Yang fana siapa? Kau, aku, atau kata-kata yang kita beri nyawa
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Yaah semua orang berubah kan. Gapapa, tinggalin pelan-pelan :)
8 notes
·
View notes
Text
Padahal dari semua semoga ; hanya kamu yang paling kuinginkan untuk menjadi nyata
Padahal dari semua yang mengetuk, cuma kamu yang aku izinkan masuk.
2K notes
·
View notes
Text
1. Percayaan dan gampangan :( dibaikin dikit langsung 'iya'
2. Bacaaaaa. Sekarang juga seneng nontonin pantomim haha
3. Siapa ya :( pas smp pernah ngrcrush sama skandar keynes sampe fotonya ditaro di meja kelas
4. Big no
5. Lagi nggak suka dengerin musik
6. Nasi goreng seafood, bakso, dan makanan makanan seafood wkwkk
7. Telor ceplok
8. PANTAI 💙
9. Bakso
10. Diaduk
11. Teh anget
12. Jeans
13. Ransel
14. Motoran sendiri kemana mana~ aslinya enakan diboncengin aja
15. Iced
16. Pengen rapi, tapi sering berantakan :(
17. Nasi
18. Lari
19. Sapi
20. Ceplok setengah mateng. Harus setengah mateng
21. Gasuka 22nya
22. Pizza
23. Speaker
24. Streaming. Bisa sambil rebahan
25. Rumah. Kamar
26. Printed book
27. Berbumbu
28. Asin :)
4 notes
·
View notes
Text
Kadang kepikiran sih. Kalo pusing kenapa nangis tuh bisa enak banget. Kayaknya Tuhan emang nyiptain tangisan buat nge-entengin pikiran :)
0 notes
Text
Aku yakin ini terakhir kali kita bertemu. Semoga bahagia. Selalu. :)
0 notes
Text
Dari kemarin bilang 'ayo kamu kuat kamu kuat', enggak nangis cuma uring-uringan tapi masih disanggup-sanggupin ketawa-ketawa wkwkwkk. Ternyata ambyar juga pas nggak sengaja denger sholawatan. Dan nangis kejer sambil istighfar. Minta maaf sama Allah banyak-banyak.
'Kamu punya Allah. Khawatirin apa lagi?' :)
Semangat.
1 note
·
View note
Text
Dalam semua semogaku kuharap kamu bahagia ; sehingga meninggalkanku kemarin bukan menjadi perkara yang sia-sia
0 notes
Text
Namanya masih ; euforianya yang hilang. Puisinya masih ; maknanya yang lengang. Suaranya masih ; tapi jadi terdengar sangat sumbang.
0 notes
Text
"Kok aku tiba-tiba kangen kamu ya."
"Hahaha, bisa aja. Kita udah berapa lama sih ngga saling sapa?"
"Setahun ada nggak?"
"Lebih deh kayanya. Iya ngga sih?"
"Iya sih kayanya hahaha. Apa kabar?"
"Seperti yang sering kamu lihat di instagram story. Selebihnya ya lebih baik dari itu sih."
"Kamu selalu cek ya kalau aku view IGSmu?"
"Ngga sengaja."
"Masa?"
"Iya. Kamu sendiri kenapa rajin banget view IGSku?"
"Ya ngga kenapa-kenapa."
"Punya pacar sekarang?"
"Ngga tau sih pacar apa bukan. Tapi ada terus tiap hari, hahahaha."
"Baik orangnya?"
"Baik."
"Sama aku?"
"Ngapain aku bandingin. Mau banget denger jawaban kalo kamu lebih baik?"
"Ya enggak sih, tanya aja."
"Pacar kamu cantik, rajin banget dipamerin di medsos. Dulu aja aku diumpetin."
"Bahas aja bahas."
"Ya kamu sih ngga komit."
"People change lah. Kamu aja lebih keren sekarang."
"Udah ngga sama kamu soalnya hahaha."
"Oh jadi aku bikin kamu ngga keren ya dulu?"
"Aku ngga bilang gitu ya."
"Sibuk apa sekarang?"
"Gini aja."
"Mana aku tau gini ajanya kamu kaya apa?"
"Sibuk mengembangkan diri. Kan kata kamu gitu. Kita harus berkembang."
"Masih aja ya."
"Apa?"
