Mawar a.k.a Hinda, manusia yang tak bisa hidup tanpa nasi. Senang menghirup oksigen.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Akhirnya kita tahu, bahwa ujian yang kita lewati itu ternyata mendewasakan kita, entah kita berhasil atau gagal melewatinya. Rumit dan unik ya, dipaksa dewasa oleh ujian.
Karena Tuhan yang Maha Baik hanya mendatangkan kebaikan. Unik ya ujian itu, tiap kita berbeda-beda jenis dan takarannya, ada yang diuji keuangan, keluarga, jodoh, teman atau yang lainnya.
— jndmmsyhd
342 notes
·
View notes
Text
Tentang Bapak
Hubungan kami tidak terlalu dekat. Jelas, oleh sebab Bapak pergi meninggalkan kami demi pilihan hidupnya yang lain. Tidak banyak memoriku yang tersimpan tentang Bapak. Hanya sebatas dibelikan sate saat Bapak pulang malam, membelikan martabak pisang keju favoritku, dites ibukota provinsi seluruh Indonesia, belajar membaca peta, RPUL, perkalian dan menghitung cepat. Entah memori ini pun diingat Bapak atau tidak. Satu yang pasti, ada luka yang menjadi dampak perginya Bapak. Luka masa kecil yang masih terbawa. Hingga saat ini.
Menjelang dewasa, aku sadar membenci Bapak hanya menambah kesengsaraan hidup. Aku harus menguras energi karena menghindarinya. Hingga akhirnya hatiku dilembutkan. Sebatas mengenal kembali Bapak, seperlunya.
Bapak sering mengajak bertukar kabar, mampir ke tempat kerja lalu pergi lagi, memberi uang, dan… mengucapkan “selamat ulang tahun”.
Sore ini, dalam rinai hujan Bandung di bulan Oktober, Bapak memberi kabar bahwa kesehatannya memburuk. Gagal ginjal, katanya. Apakah itu sakit? Fatal? Berat?
Perasaanku, antara sakit sesak, atau kubiarkan untuk merasa biasa saja?
Aku takut, bapak tiba-tiba berpulang. Memori kami terlalu sedikit.
1 note
·
View note
Text
Ada satu waktu di mana, aku hanya ingin online saja. Tanpa perlu membalas pesan-pesan yang masuk. Membiarkan pesan-pesan itu bertumpuk dan tersimpan dalam fitur arsip.
Ada satu waktu di mana, aku hanya ingin mengunggah story, tanpa perlu mendapat balasan atau komenan apa-apa. Mengunggah quotes sedih, tanpa harus di tanya ada apa. Pokoknya tidak perlu ada alasan apa-apa di balik apa yang seseorang lihat dalam media sosialku.
Mungkin akan ada satu waktu di mana aku akhirnya memilih untuk berlepas diri dari media sosial dan segala orang yang tidak pernah benar-benar aku kenal di dalamnya. Memilih untuk benar-benar menenggelamkan diri dalam kehidupan nyata yang benar adanya, alih-alih sibuk berselancar di dunia maya yang penuh dengan kefanaannya.
Kelak, kamu mungkin tak akan lagi menemukan diriku di dunia maya, pesan yang kamu kirimkan tak lagi kubaca, dan unggahan terbaru dariku tak pernah lagi muncul.
Karena pada saat itu, yang kuinginkan hanyalah menghilang dan dilupakan saja.
250 notes
·
View notes
Text
Ada satu waktu di mana, aku hanya ingin online saja. Tanpa perlu membalas pesan-pesan yang masuk. Membiarkan pesan-pesan itu bertumpuk dan tersimpan dalam fitur arsip.
Ada satu waktu di mana, aku hanya ingin mengunggah story, tanpa perlu mendapat balasan atau komenan apa-apa. Mengunggah quotes sedih, tanpa harus di tanya ada apa. Pokoknya tidak perlu ada alasan apa-apa di balik apa yang seseorang lihat dalam media sosialku.
