Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Jangan menjelaskan dirimu pada siapapun, karena yang menyayangimu tidak memerlukan itu, dan yang membencimu tak peduli itu.
Kurasa kalimat itu benar-benar nyata. Ditambah dengan adanya kecanggihan yang sudah sekilat hari ini. Setiap orang berusaha menunjukkan eksistensinya dengan dalih aktualisasi diri atau hanya sekedar menyimpan kenangan pribadi. Namun kulihat bukan hanya itu. Lebih lebih, lebih terlihat seperti "berusaha menjelaskan sesuatu kepada seseorang atau banyak orang".
Akupun entah sudah terlepas dari itu atau belum. atau mungkin aku juga dahulu pernah menjadi seperti itu? Jika iya, aku memohon maaf, dan semoga tulisan ini menjadi pelajaran bahwa diri kita yang seperti itu pada akhirnya takkan berarti apa-apa.
Akan tiba masanya dimana engkau tak perlu capek-capek menjadi yang terbaik versi oranglain. Menjadi cantik seperti A, menjadi seshalihah si B, menjadi setangguh si C, bahkan sampai ke tingkat insecure karena kita tak merasa ada nilai lebih yang bisa "dipertontonkan" pada orang banyak.
Akan tiba masanya, diri kita yang seperti ini, parasnya, sifatnya, kekurangannya, kelebihannya, emosinya, bahagianya, bahkan aibnya, tak perlu dijelaskan panjang lebar namun diterima dengan mudahnya. Selayaknya melamar kerja tanpa CV, diri kita yang sudah sepaket baik buruknya ini diterima dalam kehidupan seseorang "tanpa syarat".
2 notes
·
View notes
Text
Bersyukur dan Bersabar.
Kamu harus ingat, diantara banyaknya hal yang harus disabarin hari ini, masih banyak juga hal yang harus disyukuri.
Daripada nambah keruh, lebih baik fokus pada apa-apa yang sudah Allah kasih.
Seluruh kemudahan ini, jangan dirusak hanya karena hal-hal sepele.
Ingat, setiap kisah memiliki alur. Setiap menu memiliki bumbu. Harus ada perpaduan yang harmonis untuk menciptakan suatu kisah serta menu terbaik untuk dikenang.
#nantikitaceritatentanghariini #part3 #01022020 #behindthescene
0 notes
Text
- Setiap orang punya masa lalu -
Kata orang, manusia selalu memiliki tiga hal.
Masa lalu, yang membentuknya saat ini.
Masa kini, buah dari benturan dan bentukan di masa lalu.
Dan masa depan.
Kau tahu, saat ini rasanya aku begitu lega.
Karena apa yang kulalui sebelum-sebelumnya akhirnya usai jua.
Ujian itu berakhir.
Alhamdulillah.
Dan aku merasa, saat ini Allah memberikan hadiah atas ujian-ujian itu.
Hadiah dariNya, yakni sebuah jawaban. Jawaban yang melegakan. Jawaban yang menghidupkan harapan tentang hari esok. Jawaban yang disertai ketenangan.
Benar apa yang kuyakini dahulu. Bahwa Allah tak pernah mengecewakan hambaNya. Jika suatu urusan memang benar-benar diserahkan kepadaNya, rasanya semua berjalan sempurna dan baik-baik saja.
Benar apa yang ku yakini dahulu. Bahwa ketika kita selalu berusaha memudahkan urusan oranglain, maka Allah akan memudahkan urusan kita.
Benar apa yang ku yakini dahulu. Bahwa Allah selalu tahu apa yang dibutuhkan hambaNya, dimana marhalah / tingkatan levelnya, serta kekuatan tambahan apa yang harus diberikan pada hambaNya.
Allah selalu tahu level kita, dan ujian apa yang cocok untuk kita.
Ternyata ujian-ujian dimasa lalu itu, hikmahnya cuma satu. Yakni tentang hubungan dengan Allah.
Dari ujian itu aku belajar untuk selalu meminta kepadaNya, tanpa melalui perantara. Dari ujian itu aku menjadi terbiasa hanya mencurahkan seluruh isi hati kepadaNya. Dari ujian itu aku mampu merasakan bahwa Allah itu benar-benar tujuan, tempat mengadu, berkeluh kesah, serta meminta sesuatu apapun.