"Suruh nebak isi kepalamu sendiri, padahal clue-nya sama sekali ngga jelas. Mengembangkan diri itu luas."
"Nanti kalo aku cerita panjang lebar, bisa sampe pagi. Nanti kamu nyaman, minta balikan. Kan repot."
"Aku ngga segoyah itu ya."
"Masa?"
"Udahlah, kalo ngga mau cerita yaudah. Kamu udah bisa ngobrol sama aku kaya gini aja aku udah seneng."
"Kenapa gitu?"
"Ya kita kan dulu kenal baik-baik. Masa pas udahan jadi diem-dieman."
"Manusia beda-beda. Cara buat ngobatin hatinya juga lain-lain. Kamu cepet belom tentu aku juga."
"Maaf ya."
"Buat?"
"Udah bikin kamu sedih."
"Kita udahan kan keputusan sama-sama. Yang sedih bukan cuma aku aja, kamu pasti juga. Cuma waktunya aja yang beda."
"Beneran deh, kamu lebih wise sekarang. Kenapa ngga dari dulu sih?"
"Ya aku jadi wise juga karena udahan sama kamu."
"Iya juga ya. Sehat-sehat ya. Bahagia. Semoga segera ada pria baik yang bisa jagain kamu."
"Kamu juga, semoga perempuan itu jadi yang terakhir."
Buat bisa ada dialog seperti ini, nyatanya memang butuh waktu yang tidak sebentar. Ya bisa aja sih ada orang yang cepet sembuhnya. Tapi yang prosesnya panjang ngga perlu disalahin juga. Termasuk kalau setelah berpisah salah satunya langsung punya yang baru. Bukan karena mereka udah nemu itu sebelum putus dari kamu. Bukan karena mereka gampang melupakan yang sebelumnya. Tapi karena, ya memang mungkin waktunya pas buat buka hati lagi atau mungkin sayang aja kalau melewatkan sosok yang sepertinya bisa diajak merangkai hidup sampai seterusnya.
83 notes
·
View notes
Text
Gagal #LewatDuaBelasMalam
"Kamu gagal!" Ucapku pada bayanganku yang kulihat di cermin.
Menyedihkan benar manusia dalam cermin ini, yang tidak lain adalah diriku sendiri.
Aku menangis, menyandarkan tubuhku pada dipan tempat tidur. Aku meringkuk memeluk lututku.
Manusia itu tempatnya gagal. Nggak apa-apa ya, besok coba lagi. Kamu udah berusaha kok. Kalau belun sekarang, mungkin besok bisa. Aku menasihati diriku berulang kali. Menepuk-nepuk pundakku sendiri.
Memangnya kenapa sih kalau gagal? Tanyaku pada diri sendiri. Lagi pula kan ini bukan kali pertama.
Kemarin kamu bisa bangkit, kenapa sekarang sulit?
Memangnya manusia harus terus berhasil sepanjang hidupnya?
Terdengar pintu kamarku diketuk. Aku buru-buru mengahapus air mataku, merapikan bajuku, dan membuka pintu.
Kakak perempuanku masuk membawakan secangkir teh manis hangat dan meletakkannya di atas meja.
"Nggak apa-apa kalau masih mau menangis."
Aku mengangguk. Kakak perempuanku ini pernah begitu aku benci karena hidupnya selalu lebih baik dari aku. Hingga aku tahu tidak ada manusia yang jalan hidupnya lurus-lurus saja.
"Kamu berhasil." Katanya. "Kamu berhasil memeluk dirimu sendiri. Kamu berhasil mengakui kalau kamu gagal." Lanjutnya sembari tersenyum.
Aku memeluknya. Dia membelai lembut rambutku. Seketika aku teringat bahwa aku dan dia nyaris tidak pernah akur sejak dulu. Baru beberapa tahun terakhir aku tahu bahwa hidupnya juga tidak baik-baik saja. Aku menangis di pelukannya.
Dia kakak perempuan yang baik. Tidak pernah menyalahkan kegagalanku. Tidak pernah bilang aku lemah. Tidak pernah menghakimiku hanya karena aku memilih jalan yang salah.
"Kak, maaf."
"Untuk apa?"
"Untuk rasa iriku yang berlebihan."
Dia tersenyum. "Bukannya wajar ya? Meski kita lahir dari rahim yang sama, tetap aja. Rasa iri itu sifat alami manusiam"
"Kakak nggak pernah sebel sama aku?"