Mungkin akan ada satu waktu di mana aku akhirnya memilih untuk berlepas diri dari media sosial dan segala orang yang tidak pernah benar-benar aku kenal di dalamnya. Memilih untuk benar-benar menenggelamkan diri dalam kehidupan nyata yang benar adanya, alih-alih sibuk berselancar di dunia maya yang penuh dengan kefanaannya.
Kelak, kamu mungkin tak akan lagi menemukan diriku di dunia maya, pesan yang kamu kirimkan tak lagi kubaca, dan unggahan terbaru dariku tak pernah lagi muncul.
Karena pada saat itu, yang kuinginkan hanyalah menghilang dan dilupakan saja.
250 notes
·
View notes
Text
Ya Rabb, atas segala resah dan segala riuh kepala yang tak bisa aku lisankan, aku yakin Engkau tetap memahamiku melebihi diriku sendiri dan siapapun di dunia ini. Meskipun bahasa yang aku gunakan untuk mengungkapkannya hanya berupa tangisan.
@penaalmujahidah
227 notes
·
View notes
Text
A Thousand Splendid Suns
Sebuah novel dengan banyak isu yang diangkat. Patriakri, pendidikan, perang, KDRT dan masih banyak lagi. Tapi novel ini, bagusssss sekali. Masya Allah betapa hebat Allah yang telah mengilhamkan ide kepada dr. Khaled untuk menuliskannya.
Adalah tentang Mariam, gadis harami yang tumbuh dengan mindset yang ditanamkan oleh ibunya sendiri bahwa dia tak berarti. Karena itu pula, ia menanggung seluruh kesedihan dalam dadanya sendirian, hampir seumur hidupnya. Ia yang tak percaya bahwa akan ada manusia lain yang menyayanginya tanpa alasan dan apa adanya.
Adalah tentang Laila, gadis yang memiliki orangtua lengkap lalu kehilangan semuanya dalam satu ledakan bom. Usai itu, hidupnya jungkir balik dan harus menjadi istri kedua dengan terpaksa agar tetap bertahan hidup.
Novel yang kurang dari dua minggu berhasil ku selesaikan dengan tak sabaran. Novel dengan ending yang bisa kuterima. Novel terbaik yang kupunya.
Kutipan-kutipannya:
"Hati pria sangat berbeda dengan rahim ibu, Mariam. Rahim tak akan berdarah ataupun melar karena harus menampungmu. Hanya akulah yang kau miliki di dunia ini, dan kalau aku mati, kau tak akan punya siapa-siapa lagi. Tak akan ada siapapun yang peduli padamu. Karena kau tidak berarti!"
"Masa lalu hanya menyimpan kebijaksanaan ini: bahwa cinta adalah kesalahan yang merusak, dan kaki tangannya, harapan, adalah ilusi yang berbahaya dan setiap kali bunga kembar beracun itu mulai bertunas di tanah kering di ladang itu, Mariam mencabut bunga-bunga itu hingga ke akar-akarnya. Dia mencabutnya dan membuangnya sebelum mereka menguasainya.”
“Setiap kepingan salju adalah helaan napas seorang perempuan terluka di suatu tempat di dunia ini. Setiap helaan napas itu terbang ke langit, berkumpul di awan, lalu dalam keheningan turun kembali dan menimpa orang-orang di bumi. Sebagai pengingat betapa perempuan seperti kita menderita. Bagaimana kita menanggung semua beban kita dalam keheningan.”
"Pernikahan bisa menunggu. Pendidikan tidak bisa…Karena suatu masyarakat tidak mempunyai peluang sukses jika perempuan tidak berpendidikan, Laila. Tidak ada kesempatan."
"Dari semua kesulitan yang harus dihadapi seseorang, tidak ada yang lebih menghukum daripada menunggu."
