu adalah wawancara bagi calon ketua OSIS yang mendapat skor tertinggi saat seleksi, untuk kemudian dipilih oleh para guru pembina menjadi 3 besar yang selanjutnya akan masuk ke tahap pemilu sekolah.
Kami ngobrol ngalor ngidul, entah apa yang dibicarakan namun waktu itu cukup menjadi momen yang membahagiakan sampai aku pulang ke rumah dan mendapati sebuah pesan singkat darinya.
Akhirnya temanku datang, mengajakku pergi ke mushola sekolah karena sudah masuk waktu dzuhur. Aku pun beranjak dan berpamitan padanya.
"Aku sholat dulu ya, mau doain kamu."
"Iya." Jawabnya.
Hari itu cukup panjang, dan aku tahu pasti sangat melelahkan untuk dia yang kecewa karena hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Dia gagal masuk ke tahap pemilu.
"Doamu nggak manjur." Tulisnya pada sebuah pesan singkat.
"Aku nggak doain kamu buat lolos, tapi aku doain biar kamu dapet yang terbaik." Jawabku berusaha memaklumi perasaannya.
"So sweet, kata-katanya seperti ibuku." Dia balas pesanku ditambah dengan emoticon menyebalkan.
Aku tersenyum, karena kata-kataku barusan juga memang nyontek punya ibuku. Apakah semua ibu-ibu suka berkata seperti itu pada anaknya?
Di balik manisnya kisah cinta SMA, di balik cerianya masa remaja, tetap saja pada akhirnya aku merasakan pahit dan terluka. Tak jarang bahkan sampai berderai air mata, menangisi hal-hal yang dirasa tak begitu penting saat aku memandangnya dengan kacamata dewasaku.
Namun, apapun itu semua, aku memilih untuk mengenang yang baik-baik saja.
Tamat.
Jakarta, Juli 2021
0 notes