| Reader| Learner| Dreamer|
Last active 60 minutes ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
ka terimakasih udah menulis ini ya..
Komitmen Hingga Akhir..
Dikala teman-temanku menikah muda. aku yang saat itu masih berjibaku dengan banyak hal. Saat itu aku berusia 26 tahun. aku bertanya kepada Bapak, "Pak, kalau tahun ini aku belum bertemu jodohnya bagaimana?"
Bapak menjawab, "ya nggak apa-apa. kamu tetap anak Bapak. mau bagaimana pun, takdir Allaah tidak bisa dipaksa. yang terpenting tetap jaga diri."
jadi kala aku menemukan tulisan teman-teman yang sedang khawatir menunggu jodohnya, atau mendengar pertanyaan "kapan menikah?".
maka nasihatku, ya nggak apa-apa, hidupmu tetap akan terus berjalan sekalipun saat ini kamu belum menikah. peranmu tak akan menjadi kecil meski kamu belum juga menikah. dan jangan pernah merasa kerdil dengan apapun bila saat ini kau belum juga menikah sementara teman-temanmu sudah jauh lebih dulu menikah dan memiliki buah hati.
Selesaikan apa-apa yang memang harus diselesaikan selama masa proses itu. Perbaiki apa-apa yang memang bisa diperbaiki meski itu dengan langkah kecil sekalipun.
Barangkali ada sesuatu yang ditunda dan diganti dengan sesuatu yang lebih baik lagi. Dan hal-hal baik tetap akan datang meski kamu belum menemukan seseorang yang menjadi pasangan hidupmu. yang terpenting bukan seberapa cepat kamu menikah, namun seberapa kuat komitmenmu untuk terus menjaga diri dengan baik sampai nanti tiba waktunya kau menikah.
Jangan malu jika dalam masa penantian mu saat ini masih memperbaiki diri, memantaskan diri, dan menjaga diri dengan sebaik-baik penjagaan meski aku tahu itu tidak mudah diera gempuran tawaran dunia saat ini.
Jangan malu bila nanti kamu bertemu seseorang diusia yang lebih matang. Sebab seseorang yang menjaga dirinya dengan baik adalah salah satu ikhtiar untuk mendapatkan jodoh yang setara. Setara dalam hal apa? Setara dalam hal apapun.
Dan menjaga diri adalah salah satu upaya mu untuk taat pada perintahNya. Semua ada waktunya masing-masing. Maka besarkanlah selalu harapmu kepadaNya.
Allaah tahu sangat tahu berapa banyak airmata yang kamu sembunyikan, doa-doa yang telah kau pintakan, dan lamanya sujud yang telah kau upayakan. Allaah tahu itu. Maka jangan pernah kau mengecilkan harapanmu kepada Allaah. Jangan pernah pula mengkerdilkan dirimu sendiri atas penilaian orang lain kepadamu.
244 notes
·
View notes
Text
9 tahun berlalu
Dariku Untukku, Barakallah
Cikarang. 19 Februari 2015 29 Rabiul Akhir 1436 H 20.11
Refleksi Angka 21, #H-3menujuangka22 Semoga bukan hanya sederet angka dua dua
Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan orang-orang yang mengingatnya, Yang tidak akan menyia-nyiakan orang yang berharap pada-Nya, Yang tidak merasa payah karena orang bertawakal pada-Nya. Allah … Tempat menggantungkan harapan, Yang membebaskan derita dan bencana, Yang membalas kebaikan dengan kebaikan, Dan yang menganugerahkan keselamatan bagi orang yang bersabar.. (La-Tahzan)
Februari. Dari aku untuk aku Terimakasih Hujan di tanggal merah Hari ini sebelum merefleksi angka 21 tahun aku ingin mengucapakan banyak terimakasih kepada hujan. Karenanya hari ini telah membuat kami berkumpul di rumah merasakan “qulity time”. Merasakan nikmatnya bercengkrama hangat diiringi soudtrack tetesan air hujan diluar rumah. Bercerita apa saja yang ingin disampaikan. Hujan.. Mungkin airnya hanya 1%, tetapi kenangannya 99% dan gemerciknya adalah kerinduan yang tumpah ruah. Kerinduan akan masa kecil, masa sekolah, dan tentu masa-masa peralihan menuju kedewasaan.
Terimakasih Allah … Terimakasih telah membangunkanku pagi ini, Terimakasih untuk nafas yang masih Kau beri Terimakasih untuk semua kesempatan yang selalu kau hadiahkan untukku.
Memaknai 21 Tahun..
Bahagia itu sederhana, dan itu pilihan. Maka bersyukurlah. Aku selalu ingat dengan pesan seorang adik kelas SMA yang mengirimkan pesan ini via sms beberapa tahun yang lalu. Bersyukurlah. Bersyukur mengubah apa yang kita punya menjadi cukup. Karena syukur adalah kebahagiaan yang hakiki. Kesederhanaan yang kita syukuri akan membuka aliran nikmat yang lebih besar lagi. Terimakasih adik yang salehah, mungkin aku memasuki dunia sekolah lebih dulu darinya tetapi aku mendapatkan banyak ilmu yang luar biasa. Semoga Allah memudahkan segala urusannya. Aamiin :-) Terimakasih Munira, pernah mengenalmu adalah hadiah indah pula dari Allah Swt. Tulisanmu, sikapmu, karaktermu selalu menginspirasiku.
Terimakasih Keluargaku . . Rentetan kejadian diangka 21 banyak menjadikanku perenungan. Aku adalah seorang hamba yang memainkan peranannya dan Allah adalah sebaik-baiknya penulis skenario. Satu hal yang patut aku syukuri di dunia adalah keluarga. Ketika aku merasa begitu payah, langkahku tak ada arah, kekuatanku dan semangatku semakin goyah, merekalah orang-orang yang selalu setia ada disampingku. Terimakasih mamah, bapa, kakang, teteh dan jagoan-jagoan kecil atas kehangatan yang selalu tercipta dikeluarga ini. Terimakasih telah membangun Madrasah Cinta yang istimewa untukku.
