Text
tak apa pergi jauh sejenak, meninggalkan hiruk pikuk keramaian
benahi diri terlebih dahulu, mengambil ruang untuk membentuk diri yang lebih baik
jika ditengah - tengah itu ada rasa sepi menghampiri dan merindukan sedikit keramaian, rasakan saja dan jangan pernah di tolak ataupun berusaha menyangkalnya
rasa itu tetap kita rasakan sebagai bagian dari pilihan untuk berbenah, dengan rasa itu akan semakin menguatkan tekad selesai dengan diri
nanti kita akan bertemu dengan ramai dengan versi diri yang lebih baik lagii
0 notes
Text
Pagi yang lembut
setelah beaktifitas pagi aku mengecek notifikasi pesan yang ada di ponselku, melihat ada pesan dari salah satu sahabatku yang terlihat sebaris pesannya dengan kata tebal "LELAKI LANGIT"
keningku sedikit mengernyit membaca judul itu, rasa penasaranku membawa jari ini untuk membuka pesan tersebut dan kubaca secara seksama isi pesan itu
*L E L A K I - L A N G I T*
(Kisah sejati dari seorang sahabatku)
Tiba2 aku terbangun. Ketika jarum jam menunjuk angka 2.34 pagi. Setengah mengantuk aku bergegas ke kamar kecil.
Enam detik kemudian aku terpaku heran. Sudah ada ibu berdiri di depanku.
Kenapa ibu ada di sini?
Bukankah almarhumah sdh lama meninggalkan kami?
Rasa kantung kemih penuh mendadak hilang ditelan bumi.
Seorang lelaki yg tak kukenal berdiri di samping ibu. Badannya kurus, wajahnya tirus.
_“Mas Bagus, ibu njaluk tulung yo._(Ibu minta tolong ya).
_Kalau umroh titip ini",_ ujar ibu dg logat Jawanya yg kental sambil menunjuk lelaki di sampingnya.
_“Nggih Bu. Tapi nuwun sewu, niku sinten tho?”_ (iya bu, tapi maaf itu siapa), tanyaku heran.
Ibu tidak menjawab.
Lelaki itu kupandangi kemudian.
*IMRUL*
Aku melihat tulisan itu di atas saku kemejanya.
Di bawahnya ada sederet angka.
Jelas sekali semuanya terbaca.
Tiba2 aku terbangun dan mengerjapkan mata.
_“Mas Bagus mimpi lagi ya?”_ ujar istriku lembut sambil membelai kepalaku.
Jantungku berdegup keras.
_“Ini sudah 3 kali mimpi yang sama,”_ ujarku sambil bergegas pergi ke kamar kecil.
Jarum jam 4.34 pagi. Adzan Subuh berkumandang.
*******
Sopirku, Pak Sanusi, mendengus pelan di belakang kemudi. Jakarta padat merayap malam hari ini.
Duduk di kursi belakang, aku sibuk dg MacBook Pro menyelesaikan laporan audit tahunan yang hampir jatuh tempo. Saat Pak Sanusi membelokkan Toyota Camry-ku, aku jadi teringat pada mimpi semalam.
Almarhumah ibu dan Ielaki yang tak pernah aku jumpa. Kemeja bertuliskan *Imrul* & sederet angka.
Mungkinkah deretan angka itu nomor handphone?
Apakah lelaki itu namanya Imrul?
Suara nada tunggu digantikan ucapan salam terdengar dari seberang sana, saat aku coba hubungi nomor tsb.
Suara perempuan.
_“Apa saya bisa berbicara dg Pak Imrul?”,_ tanyaku sedikit ragu.
Hening tak ada jawaban sampai beberapa menit kemudian.
_“Assalamu’alaikum, Iya ini saya Imrul,”_ suara lelaki sopan.
Degh..!!
Ini pasti cuma kebetulan, dan jantungku berdegup keras.
Tak ingin berlama-lama di telepon, malam itu aku menyambangi rumah Imrul, lelaki kurus berwajah tirus tsb. Usianya sekitaran 30 tahun, plus-minus.
Kami lesehan di atas lantai semen yang sebagiannya retak, di ruang tamu sebuah rumah petak.
_“Panggil Mas Imrul saja,”_
ujarnya sopan.
Aku tersenyum bercampur heran. Dari wajahnya, memang dialah lelaki yg ada dlm mimpiku itu.
_“Kalau boleh tahu, Bapak dapat nomor telepon saya dari mana?”_
Dan berceritalah aku tentang mimpi aneh yang berulang 3 kali itu.
