Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
[D1 Diklat SPSS - Prosa] Air Mata Tertuang untuk Kue Keranjang
A Ma bilang jikalau kesedihan Lilian belum juga berakhir ketika Tahun Baru tiba, maka kesedihan itu akan awet sepanjang tahun. Bagaimana cara menghilangkan kesedihan?, kalau setiap kali A Ma menjawab acuh pertanyaanya tentang Mama seperti memupuk kesedihan Lilian. Sosok Mama yang tidak begitu ia kenal sekaligus ia rindukan membuat Lilian kembali bersedih. Sudah berapa lama ia tidak bertemu dengan Mama?. Saat itu juga menjelang Hari Raya Imlek seperti ini. Saat itu Mama menangis dan A Ma terlihat sangat marah. Ketika punggung Mama menghilang di balik pintu dengan tas jinjing berisi baju-bajunya tersampir di pundak, saat itulah Lilian kehilangan Mama. Mama tidak pernah kembali. Dan A Ma selalu bilang kalau Mama sudah mati. Dan kini Lilian nyaris mati karena merindukan Mama. “Mama kau telah menjadi hantu. Dan orang yang telah jadi hantu tak perlu disebut-sebut namanya apalagi disembahyangkan! Mengerti tidak?” A Ma bilang cara mutakhir untuk menghabiskan kesediha adalah dengan menuangkannya pada adonan Kue Keranjang. “Kau tahu, tidak selamanya Kue Keranjang rasanya manis.” Kata A Ma. Lilian kebingungan. Bagai mana rasa Kue Keranjang kalau tidak manis?. “Tuangkanlah kesedihanmu sedikit demi sedikit dalam adonan Kue Keranjang. Biar semua kesedihanmu habis. Kue Keranjang buatanmu akan berasa seperti air mata.” Lanjut A Ma. Buru-buru Lilian mengumpulkan bahan Kue Keranjang lalu mulai membuat adonan. Dalam setiap gerakan tangannya, ia mengingat semua kesedihan yang bersemayam di hatinya. Mencoba menuangkan sedikit demi sedikit ke adonan Kue Keranjang yang dibuatnya. Air mata itu menetes-netes bersatu kedalam adonan. Memerangkap kesedihan Lilian diantara tepung ketan, Santan, dan gula merah. Ketika seluruh kesedihanya telah habis tertuang ke adonan Kue Keranjang, jiwanya melayang-layang. Lilian merasa ringan karena kesedihannya telah tertuang habis. Dari pintu A Ma berjalan bersama seorang perempuan berwajah nyaris sama dengan Lilian hanya saja keriputnya membuat mereka berbeda. Mamanya cantik, Lilian terperangah menatapnya. Ternyata benar kata orang-orang kalau Mama itu cantik. Bermata sipit, rambut lurus, dankulit seputih pualam. Samar-samar Lilian mendengar ucapan A Ma kepada Mama yang menangis. “...Lilian membawa kerinduanya padamu sampai mati.” Ooh... rupanya Mama bukanlah hantu. Dirinyalah yang hantu. Cerita Asli oleh Utami Panca Dewi dengan judul Air Mata yang Terperangkap dalam Sepotong Kue (Suara Merdeka 22 Januari 2017)
4 notes
·
View notes
Text
[D1 Diklat SPSS - Berita] Pahit Menuju Jakarta Baru
Penggusuran lagi-lagi menjadi kontroversi. Meskipun Wali Kota Jakarta Jokowidodo pada kunjunganya tahun 2012 di Bukit Duri Jakarta Selatan telah berjanji tidak akan melakukan penggusuran. Nyatanya masyarakat Bukit Duri mau tidak mau harus menerima nasib rumahnya diratakan dengan tanah. Target penggusuran di Jakarta meningkat dari 100 lebih titik pada 2015 menjadi 200 lebih titik pada 2016. Pembangunan Jakarta Baru yang lebih baik dijadikan penghalal tindakan ini. Entah keoentingan siapa yang sesungguhnya hendak diperjuangkan, lagi-lagi masyarakatlah yang harus menelan pahit.
0 notes
Text
[D2 Diklat SPSS - Analisis Sosial di Pasar Splendid Malang] Cerpen: Runa dan Aku
Aku belum pernah menginjakkan kaki di surga Tuhan di akhirat. Seperti apa rupanya?, seperti apa bau udaranya ketika ku hirup?, apakah di surga ada udara?, bagaimanakah rupa penghuninya yang bakal jadi tetanggaku nanti? – itu kalau aku masuk surga sih.
Runa jelas belum pernah masuk surga. Aku senang sekali menghabiskan waktu disini. Pasar bunga yang tidak sebarapa luas yang membuat pipiku linu karena bibirku kelamaan tersenyum. Mungkin surga seindah ini. Bunga Krissan warna-warni di tata di teras paling depan, di pinggir jalan. Di dekatnya pot-pot bunga mawar, lalu hydragea, dahlia, kaktus, lambs ear, dan bunga tujuh rupa. Semakin kedalam, keluarga Sri Rejeki berjejer-jejer di meja. Bunga-bunga berharha mahal di taruh di dalam. Morning Glory merambat di pagar kawat. Mekar anggun berwarna nila cemerlang. Pot-pot lain berisi Petunia digantung di tepi genteng. Rasanya aku ingin melompat-lompat saking senangnya.
Tapi tunggu, dimanakah Runa?
Aku barbalik dan mengedarkan pandangan mencari sosok manusia kira-kira setinggi seratus lima puluh lima senti berbaju jingga. Kemana lagi bocah itu?, ku tinggal mengamati sebantar saja sudah menghilang.
