Text
"lang, bagaimana kalau aku tidak bisa kembali pada raga yang terkapar diatas sana?" alang terdiam, kemudian senyum kecil terlukis diwajahnya. mata yang berkaca itu mengambang belagak seperti menyentuh bahu sang peri kecil kesayangan.
"well, i will let you."
"why? you don't love me anymore?"
"no bae, it cause i love you. i don't want you to live in the universe that can erase your memory."
"tapi, kalau aku pergi. kamu bisa aja lupa sama hadirku."
"maybe, but i will not."
"how?"
"i write you, your name, your voice, everything in you. not only in my memory, but also in my life story."
itu yang teringat oleh alang ketika elvara kembali pada raganya. kembali, untuk pergi pada semesta lain yang akan menjaga nya.
0 notes
Text
"sini saya temenin." elvara tersentak kebelakang.
"NGAGETIN TAU GA!" ternyata yang berbicara itu akel, arwah yang tak ia lihat beberapa hari ini. elvara memukul lengan akel, lalu menatap sinis dan mendengus kesal.
"kok tau aku disini?"
"ya emang kamu mau kemana lagi? ini kan rabu, jadwal sekolah." elvara mengangguk setuju.
"tapi kan.. kok tau aku dibelakang aula?"
"nebak aja. lagian ngapain kamu sekolah tapi malah dibelakang aula?"
sebenarnya elvara sedang menunggu alang yang sedang membeli makanan untuk mengisi perut kosong mereka. lagian ia ke sekolah hanya alibi agar alang tidak curiga, bukan untuk beneran belajar.
tak lama dari itu, elvara melihat ada sesuatu di tembok sekolah, ia malah mendekati tembok itu dan berniat memanjat.
"elva, jangan." akel menahan pundak elvara yang hendak meraih tembok itu. elvara berbalik badan menghadap akel yang wajahnya berubah serius.
"kenapa?"
"itu bukan hal nyata."
"maksudnya?"
"it's a piece of your memory."
"hah? memori apa? aku ga pernah deh manjat tembok pas jadi manusia. akel tau--"
hilang. baru dua detik elvara beralih pandang, akel sudah hilang entah kemana.
"nyariin apa elv?" ternyata ada alang dari balik bangunan yang tengah membawa plastik berisi makanan dan minuman.
"nyariin kamu, lama banget."
"maaf, rame dikantin tadi. lagian kamu kenapa ga mau makan di kantin? biasanya juga udah claim meja sebelum istirahat."
"lagi males rame ajaa. emang kamu ga mau nemenin aku makan disini? jahat banget, kucing aja kamu temenin makan-nya kok sama aku engga mau?" alang langsung duduk dan mengeluarkan isi plastik.
"aku ga mirip kucing ya lang?" alang menghela nafas. elvara yang selalu tidak mau kalah saing, sama dengan bertemu perdebatan tanpa ujung.
"makan makan, kamu kayaknya lagi sensi." elvara terkekeh sebagai tanggapan atas kalimat alang.
tapi, baru saja ingin memasukan roti kedalam mulut. ia melihat lagi, tangan seseorang yang sepertinya kesulitan turun dari tembok.
"bentar ya alang." alang mengernyitkan dahi, ia perhatikan gerak gerik sang kekasih.
"elv jangan manjat lagi." tapi elvara seolah tuli, gadis itu malah berlari menuju tembok.
"elv denger aku ga?!!!" tanpa pikir panjang, alang menaruh asal makanannya dan berlari mengejar elvara.
"elvara ga usah manjat!"
Hap
alang berhasil menarik elvara turun dan memeluk badan kecil itu.
"mau ngapain kamu? tau ga tadi hampir jatuh karna meja ini udah goyang?!" elvara menundukkan kepalanya.
"maaf.." ucap elvara penuh penyesalan.
"kamu kalau emang ga mau aku peduliin lagi bilang ya elv. lama - lama aku iket juga kaki mu biar ga manjat - manjat tembok. kamu ini jangan nurutin penasaran, coba pikirin kalau kamu jatuh, kepalanya terbentur, terus luka - luka, ga ada yang bantu gimana?"
elvara terdiam, seluruh badannya tiba -tiba menegang, pikiran nya melayang entah kemana. alang yang menyadari kekasihnya tak merespon apapun, berusaha mengguncang bahu elvara.
