Text
Menikah itu nambah masalah
Menuju lima tahun pernikahan, tau-tau sudah mau berempat. Begitu cepat sekali waktu berlalu.
Dulu sebelum menikah, ada begitu banyak sekali kekhawatiran sehingga bisa mikir beribu kali untuk memutuskan menikah.
Memang benar kata seorang kawan "menikah itu nambah masalah"
Tapi ketenangannya juga bertambah, keberkahannya bertambah, rasa syukurnya bertambah dan kebahagiaannya pun bertambah.
Kadang bingung, waktu masih sendiri keresahannya banyak banget. Kok setelah menikah engga tau mau meresahkan apa lagi.
Mikirnya makin sederhana; jalani, jalani, jalani. Udah cuma gitu aja.
Yang mencukupi Allah, kenapa jadi kita yang bingung.
Satu ditambah satu logika manusia jawabannya dua. Tapi matematikanya Allah, jawabannya tak terhingga.
Memang benar, banyak tidak masuk akalnya. Tau-tau ada, tau-tau cukup, tau-tau bisa, tau-tau mampu melewatinya.
Kalau ada yang bilang menikah itu melelahkan, iya memang engga salah. Betul melelahkan.
Tapi ketika sudah sampai di rumah, capeknya hilang dan lupa sama lelahnya.
Menikah itu menjalani kesadaran.
Sadar sama-sama saling membutuhkan. Sadar sama-sama punya kekurangan. Sadar sama-sama punya kesalahan.
Kuncinya, jangan keluar jalur.
Ibarat melakukan sebuah perjalanan. Jika suami itu sopir, fokus dan pegang kendali. Karena penumpang di belakang engga peduli ngantuknya kamu.
Mereka cuma mau tau sampai di tujuan. Melencengnya kamu sana sini, membahayakan mereka.
Kamu ke luar jalur, celaka mereka.
Begitupun penumpang, tetap tenang. Jangan melompat atau pindah kendaraan lain, karena ada kendaraan yang lebih bagus.
Karena percuma sopir sampai di tujuan sendiri.
Dan belum tentu juga dengan pindah kendaraan yang lebih bagus, bisa bikin kamu lebih cepat sampai di tujuanmu.
Iya kalau sampai, kalau malah tersesat?
Karena tujuannya dari menikah ya cuma satu, yaitu membawa pernikahanmu selamat.
—ibnufir
600 notes
·
View notes
Text
“I stopped explaining myself when I realized people only understand from their level of perception.”
— Unknown
16K notes
·
View notes
Text
Berteman sejak masih belia, sekitar usia 5 tahun lah. Waktu masih TK kami sudah saling bertemu, tapi tentu belum terlalu akrab. Tempat tinggal kami berdekatan, hanya beda 1 gang tiap rumahnya. Kebayang ngga? Hehe intinya rumah kami tu 1 komplek, beda RT tapi belakang²an gitu. Jadi dulu waktu kecil kalau main tinggal lewat gang kecil samping rumah buat tembus ke belakang. Lucu banget kalo diinget².
Sekarang umur kami 31 tahun. Sudah sekitar 26 tahun ya main bareng. Masing² sudah berumah tangga. Tanggal pernikahan pun hanya selang 2 bulan. Padahal kami ga saling cerita. Tapi bisa selalu bertepatan hehe.
Walaupun memang jarang banget ketemu, jarang ada moment main bareng. Tapi hebatnya tiap ketemu tu kualitasnya ngga berkurang. Kalau cerita masih nyambung dan masih saling peka perasaan satu sama lain. Malah jarang banget ngomongin orang, sambat² atau bahkan flexing harta kekayaan. Kalau ketemu ngobrolnya ya update kabar satu sama lain aja, atau sharing ilmu baru hehe. Sungguh berfaedah yaa. Ngga perlu lama, tapi berkualitas.
Sayang banget sama mereka. Semoga pertemanan ini sampai ke surga yaa❤️
haydyah | Bontang, 16/01/2024
0 notes
Text
Impian sedari dulu kalo ulang tahun pengen dikasi kue tart nuansa mickey mouse. Baru keturutan di usia 31 tahun. Haha Love banget!❤️
Makasiii my love... Suamiku, Mamaku, dan Adekku. Semoga usia ini diberkahi Allah. Aamiin
Bontang, 14/01/2024
0 notes
Text
It's my 13 year anniversary on Tumblr 🥳
Sampai sekarang Tumblr masih menjadi ruang healingku 🥰
0 notes
Text
Kayanya emang lebih nyaman berada di tengah orang-orang yang ngga kenal sama sekali. Karena nyadar, emang sendirian dan ngga kenal jadi ngga sedih dan ngga panik.
