Text
Rodhitubillaah... Benarkah?
Judulnya serem, tapi ya memang begitu adanya...
Setiap pagi dan petang baca : Rodhitubillahi Robbal...
Pertanyaannya: Benarkah aku ridho dengan Allah sebagai Rabb-ku?
Benarkah aku bisa menerima semua takdir-Nya untukku, tanpa terkecuali. Mau itu baik atau buruk. Benarkah?
Banyak air mata yang dikeluarkan tahun ini, tahun 2021.
Ternyata, di Lauh Mahfuz sana, sudah tertulis, bahwa tahun 2021 untuk seorang Hasna Hafizhah Salma adalah tahun yang mengajarkan makna Ridho, Ikhlas, Melepas, dan Sabar. bukan hanya sekadar teori, tetapi langsung praktek bos!
Dalam kacamata manusia, tahun 2021 ini buatku ya emang lebih banyak “nangis” dan “sulit”-nya. Dari Januari - Desember selalu ada aja perkara yang bikin nangis... tapi... tahun ini dari kacamata Allah, bisa jadi, ini adalah tahun terbaik buatku. Seperti firman-Nya dalam QS. Al Baqarah ayat 216,
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
astaghfirullaah.. aku kurang bersyukur :” huhu
Alhamdulillaah ‘ala kulli haal. kerasa banget perangnya tahun ini. perang sama diri sendiri. perang mengelola emosi dan nafsu dengan mengatasnamakan cinta dan kasih sayang.
Ada banyak emosi negatif yang bergejolak dari dalam diri, tapi Allah izinkan diriku hadir di majelis ilmu, hingga...emosi negatif tersebut sedikit demi sedikit aku coba perbaiki satu per satu.
Mulai dari kekesalan dengan dosen, kekesalan dengan teman, dan sebagainya. Allah bantu reframing menjadi sebuah hikmah besar dalam hidup.
Allah ngajarin aku sabar, kehilangan sosok nenek yang gak deket-deket banget tapi...ya cukup berasa lah sedihnya pas ditinggal “meninggal”. dan di saat yang bersamaan harus menghadapi deadline penugasan kuliah yang gak bisa ditunda. kebayang gak sih sambil nangis karena ‘kehilangan’, sambil ngerjain tugas.
setelah itu, Qodarullaah mama dan papa sakit. mama sempat kritis. aku udah nangis-nangis aja terus ngebayangin yang ‘nggak-nggak’, gimana kalau mama udah gak ada, gimana kalau mama gak sembuh-sembuh.. di saat yang bersamaan juga deadline tugas masuk tiada henti..
duh pening banget rasanya kepala. tapi.. Allah Maha Baik. Allah Asy-Syafi’, Yang Maha Menyembuhkan, mengizinkan mama dan papaku sembuh kembali dan kondisi kesehatannya jauh membaik sekarang. Alhamdulillaah..
Lalu.. Allah juga ngizinin aku untuk menyelesaikan mata kuliah-mata kuliah di semester 2 dengan baik, meskipun banyak halang rintangnya. bahkan Allah hadiahi berakhirnya semester 2 dengan cukup indah. MasyaAllah tabarakallaah... Alhamdulillaahilladzi bini’matihi tatimusshalihat..
Di tahun ini... Allaah pun mengizinkanku merasa kasih sayang dan kepedulian dari lawan jenis. Yang sebelumnya, sudah lama tak pernah kurasakan lagi. Dengan rasa sayang itu pun, aku merasa diterima dengan utuh atas hal-hal yang kurang dari diriku, yang membuatku minder dan tak percaya diri..
Namun.. Qodarullaah, yang kukira sosok terakhir dan penutup dalam lovestory-ku, longstoryshort ternyata belum terwujud, eh belum atau bukan ya? Ah entahlah, pun kalau bukan, Allah sudah sangat baik banget mengajarkanku untuk bertumbuh matang dan dewasa (semoga benar demikian). Allah ngajarin aku melepas, ikhlas, dan sabar. Allah juga pengen aku menggantungkan harapan hanya pada-Nya, bukan makhluk-makhluk-Nya.
Allah tahu segala yang terbaik. dan pilihan Allah selalu yang terbaik.
kalau dipikir-pikir pake hawa nafsu..., ya bisa aja kan sebenarnya cuek dalam melanggar batasan-batasan agama, toh gak seberapa, toh kecil, toh gak ngapa-ngapain juga, toh cuma sebatas chat, toh udah lama ga pernah ketemu juga, dan toh toh toh yang lainnya.. mungkin kalau pake tes EPPS, need of affiliation dan need of heterosexual-ku cukup tinggi.
tapi Allah gak ngizinin kebutuhanku dipenuhi dengan cara yang tidak Allah ridhai.. Allah Maha Baik. Allah Maha Menjaga dengan sebaik-baiknya Penjagaan. MasyaAllah tabarakallaah.. hatiku meleleh.. huhu tapi tetep aja syukurku banyak kurangnya. astaghfirullaah. astaghfirullaah. astaghfirullaah :”
wkwk jadi ya sampai sekarang aku gatau sih siapa yang akan jadi suamiku, cuma aku pengen bilang aja, nanti mungkin tulisan ini aku tunjukkin ke dia, insyaAllah, pak suami aku udah nunggu bapak dari tahun 2016 tapi bapak gak hadir-hadir yaaa... wkwkwkkw macet dimana sih pak??? wkwkwkkwk canda pak. semoga perjalanan bapak menuju saya dan saya menuju bapak bukan macet di orang lain ya, semoga Allah jaga bapak sbg calonku, ibu/bapaknya bapak sbg calon mertuaku, kakak/adiknya bapak sbg calon kakak/adik iparku dengan sebaik-baik penjagaan-Nya. Aamiin Allahuma Aamiin..