21 tahun Memaknai Perpisahan . . Perpisahan adalah waktu yang mungkin setiap orang ingin hindari. Tapi kata Azhar Nurun Ala “ Tuhan pasti bertanggungjawab. Menciptakan perpisahan, berarti siap menanggung resiko menerima rentetan doa-doa tentang pertemuan yang antri untuk dikabulkan” Selalu ada hikmah dibalik perpisahan. Bahwa kematian adalah salah satu pengingat terbaik saat kita begitu sibuk mengejar dunia. Pagi itu saat mengikuti salah satu mata kuliah tepatnya Minggu, 08 Juni 2014 telepon genggamku berdering. Beberapa kali panggilan tak kuangkat karena aku mencari waktu yang tepat agar bisa ijin keluar kelas untuk mengangkat telepon. Tak seperti biasanya telepon berdering hingga beberapa kali. Ini pasti kabar penting pikirku saat itu. Benar, kabar duka meyelimuti keluargaku. Mbah istri, Ibu angkatku, kaka kandung dari mamah menghembuskan nafas terakhirnya. Saat Mbah istri harus kembali kehadapan-Nya adalah salah satu ujian terberat bagiku diangka ini. Ibu angkat yang pernah menjadi saksi perjalanan hidupku sejak kecil harus pergi sebelum menyaksikanku di wisuda dan menikah. Setiap kepulanganku ke rumah di Cianjur beliau selalu minta didoakan agar diberikan kesehatan sehingga kelak bisa menyaksikanku wisuda dan menikah dengan seorang yang akan menjadi imam dunia akhirat. Sayang, keduanya tak bisa tersampaikan. Mbah terimakasih untuk seluruh pembelajaran hidup yang mbah ajarkan untuk dewina. Momen-moment saat digojlok huruf Ijai’iyah, belajar tayamum dalam perjalanan menuju kota Bandung, nasi kuning hatam Al-Quran, ketupat lebaran yang tak pernah absen, pohon jambu yang sengaja ditanam untukku, dan tentuya semangat dan doa-doa terbaikmu. Terimakasih mbah.. Semoga Allah tempatkan bersama orang-orang yang beriman dan beramal saleh di Syurga-Nya. Aamiin.
21 tahun.. Perpisahan dengan sahabat-sahabat terbaik di PT. Yamaha Music Mfg. Asia 3 tahun waktu yang pernah dijalani bersama mereka nyatanya harus berakhir di bulan Maret 2014. Pengalaman berharga bisa mengenal setiap karaker dari kalian, berbagi kisah hidup dan merasakan kehangatan canda dan tawa setiap hari. Terimakasih atas rentetan jam yang membersamaiku kawan.. Semoga tali kisah persahabatan ini akan sampai pada kelak di Syurga-Nya.
21 Tahun . . Februari tahun lalu. Ketika harus berpisah dengan orang yang istimewa. Ketika aku harus kehilangan senyuman itu. Ketika hari-hari terasa begitu berat. Mengubur dalam-dalam kerinduan yang selalu merengek. Semoga kelak kau paham kenapa ini harus terjadi. Aku memilih-Nya karena Dia-lah cinta sejati dan terbaik. Terimakasih pernah berjuang untukku. Terimakasih pernah bahagia bersama. Terimakasih pernah segaris denganku Dan terakhir terimakasih sekarang kau memilih tidak ada Doa-doa terbaik tetap aku panjatkan untukmu. Semoga seseorang yang sedang kau perjuangkan saat ini Adalah terbaik yang Allah tuliskan dalam Lauhul MahfudzNya. Aku pun percaya, kelak aku akan bertemu kepada seseorang yang juga ingin menemukanku. Yang selalu memberikan pemahaman bahwa bahagia itu sederhana. Semoga kelak Allah mempertemukan kepada orang yang tepat diwaktu yang tepat. Aamiin
Terimakasih Pertemuan 21 tahun.. Ini mungkin pertanggungjawaban itu. Ketika banyaknya perpisahan yang harus dialami akhirnya pertemuan pun tiba. Pertemuan kepada orang-orang baru yang memperbaharui semangat. Pertemuan ditempat yang baik. Thanks to “ Sensing Tomorrow Company”. All of there. Ooh Allah rencanaMu selalu indah. Dibalik kesulitan selalu ada kemudahan. Terimakasih untuk pertemuan dan perpisahan di 21 tahun ini. Kalian meski datang lalu pergi, kalian tetap menjadi guru terbaik yang banyak mengajarkanku. Dan aku adalah seorang murid yang sedang dan perlu banyak belajar. Meski terkadang benyak perdebatan dalam hati. Mengeluh mengapa harus begini dan begitu, pada akhirnya aku belajar bahwa kehidupan akan selalu berputar. Jika hari ini kepahitan harus aku alami, kegagalan harus terus terulang, bukankah setiap usaha tidak akan berkhianat pada setiap jerih payahnya. Karena perjalanan tak pelak akan selalu memberikan pelajaran dan pemahaman.
Menuju angka 22..
Yaa Allah Yaa Rabb,
Di angka 21 aku mungkin banyak melupakanMu. Mengabaikan setiap perintahMu. Lebih banyak mengeluh daripada bersyukur. Ampuni aku Rabb..
Bimbing aku untuk kembali kepada-Mu..
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Menuju angka 22 semoga ini bukan hanya 2 jajar angka sama yang hanya berdampingan.
22 tahun . .Semoga apa yang sedang diperbaiki Allah mudahkan dan lancarkan. Menjadi hamba yang bermanfaat di bumi Allah ini. Aamiin Allohumma Amiin.
Happy Moving on 22 diangka 22 . Februari dari aku untuk aku..
Barakallah fii umrik nak ! Semangat terbarukan (lagi) ^_^
selesai . Cikarang. 22 Februari 2015 02.15 dini hari
2 notes
·
View notes
Text
15TIRAHAT -
4 Tahun lalu, Maret 2018 Allah beri kesempatan saya untuk diterima bekerja disalah satu stasiun TV. Mengenal bu Anissa dan juga rekan rekan yang lain. Belajar dari nol. Membantu suatu karya dihadirkan dengan sebaik baiknya. Hingga bertemu dengan kondisi datang dan bergantinya orang setiap tahun.
Bu Anissa adalah salah satu orang terbaik di GTV. Ibu, mentor, rekan kerja, teman cerita yang nyaman buat semua orang. Orang yang paling tulus dan berhati hangat.
31 Juli 2022 kemarin, hari terakhir beliau bekerja. Memutuskan 15tirahat setelah lebih dari 15 tahun bekerja dan berkarya.