Lengang, 12 September 2023 21.14 wita
80 notes
·
View notes
Text
Allah lebih tahu.
Pict by @coji0117
Mengapa kita seringkali tak sabaran untuk segala keinginan yang begitu kita kehendaki segera jadi kenyataan? Padahal belum tentu...saat ini adalah waktu terbaik untuk keinginan itu terkabulkan dan belum tentu pula apa yang kita inginkan itu, sanggup kita emban dan pertanggungjawabkan jika serta merta Allah berikan.
Pada suatu masa, pernah ingin sekali menikah muda. Sampai-sampai karena keinginan itu, niat menikah pun menjadi buram dan mendapati banyaknya lebam kekecewaan menimpa hati. Kalau dilihat dari masa ini, masa itu begitu bias sekali oleh dominasi perasaan, keinginan tak berdasar namun jua sarat dengan pelajaran yang berharga.
Ketika sudah menikah, beberapa teman dekatku yang galau mempermasalahkan kapan dia akan menikah, siapakah kira-kira jodohnya, serta harus bagaimana menyikapi masa kesendirian yang kadang penuh desakan acak—baik oleh hati ataupun lingkungan sekitar, aku seringkali mengatakan kepada mereka untuk menikmati masa kesendirian, melakukan apa yang disukai dan persiapan mental (re: belajar dan berbenah diri). Sebab, setiap masa takkan pernah terulang. Sebab, sabar dan ikhlas saat masih sendiri berbeda dengan porsi sabar dan ikhlas saat sudah menikah yang menuntut keluasan hati tanpa batas dan perhitungan.
Patokan kapan menurut Allah siap pun, sungguh hanya Allah maha yang tahu. Aku tak pernah berencana menikah di tahun ini sama seperti suami yang katanya berencana akan menikah lima tahun lagi. Tapi Allah takdirkan di tahun ini kami saling menggenapi. Ketika kami saling menelisik kebelakang, ada banyak kilas balik pertemuan dan tanda-tanda dari Allah bahwa kami adalah jodoh, namun pada masa itu, mungkin karena buramnya niat dan ketidaksiapan diri menurut-Nya, sehingga tidak Allah gerakkan hati kami untuk saling mendekat.
Ketika ada yang bertanya padaku, bagaimana rasanya menikah. Rasanya menentramkan dan juga penuh tanggung jawab. Tak ada ibadah yang mudah dijalani, apalagi ibadah terpanjang bernama pernikahan. Namun, pada setiap ibadah, selalu terselip hikmah dan juga keberkahan. Sedang hikmah dan keberkahan, seringkali tak terjelaskan oleh kata-kata; berkah turun seumpama hujan lebat yang begitu di damba pada musim kemarau dan seperti angin sejuk di tengah teriknya dunia. Hikmah seperti permen manis setelah kita mengecap rasa pahit. Rejeki dari Allah, yang rasanya begitu magis tanpa mampu diwakili penjelasan.
Sebelum menikah, Allah sempat menuntun gerak jari ini untuk mendengarkan beberapa kajian youtube dan tidak kusangka pula, justru potongan kajian-kajian itu yang menjadi pengingat.
Pernikahan seperti mawar yang siap melukai tangan, juga seperti permukaan laut biru yang memantulkan gambaran awan namun di dasarnya penuh karang yang bisa merobek. Pernikahan itu tidak idealis, tidak menjanjikan kepuasaan, tapi menjanjikan keberkahan. Keberkahan datang bersama orang yang bersabar. Tidaklah orang tersebut bersabar kecuali ia mengharap ridha dan pahala di sisi Allah. (Ust. Oemar Mita)
Bismillah, kini setiap halaman hidupku tidak lagi kutulis dan lalui sendirian. Aku melalui dan menulis halaman itu bersama seseorang. Masa kesendirian sudah berlalu. Kini, Allah sudah menitipkan peran kepada kami sebagai pasangan dan mungkin kelak peran itu akan bertambah besar dan berat. Semoga Allah selalu menguatkan jiwa dan meneguhkan iman setiap pasangan yang menjalani samudra pernikahan. Aamiin ya Rabb...