Meminta diberikan ketetapan hati dan kemampuan untuk menjalankan semuanya. Meminta ampunan ya atas segala kesalahan.
Dan satu hal...
Ketika kita merasa hancur, kemudian kita merasa butuuuuuuh banget dikuatkan oleh Nya, merasa gaada sesuatu apapun yg kita inginkan selain ampunanNya, dan merasa bagaimanapun rencana kita, tetap Allah yang mengAcc segalanya.
Bersambung.
#part 03
0 notes
Text
Katanya memilih itu bagian laki-laki.
Katanya menerima atau menolak itu bagian perempuan.
Bagiku, dua-duanya melakukan hal yang sama. Sama-sama memilih yang terbaik bagi dirinya, dan menerima yang menurutnya sesuai dengan dirinya.
Dua-duanya sama-sama istikharah. Meminta jawaban terbaik dari Allah tentang siapa yang akan menyertai langkah berikut nya.
Maka, persoalannya bukan lagi hanya tentang cinta dan rasa. Bukan hanya tentang status single atau genap saja. Bukan hanya tentang suka atau tidak suka.
Karena cinta tidak datang untuk menanti.
Ia melepaskan, atau memberi kesempatan.
Ia mengambil kesempatan, atau mempersilakan.
Karena yang berniat membangun cinta karena ibadah, ia tak ragu menggenapkan.
Ia tak datang dengan harapan. Ia datang dengan kepastian.
Ia tak mengumbar janji-janji. Ia fokus pada hal yang pasti.
Ia tak perlu membawakan bunga. Yang ia bawa adalah orangtua.
Ia tak datang dengan bar-bar. Ia hanya menjalankan ikhtiar.
Ia dekati orangtua, menyampaikan maksud dengan seksama, hingga jawaban itu menjadi kata "iya".
Karena yang berniat karena ibadah...
Ia akan memperbanyak sabar.
Ia tak mengumbar kecantikannya untuk menarik mereka yang tidak halal baginya.
Ia tak perlu pengakuan tentang definisi cantik dari banyaknya komentar orang di media sosial, karena ia telah selesai mendefinisikan arti cantik bagi dirinya sendiri. Meski secara fisik ia paham bahwa ukuran cantiknya tak lebih dari perempuan lain.
Ia tak butuh banyak like dan pujian dalam postingan yang menampakkan wajahnya. Karena ia tahu, kecantikannya akan ia pergunakan dalam ibadah. Ia harus menjaganya dari tangan dan mata yang bukan haknya. Ia harus menjaganya dari bibir dan perbincangan para lelaki.
Karena ia tahu, Allah telah memiliki skenario hidupnya, dan jodohnya belum tentu berasal dari mereka yang memuji kecantikannya. Ia tak ingin fotonya tersebar pada yang bukan mahram. Ia tak ingin fotonya disimpan mereka yang bukan jodohnya.
Disaat laki-laki berikhtiar datang dengan cara yang baik,
Dan perempuan berikhtiar melakukan penjagaan diri dengan baik,
Mudah saja bagi Allah untuk menyatukan dua bagian yang terpisah, menjadi hanya satu kata. Yaitu keluarga.
#part 2 #01022020 #jodoh #rezeki #skenarioAllah
0 notes
Text
Tentang tawakkal dan doa.
Maasya Allah... Baru ngeh pernah nulis ini sekitar bulan Oktober atau November.
Kala itu, semua orang bertanya kenapa aku harus mempersilakan Adek nikah duluan. Meskipun waktu itu baru sampai tahap khitbah dan menentukan tanggal pernikahan.
Bagiku, persoalan itu sederhana. Yang menentukan rezeki, jodoh, bahkan maut, itu semua Allah. Skenario sudah tertulis, manusia terkadang hanya harus menjalani peran sebaik-baiknya.
Meski sudah ada yang menyatakan hendak datang, aku selalu menolaknya sedari awal sekali. Aku tak menolaknya karena keputusanku saja. Tiap kali ada yang datang, istikharahlah acuannya. Dan baiknya Allah, jawaban itu selalu gamblang.
Ada saja jalan Allah untuk menunjukkan "bukan dia orangnya." Atau "dia bukan yang terbaik untuk Halim".
Mudah saja bagi Allah menunjukkan itu semua. Dan mudah saja bagiku untuk memutuskan.