Sekali lagi, pilihan Allah adalah yang terbaik.
Jadi, makna Rodhitubillaahi Robbal seharusnya bukan hanya sekadar kata yang terucap dari lisan, tapi menggetarkan jiwa dan ruh hingga kita terus berjuang untuk menerima apapun ketetapan dan pilihan-Nya. Aamiin. Biidznillah. Laa hawla wa laa quwwata illa billaah..
Alhamdulillaahiladzi bini’matihi tatimusshalihat. Terima kasih juga ya Hasna Hafizhah Salma sudah mau bertumbuh dan berproses dengan segala yang terjadi di 2021 ini :)
Sampai jumpa di 2022, insyaAllah
4 notes
·
View notes
Text
Tumblr (2009-2019)
orang-orang di sini, masih sama seperti sejak pertama kali saya datang sepuluh tahun yang lalu. tidak kenal nama, tak tahu rupa, tapi tahu semua cerita. membiarkan siapapun mengenal kita melalui hidup yang kita lalui, melalui jalan pikiran kita, melalui emosi kita, melalui luapan kebahagiaan dan kesepian. kemarahan yang tak memicu kemarahan. tidak ada yang tahu kamu anak pejabat atau orang biasa. tidak ada yang peduli kamu orang kaya atau bukan. tidak ada yang peduli juga kamu kuliah di kampus terbaik atau pinggiran. di sini, kita tahu kalau manusia, ketika melepaskan semua identitas dirinya itu sama saja. sama-sama bermasalah dengan hidupnya di luar sana.
kurniawangunadi
2K notes
·
View notes
Text
Melepaskan yang Tidak Bisa Lepas
Judulnya dramatis abis. tapi emang semua yang hadir dalam hidup nana berujung drama. si perasa ini gak pernah menganggapnya “angin lalu” pasti selalu diproses dalam pikiran, beberapa malah masuk ke qalbu, dan dibawa ke dalam doa. WKWK
Adakalanya kita harus melepaskan hal yang memang belum ditakdirkan untuk kita dengan perasaan “berat”
Lepas tapi tak bisa lepas, dia bersemayam dalam bayangan, hm...mungkin wujud dari kenangan kali ya? Entahlah.
Tak semua kenangan harus dibangun dalam jangka waktu lama dan pertemuan yang intens, bahkan yang singkat dan tak pernah bertemu tatap muka pun punya ceritanya sendiri.
Sederhana tapi penuh makna.
Banyak pembelajaran yang didapatkan, tentang saling mendukung dan berusaha saling memahami meski terbatas jarak dan waktu.
Bukan kisah pasangan yang LDR, bukan juga hubungan romantis yang ada pengungkapan “mau gak jadi pacar aku?”, bukan.
Ini sesederhana perkenalan yang menceritakan kisahnya masing-masing, saling berbagi dan menguatkan lewat trauma masa lalu. Di sisi lain, sedikit ku menyadari sedari awal, proses ini bisa jadi pada akhirnya saling mengenal hingga saling menyembuhkan atau hanya akan membawa luka baru dan memperbesar lubang trauma.
Pada akhirnya.... tak melulu rencana manusia sejalan dengan rencana Tuhan. Sepertinya Tuhan ingin kita belajar, menerima dan menyembuhkan apa yang ada dalam diri kita dengan proses yang (mungkin lagi-lagi) tak sesuai harapan.
Siapa sangka awal mengenal sudah Tuhan izinkan ku menaruh hati? Hatiku ada dalam genggaman-Nya. Kemandiriannya, kegigihannya, kelembutannya, mengambil pukau dalam sanubariku, meski aku hanya mendengar dari ceritanya sendiri dan teman-temannya, bukan yang kulihat sendiri.
Sosok asing ini terasa begitu dekat, sangat dekat, tapi ternyata tak bisa kugenggam dan kujaga dengan erat. Tuhan ingin aku belajar bagaimana bisa aku membuktikan cintaku pada-Nya. Tuhan ingin aku belajar menunjukan apa yang aku nasihati pada orang lain, aku lakukan juga dengan sepenuh hati.
Dan melepaskan menjadi satu-satunya solusi saat ini, ketika dua insan belum siap untuk menyatu dalam ikatan suci.
Melepaskan tapi masih terbelenggu dalam khayal, salahku mudah kagum dan memupuk rasa yang tak seharusnya hingga ia tumbuh tanpa bisa kukendalikan.
semoga Tuhan mau memaafkanku, hamba yang lemah bahkan dengan hati dan perasaannya sendiri.
Selamat terbang tinggi!
Meskipun aku tidak menyesali keputusanku, tetapi aku masih butuh waktu untuk mencerna semua ini. Tuhan, jaga ia dalam penerbangannya, semoga dimudahkan menuju puncak terbaik baginya.