Kalau ditengah orang-orang yang kenal, tapi ngga se-frekuensi tu ngerasa sendirian banget, jadi sedih dan panik. Apalagi pake ditegur "sini gabung, jangan diem-diem aja" 😌
_haydyah | Bontang, 8/12/2023
0 notes
Text
"Sejatinya yang mebuat hati kita susah dalam mengkihlaskan sesuatu, atau seseorang yang Allah tidak takdirkan bersama kita adalah karena kita memandang keikhlasan dari sudut pandang materi, bukan dari keimanan."
Itulah kenapa bersyukur akan sesuatu yang kita miliki meskipun kadang lupa dilakukan masih lebih mudah untuk dilakukan, daripada bersyukur atas sesuatu yang justru Allah tidak berikan.
Adanya rasa kehilangan adalah karena kita merasa memiliki. Padahal pada dasarnya tiada sesuatupun yang ada di genggaman kita, melainkan hanya titipan dari-Nya.
Allah ajarkan itu melalui, salah satu kalimat baiknya kepada kita, Inna lillahi wa Inna Ilaihi Roji'un (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).
Adanya rasa sakit itu adalah karena kita merasa kehilangan. Adanya rasa kehilangan itu karena kita merasa memiliki. Maka, lepaskanlah sesuatu yang memang tidak diperuntukkan untukmu.
Sebaliknya, yakinlah bahwa sesuatu yang indah telah Allah siapkan, hanya saja sebelum itu biasanya Allah akan ambil dulu apa yang ada di 'hati' bahkan 'tangan'mu, untuk menguji seberapa yakin, seberapa mengakar kata 'ikhlas' ada di dalam dirimu.
227 notes
·
View notes
Text
I hope so
Suatu hari nanti, kita akan bertemu dengan orang-orang yang tanpa diminta pun mereka akan mencoba mengerti.
~ unknown
• November bercerita hari kedelapan belas
213 notes
·
View notes
Text
Private
Beberapa orang mempermasalahkan seseorang yang memilih untuk mem- private akun atau status di sosial media-nya. Mereka bilang, "Punya masalah apa sih, sampai semua-semua di private? Semua-semua di hidden dan di mute? Ngga usah punya sosmed aja sekalian kalau semuanya dirahasiakan".
Seolah mereka yang memilih private itu ngga boleh memilih untuk tetap nyaman di zona-nya saat bermain sosial media. Beberapa orang memilih untuk tetap diam, tertutup dan menjaga segala hal pribadinya untuk hanya bisa dinikmati dengan orang-orang pilihannya.
Sepertinya, yang harus ditanya adalah mereka yang mempertanyakan hal tersebut deh. Karena, untuk apa mereka resah atau risih dengan keputusan orang-orang yang merahasiakan hal-hal yang tidak ingin diketahui orang banyak? Apakah mereka kesal, karena mereka jadi terbatas untuk kepo kehidupan pribadi orang tersebut? Hehe
Yuk, biasakan diri ini untuk tidak resah dengan keputusan orang lain yang tidak ada untung/ruginya buat diri kita sendiri. 😉
_haydyah
Bontang, 6/12/2023
0 notes
Text
Berdebat sama orang yang cara pandang hidupnya beda sama kita tuh capek emang. Ngga bakal nyampe sepakat deh. Dia ngerasa benar, akupun ngerasa benar. Cuma bedanya, aku menerima perbedaan cara pandang dia... tapi dianya engga. Hehe
Kita pergi sekolah dan kuliah, banyak²in bergaul sama orang tujuannya selain belajar tentang teori, juga biar punya banyak wawasan dan paham cara pandang orang².
Gunanya sekolah dan kuliah itu sebenernya itu. Kita ditemuin sama beragam otak manusia yg beda² sudut pandangnya. Terus diolah sama ilmu yang diajarin guru² kita untuk menerima perbedaan pendapat dan memahami cara pandang orang dengan baik.
Paham bukan berarti setuju, tapi menghargai aja jalan pikiran orang itu. Ngga sampe merendahkan atau melecehkan. Kecuali pendapatnya emang bener² menyimpang dari norma dan adab yang berlaku ya mungkin bisa kita kasih paham yang bener gimana.
Maksudku, kalau ada orang yang punya cara pandang yang berbeda selama dia ngga menyimpang, dan ngga merugikan orang lain ya udah pahami aja kalo memang ada orang yang mikirnya beda dari yang kita pahami. Jangan memaksa orang untuk selalu sepakat sama pendapat yang kamu yakini benar. Apalagi jika memang pendapatnya benar² ngga masuk di akal orang lain dan norma yang berlaku.