Selamat 15tirahat ya buu. Selamat menikmati waktu terbaik bersama keluarga. Sudah tidak memikirkan rating dan share lagi ya mulai senin besok, sudah ga meeting meeting all day long lagi 😅
Thank you for being a good person Buu 🖤
#15tirahatAnissaTisnadisastra
6 notes
·
View notes
Text
People come and go, pain comes and goes. But so does joy.
1 note
·
View note
Text
Mengapa Al Quds Sangat Penting Bagi Umat Islam? #5
@edgarhamas
Al Quds Adalah Negeri Perjuangan dan Jihad
Sebagaimana pernah sekilas dikemukakan dalam pembahasan yang lalu, DR Muslih Abdul Karim mengutip dari perkataan Ulama Muslimin mengatakan bahwa Palestina adalah “Ummul Ma'aarik”, yang maknanya; induk peperangan. Mengapa? Lihatlah sejarah Palestina sepanjang zaman, kita akan menemukan bahwa Palestina selalu menjadi latar pertempuran banyak kekuatan dan banyak negara. Setiap pemimpin besar ingin menjadikannya markas besar untuk menaklukkan daerah lainnya.
Dan Al Quds bagi muslimin adalah tanah perjuangan dan jihad. Tahukah kamu bahwa Al Isra yang menyebutkan Masjid Al Aqsha dan hadits Rasulullah ﷺ tentang keutamaan shalat di Masjid Al Aqsha telah dipahami oleh Umat Islam sebelum Al Aqsha dibebaskan dari cengkeraman Romawi?
Pembebasan Al Aqsha telah jauh-jauh hari dikabarkan oleh Al Qur'an dan hadits Rasulullah ﷺ, dan itulah yang membuat umat Islam sangat bersemangat untuk membuka gerbang Al Aqsha dan mengisinya dengan keadilan.
Jauh-jauh hari, umat Islam telah percaya bahwa Al Aqsha akan berada dalam pelukan Islam, sebab sebagaimana DR Muhammad Imarah berkata, “karena yang paling berhak atas Al Aqsha adalah mereka yang menyembah Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ.”
Pembebasan Al Quds terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Banyak sekali persamaan antara Fathu Makkah dan Fathu Baitul Maqdis. Diantaranya, Al Aqsha dibebaskan oleh pemimpin tertinggi kaum Muslimin sebagaimana Makkah juga dibebaskan oleh pemimpin tertinggi kaum Muslimin. Makkah dan Al Quds sama-sama dibebaskan tanpa pertumpahan darah dan dilakukan dengan cara yang damai. Pun baik ketika Fathu Makkah dan Fathu Baitil Maqdis, Bilal bin Rabah mengumandangkan adzannya. Subhanallah.
Rasulullah ﷺ jauh-jauh hari sebelum pembebasan Al Aqsha telah mengabarkan; bahwa Palestina akan mengalami banyak sekali rangkaian pertempuran yang panjang. Musuh-musuh Islam akan senantiasa berusaha siang dan malam untuk menaklukkan Al Quds dan Masjidil Aqsha. Itulah mengapa Rasulullah ﷺ mewanti wanti umatnya untuk selalu bersikap siaga menjaga Palestina dan pantang lengah.
“Rasulullah ﷺ telah mewasiatkan pada kita sekalian”, demikian pesan Syaikh Ikrimah Shabri Imam Besar Masjid Al Aqsha, “untuk bersiap siaga menjaga Palestina sebagaimana Rasulullah memberi kita informasi akan datangnya suatu zaman ketika umat ini akan berperang melawan Yahudi. Dan beliau telah memberi tahu kita bahwa kemenangan akan berada di tangan Umat Islam pada akhirnya.”
Inilah pula hadits Rasulullah ﷺ yang menyatakan tentang sekelompok umatnya yang akan tetap kokoh dan berada di garis depan perjuangan membela Palestina, tatkala beliau ﷺ -sebagaimana diriwayatkan Abu Umamah Al Bahily- bersabda, “Akan selalu ada sekelompok kecil dari umatku yang kokoh membela kebenaran. Mereka menaklukkan musuh-musuh mereka. Tipudaya musuh takkan melenakan dan melengahkan mereka sampai datang ketentuan Allah.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah ﷺ, dimanakah mereka?”
“Di Baitul Maqdis”, jawab Rasulullah ﷺ, “dan di sekitar Baitul Maqdis.”
Referensi :
1. Al Quds Qadhiyyatu Kulli Muslim
2. Filisthîn; Tarikh Mushawwar, DR Tariq Suwaidan
3. Al Bu'du Al Islâmiyyu lil Qadhiyah Al Filistîniyah, DR Ishaq Ahmad Farhan
4. Al Ma'arif Al Maqdisiyah, Syaikh Hisaam Ghaly
Share jika bermanfaat 😀
(Admin : @edgarhamas)
89 notes
·
View notes
Text
RTM: Kebaikan di Atas Segala Ke(kurang) baikan
Tulisan ini disarikan dari kajian Rumah Tangga bersama Ust. Afri Andiarto dengan topik “Wa’asyiruhunna bil ma’ruf: Dan pergaulilah istrimu dengan ma’ruf”. Kajian yang jika tidak salah sudah berlangsung bulan lalu. Entah mengapa waktu itu isinya begitu menancap, sehingga saya ingin sharing di sini. Semoga kita semua bisa mengambil hikmahnya.
Ada sebuah redaksi yang menarik saat Allah mendiskripsikan dalam QuranNya Surat An-Nisa ayat 19 mengenai bagaimana kewajiban suami dalam mempergauli istrinya. Dari pemahaman saya yang masih sangat awam di sini, dalam bahasa arab, terdapat beberapa kata yang bermakna “baik”. Selain kata ma’ruf, terdapat kata hasan / ihsan , ada juga kata khoir. Namun, mengapa di sini Allah memilih menggunakan kata “Ma’ruf?
Bahkan tidak hanya satu kali. Di dalam QS. At-Thalaq ayat 6, disebutkan “Wa tamiru bainakum bil ma’ruf”, dan musyawarahkanlah di antara kalian suami istri tentang segala sesuatu dengan cara yang baik”. Lagi-lagi redaksi kata ma’ruf dipergunakan untuk mendeskripsikan tentang hubungan keluarga. Lagi-lagi tentu kita bertanya, mengapa kata ini yang dipilih oleh Allah untuk menjelaskan perihal rumah tangga?