Mas Imrul diam.
Wajahnya makin tirus mirip kucing restoran berharap makanan.
_“Apa sampeyan pernah bertemu almarhumah ibu saya?”_
tanyaku sambil menyodorkan foto almarhumah di Instragram-ku.
Tak perlu waktu lama buatnya untuk berkata: _"tidak"._
Aku menggaruk kepala.
_“Mas, kalau bukan karena almarhumah ibu, saya tdk akan pedulikan mimpi itu”,_
ujarku pelan sambil memegang pundaknya.
_*“Saya ingin mengajak Mas Imrul pergi umroh.”*_
_“Tapi saya ini mantan napi Pak. Belum sebulan bebas,”_
ujar Mas Imrul ragu.
Sepertinya dia tidak percaya dengan ucapanku mengajaknya umroh.
Bulu tengkuk di leherku berdesir aneh.
*******
_“Sampeyan dulu kenapa masuk penjara?”_ tanyaku, duduk di samping Mas Imrul yang sedang terpesona.
Seumur hidupnya dia baru pertama kali naik pesawat sebesar ini.
Perjalanan 9 jam di kelas bisnis Jakarta - Jeddah, mubazir rasanya kalau tidak mencari tahu tentang dia. Lelaki biasa, mantan narapidana ini.
_“Sebelum masuk bui, kerja saya sebagai satpam. Belum setahun, kantor yg saya jaga kerampokan. Teman sesama satpam, ternyata berkomplot. Dua hari sesudah kejadian, semua pelakunya diringkus polisi. Di pengadilan, teman itu berbohong kalau saya ikut terlibat. Padahal, waktu kejadian malam itu saya diikat di toilet. Hakim lebih percaya dia, akhirnya saya dipenjara. Vonisnya dua tahun,”_ ujar Mas Imrul.
Aku menghela nafas.
_“Sebenarnya, yang bikin saya sedih bukan itu Pak,”_
sambung Mas Imrul. Air matanya sedikit meleleh.
_“Lalu apa Mas?”_ tanyaku penasaran.
_“Saya gundah & khawatir. Kalau saya di penjara, siapa nanti yg akan merawat ibu.?_
_Saya anak satu-satunya._
_Apalagi ibu sdh lama lumpuh dan tidak bisa melihat. Setiap hari saya menyuapi dan memandikannya._
_Biar gaji kecil, setiap bulan saya selalu cukupkan membeli susu Ibu. Biar ibu tetap sehat.”_
Kali ini bulir air matanya mulai berjatuhan.
Duh Gusti Allah, ternyata aku jauh dibanding Mas Imrul.
Waktu almarhumah ibu dirawat di rumah sakit menjelang wafatnya, aku malah sibuk persiapan rapat pemegang saham perusahaan.
Astaghfirullah...
_“Terus siapa yang mengurus ibunya Mas Imrul?”_ tanyaku sembari mengelap mata.
Tak terasa aku ikutan menangis juga.
_“Saya minta tolong Mbak Yuni, saudara jauh dari kampung. Itu lho, perempuan yang menerima telepon Pak Bagus tempo hari. Kebetulan saya masih ada sedikit tabungan, jadi semua uangnya dipakai buat mengurus ibu selama saya di penjara. Dia yang mengurus ibu semenjak itu. Saya minta dia datang tiap hari ke penjara, menceritakan kondisi ibu. Kalau Mbak Yuni datang & cerita tentang Ibu, hati saya lega rasanya. Hati selalu was-was kalau Mbak Yuni datangnya telat, khawatir ada apa-apa dengan Ibu.”_
Aku cuma menunduk. Malu ppada lelaki di sampingku ini.
Jabatanku mentereng, gaji ratusan juta, tapi tak bisa dibandingkan dengan ketulusan Mas Imrul dalam merawat ibunya.
_"Gusti Allah, apa yang Engkau maui dari pertemuan aku dg lelaki sholeh ini?? Biar aku sadar kesalahanku? Bukankah percuma karena almarhumah sudah tiada??_
_“Baru 6 bulan di penjara, Mbak Yuni kapan itu gak datang dua hari Pak”_, Mas Imrul melanjutkan ceritanya.
_“Saya was-was. Ternyata Ibu saya meninggal dunia Pak. Sedihnya lagi, Pak sipir penjara nggak ngebolehin saya keluar sebentar buat nyekar ke makam. Saya cuma bisa nangis di penjara Pak. Mohon ampun sama Allah.”_
Air mataku mengalir deras.