“Runa!” panggilku jengkel.
Runa yang sedang berjongkok di depan segerombolan Dahlia menoleh padaku lalu nyengir lebar ketika mendapati wajah sebalku.
“Kamu jangan jauh-jauh! Nanti nyasar!” omelku. Lagi-lagi Runa hanya nyengir lebar. “Jangan Cuma nyengir! Jawab dong!” omelku lagi. Sekilas ia terperangah, sedetik menghilang kemudian senyum terbit dari bibirnya. Runa bangkit dan menghampiri ku, meraih tangan ku dalam genggaman. Lalu Runa meremasnya. Ia mengangguk-angguk sambil tertawa kecil. Suara tawanya yang merdu menakhlukan kejengkelanku. Aku menghela napas panjang, balas menggenggam tangannya. “Sorry.” Kataku. Meminta maaf karena membuatnya terperangah meski hanya sedetik. Lagi, Runa mengangguk dengan senyum teduh.
Selanjutnya aku sudah ditarik kesana-kemari oleh Runa. Perasaan bersalah yang mulai menggerogoti hatiku tidak pas dengan tawa Runa. Tawa cekikikanya yang ceria membuatku tambah merasa bersalah, berkali-kali lipat. Aku tidak lagi mengomel dan membiarkanya menarikku kemanapun ia ingin pergi melihat bunga.
Ini bukan pertama kalinya ku lakukan. Menyinggung hati Runa. Membuatnya terperangah sedetik lalu buru-buru tersenyum. Bodoh! Rutukku dalam hati. Hanya manusia idiot yang mengulang kesalahan yang sama, berkali-kali.
Runa.
Kami sudah berbagi hidup sejak pertama kali kami ada. Kami hidup berdua di rahim yang sama. Lahir di hari yang sama, hari yang sama, di rumah sakit yang sama. Waktu itu kami hanyalah dua bayi kembar identik yang lucu. Berlomba menangis karena kehilangan kenyamanan rahim ibu.
Runa dan aku punya selemari baju couple. Sejak bayi hingga saat ini kami sering memakai baju kembar. Tapi meskipun kami kembar identik, aku dan Runa begitu berbeda. Badanku melar kemana-mana, melembung seperti balon dipompa. Dan Runa langsing bak seorang puteri. Wajahku buruk rupa karena lemak dan minyak di kulit, sedangkan Runa berkulit bersih. Ia punya pipi gembil bulat kemerahan di wajah tirusnya. Good! Dia tirus dan berpipi gembil. Cantik dan imut, semuanya ia dapatkan.
Di tengah pasar bunga, Runa dan baju jingganya tidak kalah cantik dari mawar-mawar atau para Krissan. Dan Dahlia bukanlah tandingan Runa, apalagi Hydragea. Aku gampang marah, dan Runa super sabar. Aku cerewet bak kenari, dan Runa pendiam. Suaraku cempreng menggelegar, dan Runa... bisu. Pita suaranya rusak sejak bayi karena panas sewaktu ia sakit. Aku hanya mendengar suara merdunya ketika ia tertawa. Setelahnya, Runa tidak akan bersuara.
Dan aku, banar-benar idiot sejati karena membentak orang bisu dan menyuruhnya menjawab pertanyaanku.
0 notes
Text
[D1 Diklat SPSS - Puisi dari Lagu] Tigapagi Pasir
Sunyi
Sudah setengah tiga pagi
Meskipun digigit oleh dingin aku bertahan
BersimpuhBertanya-tanya
Menerka-nerka
Apa yang sebenarnya terjadi?
Tanahku tergunjang
Gonjang ganjing
Aku tidak mengenali musuh
Tapi liar menggigit apapun
Entah kawan atau lawan
Ada apa?
Ada apa?
0 notes
Text
[D1 Diklat SPSS - Puisi dari Lagu] Letto Permintaan Hati
Kita berdua setuju
Atas nama sesuatu
Kini satu hal itu membawa berjuta yang lain
Aku menelan pahitnya sepi
Getirnya sendiri
Dan sekarat karena merindu
Memanggil namamu tidaklah cukup
Tapi menjeritpun kulakukan dalam hati
Karena aku telah setuju
Atas nama seuatu
0 notes
Text
[D1 Diklat SPSS - Puisi dari Mata Puitika] Ibarat Aku
Kelabu merajai langit
Apakah hujan akan turun?
Apakah sang Goblin sedang bersedih?
Atau
Apakah kelabu akan menghilang berganti terang?
Kelabu itu ibarat akuApakah aku akan jadi hujan yang menyejukkanmu?
Atau
Apakah aku hanya hadir sesaat untuk kemudian menghilang
0 notes
Text
[D1 Diklat SPSS - Puisi dari nama] ARUM
Akulah mimpi
Risau karna esok akan kau lupakan
Untuk apa aku ada? Tapi
Masih bolehkah aku datang lagi?
0 notes
Quote
When you can tell your story and it doesn’t make you cry, that’s when you know you’ve healed.
Unknown (via wordsnquotes)
128K notes
·
View notes
Photo
6K notes
·
View notes
Photo
189 notes
·
View notes
Photo
D.O - 150817 Exoplanet #2 - The EXO’luXion in Hong Kong
Credit: SmoothieSs.
24 notes
·
View notes
Photo
D.O - 150817 Exoplanet #2 - The EXO’luXion in Hong Kong
Credit: SmoothieSs.
37 notes
·
View notes
Photo
D.O - 150817 Exoplanet #2 - The EXO’luXion in Hong Kong
Credit: SmoothieSs.
28 notes
·
View notes