Text
Melewatkan orang baik..
Tidak ada yang akan kusesali nantinya melewatkanmu ataupun menunggumu. Diantara keduanya ada konsekuensi yang akan memintaku saat aku memilih. Namun satu hal yang aku syukuri, setidaknya aku pernah diperjuangkan dengan sebagaimana mestinya. Meski pada akhirnya masing-masing dari kita memilih diam dan pergi untuk saling menjauh.
Tidak semua perjumpaan akan berujung pada kesepakatan. Tidak semua yang bertemu akan selalu bersama. Demikian, bukan?
Melewatkan orang baik itu nyata adanya. Edisi nemenin ibu jalan-jalan pagi. Pagi ini bertemu dengan salah satu teman pengajian ibu.
Ibu Y: ".... mba dandelion (nama disamarkan) qadarullaah nggak bisa lanjut proses kemarin, Bu."
Keluarga kami cukup dekat sehingga ibu Y seringkali bercerita banyak hal dengan ibuku.
Ibu Y: "Saya sedikit kepikiran, Bu. mba Dandelion setelah proses ta'aruf dengan Ikhwan tersebut, akhir-akhir ini lebih sering menangis, lebih menutup diri dari biasanya. Tapi setiap kali ditanya, jawabannya selalu diam dan memilih menghindar. Barangkali mba Nisa bisa ajak mba Dandelion ngobrol-ngobrol ya. Dari kemarin pengen ngobrol sama Nisa katanya. Tapi takut ganggu mba Nisa."
aku: "nggeh, Bu. Nanti saya coba chat mba Dandelion lebih dulu. Bertanya kabar, semoga bisa sedikit terbuka dengan saya."
Ibu Y: "ikhwan ini datang kerumah menegaskan bahwa tidak bisa melanjutkan proses ta'aruf. Mas F (inisial Ikhwan yg sedang proses) datang dengan kakaknya untuk menegaskan.
Awalnya mba Dandelion mengabarkan kalau akan ada seorang laki-laki yang Alhamdulillaah sudah ngaji dan Insya Allaah baik pemahaman agamanya. Suami saya menyambut dengan senang perihal kabar baik itu. Dan atas izin Allaah keduanya bertemu dan memutuskan untuk proses ta'aruf. keduanya ini saling tertarik dan merasa cocok satu sama lain. Delapan kali datang kerumah dan saling terlibat pembicaraan bersama.
Mas F bilang kalau belum bisa datang bersama bapak ibunya untuk meminta mba Dandelion dikarenakan ibunya sedang dalam kondisi sakit.
Kamipun paham kondisi mas F, dan kami mencoba memberikan garis ketegasan untuk anak perempuan kami satu-satunya ini. Bapaknya (suami saya) tidak ingin putri kesayangannya ini tidak ada kejelasan status. Bapaknya meminta agar ada kejelasan bagaimana kelanjutan dari proses ta'aruf ini. Akhirnya mas F mengatakan akan segera mengkhitbah mba Dandelion dengan cincin pemberian dari Ibunya.
Ketika waktu yang sudah dijanjikan akan datang untuk mengkhitbah, qadarullaah Ibu mas F Allaah panggil lebih dulu (meninggal dunia). Sehingga ini butuh waktu tiga minggu untuk melanjutkan kembali. Dalam waktu tiga minggu, mas F mengabarkan bahwa setelah ibunya meninggal dunia. Ayahnya jatuh sakit. Satu minggu setelah mendapat kabar sakitnya, kami mendapat kabar bahwa ayah mas F tersebut meninggal dunia.
Setelah dua minggu sepeninggal ayahnya, mas F tersebut datang kembali kerumah dengan saudaranya untuk menegaskan kembali bahwa ia akan tetap maju untuk meminang mba Dandelion. Namun butuh waktu untuk membicarakan hal tersebut dengan keluarga besar seperti saudara dari Ayah dan Ibunya sebagai perwakilan yang dituakan. Kamipun menyepakati, karena kami mencoba memahami tentang ujian demi ujian yang mas F lalui.
Dua Minggu berlalu, mas F ini mengabarkan via chat. Yang intinya masih butuh waktu untuk meyakinkan keluarga besarnya untuk melangkahi kakak perempuannya yang belum menikah dan belum memiliki calon. Kata keluarga besarnya, kasihan jika dalam suasana duka seperti ini, kakak perempuannya harus ditinggal apalagi dilangkahi oleh adik laki-lakinya untuk menikah.