"elva.. hey? sayang, kamu kenapa?" alang menepuk - nepuk pipi elvara hingga gadis itu sadar dan menggeleng.
"are you okay? kamu ngerasain hal negatif disini? kita pulang ya.. ayo ke kelas, udah mau bel juga." alang berbalik badan, ia harus membersihkan tempat mereka tadi makan.
"alang, gimana kalau aku benar jatuh dan terbentur?"
0 notes
Text
"ngapain disini?" tanya alang yang terkejut dengan keberadaan elvara di depan kelasnya.
tanpa menjawab pertanyaan alang, elavara langsung menarik pemuda itu ketempat sepi.
takut jika ada yang melihat, nanti dia akan mengira alang gila karna berbicara sendiri.
"ngapain elv??" mereka berhenti di belakang perpustakaan yang hanya ada beberapa orang lewat.
"mau minta maaf." alang tersenyum kecil kala melihat elvara yang memilin baju bagian bawahnya.
"ngerasa bersalah?" elvara mengangguk sebagai jawaban.
"hey coba angkat wajahnya." alang menangkup pipi elvara dan berbicara pelan.
"jangan di ulangi lagi ya.. aku khawatir, nanti kamu jadi omongan satu sekolah. lebih takut lagi kalau kamu jatuh, aku ga mau liat kamu sakit elv. karna itu nyakitin aku juga." elvara mengangguk perlahan.
"loh loh.. elv kok nangis?" alang segera menarik elvara kedalam pelukannya.
"aku ga marah kok, aku cuma khawatir. nanti kalau mau manjat - manjat lagi, ajak aku yaa." elvara kembali mengangguk, namun suara tangisnya terdengar lirih di telinga alang.
pikir alang, mungkun elvara benar-benar merasa bersalah. jadi ia menangis, menyesali perbuatannya.
namun, yang ada dielvara adalah.. alang telat, elvara sudah jatuh, sudah sakit, sudah tidak terlihat oleh orang lain. elvara kesusahan untuk bangun, ia butuh alang untuk menyambutnya kembali, namun elv tidak seberani itu untuk mengatakan kebenarannya.
"alang, maaf aku ga bisa jaga diri.."
0 notes
Text
"alang bilang mau jemput besok."
"iya." jawab akel seadanya.
"iya gimana? kalau aku ga di rumah dia bakal curiga."
"ya kasih tau aja kalau kamu udah jadi hantu."
"AKU BELUM MATI YA AKEL!!" pekik elvara yang emosi dengan pemilihan kata akel.
"ya maka dari itu. emang kamu ga inget kenapa bisa sampai koma?" elvara terdiam. benar juga, kenapa dia bisa terbaring diranjang itu? dalam keadaan tak berdaya dan sudah dua hari sukmanya baru timbul di dunia.
"lupa.." jawab elvara dengan lirih.
"kasih tau alang, siapa tau dia bisa bantu."
"kenapa ga ian aja?"
"emang kamu bisa komunikasi sama abang mu itu? diteriakin depan muka juga dia ga bakal denger elvara."
benar juga. tapi elvara terlalu sering bergantung pada alang, dan kenapa ketika sukma-nya berpisah dengan raga, ia juga harus melibatkan alang?
"kalau kamu nanya, kenapa harus alang? saya bakal jawab, mungkin karna alang mencintai kamu tanpa syarat dan penuh tanggung jawab."
0 notes
Text
elvara memilih diam di depan rumah-nya. ia menatap sekeliling bangunan rumah yang sudah tujuh belas tahun ia tempati.
"kangen ayah.." elvara menggerakkan kakinya acak, membentuk coretan di aspal bertuliskan "i miss dad"
"tunggu dulu. aku ngapain disini? bukannya percuma juga? alang kan ga bisa lihat aku?" benar, elvara baru ingat bahwa sekarang ia hanya sebuah arwah..
"ga bisa lihat apa?" elvara terkejut dan menoleh kesamping. disana ada alang dengan sepeda yang mereka beli bersama.
"sini naik, kita jalan - jalan." elvara tersenyum kecil. terserah bagaimana reaksi alang nanti, yang pasti elvara tidak akan menyia-nyiakan kesempatan berharga ini.