Karena bagiku, pernikahan bukan hanya sekedar soal rasa. Lebih dari itu, ada pondasi agama yang menjadi acuan, ada akhlak yang tak bisa diacuhkan, dan pastinya, ada Ridho Allah yang selalu kupertanyakan "ya Allah, jika orang ini, apakah engkau Ridha?".
Kala itu, kala November itu, aku semakin yakin dengan keputusanku untuk bersabar menunggu pilihan dan jawaban terbaik dari Allah. Aku tidak ingin cepat dan terburu-buru namun sembrono. Perjalanan ini hanya sekali. Aku tak ingin menghancurkannya hanya karena "gengsi" dan ambisi tak mau kalah dari sang adik.
Maka aku memilih mempersilakan Adek untuk maju terlebih dahulu, sehingga aku lebih tenang untuk memilih dan menanti yang sedang Allah persiapkan untukku. Entah kenapa, keyakinanku cukup kuat, aku tak ingin omongan orang dan nafsu belaka yang melandasiku untuk menikah. Apalagi jika harus mengorbankan diri menerima laki-laki yang tak satu pondasi agamanya.
*persoalan agama disini bukanlah kesholehan. Namun cara pandang dan idealisme dalam menjalani agama.
Kemudian, ketika ikhlas dan ridho menanti pilihan Allah itu sedang kujalani, Allah ternyata punya kejutan yang lain. Sesuatu yang lebih indah, dan tak terbayangkan sebelumnya.
Allah menjawab doa kita dengan salah satunya memberikan jawaban yang lebih baik, yang tak pernah kita bayangkan.
Hari ini aku belajar tentang arti doa, keikhlasan dan tawakkal. Ketika kita ridho dengan segala ketentuan Allah, ternyata saat itulah Allah seakan memberikan sesuatu yang lebih dari yang kita duga.
--- part 1
0 notes
Text
Daily Prayers
These are my favorite prayers that I repeat many times every day:
1. O God, increase me in knowledge and guide me to a better state of maturity.
اللهم زدني علما واهدني لأقرب من هذا رشدا
Allāhumma zidnī ʿilman wahdinī li-aqraba min hādha rushdā
2. O God, ease my task for me and place Your blessings in my works and my moments.
اللهم يسر لي أمري وبارك في أعمالي وأوقاتي
Allāhumma yassir lī amrī wa-bārik fī aʿmālī wa-awqātī
3. O God, You are the Most Forgiving, and You love forgiveness, so forgive me.
اللهم انك عفو تحب العفو فاعف عنّي
Allāhumma innāka ʿafūwwun tuḥibbul ʿafwa fa-ʿfu ʿannī
4. O God, give me Your support, and You are the best of supporters.
اللهم انصرني وأنت خير الناصرين
Allāhumma-nṣurnī wa-anta khayrun-nāṣirīn
5. Our Lord, grant us good in this world, and good in the Hereafter, and protect us from the torment of the Fire.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
Rabbanā ātinā fīd-dunyā ḥasanatan wa-fīl-ākhirati ḥasanatan wa-qinā ʿadhāban-nār
6. Our Lord, grant us mercy from Yourself, and bless our affair with guidance.
ربنا آتنا من لدنك رحمة وهيّئ لنا من أمرنا رشدا
Rabbanā ātinā mil-ladunka raḥmatan wa-hayyiʾ la-nā min amrīna rashadā
7. My Lord, forgive and have mercy, and You are the best of those who show mercy.
رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين
Rabbi-ghfir wa-rḥam wa-anta khayrur-rāḥimīn
3K notes
·
View notes
Text
“The planning of The Almighty is better for you than your own planning, and He could deprive you from what you ask to test your patience. So let Him see from you a determined patience and you will soon see from Him what will give you joy. And when you have cleaned the paths of answering from the stains of sins and were patient about what He has chosen for you, then everything that happens to you is better for you whether you were given or deprived of what you have requested.”