Doaku selalu menyertai, sejak saat itu hingga nanti~
0 notes
Text
2K notes
·
View notes
Text
“Uninstall rasa Miskin”
Yang perlu kita hilangkan di diri kita itu bukan kemiskinan tapi merasa diri miskin. Ada orang yang hidupnya sangat sederhana, tapi selalu bersyukur dengan keadaannya. Tidak mau meminta-minta, bahkan masih mengulurkan bantuan kepada yang membutuhkan semampunya. Orang seperti ini bukan berada di dunia dongeng, tapi masih banyak yang saya temukan di dunia ini.
Sebaliknya, ada orang yang rumahnya bagaikan istana, memiliki kendaraan, mempunyai pekerjaan yang diimpikan banyak orang, tapi sering mengeluh. Bahkan tidak malu mengatakan dirinya jauh dari rasa cukup. Orang seperti itu pun tidak langka saya temukan.
Para koruptor yang menghabiskan triliunan rupiah uang negara itu bukan orang miskin, bahkan bukan karena gajinya sedikit, melainkan karena jiwa merasa “miskin” dan tamak bercokol pada dirinya. Karenanya, qana'ah-lah (merasa cukup), karena yakin Allah Ta'ala selalu memenuhi kebutuhan hamba-Nya, selama kitapun berikhtiar diiringi tawakal. Maka kita akan menjadi orang terkaya di dunia sekalipun hidup sederhana.
Sedangkan rasa miskin timbul dari tuntutan keinginan diluar kebutuhan kita. Mari mulai “memerdekakan diri” dari kemelekatan kita kepada keinginan-keinginan. Hanya dengan seperti itulah rasa “sakinah” atau titik damai dan qana'ah akan mudah dicapai.
505 notes
·
View notes
Text
(Im)Perfect
"Nana gendut ya!"
"kurusin coba, biar bisa dapet suami"
"emosian, moody, masih bocah, gimana bisa ada yang tertarik sama kamu?"
"tau gak Na? dia kan bilang sayang dan cinta sama kamu cuma karena kasihan..."
"kamu tuh lebay, terlalu perasa, jadi orang mikir-mikir kali kalo mau hidup bareng kamu"
"coba kamu lihat deh si X, kalem banget ya, pantesan banyak yang mau sama dia, karena dapet sakinahnya"
"jadi wanita tuh harus sakinah, tenang, jangan grasak grusuk"
Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Mungkin, bagi kalian yang tak pernah merasakan direndahkan, dibicarakan dengan sangat tidak baik, ditinggalkan untuk orang lain yang mungkin lebih cantik, atau kalian yang selalu bersyukur dengan diri... (hiks ini nampar bgt sih 😭) gak akan pernah tau rasanya menjadi tidak sempurna.
Menjadi tidak nyaman dalam ketidaksempurnaan, dituntut oleh pikiran sendiri untuk memenuhi ekspektasi orang lain A sampai Z, menjaga apa yang ada agar tidak berpaling dan meninggalkan.
Saking seringnya kehilangan, sampai lupa, ternyata saya pun telah kehilangan diri saya sendiri.
Saya mencoba menjadi orang lain, tidak mengakui kekurangan diri saya hanya karena saya sibuk dengan mereka.
Saya selalu ingin memberikan cinta dan peduli kepada orang lain, padahal saya sudah tak punya cinta dan peduli yang tersisa untuk diri saya sendiri.
Ironi ya?
Jadi, sebenarnya, untuk siapa saya hidup?
Hahaha. Ketampar sama pertanyaan renungan sendiri.
Sudah lama saya berjuang untuk terus belajar menerima dan menghargai serta mencintai diri saya sendiri. Sampai akhirnya... Saya menyerah.
Saya menyerah karena ketidaknyamanan saya ini berefek pada hubungan sosial saya (membuat saya lebih mudah marah, cemburu, emosi tidak stabil dan moody), membuat saya menjadi orang yang penuh asumsi, membuat saya tidak bisa menghadapi quarter life crisis dengan lebih kuat dari yang seharusnya.
Saya, yang kata orang, selalu memberikan afirmasi positif kepada orang lain, selalu memberi dukungan pada orang lain, selalu mencintai orang lain dengan penuh. Ternyata adalah saya yang punya banyak utang afirmasi positif kepada diri saya sendiri, yang selalu punya utang untuk mendukung diri saya sendiri, untuk menghargai apa yang ada pada diri saya sendiri, dan parahnya...saya punya utang yang sangaaaaaat banyak untuk mencintai diri saya sendiri.
Huhu kufur ni'mat banget ga sih? :"
Padahal, dibalik kegendutan saya, saya bisa memeluk diri sendiri dengan nyaman, karena saya fluffy! Hahaha.
Padahal, dibalik emosi dan moody yang tidak stabil, saya punya potensi utk meregulasinya melalui tulisan-tulisan saya. Saya bisa mengutarakan rasa melalui diksi. Itu sebuah hal yang bisa diapresiasi, Hasna :")
Padahal, dibalik rasa peduli, grasak-grusuk, dan tingkah konyol saya, saya bisa membuat orang lain tertawa, kelihatannya sih mereka bahagia.
Padahal, dibalik perasaan yang mendalam, Tuhan menganugerahi beribu cinta dan empati, yang mungkin tak bisa dimiliki banyak orang :") jadi saya gak kaya robot, hidupku lebih menarik dengan segala gejolak emosi yang ada, tidak datar, dan tidak monoton. Yaaa... Kaya naik roller coster aja!