Contoh: Ada kelas upgrade soft skill (desain) secara online dan berbayar. Kelasnya dilaksanakan selama 10 hari. Kelas dilaksanakan via grup WhatsApp, materi lengkap, bisa tanya jawab, materi bisa diakses seumur hidup, dan mendapat sertifikat.
Menurut A, ikut kelas online berbayar itu perbuatan yang sia². Karena buang² uang, dan waktu. Setelah dapet sertifikat pun mau buat apa? Tidak bermanfaat untuk kehidupan sehari² dan tidak menghasilkan uang. Mending belajar otodidak aja, ngga perlu bayar dan buang² waktu mengikuti kelas.
Menurut B, ikut kelas online berbayar ini adalah kesempatan emas. Karena bisa menambah soft skill yang belum pernah dikuasai. Walaupun bisa belajar otodidak, tapi kesempatan untuk bisa tanya jawab dengan mentor dan mendapat full materi yang bisa diakses seumur hidup itu sangat langka. Itungannya, bayar sekali tapi manfaatnya seumur hidup. Bisa dipakai untuk buka jasa desain, atau ya sekedar melakukan hobi disela² kegiatan lain, atau ya mengikuti perkembangan zaman yang sekarang semua serba digital. Kalaupun ngga dipakai untuk mencari uang, seenggaknya dia sudah mengantongi 1 ilmu desain yang dia punya. Jaga² kalau sudah punya anak, terus anak ada PR membuat suatu karya digital, kita sebagai ortu sudah paham harus apa. Atau ada kebutuhan uang mendesak dia bisa memanfaatkan gadget dan ilmunya untuk mendapatkan uang dengan buka jasa desain.
Nah, dari 1 contoh kasus ini... perbedaan cara pandang hidupnya kan keliatan beda banget yaa. Si A ngga melihat ini sebuah peluang penting, tapi si B melihat ini adalah peluang emas. Semua tergantung cara pandang masing² orang. B juga ngga bisa nyalahin si A yang mikir ini perbuatan yang sia², A juga ngga bisa nyalahin si B yang memutuskan untuk ikut kelas online-nya karena menurutnya ini penting.
Yang sering menjadi masalah adalah, jika orang² yang berbeda pendapat ini memaksakan kehendak agar orang lain mengikuti alur berpikirnya. Bukan hanya mengikuti di pikiran, tapi juga sampai harus menghalangi orang lain melakukan hal yang menurutnya benar.
Setuju atau tidak untuk mengikuti kelas online itu, sama² ngga mendatangkan masalah yang besar dan merugikan satu sama lain. Jadi, tugas kita hanya dukung aja apapun keputusan orang lain selama itu ngga menyimpang dan melanggar norma² berlaku.
Ngga hanya tentang contoh kasus ini ya, banyak hal yang perlu kita hargai dari masing² pendapat orang lain. Jangan sampai mematikan kesempatan orang lain untuk berkembang jadi lebih baik. 😉
_haydyah
Bontang, 5/12/2023
1 note
·
View note
Text
Nikah itu hanya mengubah statusnya bukan orangnya ..
Yang tadinya cuek , setelah menikah pun kemungkinan besar nggak akan mendadak jadi orang penuh perhatian ..
yang tadinya kasar dan suka membentak ketika marah , kemungkinan besar nggak akan mendadak jadi orang berperangai lembut ..
yang tadinya hobi selingkuh dan suka bohong kemungkinan besar nggak akan mendadak menjadi setia dan jujur …
Yang tadinya hobi minum , judi , dan ngutang kemungkinan besar nggak akan mendadak jadi lebih bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri dan keluarganya …
110 notes
·
View notes
Text
Diremehkan
Saat malam sebelum kupejamkan mataku, aku selalu bergumam dan meminta pada Allah, agar mampu memaafkan beberapa orang yang pernah meremehkan atau merendahkanku, juga keluargaku
Aku memang bukan terlahir dari keluarga yang kaya raya. Namun, jiwa dan hati kedua orangtuaku lah yang kaya. Rasa tenang dan cukup, yang mungkin tidak banyak dimiliki orang lain. Kuakui, mereka tidaklah pelit, suka membantu saudara maupun orang lain, bahkan saat mereka juga sedang membutuhkan. Ketika di atas pun, mereka tidak pernah sombong. Akhlak yang membumi itu, selalu diajarkan pada anak-anaknya, hingga bisa kurasakan sampai saat ini
Aku pernah beberapa kali dihina, difitnah, diremehkan, entah dalam hal harta, pekerjaan, intelektual, pemikiran, keputusan, keyakinan; dengan kolega kerjaku, temanku, dosenku, bahkan orang terdekatku, namun, aku memilih tidak menanggapi
Aku pikir, tidak perlu membuktikan apapun pada siapapun. Tidak perlu bersusah payah menjelaskan kondisi apapun pada orang lain. Juga, tidak perlu membalas meninggi dengan cara merendahkan yang lain. Cukup perlu koreksi diri, karena perlakuan orang lain juga tidak lepas dari dosa-dosa kita, atau hak-hak Allah yang pernah diabaikan
Sering kita ketahui, bahwasannya tabiat manusia itu senang dipuji, meski sesuatu yang dipuji itu tidak ada dalam dirinya. Lantas, mengapa kita harus marah, ketika yang dicela tidak ada dalam diri kita?