Dalam adat jawa, tabu jika ada seorang adik melangkahi kakaknya untuk lebih dulu menikah. Apalagi jika itu adalah adik laki-laki melangkahi kakak perempuannya. Meski mas F ini sudah paham tidak ada demikian dalam agama, namun keluarga besarnya masih kekeh memegang adat demikian.
Sampai satu titik, mba Dandelion meminta kejelasan bagaimana ujung dari proses ini. Akhirnya mas F datang dengan saudaranya lagi untuk menjelaskan situasi yang sedang terjadi. Bahwasanya ia meminta diberi waktu untuk mencarikan calon untuk kakak perempuannya ini sampai akhir tahun ini agar bisa menikah. Harapannya agar ada yang menjaga kakak perempuannya. Setelah kakak perempuannya mendapat jodoh barulah ia bisa dengan lapang menikah.
Mendengar hal itu mba Dandelion memberikan tanggapannya, bahwasanya ia tidak bisa lagi memberikan waktu.
"Lebih baik dicukupkan sampai disini saja. Tidak usah melanjutkan. Saya tidak ingin terus-terusan dalam kondisi status berproses dengan seorang Ikhwan yang belum terlihat kejelasannya untuk sebuah komitmen. kita cukupkan sampai disini saja, jika memang berjodoh maka kita akan bertemu lagi dengan cara baik dan waktu yang terbaik menurut Allaah. Saya tidak ingin menunggu sesuatu yang semu. Saya tidak ingin membatasi diri saya dengan menunggu seseorang yang belum tentu akan menjadi jodoh saya. Saya tidak mau membuka pintu-pintu syaithan dengan mengatasnamakan ta'aruf. Ta'aruf kita sudah berjalan kurang lebih 7 bulan dengan delapan kali pertemuan ini. Saya tidak ingin menutup banyak kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Iya, kalau sampai akhir tahun kakak perempuan mas bertemu dengan jodohnya. Kalau masih belum menemukan, bgaimana dengan saya? apakah masih harus menunggu lagi? Saya tidak ingin demikian, ini akan membuka pintu fitnah untuk kita dan keluarga masing-masing. Saya mohon maaf selama proses kata-kata dan sikap saya menyakiti hati mas dan keluarga mas. Semoga setelah ini Allaah beri kita kelapangan hati dan ganti yang lebih baik lagi." Jawaban mba Dandelion saat itu didepan kami semua.
Jelas Bu, saya menangis saat itu juga. Saya kaget anak perempuan saya langsung memutuskan demikian. Suami saya mencoba memahami kondisi anak perempuannya. Dan memutuskan untuk tidak melanjutkan proses ta'aruf ini dengan berat hati.
"semoga kita masih tetap menjadi saudara muslim yang baik ya mas, entah nanti kalian berjodoh atau tidak. Semoga ini adalah keputusan yang terbaik untuk kalian berdua." Ucap Bapaknya mba Dandelion.
"baik, pak. Ngapunten sanget jika saya membuat mba Dandelion dan keluarga kecewa atas sikap saya. Saya bisa memahami keputusan MB Dandelion. Insya Allaah, jika nantinya kakak perempuan saya sudah menemukan jodohnya tahun ini. Dan mba Dandelion masih belum menikah atau masih belum proses ta'aruf dengan siapa-siapa. Semoga masih diizinkan untuk menyambung silaturahmi nantinya ya. Saya meminta maaf untuk segala ucap, tindakan dan hal-hal lain yang kurang berkenan. Semoga Allaah berikan yang terbaik setelah ini." Jawaban mas F saat itu.
Dia Ikhwan yang baik, saya bisa melihat sikap dan kesungguhannya dalam mengupayakan, bu. Selama proses, saya dan suami menyelidiki latar belakang dan keseharian mas F. Bertanya beberapa hal pada tetangganya, dan suami saya juga pernah bertemu dengan mas F dalam barisan sholat subuh berjamaah. Masya Allaah, sekali memang.
Saat mas F berpamitan dan merangkul suami saya, saya melihat mas F menangis dan mengucapkan salam dengan suara yang gemetar. Sementara mba Dandelion langsung masuk kamarnya dan terdengar suara tangisannya.
Saya menangis, suami saya terlihat begitu sedih. Beberapa kali gagal ta'aruf baru kali ini mba Dandelion saya mendengar suara tangisannya. Kami mencoba lapang untuk terus menguatkan satu sama lain. Untuk tetap berbaik sangka kepada Allaah. Tahun ini mba Dandelion berumur 36 tahun, Bu. Hati saya ikut remuk setiap kali harus melihat kegagalan demi kegagalan proses ta'aruf mba Dandelion." Ungkap ibu Y dengan suaranya yang lirih dan menangis.
aku dan ibu hanya bisa saling menatap dan membisu. Ibu menangis seraya memeluk ibu Y untuk menguatkan.