Sebelum kita berpikir lebih jauh terkait maknanya, barangkali kita tarik terlebih dahulu ke sebuah nasihat yang sering disampaikan guru dan ustadz kita saat pernikahan:
“Sebaik-baik laki laki adalah yang paling sabar terhadap istrinya, sementara sebaik baik perempuan adalah yang paling taat pada suaminya”
Mengapa kesabaran yang begitu ditekankan? Sebab seorang laki laki nantinya akan membersamai makhluk yang penuh dengan perasaan dan emosi. Sudah cukup banyak kisah sahabat, salafush shalih yang kena semprot dan omelan istrinya, bahkan tak terkecuali Rasulullah SAW. Maka dari itulah sabar dan sabar adalah kunci dari kesuksesan seorang laki laki dalam menjaga rumah tangganya.
Kembali lagi ke ayat di atas, jika didefinisikan dan ditafsirkan, kata Ma'ruf bahkan jauh lebih tinggi daripada khair dan Ihsan. Dalam QS Ar-Rahman, kita mengetahui sebuah ayat yang artinya, “Kebaikan dibalas dengan Kebaikan”. Nah, peran suami di sini kelak bahkan harus lebih dari itu. Segala perlakuan istrinya, saat mengomel, saat marah, maka sang suami tidak cukup hanya sabar, namun membalasnya dengan senyuman, kesabaran, canda dan tawa, membantu mengerjakan urusan rumah tangga, serta kebaikan kebaikan yang lainnya. Jadi, makna Ma'ruf di sini adalah melakukan kebaikan yang jauh lebih baik dari apa yang diperbuat pasangannya. Membalas segala perlakuan pasangannya dengan kebaikan. Hal yang teramat luar biasa, mengingat seperti inilah akhlak Rasulullah terhadap para penghinanya, yang betapa tinggi kemuliaan seseorang jika mampu mencapai derajat seperti ini.
Namun apakah dengan begini istri bisa semena-mena dengan emosinya? Tentu saja tidak. Sebaik baik istri pun juga adalah yang paling perlakuan dan pelayanannya pada suaminya. Maka di sinilah asal muasal kenapa surganya istri ada di ketaatannya pada suami. Sebab tanggung jawab suami begitu besar terhadap keluarganya. Pun walaupun demikian bukan berarti suami berbuat semena-mena terhadap istrinya. Ia harus tetap bersikap baik, menyuruh ya menaati sesuai dengan koridor ajaran agama.
Bayangkan saat seorang lelaki menggenggam tangan ayah atau wali dari istrinya, melakukan ijab qabul yang dikenal dengan mitsaqan Ghalidza, maka berpindahlah tanggung jawab dari ayahnya ke dirinya. Maka dia pula yang akan menanggung dosa dosa istrinya, dia yang akan menjadi nahkoda dalam membawa keluarganya ke surgaNya kelak, dia yang akan dimintai pertanggungjawaban pertama olehNya kelak di akhirat. Dia juga yang akhirnya bertanggungjawab penuh terhadap nafkah keluarganya, pendidikan anak-anaknya, memastikan bahwa apa yang ia berikan adalah hal yang halal dan thoyyib.
Tersebab tanggungjawab yang begitu berat itulah maka barangkali karena inilah Surganya seorang istri berada pada ridho suaminya. Dia yang taat pada suaminya, dia yang tidak menolak ketika suaminya meminta hak-nya selama tidak ada udzur syar'i seperti haid, nifas, dan sakit, dia yang selalu berhias utk suaminya, menjaga diri, rumah, dan harta selagi suaminya bekerja, serta dia yang menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dia yang bahkan dalam banyak kisah salafush-shalih, menawarkan diri di depan suaminya sekalipun mungkin mood nya sedang tidak baik atau bahkan lelah, namun dalam rangka ingin meraih pahala surgaNya, ia kesampingkan segala perasaannya. Dan inilah seringkali yang justru tidak mudah bagi seorang wanita karena dia harus berurusan dengan perasaan dan emosinya, sementara soal kesabaran pun barangkali tak mudah bagi seorang laki-laki karena dia harus berurusan dengan ego pribadi dan sifat ke-lelakiannya.
Maka demikianlah Allah menciptakan laki laki dan perempuan. Dilahirkan dengan penuh perbedaan yang sudah seyogianya bukan untuk diperselisihkan, namun melengkapi satu sama lain, memaklumi kekurangan satu sama lain, serta saling melayani satu sama lain.
Jika kelak seorang laki-laki menjumpai perlakuan yang kurang baik dari pasangannya, maka sudah menjadi tugasnya untuk menjadi yang pertama tersenyum dan sabar untuk pasangannya. Ia harus menjadi orang yang pertama yang menawarkan bantuan kepadanya apapun reaksinya, memeluknya untuk meredam segala amarah ya, mencium keningnya karena ketenangan seorang suami ada dalam kening istrinya.
Pun demikian jika kelak seorang istri menjumpai suaminya yang lelah selepas menafkahi dirinya, maka sudah tugasnya untuk menawarkan dirinya kepadanya. Taat pada perintahnya, mengesampingkan ego dan perasaannya walau dia barangkali sebrnarnya lelah, berusaha mengontrol emosinya walau memang tidak mudah. Sebab surga seorang istri ada pada tangan dan ridho suaminya, sebagai tanda ketawadhuannya.
Surabaya, 1 April 2021
03.50
191 notes
·
View notes
Text
Li annakAllaah!
Segala sesuatu akan terasa ringan dan mudah jika disandarkan seutuhnya kepada Allah. Sekecil apapun, sebesar apapun.. BersamaNya semua akan terasa mudah, ringan, dan baik-baik saja. Tidak ada kesedihan, rasa takut, gundah, gulana, trauma, penolakan. Hanya ada keyakinan yang penuh jika tidaklah Dia yang bersemayam di atas ars memberikan pun menakdirkan suatu perkara kepada seorang hamba jika hamba tersebut tidak mampu menyelesaikan, tidak mampu mengatasi, pun tidak mampu menghadapinya. Alhamdulillah ala kulli haal..
Bertaqwalah dengan sebaik-baik taqwa kepada Robb Semesta Alam.. Bersandarlah dengan sebaik-baik rasa bersandar kepada Robb yang tidak akan lengah pun juga rapuh.. Titipkanlah segalanya kepada Robb yang tidak akan hilang dan habis penjagaannya. Yaa Robb :')
Melembutlah, melapanglah duhai hati..