Duh Gusti Allah, cobaan hidup lelaki ini ternyata berat. Aku belum tentu kuat menjalaninya.
_“Mas Imrul kan vonisnya 2 tahun, Kenapa bisa bebas lebih cepat?”_ tanyaku sambil menyeka air mata.
_“Oh, kalau itu karena kasus saya diperiksa kembali sama polisi dan pengadilan Pak,”_ ujarnya sambil ragu mengambil kain hangat yang disodorkan awak kabin.
_“Setelah sidangnya diulang, terbukti saya memang tdk bersalah. Teman yang berkomplot itu akhirnya berterus terang,”_ ujar Mas Imrul pelan.
_“Sebetulnya saya sudah memaafkan teman itu. Sejak pertama kali difitnah.”_
_“Sejak pertama kali sudah memaafkan?”_ tanyaku tambah heran.
_“Iya Pak Bagus. Kalau ada orang memfitnah, buat saya cuma dua. Kalau fitnah itu benar, maka saya mohon ampun sama Allah. Tapi kalau fitnah itu salah, maka saya maafkan & mohon ampunkan dia dari kemurkaan Allah,”_ ujarnya datar.
Degh..!!
Aku langsung teringat fitnah yang menimpaku setahun yang lalu. Aku dituduh memanipulasi laporan pajak perusahaan.
Si penuduh berhasil aku sikat habis di pengadilan. Aku beruntung dapat pengacara yang handal, tapi sekarang aku menyesal. Mengapa sepertinya kata maaf tidak pernah ada dlm kamus hidupku selama ini.?
Ternyata lelaki ini bukan orang biasa.
Mas Imrul, seorang satpam mantan narapidana, tidak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit.
Inilah lelaki langit yang semua malaikat pencatat kebaikan pasti mengenalnya...
*******
Tiga hari di Mekkah kami menginap di hotel Royal Clock Tower (Zamzam Tower).
Aku & Mas Imrul menghabiskan seluruh hari penuh dengan ibadah.
Tak cuma itu.
Ada yang spesial di umrah kali ini, dan itu semua karena Mas Imrul.
Aku biasa telat sholat fardhu, lalu sholat berjamaahnya cuma di dekat hotel. Tapi tdk saat bersama Mas Imrul.
Kami selalu berada di shaf depan, melihat langsung Ka’bah.
Aku belum pernah mencium hajar aswad padahal umrah berkali-kali, tapi tidak saat bersama Mas Imrul.
Badannya yg kurus justru berhasil membawaku mencium batu hitam itu berkali-kali, sepuasnya.
Kami juga sholat di hijir Ismail & lama berdo’a di Multazam, antara hajar aswad & pintu Ka’bah.
Semuanya lancar tanpa halangan...
Mas Imrul terlihat sangat menikmati perjalanan umroh ini.
Dalam benakku, kalau pulang nanti dia akan aku pekerjakan sebagai satpam di rumahku.
Hari keempat kami berangkat ke Masjid Nabawi, Madinah Al-Munawaroh.
Dalam bis VIP Mas Imrul lebih banyak diam & berdzikir.
_“Kalau saya perhatikan, Mas Imrul tak pernah kelihatan susah,”_ ujarku sambil memiringkan sedikit badan ke arahnya.
_“Allah yg membolak-balikkan hati Pak,”_ ujarnya datar.
_“Maka mintalah itu pada-Nya. Kalau kita menjaga Allah, kita pun akan dijaga-Nya.”_
_“Maksudnya menjaga Allah itu bagaimana Mas?”_
_“Jaga Allah dengan menyempurnakan hari,”_ ujar Mas Imrul serius.
_“Maksudnya bagaimana Mas?”_
_“Hari yang sempurna itu diawali dengan bangun malam. Sholat tahajjud & witir. Minimal 2 plus 1._
_Lalu Dhuha minimal 2, dan sholat rawatib yg jumlahnya12 raka’at._
_Utamanya sholat sunnah fajar sebelum subuh._
_Usahakan sholat wajib berjama’ah di masjid._
_Membaca Al-Qur’an minimal 1 juz setiap hari._
_Senin-Kamis puasa sunnah._
_Itulah hari yg sempurna.”_
Aku hanya terpana.
Mobil BMW, Camry, Pajero, & rumah mewah hasil jerih payahku, jadi seperti harta tak bermakna...
Sampai di Madinah, setelah sholat ashar di masjid Nabawi, kami berdesakan menuju Rawdhah.