"elv sayang alang." ucap elvara, kemudian memeluk erat pinggang alang dan menyembunyikan wajahnya disana.
"i love you too."
0 notes
Text
"saya anter."
"ha??" elvara menoleh ke sumber suara dengan wajah cengo.
"iya elvara, ayo saya anter." elvara berdiri lalu menghampiri akel yang sama sekali tidak melihat kearahnya.
"akel mau nganter elv? pake apa?"
"cepet, atau ga jadi." ucap akel lalu berjalan mendahului elvara.
"EHH IKUT IKUT. eh tapi belum pamit??? EH KAN IAN GA BISA LIAT AKU. IKUTTTTTTT!"
0 notes
Text
"ya habisnya lo lucu banget kalau kaget."
elvara melirik sinis orang yang mengerjainya tadi. tapi, orang tadi tidak berbohong juga padanya. benar, bahwa sebenarnya mereka semua yang ada disana merupakan hantu. salah, lebih tepatnya hampir jadi hantu.
"kenalin, gue mars. udah disini selama empat bulan." dengan ragu - ragu elvara menggapai tangan itu.
"elvara." mars tersenyum, menatap si cantik yang wajahnya masih penuh takut.
"ekhem.. siapa tuh mars?" mars dan elvara menoleh kebelakang.
"AAA HANTU!" untung saja mars langsung memegang bahu elvara, kalau tidak gadis itu sudah terjatuh kelantai yang dingin ini. ya meskipun mereka berbentuk arwah, tapi tetap saja bisa merasakan sakit.
"siapa yang hantu? bukannya di sini emang hantu semua.." si pelaku yang tadi memakai kain putih ditutup keseluruh tubuh itu berbicara sembari membuka kainnya.
elvara perlahan mengintip. disana ada tiga orang dewasa, dengan satu remaja dan satu anak kecil perempuan.
"anak baru ya mars?" mars mengangguk, ia mendorong perlahan elvara untuk mendekat.
"hai, gue zaki." ucap pemuda yang berada tepat di depan elvara.
"HAII! aku sorai!" sambutan antusias terdengar dari suara gadis kecil langsung menarik tangan elvara untuk di jabat.
"main tarik - tarik aja lu bocil!" mara langsung menarik kembali elvara agar berdiri disampingnya.
"yang pake baju item semua itu zaki, sibocil ini sorai. yang rambutnya di kuncir itu mba hellen. ini om dean. dan yang duduk di sana, senior kita." elvara bersitatap dengan yang katabya senior itu. mata pria itu tajam dan terlihat malas berkenalan.
"emang sok cool gitu. mungkin karna bosen kali ya ketemu hantu baru terus."
"namanya siapa?" tanya elvara dengan suara berbisik.
"ga ada yang tau nama aslinya. tapi julukannya sendiri adalah asklepios." elvara mengangguk paham atas jawaban soarai.
"jadi dipanggilnya pios?" sorai menepuk dahinya.
"panggilan om itu, akel." elvara mendekati akel dan menjulurkan tangannya.
"oke, salam kenal akel. aku elvara."
0 notes
Text
elvara berlari mengikuti berlian yang meninggalkannya. dari jarak satu meter ia melihat berlian tengah berbicara serius dengan seorang dokter dengan wajah putuh asa.
"Ian kenapaa?" elvara mendekati berlian dan menepuk bahu tegap itu.
bless
namun sayangnya sentuhan itu tak sampai di raga berlian. tangannya menembus badan sang kakak.
"ian?? elv ga bisa pegang ian.." suaranya mulai serak, matanya memerah bergerak acak menatap ke tangan.
"ian!! heyy ini elv! iannn elv disinii! jangan bercandaaa!" nafasnya sudah tersendat, epvara berusaha menenangkan diri bahwa berlian hanya bercanda.
"iann-‐-akh!" elvara menutup matanya kala berlian menabrak badannya. namun tetap saja, badannya tembus, ia tidak merasakan apapun kecuali terkejut.
"elv..." elvara menoleh kebelakang. disana terdapat seorang gadis yang wajahnya sangat mirip dengan dirinya. gadis yang badannya penuh dengan alat penopang hidup.
