geminibluff
geminibluff
🌸
5 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
geminibluff · 2 months ago
Text
Tumblr media
Love Confession
"San, gue udah di lobby", pesan Miguel masuk ketika Krisan sedang membereskan kamarnya sore itu. Janjinya ia tiba pukul 7.00 tapi nyatanya 30 menit lebih awal. Krisan membalas, "cepet banget, sebentar gue ke bawah ya", balas Krisan. Sesampainya ia dilobby, Krisan disambut Miguel yang menenteng belanjaan dikedua tangannya. Kaos hitam dan celana jeans pendek membalut tubuhnya yang berotot, kepalanya ditutup topi hitam. "Damn God, pemandangan macam apa ini, emang boleh dia sepacarable ini", pikir Krisan. Ia membuang jauh jauh pikiran anehnya. "Lo lagi belanja bulanan kah? Banyak banget belanjaan lo", ujar Krisan. "Hehehe, selain makan steak, gue bawa bir sama cemilan siapa tau masih laper", jawab Miguel sambil tertawa. "Sini gue bantuin bawa", kata Krisan. "Gak usah, ini enteng, lumayan kaya angkat barbel 10kg lah", jawab Miguel cengengesan. Sesampainya diatas, Miguel menawarkan diri untuk membantu Krisan memasak. "Gue bisa masak loh San, gimana kalo gue masak buat lo, terus lo masak buat gue?", tanya Miguel. "Seriously?", jawab Krisan heran. "Serius, bakat terpendam gue adalah memasak San", kata Miguel sambil tertawa. "Yaudah, biar gak bosen nungguin, kita gantian aja masaknya, tapi maaf nih kalo masakan gue gak kaya masakan chef", ujar Krisan. "Yaelah, tenang gue juga bukan Gordon Ramsay", jawab Miguel.
Mereka asik bermain masak masakan malam itu, setelah masakan mereka selesai, mereka menikmati masakan satu sama lain, Miguel memuji Krisan, dan Krisan memuji Miguel. "Kata gue sih lo chef beneran, enak banget steak lo", ujar Krisan sambil menunjuk Miguel mengacungkan jempol. "Kata gue juga lo bakat masak sih, steak buatan lo mantap", jawab Miguel mengacungkan jempol nya juga. Mereka heboh tertawa karena saling memuji satu sama lain, sampai Miguel membuka pembicaraan yang cukup serius terhadap Krisan sambil menenggak minuman ditangannya.
"San, lo kenapa gak punya pacar?", tanya Miguel serius. Krisan kaget dengan pertanyaan Miguel, dadanya berdegup saat ini karena Miguel menatapnya dengan tatapan serius, tidak seperti biasanya. Krisan berfikir, menghela napas dan menjawab Miguel. "Hmmm, kenapa ya? Mungkin belum ketemu orang yang pas. I mean like kita sama sama click atau sama sama suka. Karena selama ini yang gua temuin adalah gue suka dia, dia gak suka gue, atau sebaliknya, dia suka gue tapi gue gak suka dia", tegas Krisan. "Ohhh, tapi ada yang lo suka?", tanya Miguel lagi. "Hmmmm, ada sih. Tapi kayanya sih gue bukan tipe dia", jawab Krisan pelan. "Hah? Serius? Coba kasih tau gue siapa?", jawab Miguel excited. "Elu anjir eluuuuuu", batin Krisan. Mungkin saat ini muka Krisan memerah saat ditanya siapa, Krisan hanya menjawab, "Rahasia", "Lo sendiri kenapa gak punya pacar?", balas Krisan. "Hmmm, kalo gue juga karena masih ragu ragu sih, gue takut dia gak suka gue dan cuma nganggep gue temennya doang", jawab Miguel serius. "Emang siapa orang yang lo suka?", tanya Krisan penasaran sekaligus takut akan jawaban Miguel. Takut menerima kenyataan bahwa oranglain lah yang ternyata ada dihati Miguel. Tapi Krisan memberanikan diri bertanya. Lagian, mungkin kini saatnya dia step back dari daydreaming nya.