— Ibn al-Jawzi
251 notes
·
View notes
Text
Baru aja diskusi soal toxic people kemudian postingan ini kayak mewakilkan bgt hehe
“Not all toxic people are cruel and uncaring. Some of them love us dearly. Many of them have good intentions. Most are toxic to our being simply because their needs and way of existing in the world force us to compromise ourselves and our happiness. They aren’t inherently bad people, but they aren’t the right people for us. And as hard as it is, we have to let them go. Life is hard enough without being around people who bring you down, and as much as you care, you can’t destroy yourself for the sake of someone else. You have to make your wellbeing a priority. Whether that means breaking up with someone you care about, loving a family member from a distance, letting go of a friend, or removing yourself from a situation that feels painful — you have every right to leave and create a safer space for yourself.”
— Daniell Koepke
4K notes
·
View notes
Text
Be your self?
Akhir-akhir ini, rasanya bahagia karena bisa menjadi diri sendiri tanpa terbebani. Semua prioritas berubah, menjadi hanya yang disenangi saja. Bekerja sesuai mood, menata yang harus dikerjakan dengan hati dan pilihan. Padahal banyak yang harus diselesaikan dan terus dilakukan.
Tetapi rasanya sungguh berat, sungguh tak ingin terbebani, bahkan cenderung sudah tak peduli akan dibilang apa dengan mereka yang ditinggalkan. Kampus, eksakta, hak cipta, youtube, remaja, nambah hafalan, dan beberapa aktivitas lainnya tergeser di urutan terakhir. Berbalik prioritasnya menjadi hak diri sendiri, keluarga, dan orang sekitar. Tuntutan terabaikan, hanya satu yang diinginkan, bekerja santai tanpa beban maut seperti yang pernah dahulu dirasakan. Dahulu yang fasenya kurang tidur, kurang piknik😂, kurang memprioritaskan apa yang diinginkan dan seringkali mengorbankan apa yang diinginkan didalam diri sendiri.
Entah diri ini kenapa. Rasanya sungguh tak ingin ada paksaan atau tuntutan diluar hal2 yang benar2 ingin dikerjakan. Dan kemarin rasanya bahagia2 saja, tenang, serasa tak ada yang mengejar dan memaksa kita menjadi orang lain yang bukan diri kita.
Namun di suatu titik, hati kecil bertanya lagi "jika menjadi diri sendiri ternyata seburuk dan sesantai ini, mengapa harus berbangga? Bukankah Fir'aun bahagia dengan dirinya, namun dimataNya sangat hina? Bukankah Syaithan berbangga dan merasa cukup dengan dirinya, hingga tak ingin ada orang menandinginya, namun ia kehilangan segala kenikmatan syurgaNya? Bukankah mereka yang sukses dunia akhirat adalah yang lambungnya jauh dari tempat tidur, mereka habiskan untuk bekerja dan beribadah? Dan bukankah Bani Israil yang malas bergerak, selalu protes dan mengeluh pada akhirnya Allah gantikan dengan generasi yang lebih baik?."
Maka mengapa harus berbangga menjadi diri sendiri, jika diri itu belumlah sesuai standar kebaikan yang Allah inginkan. Mengapa harus sesantai itu untuk mendapatkan masa depan yang kita mau? Mengapa harus setenang itu dengan segala kekurangan yang tak menjadikan kita naik tingkatan?
Padahal bisa jadi, untuk saat ini, orang yang berjuang membentuk diri sungguh lebih beruntung dibandingkan orang yang merasa cukup menjadi dirinya sendiri....
0 notes
Text
A big things
A few minutes ago, the administrator of my app customer service, named mohammed, help me to finished all of my app problems in just a few minutes. he also make all easier for me..
Allah help us to manage our life, choose a better way, and open many way we never think before...
Thank you Allah, for your kindness and for sending me a brother from another country to help my job... Alhamdulillah ‘alaa kulli hal...
0 notes
Text
Hari Lamaran Ade
Niatan saya memposting ini agar mungkin saja ketika ada yang membaca diwaktu yang tepat, bisa mencerahkan sekaligus menguatkan... meskipun banyak juga pastinya cerita yang seperti saya share ini. Semoga bermanfaat.
Hari ini alhamdulilah wasyukurilah, Allah memudahkan jalan Ade untuk meminang seorang akhwat shaliha, insya Allah... Saya yang menjadi perantara mereka, dan meminta izin kedua orangtua untuk merestui keinginan baik ade. Awalnya sekeluarga tidak setuju karena memperhatikan kondisi saya. Namun setelah berdiskusi panjang alhamdulillah semua mengerti dan yakin dengan keputusan ini.