Area khusus dengan karpet hijau itu memang jadi rebutan para jama’ah.
Kami menunggu giliran dengan sabar, berdiri di belakang pembatas putih.
Ketika petugas masjid membukanya, serentak setengah berlari kami menuju pojok paling dekat dengan tembok di sebaliknya makam Rasulullah ﷺ
_“Mas, ayo cepat sholat di sini. Perbanyak istighfar, shalawat & do’a. Ini salah satu tempat yg paling mustajab buat berdo’a,”_ ujarku sambil bersiap-siap sholat.
Di sampingku Mas Imrul dengan khusyu’ mendirikan sholat sunnah.
Selesai sholat, aku duduk berdo’a di sampingnya yang masih berlama-lama sujud.
Area rawdhah sudah sesak dipenuhi jama’ah.
Tak sampai 10 menit kemudian, muncul petugas masjid menyuruh kami segera pergi.
Waktu sudah habis.
Sekarang giliran jama’ah lainnya yang sudah menunggu di balik pembatas putih.
Aku melihat Mas Imrul masih sujud.
Petugas masjid menepuk pundak-ku, menyuruh kami segera pergi.
Entah do’a apa yang dipanjatkan Mas Imrul, mengapa begitu lama.
Aku mengguncang halus punggungnya. Badannya terguling lemah.
Degg..!!
Ternyata Mas Imrul telah tiada...
Wajah tirusnya tersenyum damai.
Dia meninggal dalam keadaan terbaiknya.
Husnul khotimah saat sujud di Rawdhah, taman surga.
Badanku lemas.
Jantungku berdegup kencang.
Aku menangis tersedu-sedu...
*Lelaki langit itu telah kembali kepada Rabb-nya.*
*******
Aku duduk sendiri di kelas bisnis.
Penerbangan Jeddah - Jakarta terasa lengang.
Baru saja aku terlelap di kursi, suara awak kabin membangunkan para penumpang untuk makan malam, 6 detik kemudian aku terduduk diam. Kenapa ibu yg membangunkanku? Ibu kan sdh meninggal.??
_“Mas Bagus, matur nuwun sanget...”_ ujar ibu dengan logat Jawanya yang kental & senyum khasnya...
Selamat pagi.
tak terasa air mata ini mengalir dan sholawat terucap, yaaa aku suka membaca kisah orang - orang sholeh yang begitu bersih hatinya, mengingatkan kembali akan banyak pelajaran hidup dan begitu lembut cara Allah menegur serta mengingatkanku kembali disaat iman yang sedang turun namun mendambakan kematian seperti kisah mas imrul. kubalas pesan sahabatku dengan penuh harap dalam ucap dan hati
"allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad, semoga Allah ridho kita bisa mengikuti jejak mas imrul ya, kembali ke Allah dengan amal, keadaan dan tempat yang paling terbaik, aamiin ya rabb 😭😭"
bukankah dunia ini tempat persinggahan dan ujian yang mempertanyakan sampai mana kita bisa menjaga Allah dalam bentuk ibadah ritual maupun amal sholih ?
2 notes
·
View notes
Text
Kisah yang sudah selesai dan buku yang sudah kita tutup, tidak perlu kita buka dan baca kembali setiap halamannya. Cukup buka pada bab yang diperlukan untuk mengambil pelajaran dan pengingat, lalu tutup kembali. Benar, kisah dan buku itu adalah masa lalu kita.
Tidak semua orang ingin mengingat secara detil pada apa yang terjadi di masa lalu, beberapa justru ada yang ingin menguburnya seakan hal itu tidak pernah terjadi.
Tapi begitulah hidup, terkadang kita perlu membuka lembaran-lembaran lama untuk sekadar mengambil hikmah dan petikan nasihat dari guru terbaik, yaitu pengalaman.
Agat langkah kita tidak lagi salah, agar pilihan kita lebih baik lagi pertimbangannya, agar luka yang dulu tidak lagi kita rasakan. Bukankah tidak ada yang ingin mengalami jatuh 2 kali pada lubang dan tempat yang sama?
Setiap kita memiliki masa lalunya, punya hal-hal yang malu untuk diingat, tapi percayalah, bahwa ada beberapa kisah masa lalu yang layak untuk kita jadikan reminder hari ini. Ia layaknya alarm yang siap berdering saat tiba masanya.
Sebab dalam rangkaian perjalanan hidup ini kita akan dipertemukan dengan banyak hal, dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.