Hanya saja, banyak yang harus dipelajari untuk bisa menyamankan diri dalam segala ketidaksempurnaan diri.
Yakni, tentang mengatur skala prioritas dalam menyelami masalah-masalah kehidupan :
Urgent important (genting dan penting)
Urgent not important (genting, tidak penting)
Important not urgent (penting, tidak genting)
Not urgent not important (tidak genting dan tidak penting)
Tentang mana yang bisa saya pedulikan lebih jauh. Mana yang hanya menjadi pelajaran sekilas dan tak perlu dipikirkan mendalam. Mana yang tak perlu diambil pusing sama sekali.
Agar hidup lebih santuy dan bisa menghargai segala proses dalam diri :")
Jadi inget kata temenku :
"ada banyak orang yang gak pantes buat dapet rasa peduli kamu, daripada kamu nyakitin diri sendiri terus"
Hiks. Nyelekit sih. Tapi bener.
Selama ini saya hidup bukan untuk diri saya sendiri, saya sibuk dengan mereka yang mungkin sebenarnya not urgent not important buat hidup saya... :")
Hiks... Proses ini akan berat, tapi harus yakin, semua akan indah pada waktunya.
Bersyukur banget di kasih ketidaknyamanan ini sekarang, di saat saya belum bertemu pangeranku, belum membangun keluarga impianku.
Saya masih bisa bebenah, saya masih bisa belajar, saya masih bisa memupuk cinta dan syukur untuk diri sendiri. Sebelum nantinya saya berbagi dengan ia yang semoga menjadi imam dan pangeran sehidup sesyurgaku.
Kalau kata psikolognya : "menerima ketidaksempurnaan diri, butuh proses yang panjang, untuk bisa menjadikannya sempurna. Saling melengkapi antara lebih dan kurangmu"
Jadi, ketika ditanya, apa "kelebihanmu?" , Bisa menjawab dengan lugas, "kelebihan saya adalah mengerti kekurangan saya, sehingga saya bisa mengatasinya dengan baik" edyannn. MasyaAllah tabarakallah.
Lagi dan lagi, semangat menikmati proses ya, Na :)
Semangat bersyukur dan mencintai diri sendiri!
Semangat mengimani lagi dan lagi, semoga fase-fase yang dilalui semakin membuat diri dekat dengan Allah lagi. Semakin bisa merasa cinta-Nya Allah lagi. Semakin bisa bersyukur lagi dan lagi
I love you myself.
Bcs I love my God, First and always 💙
***tulisan ini dibuat untuk menjadi pengingat bersama bahwa kita ada dengan lebih dan kurangnya kita, dan kita hidup dengan standar kita, jalani apa yang bikin nyaman, bukan untuk memenuhi ekspektasi orang lain karena orang lain akan terus komentar tentang apa pun itu. dan tulisan ini pun adalah jurnal diri yang terbuka agar ketika saya kembali di masa-masa down, bisa membaca ulang, dan menyemangati diri sendiri kalau pernah berada di fase ini.
Terima kasih Allah, terima kasih mama papa yang selalu support, terima kasih sahabat terbaik yg selalu berusaha ada, terima kasih mbak Retno (psikolog yg menangani saya, sebagai ikhtiar dalam mendewasakan diri), dan juga... Hey... Terima kasih Hasna Hafizhah Salma, diriku sendiri, yang sudah mau berjuang melalui ini semua atas izin-Nya.
Tunggu kejutan Allah berikutnya ya Na!
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, lagi Maha Romantis 🌻💕
5 notes
·
View notes
Text
Nuntut, Tuntun, Ekspektasi, dan Asumsi
Bukan sebuah kesalahan, dipertemukannya antar masing-masing individu di dalam sebuah perkumpulan.
Meski ia mungkin tak sesuai ekspektasi diri, dan diri berasumsi A sampai Z tentang dia, bukan kesalahan yang perlu disesali.
Tapi pembelajaran.
Kita bertemu untuk saling belajar, memahami satu dengan yang lainnya, bahkan memahami diri, meningkatkan kualitas diri, dan juga belajar menerima kondisi.
Setiap dari kita pasti dituntut dan menuntut. Tapi, hanya sedikit yang bisa menuntun dalam menuntut. Memahami dari sudut pandangnya, mencoba memberikan sesuai porsinya, hanya sedikit orang yang mampu.
Begitu pun dengan mengelola ekspektasi, hanya sedikit orang yang bisa mengatur ekspektasinya kemudian tidak kecewa.
Hanya sedikit orang yang mungkin jarang menggunakan asumsinya. Dan juga, hanya sedikit orang yang mampu melepaskan segala asumsi hingga tak jadi prasangka.
Sedikit. Tapi, apakah kita menjadi yang sedikit itu?
0 notes
Text
T A K D I R
Tak sengaja, uangnya jatuh berhamburan. Dua ribuan. Dipungutnya perlahan-lahan dengan tangan gemetarnya. Matanya sipit tertutup keriput. Aduhai... Bikin yang melihat teriris pilu.
Wanita tua itu, berusaha sendiri, bangkit dari kursi prioritas, berjalan menunggu pintu kereta yang hendak terbuka sempurna. Jalannya bungkuk, sambil membawa barang rongsok dipunggungnya. Sudah lah terlihat tak kuat menahan beban tubuh, ia pun harus dipaksa kuat menahan beban hidup.