~*
Barangkali kita pernah..
Merasa begitu beruntung ketika diingini oleh seseorang yang begitu baik, didoakan dalam banyak kebaikan, diberi hadiah tanpa melewati batas syariat, saling tak bersua namun saling mengupayakan.
Barangkali kita pernah..
Menjadi begitu istimewa ketika diperjuangkan, begitu bahagia saat kita mengetahui kita adalah seseorang yang diperjuangkan diantara orang-orang baik yang mengupayakannya.
Barangkali kita pernah..
Menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalanannya. Meski pada akhirnya ketetapan Allah yang menjadi pemenangnya..
Barangkali kita pernah..
Melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. Sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
Barangkali kita pernah..
Dibuat takjub atas perjalanan yang Allaah kehendaki. Sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
Barangkali benar, tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. Cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. Menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. Pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
*saya sudah izin kepada ibu Y dan mba Dandelion untuk menuliskan kisah ini dimedia sosial saya. Semoga Allaah tolong dan memberikan kelapangan serta ganti yang lebih baik.
357 notes
·
View notes
Text
Bagian dari cinta..
Ini tentang pernikahan. Dua orang yang Allaah tetapkan menjadi satu ikatan bernama pernikahan. Allaah pasangkan dua orang dalam kebaikan dan menjalani hari demi hari dengan berpasang-pasangan.
Namun teruslah ingat, bahwa Allaah menyatukan kedua hati tak lantas keduanya harus terus sempurna tidak ada cela. Tidak, tidak demikian. Rumah tangga Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam pun tak luput dari ketidaksempurnaan.
Oleh karenanya jika setiap rumah tangga nanti engkau menemukan kekurangan ada pada pasanganmu. Nasihat Al-Quran begitu tinggi, yaitu "Sabar". Jangan mudah marah, jangan membesarkan hal-hal sepele. sebab boleh jadi dibalik apa yang tidak engkau sukai, Allaah telah menyiapkan hikmah besar yang tidak pernah engkau sangka-sangka untuk melengkapi kekurangan yang didapatkan di setiap pasanganmu, dan itu bagian dari "taqwa".
Nasihat Syaikh Utsman Al-khamis hafidzhahullaah ta'ala :
"Demi Allaah, ada banyak nasihat tentang rumah tangga. Tapi saya katakan, nasihat terbaik untuk para pasangan suami istri adalah mengabaikan hal-hal sepele. Tidak perlu mempermasalahkan hal-hal sepele. Abaikan dan jalani saja. Tidak ada manusia yang sempurna. Jikalau dalam segala hal engkau selalu menyalahkan pasanganmu. Maka semua yang dia lakukan akan selalu salah dimatamu. Dan siapalah yang hanya memiliki kebaikan saja? Tidak ada sama sekali. Kecuali Rasulullah Shallaahu alaihi wassalam."
Barangkali memang benar ya, dalam rumah tangga itu hal yang kita kira besar akan menjadi ringan bila meminta pertolongan Allaah. Dan hal kita kira kecil, bisa menjadi rumit dan besar tanpa meminta pertolongan Allaah. Maka rumah tangga yang bahagia adalah keduanya saling memberi udzur untuk satu sama lain. Bahwa keduanya adalah manusia biasa yang jauh dari kata sempurna.
Dijadikan menjadi satu sama lain tidak lain tidak bukan untuk melengkapi kekurangan dan kelebihan yang telah dimiliki. Memahami bahwasanya rumah tangga adalah ibadah terlama yang mana untuk menjalankannya dibutuhkan sabar. Sabar tidak hanya dilakukan ketika ditempat ujian, namun juga kala menjalankan ibadah kepada Allaah. Itulah mengapa sabar tidak hanya berdiam diri saja tidak melakukan apapun. Sabar ridho dengan apapun yang telah ditetapkan namun terus berikhtiar hingga selesai.
Sabar itu adalah upaya, jika hari ini engkau menemukan sabar itu ada pada pasanganmu. Maka banyaklah bersyukur. Bersyukurlah kepada Allaah bila hari ini pasanganmu begitu berupaya ingin membahagiakan mu dengan cara-caranya yang untuk ukuranmu mungkin terlihat sederhana. Sebab kau tidak akan pernah tahu semaksimal apa upaya yang telah ia lakukan untuk memberikanmu sebuah kebahagiaan.