Siapkan hati yang lapang, sabar yang luas, dan hadirkan pula niat yang baik agar setiap langkah kita ada petunjuk dari Allah.
Selamat menelusuri rangkaian takdir di dunia.
@jndmmsyhd
445 notes
·
View notes
Text
Ada yang datang tak mengenal kesiapan
life plan, life goals, sampai dengan milestone kita susun dengan sedemikian rupa untuk rencana dunia, begitu yakin usia kita akan melewati akhir rencana, bahkan tak jarang setiap waktu sujud berdoa untuk keberhasilan setiap rencana - rencana itu, tangan menengadah untuk memohon belas kasih, pertolongan dan kemudahan untuk setiap rencana
adakah dalam rencana kehidupan yang murni bertujuan untuk Allah ? untuk kehidupan setelah kita meregang nyawa ? sudahkah membuat akhirat plan, akhirat goals, hingga ke milestonenya ? sudahkah bersujud dan berdoa dengan hati yang murni untuk kehidupan akhirat ? kapan terakhir menangis karena kesalahan - kesalahan kepada sang pencipta ?
mungkin kita merasa cukup dengan yang biasa - biasa saja, atau yang wajib - wajib saja, hal minimal dan wajar itu terkadang terasa cukup dan mengagumkan saat ini. sholat 5 waktu, puasa penuh ramadhan, shodaqoh 2,5 % dari penghasilan, dll. namun yang didambakan tempat tertinggi diakhirat, bahkan ingin bertemu dengan Allah dan Rasulullah.
sedangkan kita tahu bahwa, ada yang datang tak mengenal kesiapan bernama ajal, namun kita sering terlena dengan lika - liku dan manisnya kehidupan
semoga kita semua bukan termasuk orang yang lalai. semoga kita selalu ingat kepada Allah, aamiin
2 notes
·
View notes
Text
ada yang bingung akan masa depan
ada yang mengupayakan masa depan
ada yang menjalani apa yang telah didoakan
ada yang berjuang memperbaiki hidup
semua akan tetap berjalan pada waktunya masing - masing
1 note
·
View note
Text
memasuki usia kepala 3
setengah usia dari usia umat rasulullah, dalam perjalanan mencapai usia 30 tahun ini banyak hal yang membuatku berfikir, adakah 1 saja amal perbuatan yang mampu mendatangkan rahmatNya hingga membawaku ke surga ? atau adakah 1 saja amal perbuatan yang kelak akan mendatangkan syafaat rasulullah ?
tak ada yang tahu batas akhir usia manusia, alih - alih menjalani hidup dengan sebaik - baiknya terkadang aku lupa dengan tujuan utamanya untuk berakhir khusnul khotimah. terlena dengan gemerlapnya dunia yang terkadang dalam setiap tujuan atau pencapaian hidup aku melupakan unsur tujuan akhir tersebut.
disela - sela keresahan itu terselip rasa syukur yang memenuhi lubuk hati, 30 tahun telah berlalu dengan begitu banyak yang terjadi, ada hal - hal yang membuatku bersabar namun ada hal - hal yang membuatku bersyukur. dalam kehidupan hari tak akan selamanya malam, yakin pagi pasti akan datang, namun rasa syukur itu datang karena dalam keadaan malam aku tak pernah dibiarkan sendiri, Allah datangkan orang - orang baik menemani perjalanan malam panjangku hingga tak terasa langit merah pada pagi hari telah datang.
kini bab cerita kehidupan usia 20an ditutup dengan penuh syukur dan akan membuka bab cerita kehidupan usia 30an dengan penuh harapan baik serta do'a - do'a baik dengan orang - orang baikk 🌼🤍
4 notes
·
View notes
Text
untuk bisa terlepas dari masa lalu, hiduplah dimasa kini dan percaya kita bisa membuat masa depan berbeda
0 notes
Text
Genggamlah Dunia dan Berlarilah Menuju Akhirat
Genggamlah dunia semampu yang engkau bisa, secukup tangan yang kau punyai
Dan bawalah genggaman itu berlari menuju akhirat, berlari menuju Allah SWT, dengan kau teladani Rasulullah SAW, kau cintai yang Allah SWT dan Rasulullah SAW cintai, berlarilah sekuat tenaga hingga nafasmu tersengal - sengal, hingga keringatmu bercucuran, hingga kau kehausan, maka ketika kau sampai pada akhirat, kau kan dapati Allah SWT dan Rasulullah SAW akan menyambutmu :)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)
jum'at, 3 - 3 - 2023
1 note
·
View note
Text
Tetaplah Hidup
Pengorbananmu begitu besar, bahkan terlalu besar. Lebih dari yang pernah kubayangkan hingga nalarku tak mampu memahami kenapa itu bisa terjadi, dan terjadinya kepadamu. Orang yang paling ku kenal sepanjang waktu.