Untung, masih banyak orang baik, yang mau membantu meringankan punggungnya, menahan rongsokannya agar tak begitu berat ketika dibopong oleh punggungnya.
Dan juga... ada yang sudi mengajaknya berbicara, meski hanya basa-basi belaka.
"ibu darimana?" Ucap wanita muda dengan senyum teduhnya.
Ibu itu menjawab terbata, bukan karena gugup, tapi karena usiaya sudah tak bisa di manipulasi lagi. "Abis kerja, neng"
"ini barang apa bu?"
"rongsokan"
"ibu tiap hari kaya gini?"
"iya neng, da suami udah meninggal, anak saya butuh makan, butuh buat bayar kontrakan, butuh buat sekolah" ucap wanita tua itu dengan nada sok tegarnya, menunjukan dia harus kuat, apa pun kondisinya. Hidupnya bukan hanya untuknya, tapi untuk anak-anaknya juga.
Wanita muda itu tersenyum lagi, seolah tak bisa berkata apa pun lagi untuk menjawab pernyataan wanita tua, wajah wanita muda itu lebih teduh dari yang sebelumnya, menunjukan empati terhadap wanita tua. Dan wanita muda memberikan selembar uang sepuluhribuan kepada wanita tua.
MasyaAllah. Baik sekali dia.
Melihat sosok wanita tua yang kuat, dan wanita muda yang dermawan, membuatku menerawang, betapa hebatnya skenario Tuhan menciptakan dunia ini penuh warna.
Tak semuanya serasi, beberapa ada yang bertugas saling melengkapi.
Ada si kuat, menyemangati si lemah.
Ada si kaya dan dermawan, membantu si miskin.
Ada yang datang, untuk mengganti yang pergi.
Ada yang tertawa, untuk menghibur yang sedanh sedih.
Dan kasus-kasus lainnya.
Tuhan mengingatkanku tentang makna rezeki, yang sudah dijamin, dan takkan tertukar. Yang akan datang dari arah yang tak diduga-duga. Yang bisa berubah karena doa.
Dan itu semua tentang takdir.
Skenario-Nya, rasa yang dititipkan-Nya, segala hal pemberian-Nya yang mungkin bukan "kita banget" bahkan bikin kita sampai tak menyukainya.
Itu semua tentang takdir.
Apakah kita bisa menerimanya?
Bisa mengimaninya?
Dan istiqomah dalam koridor-Nya?
Saling mendoakan, kita.
Dan tetap berperan untuk saling melengkapi.
0 notes
Text
“Doamu yang mana, kerja keras dan usahamu yang mana, kita tidak pernah tahu mana yang membuahkan hasil dan mana yang yang diijabah olehNya. Sebab itulah tugas kita hanya 2: Perbanyaklah dan Istiqomahlah :’)”
— Mushonnifun Faiz Sugihartanto
295 notes
·
View notes
Text
Wanita dalam frasa
ia jarang hanya menggunakan kata,
ia tak singkat, dan selalu memadu padankan kata.
ia bukan sosok anggun, yang bisa membuat lelakinya penasaran.
ia jujur dalam setiap kata, maka tak cukup jika hanya kata. akhirnya, ia tampil dalam frasa, tak jarang juga menjadi paragraf.
ia jelas, tak bisa menyembunyikan dengan diksi sinonim, apalagi antonim.
ia bermain dengan kata,
ia selalu menjadi frasa
wanita dalam frasa,
ia punya banyak rasa,
menjulang tinggi dari dalam jiwa
ia juga pencemburu ulung,
paling ulung dalam prasangka,
ia anomali dari kebanyakan wanita.
Siapakah yang sudi sedia menyelami frasa-nya?
0 notes
Text
Proses.
Proses.
Berat rasanya ketika sedang dijalani. Banyak tangis, marah, kesal, dan emosi-emosi negatif lainnya yang.... ngghhh menyesakan.
Terus bertanya, kapan selesainya ujian kehidupan ini???
Karena, takkan pernah usai, setelah usai satu, akan ada lagi yang lebih tinggi tingkatannya, lebih sulit, lebih mencekam. Hanya saja, kita telah lebih kuat, lebih lihai, lebih tenang atas izin-Nya, yaa...karena banyak latihan.
Proses tak pernah mudah.
Gejolak datang bak ombak yang mengusir ketenangan sisi pantai. Tiba-tiba dan tidak terencana. Segala keindahan yang telah diukir di pasir, hilang begitu saja termakan deburan ombak yang datang.
Lagi, kita mengukir keindahan. Lagi, kita didatangi ombak, yang tak jarang lebih besar dan lebih kuat dari ombak-ombak sebelumnya.
Seni hidup dan mencintai kehidupan harus terus dipelajari. Benar-benar rasanya....begitu berat. begitu melelahkan. bahkan kalau boleh, ingin selesai aja. ingin tidur yang lamaaa, hingga nanti tiba-tiba sudah di syurga. tapi, ya mana bisa?
Proses.
Bisa jadi bagian dari menggugurkan dosa. Menyicil hukuman di akhirat. Bisa jadi juga ladang pahala, menambah-nambah ridha Allah terhadap hidup kita.
Tak pernah tau sampai kapan kita bisa bertahan. Hanya bisa berharap, Tuhan selalu menunjukan jalan terbaik-Nya.
Proses.