Seperti sebuah nasihat indah dari story-ig yang kubaca pagi ini; Ikhtiarlah seakan-akan ikhtiar adalah segalanya. Bertawakkallah seperti ikhtiar tak ada maknanya.
Baarakallaahu fiikum, semoga kebaikan selalu membersamai diri kalian tanpa kecuali🌷
Fath D. Humairah || Depan Laptop, 11 Januari 2021
133 notes
·
View notes
Text
Tarbiyatul Aulad Fil Islam Sesi 2 - Ustadz Dr. Wido Supraha, M.Si
Hakikat Pernikahan
Menikah itu tentang saling menyempurnakan tauhid antar suami dan istri dengan melakukan akhlak terpuji.
Ketika Allah mengaruniakan anak kepada kita berarti kita telah dipercayai oleh-Nya mampu dan siap mendidik dengan kapasitas yang baik. Sebab, hak anak memiliki orangtua yang mempunyai kapasitas mendidik dengan adab, ilmu, amal sebaik-baiknya.
A. Hakikat Anak
Perhiasan Kehidupan Dunia (Q.S. Al-Kahfi 18:46)
Bantuan dari Allah (Q.S. Al-Isra' 17:6)
Pelipur Lara (Al-Furqan 25:74)
B. Pesan Kasih Rasulullah ﷺ (dari berbagai hadits)
Kasihi anak, hormati orangtua (HR. Abu Daud, Tirmidzi)
Allah lebih menyayangi anak-anak kita (HR. Al-Bukhari, Adabul Mufrad)
Jangan hilangkan kasih dari kalbu kita (HR. Al-Bukhari)
Meneladani mencium anak kecil sebagaimana Rasulullah ﷺ mencium Hasan bin Ali ra. sebagai wujud kasih sayang (HR. Al-Bukhari)
Sifat kasih mengundang kasih Allah (HR. Al-Bukhari)
Menangisnya Nabi kepada anaknya menjelang ajal
Sifat kasih telah ditanamkan Allah kepada setiap jiwa
Sifat kasih sayangnya kita kepada anak-anak dapat mengundang lebih banyaknya lagi kasih sayang dari Allah
C. Mencintai Anak Perempuan
Keadilan bagi anak laki-laki dan perempuan (Q.S. Al-Maidah 5:8, HR. Ahmad dan Ibn Hibban)
Keburukan yang membenci anak perempuan (Q.S. An-Nahl 16:58-59)
Cintailah semua Iradah Allah (Q.S. Asy-Syura 4:49-50)
Siapa yang memelihara 2 anak wanita hingga baligh, akan duduk dekat Nabi (HR. Muslim)
3 anak wanita yang disayangi akan menjadi pelindung dari api neraka (HR. Ahmad)
2 anak wanita atau 2 saudari wanita dikasihinya akan memasukkannya ke surga (HR. Al-Humaidi)
Bagus tidaknya suatu peradaban bergantung pada yang dilahirkan oleh perempuan.
Oleh karenanya, ilmu untuk mempersiapkan dan membentuk generasi baru itu harus yang sebaik-baiknya.
Islam tak pernah menyatakan anak perempuan tak perlu dididik lama-lama dan belajar sampai jauh toh nantinya akan di dapur juga.
Karena tugas rumah tangga itu baiknya dikerjakan bersama-sama, saling berkolaborasi dan melengkapi satu sama lainnya.
D. Bersabar pada Musibah
Musibah adalah cara Allah menambah kebaikan bagi setiap manusia.
Karena ketika mendapatkan musibah, ada amaliyah yang selama ini didapatkan dari teori bisa diterapkan dalam kenyataan sebenarnya.
Bersabar atas kematian anaknya dan beristirja' akan dibangunkan Bait Al-Hamd (HR. Tirmidzi dan Ibn Hibban)
Kematian 2 anaknya yang diikhlaskan akan menjadi pelindung dari api neraka (HR. Muttafaq 'alayh, Ahmad, dan Ibn Hibban)
Kematian 2 anak kecil yang belum baligh, akan mengajak kedua orangtuanya ke surga (HR. Muslim, ath-Thabarani)
Allah akan berkahi kesabaran kedua orangtua atas musibah kematian dengan yang lebih baik (Muttafaqun 'alayh)
E. Mendahulukan Islam diatas Segalanya
Mengaji untuk mempersiapkan diri terhadap hal-hal yang suatu saat nanti barangkali belum siap kita hadapi.
Para Mujahid telah menitipkan anaknya kepada Allah (Ubaidah bin ash-Shamit ra. di hadapan Raja Muqauqis di Mesir saat ditakuti kekuatan Romawi)
Mereka yang digelari fasik tidak mendapatkan petunjuk Allah (Q.S. At-Taubah 9:24
Hasan Al Banna rahimahullahu ta'ala kepada anaknya Saiful Islam yang sakit
Standar Iman adalah ketika perjuangan Islam didahulukan daripada kepentingan keluarganya (HR. Bukhari, Muslim)
F. Larangan dan Hukuman adalah Tanda Kasih
Contohnya seperti nasehat Luqman kepada anaknya (Q.S. Luqman 31:13)
Ingatkan dan berikan nasehat kepada anak dengan tegas dan lembut
Menasehati anak aejak kecil termasuk dengan larangan, seperti Umar bin Abu Salamah r.a. (Muttafaqun 'Alayh)
Larangan melempar batu (Muttafaqun 'Alayh)
Mengingatkan anak dengan halus sebagaimana Rasulullah ﷺ kepada Ibn 'Abbas (Muttafaqun 'Alayh)
Memukul anak jika ia tetap tidak mau solat di usia 9 tahun (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim)
Pemboikotan sebagaimana Ibn Umar r.a. dahulu terhadap anaknya (Diriwayatkan As-Suyuthi)
Parameter keberhasilan orangtua dalam mendidik anak-anaknya adalah ketika telah melakukan prosesnya dengan benar dan hasilnya terbentuklah anak-anak yang beradab.
Wallahu a'lam bisshowaab
Semarang, 13 September 2020
#summary #ntms #selfreminder #tarbiyah #islamicquotes #summary #islamicparenting
534 notes
·
View notes
Text
Kita Mungkin Bisa Menerima, Tapi..
Saya telah melewati fase ini, tapi pembelajaran yang terjadi dari lompatan fase itu tidak akan pernah lekang dan akan menjadi nasihat yang nanti saya teruskan ke anak-anak saya nantinya. Terkait memilih pasangan hidup.