Tapin, 18 Agustus 2023 09.51 wita
294 notes
·
View notes
Text
Sulung
Akhir-akhir ini bahuku terasa berat. Ada banyak keluh yang enggan kubagi. Saking beratnya, tak jarang membuat mata berkaca-kaca saat temaram menuju tengah malam. Di dadaku, rasanya ada yang mengganjal seperti bola api, bergulir kesana kemari menyesakkan dada. Kali ini, ada jalan terjal yang aku pun tak tahu dimana ujungnya, lantas bergumam "adakah manusia lain yang mengalaminya (juga)? Adakah seseorang yang melewati jalur ini? Jika ada dan berhasil, dimanakah ia, aku ingin berjumpa, atau sekedar berguru, bagaimana cara melewatinya?"
Kukira, sudah usai, namun ternyata ini baru akan dimulai.
Ketahuilah, aku sudah lelah. Drama murahan yang untuk membahasnya pun, aku enggan.
1 note
·
View note
Text
Pada rencana yang hancur dan air mata yang berjatuhan, seakan Tuhan tidak setuju dan benar-benar memaksamu untuk berhenti. Percayalah bahwa Tuhan hanya tidak ingin kamu celaka dengan rencanamu. Dia pun hanya ingin memutuskan harapanmu dari manusia agar kamu kembali menaruh harap pada-Nya. Tidak apa-apa, sabar ya.
Menangis saja jika itu bisa melegakan, sepertinya Tuhan tahu bahwa kamu sudah lama tidak menangis terisak memohon kepada-Nya. Sebut nama-Nya dalam doa dan setiap ucapan bibir.
Tidak apa-apa, semua akan mudah. Mulailah menarik napas dan berusaha merangkai lagi serpihan mimpi yang terpecah dan terpencar, rangkai sebisanya. Sisanya, nanti biar Tuhan yang melengkapi dan membantu.
Kamu kuat, hanya saja sekarang sedang butuh dikuatkan. Entah oleh kejutan Tuhan atau oleh prasangka baikmu pada-Nya.
Semangat, ya. Setiap kita harus menangis pada apa yang sedang diupayakan dan diusahakan. Wajar kok.
Selamat melanjutkan langkah dan perjalanan, ya.
@jndmmsyhd
702 notes
·
View notes
Text
Berikan waktu pada dirimu untuk beristirahat dari lelahnya dunia dan teman-temannya, agar hatimu sembuh, agar dirimu bisa berubah pada arah kebaikan, dan agar kamu lebih bisa mencintai dirimu sendiri. Berikan jeda.
Berikan jeda, untuk kesekian kalinya lagi.
Barangkali kamu sedang sakit, entah hati atau pun pikiran. Barangkali kamu sedang jenuh dengan ritme hari yang dilalui dengan begitu cepatnya tanpa pernah lagi kamu menikmatinya.
Berikan jeda, untuk kembali menata apa yang kurang dari hati ini. Barangkali sudah terlalu jauh dari Allah, cobalah mendekat, semampunya.
Berikan jeda, jangan lupa, ya.
@jndmmsyhd
845 notes
·
View notes
Text
Benar. Benar adanya.
Senjata terbaikmu tak lain hanyalah do'a.
Ketidakberdayaanmu terhadap kehidupan bukanlah sebuah kepasrahan tanpa ikhtiar. Namun berserah, berserah kepadaNya yang paling Mengetahui segalanya.
Allah Maha Tahu.
0 notes
Photo
0 notes
Text
18/30
Buku yang Mengubahku
Bukan buku Catatan Seorang Demonstran yang sarat akan hal berbau politik intelek disertai jurnal harian, puisi, dan surat-surat Gie.