Selalu menemukan persimpangan. Kiri? Kanan? Lurus? Serong kanan? Serong kiri? Mundur? Entahlah, kita bagai wayang yang digerakan Illahi Rabbi. Tapi, kenapa harus sotau tanpa mau memohon petunjuk-Nya? Merasa kekeuh bahwa itu adalah pilihan terbaik, padahal belum tentu benar-benar yang baik buat kita kan?
Proses.
Tenang, tangisan, permohonan ampunan, permohonan-permohonan yang lainnya tak pernah luput dari penglihatan-Nya.
Tuhan tak pernah tertidur.
Tuhan Maha Mendengar.
Tuhan Maha Romantis.
Tuhan Maha Kaya.
Tuhan Maha Segalanya.
Lalu, apa lagi yang kita ragukan?
Masihkah kita ada iman, meski hanya sekecil biji jeruk? Atau...lebih kecil lagi?
Semangat menikmati setiap prosesnya, Na!
0 notes
Text
(belajar) menerima dan mencintai 'ke-sakit-an' diri sendiri
"kamu tau apa yang harus kamu lakukan : kamu tau harus menuju cahaya putih di sana. tapi sekelilingmu gelap, kamu harus meraba untuk mencapai cahaya putih itu" - ucapnya pelan namun cukup tegas, dan aku mengiyakan dengan mengangguk.
Beberapa minggu terakhir, mungkin adalah kondisi terberatku selama aku hidup 23 tahun. Ya, setiap orang punya regulasi yang berbeda terhadap dirinya. Bisa jadi ini tidak berat buatmu, karena itu kamu tidak dikasih ujian ini. Atau... Bisa jadi, akan menjadi lebih lebih lebih berat buatmu, karena itu juga kamu tidak diberi ujian ini.
Tuhan Maha Adil. Dia pasti memberi sesuai porsinya. Dia memberi sesuai kapasitas hamba-Nya, tak kurang, tak lebih. Hanya saja, kadang, di-awal-nya kita tidak bisa menerima dengan baik apa yang sudah menjadi jalan takdir kita.
Lagi, tulisan ini hanya bentuk healing-ku. Setelah tidak merasa nyaman dengan diriku sendiri, dengan tubuhku, dengan segala apa yang sudah aku upayakan, akhirnya... aku memutuskan untuk pergi mencari pertolongan. Aku ke psikolog!
Seorang sarjana psikologi, yang juga calon psikolog, ke psikolog! Why not? untuk keselamatan jiwa dan ragaku! Haha.
aku punya kecemasan sangat tinggi, dan ini ngaruh ke mood dan emosiku. aku mencoba menerima apa yang sedang terjadi denganku saat ini. aku coba merasakan gejolak-gejolak tubuhku. aku...ya masih mencoba sih, belum sepenuhnya bisa menerima proses ini semua.
katanya sih, ini butuh waktu yang cukup lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. saking lamanya cuma bisa dibilang, jalanin aja. Tuhan takkan sejahat itu membiarkan hamba-Nya berlarut dalam ketidaksanggupan.
satu yang coba kupertahankan dikondisi terberatku ini, aku mencoba tetap berpegang teguh dengan keyakinanku pada Tuhan. Tuhan Maha Baik, Tuhan Maha Romantis! Tuhan pasti nolong aku! Pasti! :")
hari pertama ketemu psikolog ini, aku diajarkan proses relaksasi nafas agar diri bisa tenang. setiap kerasa berat bebannya, aku disuruh tarik nafas perut yang dalam dengan ketukan 4x4 detik. Gimana sih maksudnya? Jadi, 4 detik tarik nafas perut dari hidung, ditahan 4 detik (biarkan perutnya menggembung untuk menyimpan udara sementara, dan keluarkan dari mulut dengan waktu 4 detik juga.
It works! Bekerja dan bikin lebih tenang. aku jadi merasakan diriku sendiri, setiap beban yg kurasakan seperti keluar bersamaan dengan karbon dioksida yang kukeluarkan dari mulut hahaha!
Psikolognya juga cerita, kalau punya masalah dengan kesehatan mental, bukan berarti jadi penghalang kesuksesan kita. Justru hal itu jadi "previllage" buat kita, karena pas kita menjadi konsultan, kita bisa merasakan apa yang pasien rasakan, kita bisa berempati dengan lebih tepat!
Contohnya, ada namanya Regis, beliau divonis double depression! Dan punya anxiety juga! Wowww, kebayang ga sih masa-masa sulitnya kaya apa? kebayang dong pasti berapa kali dia terpikirkan ingin bunuh diri setiap lagi di fase depresinya? Huhuhu. Sulit banget pasti hidupnya... Tapi ternyata dia bisa bangkit! Bisa S2 di luar negeri, bisa buka biro psikologi (Pijar Psikologi), dan bisa jadi dosen juga!! Yaaa, dengan vonis yang mencekam saja dia bisa bangkit! Bangkit dan sukses!
bang Regis ini juga menulis buku loh! Lupa aku judulnya apa...tapi intinya tentang "mencintai dan menerima bagian menyakitkan dari dirimu"
MasyaAllah.. bukti Allah benar-benar Maha Rahmah kan... :")
Jadi, simpulannya, aku harus bangga dengan masalah mental health ini! Hahaha. Awalnya terdengar lucu. Yaaa.. bisa lah dicoba untuk terus ditanamkan sugesti ini agar aku bisa beneran bangga dan bangkit dari segala keterpurukan ini! Wkwk.
aku pasti bisa! Bisa melawan segala keterbatasan, bisa melawan segala sedih dan ketidaknyamanan berkepanjangan, bisa melawan segala kompleksitas diri!
aku bisa berdaya, suatu saat nanti, pasti, insyaAllah.. biidznillah!