Tidak ada pasangan yang saling bertemu karena Allaah yang tidak saling berupaya untuk memberikan yang terbaik. Maka bila hari ini kau mendapati pasanganmu begitu berupaya sekali untuk memberikanmu kehidupan yang layak. Maka cara terbaik untuk membalas kebaikannya adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya, bersyukur kepadaNya dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengupayakan hal yang sama kepadanya. Dengan cara melakukan yang terbaik pada perannya masing-masing.
Sabar, saling memberi udzur dan memaafkan pada hal-hal sepele. Akan mendatangkan ketenangan dan kebahagian bagi satu sama lain. Allaah akan hadirkan rasa itu kepada rumah tangga yang menahan dirinya untuk marah sekalipun ia sangat mampu untuk melakukannya namun ia tahan dan bersabar sebab Allaah yang perintahkan.
Tidak pernah ku lihat sebuah cinta yang lebih indah dari sebuah pernikahan yang dilandasi rasa takut dan cinta karena Allaah. Sebab sekecil apapun yang diupayakan dalam sebuah biduk rumah tangga akan selalu bernilai ibadah disisiNya.
Ya Allaah berkahilah setiap rumah tangga yang didalamnya saling mengupayakan kebahagian satu sama lain. Labuhkanlah cinta diantara keduanya di surgaMu nanti. Sebuah tempat yang tidak lagi menemukan rasa sakit dan sedih. Aamiin..
Mendoakan bagian dari cinta, dalam perjalanan menuju rumah || 10.45
306 notes
·
View notes
Text
Ruangaksara #143
Mars vs Venus
Kunci sebuah hubungan adalah komunikasi dan mau saling memahami.
Wanita dan pria itu memang memiliki perbedaan kebutuhan, bahasa dan kebiasaan, itulah kenapa keduanya perlu menjadi pribadi yang sama-sama mau belajar; belajar saling memahami, belajar saling mau memperbaiki cara berkomunikasi.
Dalam buku "Men are from Mars, Women are from Venus" dikatakan bahwa pria fokus pada kemampuan mereka menyelesaikan masalah. Wanita suka mendiskusikan masalah, meski tak ada solusi.
Pria senang ketika mereka merasa dibutuhkan, sementara wanita senang ketika mereka dimengerti.
Pria marah ketika mereka merasa tidak dipercaya, tidak dikagumi, dan tidak diterima. Wanita marah ketika mereka tidak didengarkan atau tidak diprioritaskan.
Dalam suatu hubungan pria dan wanita, wajar sekali banyak perbedaan di antara keduanya, karena memang oleh Allah keduanya diciptakan tak sama dengan tujuan agar mereka menjadi 'pakaian' untuk satu sama lain, saling mengisi kekurangan yang lain dengan kelebihannya. Sungguh, saat perselisihan itu terjadi, bukan karena kita berbeda atau terlalu sama, tapi karena kita belum bersedia menurunkan ego untuk mencoba saling memahami.
Maka carilah dia yang bersedia bertengkar, berdebat, lalu setelahnya ia juga bersedia duduk bersama untuk diskusi, memperbaiki, dan introspeksi diri ketika ada masalah atau kesalahpahaman yang terjadi, bukan dia yang memilih pergi hanya karena sandungan kerikil kecil yang mengenai kaki.
85 notes
·
View notes
Text
Hujan dan sepucuk perasaaanmu.
Hujan turun belum jua berhenti. Membawa kembali pada kenangan yang membuatmu berpikir, apakah hidupmu ini akan seperti ini setiap harinya. Seperti labirin yang setiap kali kamu telusuri akan kembali kepada dimana awal kamu melangkahkan kaki.
Berkali-kali kamu meyakinkan dirimu sendiri, bahwasanya kamu sedang tidak berlomba dengan siapapun. Nyatanya seringkali dirimu merasa bahwa langkah dan keputusan yang kamu ambil semakin membuatmu tertinggal dengan orang-orang disekitarmu.
Setiap kali kamu menyadari bahwa hanya kamu sendirilah yang tertinggal, kamu menangis. Kamu selalu merasa dirimu selalu saja terlambat. Padahal jauh-jauh sebelumnya akupun tahu bahwa kamu telah berusaha dengan keras agar kamu tak tertinggal. Rasanya melelahkan sekali hidup dengan ketertinggalan, begitu katamu.
Tapi anehnya, orang-orang mengatakan bahwa langkahmu terlalu cepat. Namun kamu tak memahami itu. Sebab kamu merasa masih saja berjalan ditempat, dilabirin yang tak pernah kamu temukan jalan keluarnya.