Bukan buku IQ84-nya Haruki Murakami yang ekstra mikir dan tidak bisa ditelan mentah (walau salah satu quotesnya berbunyi "Most people in the world don't really use their brains to think. And people who don't think are the ones who don't listen to others." Tapi ya tetep mikir)
Melainkan ini tentang sebuah buku berjilid oranye yang lumayan 'eye-catching' untuk ku hampiri di Gramedia Merdeka Bandung kala itu.
Kala itu, 19 Maret 2017.
Kenapa ingat? Ya soalnya ditulis di lembar pertama kapan buku ini dibeli. Sebuah kebiasaan klasik.
Untuk mencapai kata Tamat, kita perlu melumat 524 halaman.
Tebal. Setebal rasa rinduku padamu (naon).
Ditulis oleh Tere Liye, penerbit Republika. Ini adalah cetakan ke VI yang diterbitkan pada bulan Januari tahun 2017. Terdiri dari 33 Bab.
Menceritakan seorang tokoh bernama Zaman Zulkarnaen yang bekerja di firma hukum dan bertugas untuk mencari jejak Sri Ningsih.
Sempat bimbang juga siapa yang pantas ditempatkan sebagai tokoh utama. Apakah Sri Ningsih atau Zaman?
Yang jelas, buku ini sangat direkomendasikan untuk sesiapa saja yang sedang membutuhkan bahan bacaan.
3x membaca buku ini, sensasinya tetap sama. Betapa menjelaskan secara detail bahwa manusia hidup untuk mengarungi ujian. Satu tingkat diatas kata berat apa ya? Buku ini menjajakan kisah Sri Ningsih yang berisi ujian yang sangat sangat teramat sungguh berat. Salah satu quotes yang selalu diingat adalah "Aku tahu sekarang, pertanyaan terpentingnya bukan berapa kali kita gagal. Melainkan, berapa kali kita bangkit lagi, lagi, dan lagi setelah gagal tersebut. Jika kita gagal 1000x, maka pastikan kita bangkit 1001x"
Mengajarkan bagaimana cara bermimpi, belajar mengenai keteguhan, ketangguhan.
Buku ini mengubahku. Bahwa harus mengurangi keluh dibalik peluh.
Belajar untuk teguh dan tangguh.
Satu lagi...
"Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali. Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi."
#30hbc2118
#30haribercerita
@30haribercerita
https://www.instagram.com/p/CKiszJNsYCyW4S-XTu0GLxGGdcRC_K49b6FwBk0/?igshid=ieghvoghlxob
0 notes
Photo
The 3rd International Conference on Elementary School. https://www.instagram.com/p/CI0cF-nJUdxeOy-oczUYkcRqOO-Vmn_culOHfk0/?igshid=soqdzh7wtmgc
0 notes
Text
Selepas perdebatan panjang, dan menekan rasa rindu yang menghujam, pagi ini kita saling melempar sapa.
Tertunduk pada satu keyakinan yang hal apapun takkan bisa menggoyahkannya.
Aku masih egois. Ia pun begitu.
Tapi kami percaya, hal apapun bisa teratasi dan terlewati, itukan fungsinya cinta?
Kami mengevaluasi.
H: "Aku sudah rindu."
G: "Aku jemput pukul 2, mau?"
Berlanjut dengan pertanyaan pertanyaan bodoh yang sudah seharusnya masuk spotlite bertajuk 4 teratas pertanyaan bodoh yang ada di dunia:
1. "Boleh kan manggil yang yang terus?"
2. "Boleh kan sayang terus ke kamu?"
3. "Boleh kan ngerasa takut kamu hilang?"
4. "Boleh kan ngerasa takut kamu pergi?"
5. "Untuk saat ini, dan seterusnya, boleh meluk kamu kan?"
Tentu boleh, aku milikmu. Selalu.
Takkan berubah. Aku, milikmu. Sudah
Hanya kamu, kamu saja.
0 notes