Laa haula wa laa quwwata illa billah~
Mencoba mencari tenang dalam gelap, mencoba meraba sekitar meski harus perlahan, mencoba terus berjalan untuk menuju cahaya. Semangat Hasna!
*****teruntuk siapa pun yang sedang merasa tidak baik-baik saja, semangat! Bisa dicoba teknik relaksasi nafasnya ya.. yo bisa yo!
Jika sudah tidak bisa diatasi sendiri, silakan cari pertolongan ke professional ya! Btw aku ke Psikolog di Klinik Afiat RS PMI Bogor, bagus masyaAllah fasilitas Afiat PMI Bogor nih. Kece banget banyak kemajuan dari pertama aku dilahirkan di PMI Bogor tahun 1997.
Intinya, siapa pun yang baca tulisan ini :
Mari kita peduli dengan kesehatan mental kita sendiri, karena kata kunto aji : "yang harus kau jaga adalah dirimu sendiri" 💙
0 notes
Text
Beda Jalan
Ada yang menikah di usia 20an, alhamdulillah. Energi masih banyak. Idealisme masih membara. Perjuangan membangun keluarga insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang menikah di usia 30an, 40an, atau lebih, alhamdulillah. Secara finansial sudah lebih mapan. Lebih matang juga dari berbagai segi. Kesabaran menjaga dan menyiapkan diri insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang bekerja sesuai impian dan passion, alhamdulillah. Kerja jadi ngga kerasa kerja. Dedikasi insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang bekerja di luar passion, alhamdulillah. Ada manfaat untuk sesama yang kadang lebih utama daripada impian pribadi. Kelapangan hati insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang memulai bisnis dan berhasil di usia 25, alhamdulillah. Masa mudanya produktif dan bermanfaat. Kerja keras insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang mencoba berbisnis berkali-kali dan baru berhasil di usia 40, alhamdulillah. Pengalaman gagal bisa jadi jalan buat rezeki tak ternilai bernama kebijaksanaan. Ketekunan insyaallah menjadi amal salehnya.
Hidup tidak selalu berjalan sama untuk semua orang. Ada banyak hal yang terjadi di luar kendali kita. Tetapi, itu ngga perlu jadi masalah. Kita hanya berbeda dalam memilih jalan amal saleh. Tujuan kita tetap sama, kan?
Kita mungkin bertolak dari titik yang berbeda. Rute perjalanan kita barangkali ngga sama. Waktu keberangkatan dan kedatangan kita pun mungkin beda. Tetapi, jika kita mengarah ke tujuan yang sama, perbedaan itu tidak menjadi masalah.
Rute mana pun yang tengah kita jalani, duluankah atau belakangan kita memulai, cepat maupun lambat kita berjalan, selalu ada kesempatan untuk menghimpun amal saleh.
Toh, yang ‘menang’ bukan yang paling duluan sampai. Tapi yang paling banyak bawa muatan amal saleh selama perjalanannya. Biasanya kalau pengen dapet muatan banyak, perjalanannya pun bakal lebih berat. Semoga kita kuat.
2K notes
·
View notes
Photo
:")
“I think there are two kinds of forgiveness, the kind that when you forgive you’re also giving them another chance, or the kind where you forgive, but move on without them. use them both wisely.“ ― s.b | Quotes ‘nd Notes
Memaafkan, tidak selalu berarti kesediaan untuk menerima kembali dan memberi kesempatan kedua. Ada orang-orang yang cukup mengisi masa lalu kita, tanpa perlu hadir kembali di masa yang akan datang. Just let them be a part of the past.
Terlebih bila sudah menyangkut soal kepercayaan yang disalahgunakan. Trust is like a mirror. Once it broken it can be fixed, but you can still see the cracks. Forgiving is not forgetting. It’s letting go of the hurt.
“The truth is, unless you let go, unless you forgive yourself, unless you forgive the situation, unless you realize that the situation is over, you cannot move forward.”
We meet people for a reason, either they’re a blessing or a lesson. Heal the bitter wound, move forward and forgive yourself, forgive others. Somesay, it takes a strong person to say sorry, and an ever stronger person to forgive.
“Forgive those who have hurt you in the past. But more than this, forgive yourself for allowing them to hurt you. Forgiving someone isn’t about excusing their actions, it’s about freeing yourself from the negativity that surrounds the situation. You’re not letting someone control how you feel anymore and allowing yourself to move on with… life.”
― From my old blog post, July 2014
© aisyafra.wordpress.com 📸 Pinterest
35 notes
·
View notes
Text
Its 'not' OK to be not OK
"aku ingin sendiri" batinku.
aku berteriak tanpa suara, di tengah keramaian.
aku menangis tanpa isak, di tengah gelak tawa.
aku sedang tidak baik-baik saja, tapi selalu dipaksa dengan kata 'sabar...' agar semua terlihat baik-baik saja.
Oh Tuhan, aku muak!