Setiap kali kamu tersesat, kaupun kembali menangis. Mengatakan kepada Allaah bahwasanya kau terluka Dan kau sedang tersesat jauh. Kau mengatakan semua keluh dan peluhmu kepada Allaah. Dengan cara apapun yang kau bisa dan mampu melakukannya. Setiap kali melakukannya, hatimu kembali damai, kau tersenyum meski sedikit. Kembali seperti tak terjadi apa-apa. Padahal sebelum itu hatimu terasa begitu sakit dan menyesakkan.
Dan momen demikian, kau lakukan berunglang dan berulang. Namun sekali lagi kamu tetap merasa ditempatmu saja, tidak beranjak, yang ada kau merasa semakin tersesat dalam rasa keputus asaan.
Teman-teman seusiamu melakukan langkah yang begitu jauh, mendapat pekerjaan dengan mudah, lingkungan pekerjaan yang mendukung, menikah, mempunyai anak, lanjut sekolah dan banyak hal pencapaian yang kamu merasa sudah terlalu jauh rupanya. Padahal sejatinya kau dan mereka tak pernah bersepakat untuk berlomba, Dan tak pernah ada pemenang diantara kalian.
Lihatkan? Sekali lagi kamu menangis, menceritakannya hanya berisikan keluhan saja. Lupa menakar bahwasanya kebaikan Allaah sudah terlalu dan amat banyak untuk dirimu. Namun sekali lagi kau merasa gagal juga dalam urusan bersyukur.
Kamu hanya ingin keajaiban, sesuatu yang tidak mungkin untuk ukuranmu. Iya, kau menakar dengan ukuranmu saja. Bukan ukuran orang lain. Kamu hanya butuh keajaiban, agar hatimu tidak merasa begitu lelah dengan sesuatu yang samar.
Katamu, "jangan memberiku nasihat untuk berdoa, aku sudah melakukannya. Jangan tanya sekeras apa, aku melakukannya dengan semua keajaiban yang ku tunaikan dan sunnah-sunnah didalamnya. Aku hanya ingin ditolong, keadaanku membuatku memilih untuk berputus asa. Namun hatiku memberontak agar tetap berbaik sangka terus dan terus kepadaNya." Lalu kamu menangis sekali lagi.
Bersabarlah, sayang. Sesungguhnya pertolongan Allaah itu nyata. Sesungguhnya pertolongan Allaah itu sungguh dekat. Raihlah kemenangan dan keajaibanmu dengan sabar dan sholat. Allaah tak pernah ingkar dengan janjiNya, sebab janjiNya pasti. Namun butuh waktu, sebentar saja, sabarlah.
Semakin kesini kamu sedikit mulai mengerti, bahwasanya sabar itu tidak hanya pada tindakan lahir saja. Melainkan juga batin. Batin yang harus terus dilatih agar menerima segala ketetapan Allaah dengan kelapangan hati yang luas.
Saat ini, perasaanmu sudah kembali lapang. Entah sudah sebanyak apa kau menangis, kau selalu menangis kala berdoa kepada Allaah. Matamu selalu sembab diseperti malam dalam doamu. Teruslah bangkit, Dan jangan pernah menyerah. Jangan pernah menyerah dan kalah pada apapun itu. Allaah ada lebih dari apapun, dan tidak ada kedzaliman dalam sebuah takdir bila engkau beriman.
Insya Allaah, ada jalan. Insya Allaah, ada jalan. Bersabarlah kamu dengan sabar yang baik, bersabarlah sampai akhir..
159 notes
·
View notes
Text
Pasca menikah, hubungan antar sesama manusia yang paling harus diutamakan adalah hubungan dengan pasangan kita.
Menjadikan pasangan kita sebagai prioritas pertama.
Memastikan bahwa interaksi kita dengan pasangan, sudah sangat baik. Sehingga tidak ada curiga, kecewa atau bahkan luka yang mungkin saja menghiasi dadanya.
Memastikan bahwa pasangan kita bahagia dalam menjalani biduk rumah tangga.
Memastikan bahwa pasangan kita nyaman dalam melakoni setiap kewajibannya.
Pasca menikah, interaksi yang seharusnya paling sering kita lakukan adalah interaksi dengan pasangan kita.
Bertukar kabar saat rentang jarak menjadi pemisah. Mengajukan tanya perihal kesehariannya. Mungkinkah ia melalui kesulitan dalam sehari? Mungkinkah orang-orang yang ia temui memberi kesan yang baik?