"Kata siapa?"
"Lalu kenapa jarang marah?"
"Udah dihabisin dulu waktu kamu masih iseng pakai baju kakak buat les matematika."
Aku tertawa kecil. Aku ingat peristiwa itu.
"Kakak cuma punya saudara satu. Kamu. Kalau nanti bapak sama ibu udah nggak ada, yang bisa tolongin kakak ya cuma kamu."
"Kenapa kakak percaya aku bisa tolong kakak? Menolong diriku saja masih sulit."
"Karena kamu punya hati nurani. Sebenci-bencinya kamu sama kakak, pasti ada masanya kamu merasakan sakit ketika kakak susah. Begitupun sebaliknya."
Aku memeluknya lebih erat.
"Kalau aku gagal sekarang kakak marah nggak?"
"Marah."
Wajahku pucat seketika namun dia justru tertawa.
"Kakak akan marah sama diri kakak sendiri kalau sampai marah pada satu-satunya adik perempuan kakak."
Aku lega mendengarnya.
"Gagal itu wajar. Kalau kamu lihatnya teman-temanmu di luar sana ya nggak akan ada habisnya. Coba kamu lihat dirimu sendiri. Bandingkan dirimu hari ini dengan hari lalu. Semakin baik secara kualitas atau nggak? Kalau semakin baik, itu artinya kamu nggak gagal jadi manusia."
"Menurut kakak aku udah baik belum?"
"Tanya ke sini." Dia menunjuk diriku sendiri lantas pergi meninggalkanku. "Tehnya di minum. Dari berjuta-juta manusia yang gagal, belum tentu bisa dapat teh manis hangat buatan kakak."
Kakakku benar. Aku sudah ditempa puluhan tahun lamanya. Aku juga merasa sudah lebih baik dari sebelumnya meskipun aku tidak boleh puas begitu saja.
Gagal itu pernah dirasakan semua manusia. Hanya saja tidak semua menunjukkan rasa sedihnya. Ada yang hanya berdiam diri saja, ada yang mengubahnya menjadi sebuah karya, dan banyak cara-cara lainnya?
Kegagalanku hari ini biar aku bawa sebagai bekal di perjalanan selanjutnya. Jika gagal lagi ya mari dicoba lagi.
Benar, malam dan hujan selalu bisa membuat pikiran berkelana ke mana-mana.
36 notes
·
View notes
Text
Seperti biasanya, kekalutan itu hanya ada di dalam kepala. Semua akan baik-baik saja dengan izin-Nya.
573 notes
·
View notes
Quote
Mana berani aku bilang selamat tinggal ; meskipun satu atau dua tahun lagi kamu juga akan seperti sebelumnya,
cuma menjelma sesal
0 notes
Text
Seneng banget rasanya punya Awan. Wkwkwkk kayaknya orang yang paling tau aslinya gue ya si Awan. Baca chatnya si Awan pagi tadi tiba-tiba terharu banget gitu rasanya. Wkwkwkk bukan chat yang panjang, bertele-tele atau penuh kata kiasan dan hiburan. Tapi bikin nangis sesenggukan.
0 notes
Audio
1 note
·
View note
Text
Kekhawatiran laki-laki
Ternyata kekhawatiran laki-laki yang paling dahsyat dan menyita energi terbanyak adalah kekhawatiran mereka sebelum menikah.
Laki-laki harus berpikir seribu kali jika ingin memutuskan untuk menikah. Iya kan? Kenapa?
Karena beban dan tanggung jawabanya yang luar biasa dahsyat yang harus mereka pikul sejak awal. Tidak tanggung-tanggung, ia disejajarkan dengan Mitsaqan Golizah! Sebuah perjanjian yang berat yang langsung stempel sahnya datangnya dari Allah.
Karena tugas menjadi seorang suami nantinya bukan hanya dia persembahkan untuk dirinya sendiri tapi juga untuk keluarga dan kepemimpinannya harus dia pertanggungkawabkan dihadapan Allah Azza wa Jalla.
Mereka harus memiliki kemampuan untuk menafkahi istri dan anaknya. Mereka akan mulai berpikir tentang pekerjaan, penghasilan dan bagaimana masa depan keluarganya ketika bersamanya nanti.