Sampai akhirnya, aku sadar, aku butuh pertolongan : aku yang tak pernah berhasil bangun malam untuk sujud yang dalam, akhirnya kucoba ganti di waktu dhuha yang lebih lama. aku mencari ketenangan. tapi...tak kudapati secara utuh.
batinku kembali menjerit, "Tuhan, aku kenapa?!"
aku mengamuk, aku kacau, "Tuhan.. aku yakin, Engkau Maha Mendengar lagi Maha Melihat lagi Maha Menolong, tolong aku Tuhan.. tolong aku!" doa dan tangisku sedikit memaksa.
aku terhimpit oleh dunia, aku ingin mencari ketenangan, tapi kemana lagi?
akhirnya, setelah berlarut, aku kembali sadar, ini tidak biasa. aku coba mencari pertolongan lainnya berupa ikhtiar : karena doa saja tak akan cukup.
aku mencoba konsultasi ke psikiater di platform online yang cukup bisa dipercaya, dan Tuhan...jawabannya cukup mencengangkan! aku terkejut! dalam perjalanan pulangku dari kantor, aku menangis, tangisan yang tak bisa kutahan.. "Tuhan...kenapa aku???" Sambil terus berusaha istighfar, sambil terus berusaha berpikir positif.
'Tuhan...sebegitu banyak kah dosaku di masa lalu hingga saat ini, sampai aku harus dikasih ujian rasa segininya?' batinku memekik. aku berteriak lagi, benar-benar tanpa suara. aku menangis menahan isak. Kuabaikan mata-mata yang melihatku menelisik, kepo.
dokter menduga aku kena Bipolar atau Depresi atau gangguan mood lainnya... gangguan yang tak pernah kuharapkan hadir dalam hidupku.
'bagaimana aku berkontribusi nanti jika aku sendiri adalah penyandang gangguan kesehatan mental?'
'bagaimana aku bisa punya suami, jika aku adalah penyandang gangguan kesehatan mental?'
'bagaimana pandangan mereka tentangku yang seorang sarjana psikologi dan juga berusaha menjaga keyakinan terhadap agama dan Tuhan tapi bisa terkena dugaan gangguan kesehatan mental? bagaimana aku.....' dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Pikiran-pikiran itu sungguh menyiksaku.
aku menyerah Tuhan.
Badai di hidupku kali ini belum kunjung usai, aku menyerahkannya kepada-Mu.
aku yakin, cerah sudah menanti di sana. aku yakin, Tuhan
***tulisan ini hanya bentuk healing. Doakan aku ya teman, beberapa pekan ke depan ku mau konsultasi langsung ke psikolog & psikater di RS sekitar Bogor, semoga selalu kuat dengan apa-pun yang sedang terjadi. karena kondisi saya saat ini belum ditahap 'accept' dengan dugaan tsb.
Jaga kesehatan mentalnya ya teman-teman! Rehat ya, jika memang dirasa butuh rehat. Apalagi buat orang-orang yang overthinking kaya saya gini..
2 notes
·
View notes
Text
Motivasi!
-Part 2-
motivasi adalah salah satu hal yang banyak di bahas selama saya menjadi mahasiswi psikologi.
ada banyak teori motivasi yang dijelaskan dalam buku-buku tebal psikologi (yang kadang bikin ngeri kalo mau uas hehehe). salah satunya, teori favorit saya, Abraham Maslow, Hirearchy of Need. Kebutuhan manusia itu didasarkan pada tingkatan; dimulai dari fisiologis, rasa aman, love and belonging, self-esteem, dan paling tertinggi itu self-actualization (menurut Maslow ini jarang ditemukan).
intinya... kita melakukan suatu hal, pasti karena adanya dorongan.
ya. dorongan. entah dari dalam diri atau dorongan itu datangnya dari lingkungan kita.
dorongan itu yang memunculkan rasa ‘butuh’ sehingga menggerakan kita melakukan sesuatu tersebut.
tapi, hikmah yang bener-bener saya pelajari adalah...dorongan dari dalam diri lebih kuat untuk mempertahankan semangat dalam melakukan suatu kegiatan.
contohnya... ketika kita lapar (dorongan alami diri), artinya tubuh kita butuh makanan, kita akan lebih bersemangat untuk mencari makanan. untuk memenuhi kebutuhan kita.
tapi...sulit banget memunculkan motivasi belajar dari dalam diri. rasa malas kadang lebih menguasai daripada rasa butuh untuk mengemban ilmu pengetahuan... astagfirullah. rasanya sombong ya, seperti merasa sudah pintar saja, ckck na na.
selama saya menjadi mahasiswi psikologi... motivasi ini bekal penting --setidaknya untuk menulis skripsi, lulus, dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. hahaha. kebayang ngga sih kalo ga punya motivasi? nggg... rasanya gak punya kebutuhan buat lulus dan ya...jadi yaudah-wayahna-gimana-nanti-aja. sedih yak! jangan sampe yaAllah amit-amit... hahaha.
nanti lanjut lagi yak, di part 3! see you.
salam bahagia,
Anan (dibalik)
5 notes
·
View notes
Quote
Sesederhana kicauan burung di pagi hari. Sesederhana itu pula aku mendoakanmu. Supaya kamu sehat dan bahagia selalu, dengan atau pun tanpa aku. Juga doa lainnya, yang biarkan saja hanya rahasia antara hatiku, Allah, dan malaikat-Nya.
Dari aku, yang berusaha tulus untukmu. (Masih di penghujung 2016 di Bogor)
2 notes
·
View notes