Karena hubungan antar sesama manusia yang paling dekat adalah hubungan antara suami dan istri.
Sikap baik yang layak kita beri adalah kepada pasangan kita. Waktu yang barangkali hanya secuil dikarenakan kesibukan pun, lebih layak disempatkan hanya untuk pasangan kita.
Karena menikah berarti memilih hidup bersama. Dengan segudang kebiasaan yang tidak selalu membutuhkan pemakluman.
“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap istriku” (HR At-Thirmidzi)
07:13 p.m || 25 Desember 2022
168 notes
·
View notes
Text
tidak ada yang lebih sering melelahkanku di banding perasaanku sendiri.
oleh sebabnya, tidak ada yang lebih sering kuminta selain agar dijaga dari buruknya perasaan yang tak dikendalikan.
yang melemahkan akal dan kewarasan.
yang menguatkan nafsu dan syahwat.
duhai Robbi, kepada-Mu lah kupulangkan semua perasaan, yang menyesakkan dada, dan juga menghilangkan kebahagiaan.
Februari bercerita : hari kelima
157 notes
·
View notes
Text
Seberat apapun yang dilalui, bila memilih yakin bahwa Allaah yang mengatur segala sesuatunya, bila memilih yakin hanya Allaah yang mampu memberikan pertolongan maka dengan seizin Allaah hati akan diliputi ketenangan.
Gpp sedih, gpp kalau mau nangis :') tapi kuat ya, bersabar ya.
Dekati apa - apa yang membuat Allaah mengulurkan kasih sayang-Nya. Semoga hati mu pun turut melembut, tak membenci, tak ada keinginan menyakiti. Maaf yang meluas, lalu melangkah lagi. Biar Allaah yang memperbaiki keadaanmu, biar Allaah yang mengatur bagaimana menggantikan setiap kesulitan yang kamu lalui dengan kemudahan. Hingga kamu merasa, semua kembali baik - baik saja.
Sungguh, aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu wahai Rabb-ku ♡
— @menyapamentari 🍂
105 notes
·
View notes
Photo
58 notes
·
View notes
Text
“Realita kehidupan di usia dewasa ini sering membuat diri tertampar, bahwa apa yang kita kira akan mudah, ternyata sesulit itu. Apa yang kita kira akan berujung baik, ternyata kita lupa bersiap menghadapi yang hasil terburuk.”
—
Kurniawan Gunadi
920 notes
·
View notes
Text
Peka.
Aku berkelana dari satu tanya menuju tanya yang lain, mengisi huruf dalam setiap teka-teki hati, berusaha merangkainya menjadi kata yang dapat ku baca.
Namun ketika setiap huruf itu menjelma isyarat sebuah nama, aku terhenti pada persimpangan keraguan. Apakah aku benar memahami jawaban doa kali ini? Apakah aku tidak peka selama ini?
Ternyata kita sudah saling menemukan sejak lama. Namun sebelum aku menyadari itu, aku pernah begitu jauh sekali melewatkanmu. Sejauh jarak antara hati dan pikiranku.
Kumpulan pertemuan-pertemuan di masa lalu dan kenangan-kenangan yang usang penuh debu, menyeruak ke permukaan ingatanku. Memberi satu kata kunci bahwa selama ini, aku sungguh tidak peka sama sekali.
Persimpangan yang pernah memisahkan, kesalahpahaman yang pernah mengecewakan dan pertanyaan-pertanyaan yang pernah ditinggalkan tanpa jawaban, kini menemukan alasan mengapa di titik ini, kita kembali dipertemukan.
Mungkinkah itu, kau?
Mungkinkah itu, aku?
Mungkinkah itu, kita?
Lalu waktu yang bergulir maju, besarnya keyakinan dibandingkan rasa ragu dan segala kemudahan yang terhampar luas tanpa belenggu—mengatakan bahwa aku sungguh tidak keliru dalam memperjuangkan dirimu kali ini.
Hujan sejuk, 7 Mei 2021 11.42 | Idul Adha, 10 Juli 2022 18.04 wita.
117 notes
·
View notes
Text
JANGAN SENANG DIAJAK NIKAH
“Senangnya, aku kemarin diajak nikah”
—
Siapa yang tidak senang ketika kita diajak nikah? Tentu senang, karena bagi sebagian orang, diajak nikah berarti adalah parameter, bahwa dia itu layak untuk menikah.
Tapi, jangan senang dulu. Kenapa jangan senang dulu?
Ketika seseorang mengajak menikah, belum tentu orang itu cocok untuk menjadi pasangan kita.