Kamu sudah sekeras itu pada dirimu sendiri. Sampai-sampai, aku tak lagi merasakan kelembutanmu yang dulu. Kerasnya kepalamu, kerasnya hatimu, dan kerasnya tatap matamu yang tak seceria dulu. Kamu menatap sinis kehidupan ini yang seolah tak berpihak, tapi aku sangka bukan hidup yang tak berpihak, tapi kamu pun tak berpihak pada hati dan jiwamu sendiri.
Tak berani membuat keputusan untukmu sendiri.
Tak berani untuk melawan kerasnya hidup.
Tak berani untuk keluar dari masalah yang jelas-jelas kamu hadapi.
Tak berani mengambil keputusan, padahal jalan keluar di depan mata.
Tak berani mengatakan yang sebenarnya.
Tak berani untuk menjadi dirimu sendiri, yang kukenal
Tetaplah hidup, jangan kamu jiwamu sendiri. Hingga ragamu harus menjalani kehidupan hari demi hari tanpa arti. Tatap mata yang kosong. Hati yang kering dan sepi. Tetaplah hidup. Kamu begitu berarti, hanya orang-orang yang menyayangimu yang benar-benar menghargai mimpimu, tujuanmu, dan dirimu.
Mereka takkan membunuh semua itu.
Tetaplah hidup. Untuk dirimu, ©kurniawangunadi
554 notes
·
View notes
Text
keputusan akhir yang diambil pasti memiliki banyak pertimbangan dan banyak upaya yang sudah dilakukan sebelumnya, entah itu upaya berupa tindakan maupun do'a.
pada akhirnya setiap hal yang terjadi akan memberikan pelajaran penting dalam hidup, menjadi bekal kita melangkah lebih baik lagi.
kadang tak perlu menoleh kebelakang, cukup bawa hikmah yang ada untuk membersamai langkah kedepan :)
2 notes
·
View notes
Text
"mau makan malam apa nduk ?" suara ayah membuyarkan lamunanku
"hmm ? kita keliling yuk cari makanan" sahutku sembari menuju kamar untuk mengambil jilbab dan jaket.
"ayo, kita makan malam diluar saja" sahut ayah yang mengerti maksud dari putrinya pun bergegas mengambil kunci motor, seakan tahu jika ada kegelisahan yang sedang mendera putrinya.
ayah dan aku pun berangkat mencari makan malam yang sebenarnya aku tidak begitu lapar namun fikiranku penuh. seperti biasa jika kita keluar berdua ayah mengendarai motor meticnya dengan kecepatan rendah seakan tahu jika putrinya ingin menikmati suasana jalan sembari berkutik dengan fikirannya, hingga setelah beberapa menit ayah memberikan ruang lalu memulai percakapan.
"jadi pengen makan apa nduk ?" pungkas ayah untuk memulai percakapan
"apa ya yah, nara ikut saja ayah mau makan apa, sebenarnya nara ndak terlalu lapar, nara hanya ingin berkeliling sama ayah, nara ingin berdua saja sama ayah". suaraku sedikit parau waktu itu, namun aku tahu jika ayah semenjak tadi sudah menyadari keadaanku saat ini.
"siap tuan putri, ayah antarkan ke tempat yang membuat tuan putri kenyang dan senang" sahut ayah dengan suara semangatnya.
sudut bibirku sedikit melebar mendengar candaan ayah. kita menyusuri jalan utama di pedesaan yang berbeda jauh dengan jalan utama di kota metropolitan tempatku tinggal, jalan yang terhitung sepi tak banyak orang berlalu lalang, angin yang menyapu lembut wajahku, punggung ayah yang begitu nyaman dipeluk membuatku tak mampu membendung air mata yang sedari tadi ku tahan.
cuplikan fiksi :)
1 note
·
View note
Text
Do'a orang tulus
ada kesiapan hati dan pengharapan saat doa dipanjatkan, namun bagaimana jika doa itu dilantunkan oleh orang lain yang dengan tulus mengharapkan hal tersebut terjadi padaku, namun disisi lain sebenarnya aku masih bertanya apakah jika doa itu terkabul aku sudah siap menerimanya ?