Kita, sebagai remaja yang mungkin pada fase tersebut dilanda banyak keresahan terkait pasangan hidup, waktu yang terus bergulir memakan usia, kemudian dorongan dalam diri yang ingin segera masuk ke fase berikutnya. Hal-hal yang seringnya, membuat pikiran dan hati kita tidak stabil. Logika kita tidak berjalan dengan baik, begitu pula perasaan kita yang mudah sekali berubah-ubah.
Apalagi, saat kita dihadapkan pada kondisi dimana kita justru dipertemukan dengan orang-orang yang menguji value yang kita pegang selama ini. Ada hal baik yang ada pada dirinya, meski ada tapinya. Dan “tapi” inilah yang membuat kita kebingungan dengan diri kita sendiri.
Pada waktu itu, nasihat ini datang kepada saya.
“Kamu boleh jadi bisa dan luas hatinya untuk menerima orang lain seburuk apapun masa lalu yang dia miliki, ditambah dengan asumsimu bahwa dia sudah berubah meski mungkin itu belum benar-benar bisa kamu validasi, tapi kamu berprasangka baik. Dia yang masih merokok, dia yang pernah berhubungan dengan perempuan di luar bayangan kita, dia yang shalatnya belum tegak lima waktu, segala sesuatu yang kita rasa, itu bisa diubah seiring pernikahan. “Boleh jadi kamu bisa menerima mereka dengan terbuka, tapi coba benturkan hal itu jika nanti ada anak-anak. Apakah kamu akan membiarkan anak-anakmu terpapar asap setiap hari di rumah bahkan sejak dia lahir? Apakah kamu menjelaskan dengan baik, dan membanggakan laki-laki itu nanti sebagai ayah dari anak-anakmu.”
“Inilah yang seringkali tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Bahwa, sejatinya memilih pasangan hidup, salah satunya adalah bentuk kewajiban kita untuk menunaikan hak-hak anak kita memiliki ayah/ibu yang baik. Hak yang harus kita tunaikan. Kita tidak semata menikah hanya untuk kepuasan diri, ego, dan asumsi-asumsi kita.” “Selama kita masih punya keleluasaan untuk memilih dan membuat keputusan. Maka, seberat apapun upayanya. Kukira, itu tidak akan selamanya. Tapi, pernikahan itu, selalu kita harap akan baik selamanya kan? Tak ada salahnya kita berusaha lebih keras dan lebih lama sedikit, berdoa lebih kuat lagi, kemudian memberanikan diri untuk melewati fase ini dengan lebih logis dan dengan iman. Agar langkah kita tidak didorong oleh ego kita untuk segera memiliki status, ego karena malu belum menikah sendiri, ego karena ingin seperti teman-teman kita yang lain, ego karena dirasa menikah itu menyelesaikan seluruh permasalahan hidup.”
Justru, pernikahan itu menambah masalah. Kalau kita salah menentukan pilihan, salah dalam membuat keputusan, masalah yang akan kita hadapi dalam pernikahan, akan jauh lebih sulit.
Berjuanglah lebih lama sedikit, lebih bersabar, agar kita sampai pada pelajaran yang utuh. Agar kita sampai di titik, dimana kita bertemu dengan orang yang benar-benar membuat kita yakin dan percaya bahwa anak-anak kita, layak memiliki ayah/ibu seperti dia. Di sini, semua standar kita soal ketampanan, kekayaan, dan semua hal yang tampak permukaan akan luluh. Kalah oleh akhlak, kalah oleh karakter seseorang. Sebab akhlak/karakter adalah cerminan pemahaman hidup seseorang, cerminan pikiran-pikirannya, cerminan tentang visi yang ingin kita hidupkan.
Bersabarlah, sedikit lagi. Karena pernikahan yang seumur hidup, terlalu berharga untuk kita korbankan demi ego-ego dan perasaan kita yang tak mampu kita kendalikan saat ini. Kurniawan Gunadi
Yogyakarta, 17 Juni 2020
2K notes
·
View notes
Text
tak kenal usia
kalau kamu sudah melewati usia 20-25 yang konon adalah masanya seseorang mengalami quarter life crisis, akan tetapi masih kerap merasakan keresahan, kekhawatiran, atau ketidaknyamanan hati, kemarilah duduk bersama saya.
saya hanya ingin bilang bahwa kamu tak sendirian. bahwa yang kamu alami sangat wajar. bahwa apa yang kamu rasakan perlu untuk kamu terima.
saya mengerti bagaimana merindunya kamu kepada teman-temanmu yang sudah tenggelam dalam kehidupannya sendiri-sendiri: keluarganya, pasangannya, anak-anaknya, pekerjaannya, bisnisnya, karyanya.
saya mengerti bagaimana sesekali kamu ingin kembali menjadi anak kecil di hadapan orang tuamu. menangis dan meraung karena tak berhasil meraih sesuatu. atau hanya ingin menangis karena sekadar mengantuk.
saya mengerti bagaimana mungkin kamu ingin cuti hidup. sehari dua hari tanpa melakukan apa pun, tanpa menjalani peran apa pun.
saya mengerti bagaimana kamu gengsi untuk menumpahkan rasa lelahmu karena yah, seharusnya kamu sudah dewasa sekarang. yang kamu percaya, menjadi dewasa adalah tidak pernah mengeluh.
saya mengerti bagaimana kamu pada titik-titik tertentu berujar, "ah seandainya ini dan itu bisa diulang kembali. saya akan ambil keputusan ini atau itu."
saya mengerti bagaimana masa depan tampak mengerikan meskipun kamu telah sekuat tenaga membuat rencana dan menggalang persiapan.
saya mengerti bagaimana jiwamu seakan berceceran sebelum kamu tidur. kamu berharap bahwa malam akan mengumpulkan potongan-potongan jiwamu itu. namun tidak, di pagi hari, masih ada lubang yang menganga di hatimu.
kemarilah, kawan. duduklah di sebelah saya. tumpahkanlah semua yang menggantung di ujung matamu. menjadi dewasa tak berarti memiliki hidup yang paripurna. menjadi dewasa adalah menjalani hidup dengan berani--dengan penuh kesadaran bahwa krisis tak kenal usia.
semoga kamu selalu menemukan keberanian itu.