Bagaimana jika akhirnya yang mengajakmu menikah, adalah orang yang akan mengubur impianmu?
Bagaimana jika akhirnya yang mengajakmu menikah, justru yang tidak bisa memimpin keluargamu?
Maka dari itu, jangan senang dulu, karena kita perlu mengenal dirinya terlebih dahulu. Mengenal akhlaknya, rencana hidupnya, serta bergahai hal lainnya.
Jangan terlalu senang berlebihan hanya karena seseorang mengajak kita menikah. Karena kesenangan yang berlebih, sering membuat kita tidak berpikir jernih.
Lantas, kapan kita senang?
Ketika orang yang tepat, sudah membulatkan tekad, dan mengucapkan akad.
Karena itu, jangan senang dulu. Jalani dengan tenang, dengan penuh kejernihan pikiran.
===
JANGAN SENANG DIAJAK NIKAH Bandung, 16 Februari 2021 @choqi-isyraqi
349 notes
·
View notes
Text
secukupnya dan sekuatnya
yang sulit itu menjaga agar di hati, semuanya secukupnya saja. menginginkan dengan secukupnya. berharap dengan secukupnya. mencintai dengan secukupnya.
yang sulit itu menjaga agar di badan dan tangan, semuanya perlu sekuatnya. memperjuangkan dengan sekuatnya. berdoa dengan sekuatnya. mengasihi dengan sekuatnya.
jangan terbalik. jangan ingin sekuatnya tetapi berjuang secukupnya. jangan berharap sekuatnya tetapi berdoa secukupnya. jangan mencintai--merasa memiliki--sekuatnya tapi mengasihi secukupnya.
memang tidak mudah menempatkan mana yang perlu sekuatnya dan mana yang harus secukupnya. jadi, berlatihlah.
semoga Allah mencukupkan. semoga Allah menguatkan.
1K notes
·
View notes
Text
Perubahan Sudut Pandang
Saya ketika sebelum menikah dan setelah menikah, memiliki cara pandang yang berbeda terkait pernikahan. Sesuatu yang kemudian membuatku memberikan nasihat jika diminta, ke teman yang hendak menikah.
Lebih baik gagal di tengah-tengah proses daripada gagal di dalam pernikahan. Artinya, kalau kamu melihat ada potensi masalah yang besar antara kamu dan calon pasangan, lebih baik gak usah lanjut, dengan segala risikonya; batalin undangan meski udah kesebar, perkataan orang, dll. Membuat keputusan untuk membatalkan lamaran/pernikahan, konsekuensinya jauh lebih ringan daripada bercerai di tengah pernikahan. Karena cerai lebih ribet, tidak hanya urusan administrasinya yang melelahkan, belum lagi jika sudah ada anak dan berebut hak asuh, belum lagi dengan status sosial yang nanti akan dibawa (janda/duda), dll. Untuk teman-teman yang hendak menikah, jika memang belum siap. Lebih baik jangan. Jika kamu sudah siap dan belum menemukan yang menurutmu tepat untuk menjadi pasangan hidup, jangan mau menerima seadanya sekalipun mungkin usiamu bertambah tua. Jika kamu seorang muslim dan tahu kalau pernikahan itu bernilai setengah agama, jangan sampai yang setengah ini rusak karena kamu terlalu gegabah dan menggebu-gebu tapi tidak rasional ketika mau menikah. Sudah rusak setengah dan kita juga tidak bisa menjamin setengah agama lainnya juga baik. Jika kamu ingin menikah dengan seseorang, tanyakanlah segala sesuatu yang ingin kamu tanyakan sampai tak bersisa. Tak perlu sungkan untuk menanyakannya, tak perlu takut. Kalau kemudian dia merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurutmu penting, berarti dia tidak menganggap penting apa yang bagimu penting. Dan jika dia tidak mau diajak duduk bersama membicarakannya, entah tentang finansial, keluarga, dan apapun yang menurutmu ingin diperjelas sebelum menikah, sementara dia tidak mau membicarakannya. Saranku, mending cari yang lain. Menikah dengan orang yang tidak bisa diajak berdiskusi dengan mudah itu akan jadi tantangan tersendiri. Kita tidak bisa menikah bermodal kepercayaan bahwa nanti dia akan berubah, itu mungkin untuk hal-hal yang tidak begitu krusial/prinsip. Tapi pada hal-hal yang prinsip, kita tidak bisa memakai cara pandang itu. Apalagi, sepanjang pernikahan nanti, kita akan membutuhkan banyak sekali diskusi. Saranku, pastikan pasanganmu adalah orang yang bisa diajak diskusi, bisa menerima masukan, terbuka terhadap kritik/saran, dan mau belajar. Dan pada akhirnya, kalau memang tidak siap. Lebih baik, gunakan energimu untuk bersiap. Kalau kamu masih memiliki ambisi yang ingin kamu dapatkan sebelum menikah, kejarlah. Kalau kamu ingin tetap menjadi dirimu sendiri ketika nanti sudah menikah, menikahlah dengan orang yang tepat. Tepat yang seperti apa? Kamu yang bisa merasakannya nanti. Nanti, ketika sudah ada orangnya yang akan menikah denganmu. Kita tidak bisa menuliskan ketetapan itu dalam barisan kriteria. Dan mungkin, tidak akan ada orang yang bisa memenuhi semua kriteria itu dalam satu waktu. Kalau sudah ada orangnya dengan segala kekurangannya. Kamu akan bisa merasakan, mana yang kiranya kamu bisa terima sebagai pasangan hidup dan mana yang tidak. 17 Maret 2021 | ©kurniawangunadi
2K notes
·
View notes
Text
Harapan
"Aku tidak berharap—sebanyak itu."