"abang.. ini siapa? ini kembaran elv?" air matanya perlahan turun. elvara menangis tersedu sembari terus bertanya.
"ABANG INI SIAPA??! ABANG INI BUKAN ELVARA KAN??? ABANG JAWAB ELV!!!" elvara terus berusaha menyentuh tubuh sang kakak, namun tetap tak bisa. ia perlahan mundur, tangannya bergetar, wajahnya memerah penuh air mata.
"berisik banget sih lo." kalimat itu sontak membuat elvara mundur kebelakang.
"kamu... siapa?" tanya elvara yang kakinya terus melangkah kebelakang.
"hantu—BA!"
"HUAGAGHAHSGSHSAQKSG!"
0 notes
Text
elvara melirik waspada kesekitarnya. ini benar benar sudah diluar jalur menuju ke rumah. bahkan, mungkin ini adalah jalan keluar kota.
"pak, saya mau ke mini market dulu."
supir itu melirik elvara lewat kaca diatas sana. lalu sebuah senyum miring terpantul dengan menakutkan di kaca tersebut. tak lama dari itu, suara pintu dan kaca mobil terkunci terdengar. tangan elvara mulai bergetar, matanya memanas dan tenggorokannya ingin berteriak.
"pak?" panggil elvara dengan bergetar.
"diem." dengan satu kata elvara terdiam. badannya tak berhenti bergerak gelisah.
"kita mau kemana pak?"
"mama kamu nyuruh saya untuk bawa kamu ke private villa di bogor."
elvara perlahan tenang, badannya tidak setegang tadi. meski sedikit ragu, elv berusaha mensugesti diri bahwa tak akan ada hal buruk yang terjadi.
0 notes
Text
Wiki Night — fantazsie
broken english, banyak dialog! this is made by rie from fantazsie
Setelah mengisi sebotol air minum, ibel segera meraih sebuah masker dan kuncir rambut. Ia mendudukkan diri di belakang meja belajar.
"sorry, aku lagi flu." ucap ibel sebagai pengalih abe yang sedari tadi menatapnya lekat.
"iya gapapa." jawab pemuda di ujung sana.
flu hanya sekedar alasan, yang sebenarnya ibel hanya tak ingin menampilkan wajah, sama seperti yang dilakukan abe.
"wow, you have a mole?"
"iyaa, under the eyes. sebenarnya ga dibawah mata banget sih." jawab ibel sembari menekan tempat setitik tinta buatan pencipta itu berada.
"me too!" sahut abe dengan semangat.
abe mengarahkan wajahnya kedekat webcam. tidak tahu saja bahwa dibawah sana, tangan ibel sibuk memilin baju karna gugup sekali dengan mata berbinar abe yang indah. juga dengan setitik tinta yang dijadikan pelengkap oleh sang pencipta.
"mine is under the eyes." terlihat dari matanya yang menyipit, pemuda itu pasti sedang tersenyum.
"how can we be so alike? perasaan banyak banget hal yang sama dari aku sama kamu." lanjut abe yang terkejut dengan banyaknya kesamaan antara ia dan sang cinta.
"maybe, we're twins?" ucap ibel.
"maybe.. but i'm five august." timpal abe.
"i'm 25 july. OMG i'm older than you!! you should call me kakak sihh." celetuk ibel yang membuat abe juga sedikit terkejut dengan fakta baru ini.
"ogah"
"kok ogahhh?"
"ya, ga mau aja."
"ish, yaudah kalau ga mau. biar aku yang panggil kamu adek. adekkk, adek abee, dek abe, dedek abekkk!"
"ahahaha you're so cute bel." tutur abe dengan nada yang lembut.
"thank you monsieur." ya meski terlihat biasa saja dilayar laptop, tapi kalau maskernya dibuka, wajah gadis itu sudah semerah kepiting rebus.
"how can your mother have such adorable daughter?" tanya abe tiba - tiba.
"eum.. married my father."
"okay."
"WAIT, DO YOU WANT TO MARRY MY FATHER?"
"AHAHAHA OF COURSE NO BAE."
mereka menertawakan percakapan aneh ini bersama, sangat bebas rasanya. seperti seluruh penat sejak matahari terbit kini terbayar dengan suara bersautan yang melontarkan berbagai lelucon asal.