1K notes
·
View notes
Text
#27
Untukku; di 27
Dear,
Tidak terasa tahun ini sudah masuk di angka 27.
Pertama, sebagai seorang hamba aku ingin melangitkan rasa syukurku yang tak terkira karena Allah masih memberikan nafas hingga malam ini aku menulis. Ditengah seringnya rasa futurku yang hadir tetapi begitu banyak pula gift yang sudah Allah berikan sepanjang perjalanan 27 tahun ini.
Kedua, tentu saja aku juga harus bermuhasabah dengan perjalanan itu sendiri. Sudah sejauh mana aku melihat hidupku selama ini? Sudah sejauh mana aku menjadi seorang hamba? Bagaimana kabar rencana-rencana yang sudah ku tuliskan untuk hari esok?
27 tahun memang bukan usia muda, tetapi belum tua juga. Angka yang kata orang spekulatif.
Diangka 27 ini dan angka-angka berikutnya (jika Allah mengizinkan), aku hanya ingin menjadi tidak lagi sekedar mengikuti. Aku hanya ingin lebih tulus dalam memaafkan, entah itu memaafkan diri sendiri ataupun orang lain. Terkadang aku merasa bahwa aku adalah orang yang paling berjuang diantara orang lain, padahal salah. Terkadang juga aku merasa bahwa aku bisa melewati semuanya sendiri padahal tidak, aku butuh orang lain.
Dear,
Semoga ini bukan hanya sekedar angka 27. Aku percaya bahwa kedepannya aku akan semakin dewasa dalam menghadapi apapun. Semoga semakin bediri tegak meski ujiannya akan lebih kuat. Menjadi manusia yang lebih hangat terhadap orang lain, yang selalu tumbuh seperti bunga, seperti hari ini, seperti detik ini.
Dear,
Berkurang lagi usiaku. Terima kasih lagi dan lagi untuk keberaniannya disetiap kondisi apapun.
Aku menyayangimu, diriku.
KBJ, 24 Februari 2020
3 notes
·
View notes
Text
Ma, Ajarkan Aku Ilmu Agama..
Ditulis dari kajian Ummu Balqis | Masjid Al-Falah, Bambu Apus | 29 Desember, 2019
Mendidik anak itu adalah hal yang penting karena tidak selamanya orang tua selalu membersamai anaknya..
(QS an-Nisa’: 9) وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَوَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا Artinya:“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”.
Orang tua harus mem-prepare anaknya karena tidak ada yang tahu kapan orang tua diharuskan meninggalkan anaknya.
Pernah dengar cerita-cerita pemuda hebat ini?
Adalah Sosok remaja keren, Zaid bin Tsabit, 13 tahun Usianya tapi sudah dipercaya menjadi penterjemah Rosulullah, sekaligus menjadi sosok paling muda yang ikut Kodifikasi Al-Qur'an Dibalik hebatnya Zaid, terdapat sosok ibunya, tak lain tak bukan Ummahat keceh ibunda An-Nawwar binti Malik, sosok Ibu Hebat yang tak hanya Cerdas dan Jenius… tapi juga pandai melihat potensi Anaknya. Zaid remaja yg berani, menangis manakala mendaftar di perang Badar namun ditolak Rosulullah karena badannya terlalu kecil. Ibunya membangkitkan spiritnya: Saat ini Kamu bisa berguna untuk ummat tidak dengan PEDANGMU, tapi dengan PENA mu! Ibu Zaid faham akan potensi Zaid sang “jenius kids” yang sanggup hafal Kitabullah, pandai membaca dan menulis, keterampilan yg tak banyak orang bisa saat itu. Ibu Zaid kemudian menyampaikannya potensi anaknya dihadapan Rosulullah. Rosulullah tak hanya terkesima dengan kejeniusannya, kemampuan Zaid yang hanya membutuhkan waktu 17 hari saja untuk mempelajari bahasa Ibrani, bahkan beberapa bahasa lain sanggup dipelajari dalam waktu singkat, membuat Zaid yang baru berusia belasan tahun sudah didapuk menjadi penterjemah Rosulullah. ________
Adapun mamak (dan calon mamak) jaman NOW! harus punya kiat untuk mendidik anak yang hebat:
Orang tua harus memiliki Ilmu yang mumpuni
Orang tua harus menjadi sosok teladan bagi anak
Orang tua menerapkan metode parenting ala Rasulullah
Orang tua mempersiapkan konten bahan ajar
Masa Konsepsi dan Kehamilan
Mempersiapkan anak yang hebat dimulai bahkan sejak sebelum menjadi janin loh, yaitu pada masa konsepsi, seperti berdo’a sebelum berjima. Serta kebiasaan-kebiasaan saat kehamilan, memperhatikan kehalalan makanan yang dikonsumsi, kestabilan emosi, majlis yang didatangi, dan bacaan-bacaan yang diperdengarkan pada anak selama dalam kandungan.
Masa Setelah Kelahiran
1. Step pola asuh anak 0-6 tahun
adalah fase mengisi lumbung padi cinta. Pada fase ini anak tidak boleh dimarahi sama sekali. Yagimana dan ngapain dimarahi karena pada usia ini anak belum memiliki rasa bersalah. Perasaan bersalah pada anak baru berkembang sempurna pada usia 5 tahun. Sebaliknya, daripada memarahi padahal anak juga tidak paham rasa bersalah, sebaiknya pada fase ini orang tua:
Lebih banyak memberi contoh atau teladan kepada anak melalui gerakan atau kebiasaan kita sehari-hari. Sesuai adab Rasul dan penelitian, anak pada usia ini suka menirukan hal-hal yang ia amati dan dilakukan berulang-ulang.
Melakukan hypnoparenting, yaitu dengan mendongengi anak. Pada saat sebelum tidur, saat anak mulai rileks tidak banyak bergerak, orang tua dapat memberikan doktrin-doktrin pada anak melalui cerita
2. Step pola asuh anak 7-15 tahun
adalah fase kedisiplinan. Ketika pada fase sebelumnya anak mendapatkan cukup cinta, maka orang tua saat mendisiplinkan anaknya dengan menetapkan beberapa aturan sesuai konten pendidikan pada anak, anak akan mengerti dan menaati walaupun pada awalnya tidak menyukainya. Hal tersebut karena anak menyadari bahwa orang tuanya memberikan aturan tersebut karena mencintainya dan ia mengingat betul cinta orang tuanya pada fase sebelumnya. Berbeda, jika pada fase sebelumnya (0-6 tahun) anak merasakan kurang cinta maka akan berdampak pada fase ini, anak akan cenderung menjadi pemberontak.