akhir - akhir ini untuk kesekian kalinya aku mendengar seseorang yang tulus mendoakan tanpa aku minta, "semoga segera didekatkan dan bertemu dengan jodohnya (beserta imbuhan do'a baik yang lainnya)" seperti biasa aku aamiinkan tanpa ragu, namun setelah percakapan usai ada hati yang berbisik "sudah siapkah kamu ? bahkan doa itu belum berani kamu lantunkan sendiri".
aku selalu mengaminkan semua doa yang baik untukku, karena aku tahu bahwa Allah akan mengabulkannya disaat yang tepat dan memberikan yang terbaik untukku. kemudian fikiranku mulai bising, sosok seperti apakah dia yang didoakan oleh banyak orang dan nantinya akan aku doakan kehadirannya ? jika nanti aku bertemu denganmu, aku ingin kamu tahu mass.
perempuan yang saat ini kamu pilih, pernah terjatuh hingga kehilangan jati diri dan impiannya. jika kamu bertanya bagaimana keadaanku saat ini ? aku telah ridho dan ikhlas dengan semua itu, entah bagaimana Allah membolak - balikkan hati ini hingga secara ajaib luka itu sembuh, namun luka tetaplah luka, yang meninggalkan bekas. bekas itu yang membuatku belum berani mendoakan keberadaanmu, namun jika do'a orang - orang tulus yang aku ceritakan sebelumnya diijabah oleh Allah, semoga mass bisa menerimaku dengan utuh dan membersamaiku untuk mencintai diriku serta mencapai impianku yang mulai tumbuh namun masih rapuh. sehingga saat bersamamu, aku tak perlu memilih antara cinta atau cita - cita karena keduanya bisa berjalan beriringan hingga bermuara pada surga Allah
surabaya, januari 2023
1 note
·
View note
Text
zulzilu
ujian perasaan,
aku membaca sebuah petuah, begini katanya :
jika dalam komunikasi sehari - hari atau secara tiba - tiba kamu diuji perasaan dengan merasa tertarik atau kagum pada seseorang, maka coba menjauhlah darinya, berkomunikasi dan berteman sewajarnya, beri jarak, karena dari jarak itu kamu akan tahu bahwa perasaan itu datangnya dari nafsu sesaat atau dariNya. jika itu berasal dari nafsu maka perasaan itu akan memudar seiring berjalannya waktu, namun jika perasaan itu datang dariNya maka kamu akan tenang karena rasa itu akan tetap sama meski adanya jarak. sampaikan saja pada pemilik hatiNya jika memang dia orangnya maka akan dipermudah, jika bukan dia orangnya maka akan dilapangkan hati kita. sebagaimana indahnya kisah putri Rasulullah SAW yaitu Fatimah azzahra dengan Ali bin abi thalib dipersatukan oleh Allah disaat yang tepat dan diwaktu yang tepat.
ingat kata umar bin khattab "Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku."
karena sesungguhnya Allah datangkan perasaan itu untuk menguji kita, lebih sayang kepada siapakah kita ? kepada makhlukNya atau pemilik makhluk ? maka perbaikilah dan tingkatkan kapasitas diri sampai seseorang menyatakan keseriusannya dan Allah persatukan
Ya Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbi 'alaa Diinik (Wahai Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agama-Mu).
6 notes
·
View notes
Text
2023
tahun dimana aku akan memasuki usia kepala 3 untuk pertama kalinya, yang kini tinggal menghitung hari. rasanya sungguh tak bisa dipercaya, seperti baru kemarin aku masih berusia 20an.
seperti baru kemarin aku melewati banyak hal diusia 20an, perjalanan hidup selama 10 tahun yang saat ini kembali berputar di ingatanku.
masih lekat diingatan gadis belia yang beranjak dewasa sedang mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya. mencoba meyakini apa pilihannya.
namun dalam perjalanan hidup memberikan banyak pelajaran padanya, tentang ekspektasi yang tak sesuai dengan realita, tentang bagaimana dia harus mengorbankan banyak hal, tentang bagaimana mimpi - mimpinya terkubur, tentang dia yang keras pada dirinya, tentang ikhlas menerima takdir, tentang perjalanan menemukan orang - orang baik dan tulus, tentang kehilangan orang tua, tentang bangkit kembali setelah terpuruk, tentang bagaimana mencintai diri sendiri, dan banyak hal lain
begitu banyak pelajaran yang mengantarkan pada proses pendewasaan cara berfikir, mengelola emosi, dan bersikap yang tepat.