"and one day, someone will receive the same question."
"wow.. so the question is not only mine?"
"the question is still yours, and someone who loves your daughter will ask my question. and she will answer by *married me*."
terjadi keheningan selama beberapa detik. abe yang menyadari bahwa rayuan nya terlalu berbelit sehingga susah dimengerti, perlahan menepuk dahi dan membalik badan menjadi membalakangi webcam.
"be.. ini kamu lagi flirting?"
"ga."
"ciee godain aku. lagi dong gombalnya!"
"ga." tolak abe yang kini merajuk.
"loh ngambek nih ceritanta?" tanya ibel dengan kekehan diakhir.
"ngadep sini dong, mau liat mata yang lagi ngambek itu gimana." ibel terkikik gemas kala melihat dahi abe yang menukik tajam berbalik melihat kearahnya.
"lucu banget sihh dedek abe."
"AKU BUKAN DEDEK." sanggah abe.
"aduh aduh, iya deh bukan dedek. tapi bebek."
"ck." alis abe masih menukik dan matanya menyorot tajam kearah ibel yang sedang mencari sesuatu disana.
"ck."
"ck."
"ck." abe ulang terus decakan itu, berharap ibel memperhatikannya. namun sampai ia kembali membelakangi webcam pun, ibel tidak juga memberi perhatian.
"aku matiin aja ya bel, kalau kamu emang lagi sibuk." meski yang ada didalam hati abe adalah harapan agar ibel tidak menyetujui ajakannya ini.
"iya." melaju turun dengan cepat mood abe saat mendengar persetujuan ibel.
abe menghembuskan nafasnya, kesal. sudahlah, emang seperti ini jalan hubungannya dengan gadis yang dengan mudah mengambil segenap perasaan-nya. abe memutar kursi dan hampir menyentuh tombol keluar.
"haii abee, aku clio. aku bayik nya ibel dari umur empat tahun. salam kenal yaa.."
abe diam, ia terus menatap kearah layar yang menampilkan sebuah boneka pink dengan tanduk biru mudah. suara ibel yang dibuat buat imut sungguh cocok mengisi peran boneka tersebut.
"kata mami ibel, kamu kalau lagi ngambek lucu banget. mami ibel berasa lagi ngurus dedek bayi hehe. mommy say sorry yaa kalau kamu ga suka di cie cie in. tapiii, BAKAL TERUS AKU ULANGIN. WLEEE" abe hampir saja terjatuh dari kursi saat ibel berteriak dan tiba - tiba muncul dari bawah.
"ibell. aku hampir jatoh." abe mengelus dadanya. bukan karna terkejut, tapi karena suara tawa ibel yang terdengar merdu di rungu.
"hehehe, maaf bebekk. eh ini kita jadi main wiki nya gaa?" abe menggeleng sebagai jawabnnya.
"malesss. mau kenalan sama kamu lagi."
"kenalan apa lagii? nama? ibel. tempat lahir? medan. kelas? 12. pacar? abe tukang ngambek."
abe terkekeh pelan, ia memajukan kursinya agar dapat melihat ibel dengan jelas.
"i wanna see you." ungkap abe, ia berharap ibel mengerti maksudnya.
"me? ini aku. bukan hantu inii."
"everything in you."
mata ibel menatap dengan terkejut, arah matanya acak kemudian memundurkan badan.
"ih abee.." mendengar lirihan itu, abe tersadar bahwa kalimatnya tadi bisa saja ambigu.
"eh, bel bukan itu maksud aku."
"apa hayo? emg aku 'ih abee' apaa?"
"apa aja yang kamu suka deh--"
"kamu. suka bangettt."
"are you sure? baru tiga hari kenalan."
"tapi yang pasti we're couple!"
"and strangers." sambung abe yang langsung mendapat dengusan kesal ibel.
"iya iya, kirim mf-dm-kenalan-pacaran."
"hahahah, nanti kalau ketemu, aku ajak pacaran beneran."
"kalau ga ketemu?"
"ya nanti nanti lagi." jawab abe dengan candaan.
"ishh, keburu tua kamunya."
"kamu yang tua. kamu kan lahir duluan."