Tanpa perempuan tahu, setiap laki-laki diserang sindrom berpikir berlebih. Mereka disibukkan dengan pikiran,
“dengan apa anak dan istriku akan makan esok hari?”
Ditambah lagi dengan berbagai persyaratan pernikahan yang wajib mereka kumpulkan. Uang resepsi untuk perempuan juga uang resepsi untuk di keluarganya. Yang bugget angkanya bisa fantastis sambil bikin mata hanya melongo saking tingginya.
Kita buka-bukaan aja, sewa gedung, catering, riasan dan baju pengantin, dan berbagia tetek bengek urusan acara pernikahan harus mereka pikirkan.
Tidak cukup sampai disitu, mereka juga harus menyiapkan mahar untuk perempuannya. Apalagi kalau yang dilamarnya adalah seorang perempuan bugis yang disebutin uang panaiknya saja bikin ngeri, bisa-bisa tabungan terkuras habis untuk syarat yang satu ini.
Ternyata kekhawatiran mereka nggak sampai disitu. Mereka juga akan memikirkan biaya-biaya di awal setelah pernikahannya nanti. Otomatis kehidupan pasca nikah akan berjalan dan bantuan dari keluarga akan di stop. Mereka akan mulai hidup mandiri. Menyediakan kebutuhan mereka sendiri. Dan itupun harus laki-laki pikirkan. Dengan apa? Tentunya bukan dengan daun-daunan yah!
Itu baru kekhawatiran yang berhubungan dengan finansial. Ada kekahwatiran jenis lain yang semestinya juga mereka perlu pikirkan.
Seperti apakah mereka memang sudah siap menjadi seorang suami? Paling tidak hafalan Alqurannya sudah ada untuk dia bacakan ketika menjadi imam sholat tahajjud bersama dengan istrinya nanti.
Bagaimana dengan hukum fiqih dalam berumah tangga? Sudah berapa buku bacaan yang sudah dihabiskan untuk menelaah berbagai persoalan rumah tangga nantinya? Ahh… Bukankah segala keputusan nanti ada di pundak-pundak mereka, para lelaki?
Mereka tak hanya harus mengerti hukum, menghafal alquran tapi juga belajar bagaimana cara bermuamalah dan memimpin sebuah keluarga.
Mereka juga harus mampu melindungi jiwa dan raga anggota keluarganya. Memastikan agar dalam rumah tangganya, setiap anggota keluarga merasa nyaman. Merasa betah dan menggiringnya menjadi baiti jannati.
Itu baru suami. Belum ketika menjadi seorang ayah, keresahan dan kekhawatiran lelaki pun akan bertambah.
Bagaimana pola pendidikannya, bagaimana peran ayah dalam mendidik, dan seabrek pertanyaan lainnya.
Boleh jadi karena kemumetan berjuang inilah yang menyebabkan mereka, para lelaki itu spesial dalam rumah tangga islam. Tidak heran taat kepada mereka disepadankan dengan 8 pintu syurga.
Masya Allah.
Bahkan Rasulullah sendiri mengatakan,
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.”
Hari ini sudah sepantasnyalah kita sebagai perempuan yang mereka pilih menyadari betul kekhawatiran yang mereka rasakan. Sehingga tidak ada lagi keegoisan yang mendarat untuknya.
Harusnya kita berada disampingnya untuk membantu perjuangannya melewati setiap kekhawatiran itu. Dan berkata kepadanya,
“Sayang, kekhawatiran itu tidaklah sulit karena kita bisa melewatinya berdua, InsyaAllah.”
***
Saya sudah nyiapain kado terindah loh kak! Sampai-sampai saya yakin kamu bakalan lupa dengan setiap kekhawatiran yang kamu perjuangkan nanti. Jangan menyerah yah! Jangan terlalu khawatir kak! Tetap harus semangat. Ditunggu perjuangannya. Jangan kelamaan. Hehehhe….
Makassar, 23 Februari 2018
@dianesstari
476 notes
·
View notes
Quote
Maaf Pak, saya ndak tau harus menjelma apa jika ingin mengirim doa. Entah siut, entah ricik, atau harus menjadi fana yang masih saja tak terbayang bagaimana wujudnya. Selamat jalan, Pak. Doa kami kirim dari sini. Semoga Bapak abadi ; persis puisi :)
Selamat jalan, Bapak Sapardi
1 note
·
View note
Text
1 note
·
View note