3. Step pola asuh anak 15 tahun keatas
adalah fase pendampingan/persahabatan/advise. Anak sudah paham tentang konsep syariah, muamalah, dsb. Anak paham adab berinteraksi lawan jenis bukan mahram dsb. Tugas orang tua adalah mendampingi.
KONTEN PENDIDIKAN UNTUK ANAK:
Tauhid (Allah esa, Allah mengawasi kita)
Akhlak (Sopan, santun)
Ibadah
Muamalah (Batasan lawan jenis, perdagangan, keuangan)
PERILAKU ANAK:
Perilaku anak adalah hasil dari 89% melihat, 10% mendengar, 1% indra lain, Dengan demikian orang tua harus lebih banyak mencontohkan pada anak dengan perbuatan daripada menasehati seperti kaset rusak namun dia sendiri tidak melakukan apa yang dinasehatkan.
Di era jaman now yang apa-apa serba gadget, sikap orang tua sebaiknya
Bijak gadget di depan anak (waktu gadget dan bebas gadget disepakati). Menspesialkan waktu keluarga, waktu meng-asi-hi anak tidak hanya transfer cinta tapi juga transfer doa, melakukan aktvitas dengan anak tidak disambi main gadget tapi sambi dengan mentransfer doa dan dzikir pada anak.
Mendampingi anak dalam bergadget dengan memberi durasi main gadget misal 1,5 jam sehari
Konten dalam gadget: apps yang direkomendasikan (Kids place, kakatu, screen time, appnofilter, kid mode, norton online family)
FYI
Kemampuan anak dalam fokus belajar sebanding dengan umurnya! anak usia 3 tahun hanya kuat fokus belajar 3 menit. oleh karena itu orang tua harus paham cara mengajarkan anak yaitu dengan belajar sambil bermain :)
Tips:
1. Parenting ala ummu balqis, buat beberapa bagian rumah menjadi stasiun-stasiun pemberhentian. Tiap titik pemberhentian ada titik tempat belajar dan bermain. Dengan seolah main kereta-keretaan, stasiun 1 sebagai tempat pemberhentian untuk belajar selama 5 menit, kemudian lanjut ke stasiun 2 untuk bermain selama 3 menit, dan seterusnya :)
2. Parenting ala tengku wisnu biasa diliat di link berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=ljONZopZ2Jk
Kutipan dari ig @ummubalqis.blog
“Tiap anak beda! kadang kita tak sanggup melihat kelebihan anak kita karena kelemahan yg dia punya. Jangan paksa hiu untuk terbang hingga awan, dan burung untuk jago menyelam hingga dasar laut. Tiap anak Hebat dengan potensinya. Dampingi dengan optimal dengan tetap mengapresiasi anak.”
131 notes
·
View notes
Text
Bagaimana Kabar Mimpimu?
Suatu hari aku bertemu dengan sahabat yang sudah lama tak berjumpa. Ditengah-tengah perbincangan random kami, dia bertanya tentang bagaimana kabar mimpiku bekerja di salah satu perusahaan milik pemerintah, juga tentang kabar semangat ku melanjutkan sekolah lagi.
Jleb. Aku menjawab sekenanya. "Udah ga terpikirkan lagi sepertinya, mimpi dengan effort tidak berbanding lurus. Tidak ada sama sekali effort dari diriku sendiri. Tidak disadari malah rasanya semakin menjauh." Kataku.
"Kenapa?" Tanyanya sambil lama melihat wajahku.
Semenjak dia menikah dan aku bekerja di beda kota, aku memang membatasi diri untuk tidak banyak cerita masalah-masalahku padanya, tak seperti jaman kami masih sendiri semuanya dipreteli. Aku selalu berfikir bahwa beban yang difikirkannya sekarang mungkin semakin banyak.
" Hemmm.. sesekali coba kamu tanya kabar diri sudah sampai sejauh mana melangkah, adakah yang terlupakan atau malah semakin melenceng, untuk hal apapun itu" kata dia
"gak apa-apa, mungkin sekarang skala prioritas ku saja yang sudah berubah." #ngelespadahal
Cerita tentang mimpi, aku pikir setiap manusia itu harus punya mimpi, bahkan setinggi mungkin. Begitulah yang selalu dipesankan guru-guru saat kita masih duduk dibangku sekolah. Dulu waktu SMA saat masih aktif di dunia jurnalistik mimpi ku kerja di trans TV karena terlihat keren saja kerja di tv dengan crew yang masih muda2. Mimpi itu sebetulnya berlalu begitu saja karena berubah seiring berjalannya waktu hingga akhirnya lulus kuliah cita2 ku ingin menjadi guru di rural area yang jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Hehe
Qadarullah, 8 tahun kemudian pasca melanglang buana, Allah kasi aku rezeki kerja di salah satu stasiun tv nasional. Kadang kalo flash back ke masa silam ternyata aku tuh punya mimpi yang sekarang sedang aku jalanin. Allah tuh udah ngasih gift nya. Tapi aku sering ga sadar dan bersyukur.
Bad news nya, kerja di media dengan lingkungan yang heterogen kadang membuatku sedikit hopeless untuk melangkah lebih jauh. Katanya media itu jahat, industri kapitalis yang menghalalkan segala cara untuk tetap bisa eksis di dunia yang fana ini.
Tapi aku selalu ingat kata-kata ibu indah, "Allah tidak semata-mata menempatkan kita di suatu lingkungan jika tidak untuk menjadikan kita 'sesuatu' disana. Dakwah itu jalannya dimana saja, panjang pula. Mungkin inilah cara Allah yang ingin menjadikan kita seseorang yang membawa kebaikan dilingkungan tersebut." Begitu kata beliau
Duuh, jadi semangat lagi bukan? Hehe
Jadi, untuk mimpi kita yang sedang terlupakan, tanyakanlah pada diri sudah sejauh mana melangkah. Bersemangat lah. Jadikanlah mimpi itu sebagai bagian dari jalan dakwah kita untuk menyebarkan kebaikanNya.
Semoga langkah kecil kita atas mimpi-mimpi kita selalu menuju pada keridhoanNya. Aamiin
KBJ, Feb 2020
1 note
·
View note