"iyaa deh. kamu gimana hari ini?"
obrolan itu terus berlanjut hingga tengah malam, bahkan rencana pertama mereka gagal karna obrolan ini lebih menyenangkan dibandingkan dengan sebuah permainan. sampai salah satu diantara mereka ada yang tertidur dikursi karna tidak ingin kehilangan setiap momen yang berisi banyak percakapn berharga ini.
senin dan malamnya, tidak akan dilupakan oleh keduanya. dimana sebuah kepala menemukan tempat bersandar, dan hati menemu tempat merasa aman. tidak peduli siapa mereka sebenarnya, seperti apa jika dilihat dari nyata. yang pasti, mereka percaya, bahwa jarak akan mengubah presepsi tentang cinta dan setia. juga membuat cara baru jatuh cinta. mungkin dimulai dengan uji coba
0 notes
Text
WORST OF YOU — MARK LEE
content : short au mark lee × female
genre : romance, angst, songlit
disclaimer : tidak berhubungan dengan idol irl, just for entertaint purpose, banyak harshword, sensitive content.
Worst of You
"hai, udah lama?" aku tersenyum melihat wajahnya yang terlihat begitu lelah. sudah resiko berpacaran dengan anak laki - laki yang baru masuk perkuliahan.
"so, how was ur school?" aku meletakkan gelas kopi yang awalnya kugenggam erat didepan dada.
"nothings fun, flat lebih tepatnya. i just spend my time to prepare the exam." mark mengusak rambuku. katanya wajar saja, apa lagi aku sudah kelas akhir. tidak punya waktu untuk main, ujian dan perlombaan masuk ptn akan segera dimulai. kalau ga start dari sekarang, takutnya aku keteteran.
"oh iya la, gue ada touring ke jogja. boleh?" aku mengerutkan dahi. touring... biasanya kak mark menolak ajakan touring, apalagi kak mark anak yang termasuk ngejagoin sekolah bukan kegiatan diluar kayak gitu.
"tumben mau, kenapa izinnya sama aku? ga ke ibu?" kak mark tertawa kecil, ia mengambil gelas kopi ku tadi dan menyeruput isinya.
"ya aku izin karna takut kamu terlalu nyariin. lagian ibu udah kasih izin, katanya asal ga pergi lebih dari tiga hari." aku mengangguk paham.
tiba - tiba suasana hening. kak mark dengan hp-nya, dan aku dengan banyak pertanyaan dikepala. kepikiran aja, kira - kira seberapa banyak ya cewe yang ngecrush in kak mark di kampusnya? ganteng, pinter, dan rajin ibadah. haduh, aku ngerasa jadi beban kak mark.
"la, shoula." aku mengerjapkan mata, ah baru ingat. namaku shoula xaviera, suka lupa nama panjang karna dari kecil lebih sering dipanggil lala.
"habis ini mau kemana?" aku melihat kak mark sudah memegang kunci motornya, seperti buru - buru ingin pergi.
"kenapa kak? ada rencana lain ya diluar?" kak mark mengangguk ragu. suspicious.
"heem, ada kerjaan sama zibran. kamu langsung anter pulang aja?" aku melihat kearah jam yang tertempel didinding belakang kak mark. belum ada lima belas menit, dan dia sudah ngajak pulang. bahkan lebih banyak waktu yang kuhabiskan untuk menunggunya dari pada waktu untuk aku habiskan bersamanya.
hah.. tapi bisa apa? aku ga bisa seenaknya ngehalangin kerjaan kak mark cuma karna kangen dan pengen ngedate dulu..
"iya, anter aja. tapi ga kerumah ya, anterin ke toko aja." kak mark mengangguk dan pergi kekasir.
hp nya ditinggal, dan ada sebuah notif yang membuat jantungku berdetak dan otakku tak bisa diajak berpikir positif.
"hey, udah yuk." aku menoleh pada kak mark, dan menarik seutas senyum tidak ikhlas.
"handphone nya." ucapku memberikan hpnya agar tidak tertinggal.
"ini nanti dikasih ke mama, adek, sama teteh kamu ya la. " ucapnya kala memergoki aku yang tadi kembali melamun.
"iya iya, ayo jalan."
— mempermudah pembaca :
1. Oh bohong
2.
3.
4.
0 notes