gadis belia itu telah menjelma menjadi wanita dewasa, yang cara berfikir, mengelola emosi dan bersikap tak lagi sama seperti sebelumnya. usianya yg semakin bertambah tak membuatnya kehilangan harapan meskipun terkadang kehidupan bersenda gurau dalam memainkan perannya.
ditengah - tengah ingatan itu, ada rasa bangga dalam diriku, ternyata aku mampu melewati proses pendewasaan yang luar biasa. kini cita dan asa yang tersusun kembali menjadikan aku lebih kuat dari sebelumnya. berbekal dari pengalaman sebelumnya dan hal - hal yang aku dapat seperti support system, orang - orang yang tulus dan pengetahuan yang aku miliki sekarang, membuatku yakin akan datang banyak hal baik dalam perjalanan kehidupanku selanjutnya.
ya Allah, terima kasih engkau telah menemani dalam semua proses kehidupanku, engkau memberikan banyak hal yang engkau percaya bahwa aku mampu melewatinya, terima kasih telah menghadirkan orang - orang baik dan tulus dalam hari - hariku, jagalah mereka dengan sebaik - baiknya penjagaan-Mu. kini aku ridho akan ketetapan hidupku, aku menantikan kebaikan - kebaikan yang akan engkau berikan untukku selanjutnyaa, aku hanya seorang wanita akhir zaman yang masih jauh dari kata sholihah namun semoga dalam perjalanan hidupku sekarang dan selanjutnya engkau tetap menjadi yang utama, aamiin
3 notes
·
View notes
Text
ketika ada perempuan yang terlihat ramah pada semua orang, namun dia menjauh saat didekati dan berusaha membuatmu menjauh dengan menunjukkan sisi buruknya
percayalah, bukan dia tak ingin didekati, namun dia memiliki trauma di masa lalu karena ditinggalkan oleh sosok yang sangat berarti dan memiliki peran dalam kehidupannya, sehingga dia merasa takut ditinggalkan kembali
lantas jangan kamu menyerah, karena dia hanya butuh diyakinkan bahwa kamu menerimanya secara utuh dan tetap ada disampingnya meski kamu mengetahui kekurangannya, masa lalunya, dan bagian hatinya yang retak.
4 notes
·
View notes
Text
wanitaa
kadang rumit kadang mudah, sekali dia mencintaimu sangat dalam,
maka dia akan mengorbankan apapun untuk mendukungmu, dia akan memberikan ruang penerimaan yang sangat luas, dia akan membukakan pintu maaf yang tak terhitung
dia akan bertahan meski kau sakiti dalam berbagai macam bentuk, dia percaya bahwa kamu tetap satu - satunya.
namun, sekali saja kamu tak menghargai dan mencoba melepaskannya setelah semua yang dia korbankan, maka saat itu kamu kehilangan dia selamanya.
dia menganggap sudah selesai tugasnya mengantarkanmu ! semua upaya telah dia kerahkan, bahkan sebelum mengambil keputusan berhenti, dia mengadu berulang - ulang pada penciptanya.
silahkan kamu cari orang lain yang bisa seperti dia. tidak ada lagi yang tersisa dari cerita yang telah dia tutup, karena dia telah membuka cerita baru yang dimulai dengan mencitai dirinya sendiri :)
1 note
·
View note
Text
ternyata berada dalam sepi, membuatku sadar akan apa - apa yang telah terjadi, akan hal - hal yang berdampak besar dikemudian hari.
aku sadar penuh bahwa tak bisa memilih terlahir dalam keadaan seperti apa, namun ketika aku semakin dewasa maka aku bisa memilih merencanakan kehidupanku akan seperti apa, mengganti potongan puzzle kehidupan yang tak tepat dengan mencari ilmu dan karuniaNya yang luas
bagian tersulit adalah menemukan rasa syukur dari semua kisah yang telah terjadi, dimana mengeluh lebih mudah diucap dan terfikir, dimana kata seandainya menari - nari dalam angan
namun ketika rasa syukur itu sampai ke relung hati, maka hati ini akan terpaut pada pemilikNya, menari bersama ombak kehidupan yang pasang surut, mengharap rahmatNya menjadi hal yang utama
jika rahmatNya yang menjadi tujuan, maka setiap hari akan menjadi perlombaan menjadi yang dicintaiNya, terkadang menang terkadang kalah adalah hal yang biasa, asalkan tetap pulang dalam pelukNya
2 notes
·
View notes