Itulah alasanku, mengapa aku memilih untuk tidak menanggapi, meski rasa sakit itu masih ada. Aku hanya berdoa, semoga Allah ikhlaskan hatiku untuk menerima sesuatu yang tidak aku sukai
Jakarta, 14 November 2023 | Pena Imaji
224 notes
·
View notes
Text
Bayangkan jika dengan bebalnya cara berpikir kita saat ini, dengan kerasnya hati kita saat ini. Kita pernah menyakiti orang lain tapi tidak merasa bersalah. Dan orang tersebut juga tidak memaafkan kita karena kita tidak meminta maaf, ya karena kita tidak merasa bersalah. Kita mencari pembenaran ke sana ke mari.
Sampai di akhir waktu, waktu yang terus beranjak, menua, dan kita baru menyadari kalau kesulitan hidup kita selama ini disebabkan oleh mudahnya kita menyakiti orang lain. Dan kita tidak punya waktu lagi untuk meminta maaf. Bagaimana jika yang demikian itu, ternyata diri kita.
599 notes
·
View notes
Text
Tidak semua kebaikan kita itu harus berbalas kebaikan pula, justru terkadang kebaikan kita bisa berbalas keburukan. Barangkali Tuhan tahu bahwa kebaikan yang kita lakukan itu bukan karena-Nya, tapi karena manusia.
Sebegitu mudah bagi Tuhan meremukkan harapan dan menyakiti hati yang tidak bertumpu pada-Nya. Lakukan saja kebaikan itu karena-Nya, nanti Dia yang akan mengurus soal hati dan balasan dari manusia.
@jndmmsyhd
406 notes
·
View notes
Text
Menghargai itu tak selalu dapat diukur dengan uang. Saat kamu ingin dihargai, maka berusahalah untuk mendengarkan orang lain dan mengakui kesalahan kita.
84 notes
·
View notes
Text
Welcome 30!
O halooo akhirnya diriku menginjak umur 30 tahun. 3 tahun lalu sempat ngepost ketakutanku menjelang umur 30 tahun. hihi
And ya, sekarang aku berada di umur tersebut. Menakutkan? Sangat. Haha! Kenapa? Ya, karena di umur ini menandakan aku bukan lagi anak muda, bukan lagi remaja, tapi sudah dewasa secara usia dan mental. Harusnya yaah. Ya, semoga mentalku juga sudah cukup dewasa di umur ini. Karena, ketika sudah menikah dan kita berada di umur kepala 3 itu tidak muda lagi. Selain fisik udah pasti mulai menua, jiwa yaaa sudah mulai rada-rada oleng yaaa haha ya karena mulai banyak beban hidup nih. Aku tidak sekuat itu ternyata. Adakalanya aku duduk termenung, sendiri di kamar ngga mau ketemu orang sama sekali. Mulai insecure, yang padahal ya ngapain insecure ya? Kan kita manusia pasti punya perbedaan. Tapi ya ngga tau, muncul tiba-tiba aja insecure itu. Cemas karena kita sudah ngga muda lagi, ngga bisa kekanak-kanakan lagi. Harus lebih bijaksana pastinya. Takut melakukan banyak kesalahan aja gitu. Apalagi sekarang temen mainnya udah bukan anak-anak seusia kita, tapi udah umur 30an ke atas. Lebih senior pasti. Ya, kitanya yang tadi mainnya sama anak-anak tau-tau harus main sama orang tua yang pasti beda generasi. Kalo dulu kan, orang tua ya nimbrungnya sama orang tua ya. Sekarang, kita harus nimbrung sama mereka juga. Karena kita sudah mulai memasuki pintu “usia dewasa”. Yaa begitulah. Ngga mudah bersosialisasi sama orang tua tuh, beda banget. Jauh. Butuh kelapangan hati yang lebih dibanding bersosialisasi sesama umur ya.
Aku ngga tau hanya aku atau semua orang merasakan hal ini. Aku cuma mau cerita aja sih, tentang pengalaman baru menjadi orang dewasa berdasarkan usia. Semoga kedepannya bisa lebih bijaksana dan berwibawa sesuai usianya :D
21maret2023
9 notes
·
View notes