Aku tidak berharap bahwa aku harus menikah dengannya dan dia harus memilihku sebagai perempuan yang mendampingnya. Sungguh harapanku tidak sebanyak itu Ki.
Aku juga tidak mau naif Ki, sesekali pasti melintas dalam pikiranku tentang bagaimana kelak aku akan menghabiskan hari-hariku jika aku menua bersamanya. Tapi lagi-lagi aku tidak berani sok tahu terhadap takdir Tuhan. Bagaimana jika dia bukan yang terbaik? Bagaimana jika aku hanya terlalu serakah saja terhadap perasaanku? Lagipula, jika memang kami berjodoh pasti jalannya akan dimudahkan.
Kau tahu Ki, cinta menurut presepsi orang dewasa tentunya jauh berbeda. Kau tidak hanya mempertimbangkan soal perasaanmu atau perasaanya. Kau harus menyadari penuh bahwa dia bukan sosok yang sempurna, kau juga harus melihat bagaimana penerimaan orang tuanya terhadapmu, bagaimana caranya berkomunikasi dan bersikap terhadapmu, bagaimana dia merespon permasalahan-permasalahan dalam hidupnya dan masih banyak lagi. Pokoknya rumit lah Ki.
Sekarang aku memberi jarak padanya, berusaha memasrahkan segalanya dengan benar yaitu melalui doa. Aku hanya berharap, bagaimanapun muara akhirnya, entah itu pernikahan atau perpisahan. Itu adalah yang terbaik untuk kami berdua, dan aku yakin Tuhan selalu memberikan yang terbaik. Selalu. Aamiin
"Aamiin ya Allah. Iya Allah selalu memberikan yang terbaik mbak. Takdir takkan tertukar, apa yang tertulis untukmu takkan melewatakanmu. Percayalah mbak. Kalau mas itu memang jodoh mbak, pasti insyaAllah jalan bersamanya akan dimudahkan."
Minggu yang terik, 29 November 2020 14.25
76 notes
·
View notes
Photo
Selamat hari guru. Terima kasih nak, dari kalian ibu belajar banyak hal dan karena kalian ibu harus belajar lebih banyak lagi, untuk kalian. Dan untuk anak anak ibu kelak. Rabu, 25 November 2020 https://www.instagram.com/p/CIA_JyjAbexAGhersfXgq1gsn1CkJDWTT0dwUc0/?igshid=ebjp2ip18qcx
2 notes
·
View notes
Photo
Selamat hari guru. Terima kasih nak, dari kalian ibu belajar banyak hal dan karena kalian ibu harus belajar lebih banyak lagi, untuk kalian. Dan untuk anak anak ibu kelak. Rabu, 25 November 2020 https://www.instagram.com/p/CIA_JyjAbexAGhersfXgq1gsn1CkJDWTT0dwUc0/?igshid=ebjp2ip18qcx
2 notes
·
View notes
Photo
Selamat hari guru. Terima kasih nak, dari kalian ibu belajar banyak hal dan karena kalian ibu harus belajar lebih banyak lagi, untuk kalian. Dan untuk anak anak ibu kelak. ❤ Rabu, 25 November 2020 https://www.instagram.com/p/CIA9KeOgjAWukP0U67BnJlVJvP_2AjEa_7ZXvE0/?igshid=1fe8q9e5g8c06
2 notes
·
View notes