Bagaimana saya bisa melarang niatan baik seseorang dengan jalan yang baik pula? apakah saya bisa menjamin adik saya tidak terperosok zina? Apakah jika saya tidak mengizinkannya ia malah akan selamat? apakah jika saya menghambatnya saya juga aman dari dosa ? apakah jika saya memutuskan harus saya yang lebih dulu, saya bisa memastikan bahwa kehidupan saya akan lebih baik dan lebih bahagia?
Saya rasa tidak.
Saya justru semakin yakin dengan keputusan ini, karena bagi saya, menikah bukanlah sesuatu yang sederhana. Mungkin bagi sebagian orang, menikah adalah sebuah hal indah, menghalalkan suatu hubungan yang tidak dirihdoi atau perasaan menggebu yang masih belum halal untuk dinikmati.
Bagi saya tidak.
Di kepala saya, pernikahan adalah sebuah hidup baru nan penuh rintangan, penuh konsekuensi. Ada beribu orang yang setiap harinya mengajukan perceraian. Ada beribu orang yang menikmati dunia gelap dan perselingkuhan. Ada beribu orang yang selalu mengeluh di media sosialnya tentang kehidupan pernikahannya. Ada juga yang menikmati keluhannya dengan selalu menshare hikmah-hikmah yang mereka alami setiap harinya. Belum lagi cerita-cerita yang datang kepada saya tentang kehidupan pernikahan yang mereka jalani...
Semua itu membuat saya banyak khawatir. Khawatir belum siap menghadapi konsekuensinya. Khawatir salah pilih pasangan. dan lain sebagainya... Sungguh bagi saya semua itu tidak mudah, dan tidak hanya sekedar apakah saya nantinya akan menjadi “putri cantik” yang dipajang satu hari, tidak sekedar apakah status saya akan berubah, dan lain sebagainya.
Mungkin bagi sebagian orang, perasaan adalah hal yang harus segera dihalalkan, diperjuangkan, dan lain sebagainya. Lahirlah keluarga yang hidup tanpa visi, hanya sekedar berbagi materi, anak-anak yang lahir tanpa kesiapan orangtuanya dalam mendidik, dan lain sebagainya. Mungkin mudah saja bagi yang berkata “ah, semua itu bisa dipelajari sambil berjalan”. Tetapi bagi saya tak mudah seperti itu...
Saya menghargai setiap jalan hidup oranglain. Namun tanpa mengurangi penghargaan saya tersebut, saya tidak ingin menginvestasikan hidup saya hanya karena pernyataan dan perkataan orangbanyak. Lebih tepatnya, bagaimanapun caranya, Allah akan mempertemukan keduaorang manusia yang sudah diridhoinya untuk bertemu. Jadi, jikalau itu terjadi lebih dulu kepada adik saya, sudah sewajarnya seorang kakak yang beriman pada takdirNya memperbolehkan hal tersebut tanpa syarat...
Mudahkanlah urusan oranglain, kemudian Allah akan mempermudah urusanmu...
Percayalah dear kakak2 yang menjalani cerita yang sama (hehehe), keyakinan dan rasa cukup kita akan nikmatNya akan membuka pintu-pintu barakah lainnya. Sehingga takkan ada rasa khawatir tidak mendapat bagian, semua sudah ditentukan olehNya... karena Allah takkan menyia-nyiakan hambaNya yang bergantung kepadaNya...
1 note
·
View note
Text
Don’t think that bad things happen only to you. They happen to everyone. Every single day. The difference lies in how you deal with any given situation. Your attitude counts. If you choose to see things in a positive light, then you’ll rise above it and overcome it eventually.
Mufti Ismail Menk
203 notes
·
View notes
Text
The Almighty can heal every heart and the hurt inside, mend everything that’s broken, guide every decision and lead us to the path of righteousness. It’s not difficult for Him. He’s the Lord of the Worlds. You have to do your part and He will do the rest. Leave it to Him!
Mufti Ismail Menk
79 notes
·
View notes
Text
Ujian
Ada yang ujiannya masih sama-sama saja, masih di persoalan yang sama, soal urusan yang tak kunjung usai, soal masalah yang seharusnya tak perlu diratapi...
Ada yang ujiannya silih berganti. Lulus di satu ujian, datang ujian lain dalam bentuk berbeda lagi...
Ada yang tak pernah diuji, namun ternyata itu ujian yang sesungguhnya...
Ternyata manusia setiap hari mengalami dua hal. Satu ujian untuk menguji rasa syukur, satu ujian untuk memperbanyak rasa sabar. Kita hanya dikirimkan hal yang sama dalam bentuk yang berbeda-beda...
0 notes
Text
Diary Bu Halim - Untuk Mutiara-Mutiara Ibu...
Kau tahu nak? Saat ibu mulai bertugas, satu hal yang ada di kepala ibu adalah bagaimana menemukan kalian ditengah 406 orang siswa. Kalian, sang mutiara-mutiara peradaban yang jiwanya terpanggil untuk menjadi pejuang Qur'an.
Kau tahu nak? Saat ibu disambut dengan pesimistis masyarakat dan penilaian mereka untuk kalian, ibu sama sekali tak gentar. Karena ibu yakin, kalian ada disana. Mutiara-mutiara itu ada diantara 406 orang.
Saat ini, belasan mutiara diantara kalian sudah mulai menampakkan kilau. Dan 7 diantara kalian akan memulai kilauan indah, Insya Allah... 7 diantara kalian sudah memulai perjalanan generasi yang diharapkan dari lingkungan kita.
Semoga Allah izinkan ibu menemani dan menjaga kilauan itu dengan baik... Harap ibu, kita saling berkilau karena kecintaan kita padaNya, pada sesama diantara kita, juga pada Al-Qur'an kita....selalu <3
0 notes
Text
Media sosial seharusnya tak menjadi patokan
Hari ini saya begitu tertohok dengan beberapa permasalahan. Bukan tentang saya pribadi, tetapi tentang peran saya dan semua orang lainnya di kehidupan masing-masing.
Di zaman serba media sosial ini, banyak fenomena yang ternyata diluar dugaan saya.
Ada begitu banyak orang yang bersinar di media sosial, tetapi hari ini saya mendapatkan kenyataan dibalik dunia sosial itu. Ternyata di balik media sosial yang cemerlang, ada luka-luka dan ruh-ruh yang hilang. Ternyata apa yang kita lihat sempurna justru yang paling butuh kita sempurnakan. Ternyata yang kita lihat hidupnya begitu tak membutuhkan peran kita, justru membutuhkan peran kita.
Hari ini saya belajar, bahwa media sosial benar2 tak bisa jadi sandaran sebuah penilaian. Jangan percaya bahagianya, jangan percaya pencapaian-pencapaiannya, jangan percaya kata2 dan kalimat indahnya. Jika ia sahabat dan teman kita, sesungguhnya yang harus kita tahu adalah apa yang tidak ia tampakkan.
Benar, jangan percaya hanya dengan media sosial...
0 notes
Text
Terbentur, terbentur, terbentuk!
Totalitas tanpa batas!
Tiga kata tersebut dahulu sering sekali saya dengar dan saya gaungkan. Meskipun saya seringkali gagal dalam melaksanakannya di kehidupan saya pribadi. Terdistraksi oleh beberapa hal besar adalah faktor utama yang menyebabkan saya mengalami kegagalan tersebut. Dan saya menjadi belajar bahwa menganggap diri saya manusia seutuhnya yang memiliki titik lemah adalah awal dari perubahan. Saya harus menerima bahwa saya lemah, saya butuh berjuang, butuh semangat dan energi lebih untuk keluar dari zona nyaman.
Dan mungkin semua yang dahulu pernah membetur, sadar tidak sadar pada akhirnya membuat saya jauh lebih mampu bertahan dari dahulu. Suka tidak suka, ternyata benturan itu membuat saya merasa lebih baik hari ini. Terlepas dari apapun penilaian saya dimata orang lain. Terlepas dari pencapaian apapun yang sudah atau belum pernah saya dapatkan sama sekali. Terlepas dari semua itu, saya bersyukur karena telah melalu masa-masa berat itu hingga hari ini.
Alhamdulillah semua berlalu. Saya menjadi paham arti terbentur, terbentur, lalu terbentuk. Seperti pahatan, tanpa ditempa takkan menjadi sebuah karya. Seperti clay, tanpa sentuhan dan tekanan takkan menjadi barang penuh manfaat nan memudahkan.
Terbentur, terbentur, terbentuk.
Tiga kata kunci untuk sebuah totalitas.
0 notes