"Sebenernya sih ini rahasia ya, tapi boleh lah lo tau.", balas Miguel. "Hmmm sebenernya San..." kata Miguel tertahan. Krisan menenggak bir yang ada ditangannya, ia siap menghadapi apapun yang ada didepannya. Kini malah Miguel yang terdengar ragu untuk memberi tahu Krisan. "Hmm, lo tau Sonia?", tanya Miguel. "Sonia?? Sonia Ramona Evara?", jawab Krisan. "Iyaa Mona... hmm sebenernya gue naksir dia San, udah beberapa kali jalan sama dia, tapi belakangan ini gue ragu", ujar Miguel meragu. Krisan terpaku seperti dihantam sesuatu yang keras kepalanya pusing mencerna informasi Miguel. Ia kira selama ini Miguel sedang mendekati Bianca, seperti yang ia tau. Namun nama lain yang keluar dari mulut Miguel lebih membuatnya terpaku. Mona, ia Mona. Wanita cantik, berparas anggun itu ternyata yang memikat hati Miguel. "I thought you've been dating Bianca whole this time? Just because your friends and her friends you know?", tanya Krisan penasaran, sambil mengeratkan genggaman nya pada gelas yang ia pegang. "Ngga San, gue dan Bianca cuma berteman baik aja, karena dia asik diajak nongkrong sana sini, jadi temen temen gue dan temen temen dia sering gossiping aja. Gue sama sekali gak ada hubungan apa apa sama Bianca", jelas Miguel. Well, that thing finally answered, pikir Krisan. Ia pasti juga "hanya teman" nya Miguel. Untung Bina sudah memperingatkannya, harusnya ia benar benar terbangun dari daydreaming nya. Krisan terlalu fokus memikirkan hal hal antara Miguel dan Mona, sedangkan keraguan Miguel ia lupakan, ia tidak menanyakan mengapa Miguel ragu. Ia sudah tidak ingin tau apapun saat ini. Ia sadar bahwa dirinya berada pada level yang berbeda. Mungkin kini Krisan hanya akan menjadi pendengar yang baik untuk Miguel. Miguel pun kini terdiam, mungkin masih ragu dengan pikirannya sendiri, hanya suara samar dari lagu yang mereka putar tadi yang terdengar, sampai suara ponsel Krisan berdering. Julian Joshua Wijaya is Calling. "San", panggil Joshua dari sebrang sana. "Iya, kenapa?", jawab Krisan. "Mau nyemil gak? Gue mau beli ropisbak nih", tanya Joshua. Krisan sudah tidak mood untuk apapun rasanya saat ini. "Gak Josh, gue kenyang", jawab Krisan. "Adik ganteng gue si Miguel mau ga?", tanya Joshua. "Guel, mau ropisbak gak? Si Joshua mau beli nih", tanya Krisan ke Miguel. "Thank you bang, gue mau balik abis ini", jawab Miguel. "Oke deh, gausah gue bungkus ya", jawab Joshua. "Iya gausah, dah ya bye", jawab Krisan cepat.
Krisan menaruh ponsel nya, dan menatap Miguel, "lo mau balik?", tanya Krisan. "Iya San, udah malem, lo harus istirahat juga kan", jawab Miguel. "Iyasih, udah jam 11, lo gapapa kah balik abis ngebir gitu?", tanya Krisan. "Aman, 3 kaleng bir mah ngga ngaruh apa apa San", jawab Miguel. "Yaudah, hati hati ya, kabarin gue kalo lo udah sampe", ujar Krisan. "Siap cantik, nanti gue chat ya", jawab Miguel sambil blow kiss ke Krisan yang dibalas dengan tatapan keki oleh Krisan. Bagaimana orang bisa tidak salah paham dengan tingkah laku Miguel yang seperti ini. Ia begitu manis, baik, dan penuh dengan tingkah genit. Apakah ia begini dengan Bianca juga? Dengan Mona? Pikir Krisan. Terlalu banyak yang Krisan pikirkan saat ini. Sampai ia sadar punggung Miguel sudah hilang dari hadapannya. Tatapannya mulai kabur, setelah menutup pintu, ia berbaring di kasurnya. Menutup matanya, berharap apa yang baru saja terjadi hanya mimpi. Ia membuka social media nya, mengetikan nama Mona disana. Melihat foto foto Mona yang sungguh anggun dan cantik, cocok dengan Miguel. Kini seluruh temboknya dibangun kembali, perlahan tapi pasti, setinggi mungkin agar tak cukup mudah diruntuhkan oleh Miguel. Sesaat ia tersadar, Miguel mengabarinya kalau ia sudah sampai dirumah. "Cantik??", "gue baru aja 5 menit lalu bangun tembok Guel, how could you break it secepet kilat?", gumamnya.
0 notes
geminibluff · 2 months ago
Text
Cigarettes
Tumblr media
Sepanjang perjalanan pulang dari pantai, Miguel tak berhenti mengoceh tentang cuaca, tentang dirinya yang sangat menyukai pantai, tentang semua hal yang ia temui diperjalanan pulang, seperti lampu merah yang hampir ia terobos, tentang hujan yang tiba tiba deras dan masih banyak lagi. Krisan hanya mengamati dengan tersenyum, menjawab seadanya karena ia terus terusan mengatur detak jantungnya yang tidak karuan semenjak Miguel menutupi kepala Krisan dari hujan dengan tas yang ia bawa. Jarak mereka terlalu dekat, seakan akan Krisan bisa merasakan aliran darahnya yang naik ke muka nya dan nafas Miguel ketika mereka lari ke mobil. Small things yang Miguel lakukan terus membuat Krisan kagum, mungkin?? Atau itu memang bare minimum nya sebagai laki laki yang baik? Sesekali Krisan melirik kearah Miguel dan mendapatinya sedang menggigit bibir nya. Krisan memerah, memalingkan mukanya dan membuka ponsel untuk meredakan pikirannya saat ini. Dibacanya chat Bina yang terabaikan dari 4 jam lalu. Dibalasnya chat Bina, yang menanyakan apakah Krisan jadi bertemu dengan Miguel. Semenit kemudian, Bina membalasnya. Sementara Krisan terpaku melihat balasan Bina, ia sangat ingin menanyakannya langsung ke Miguel. Tapi apa hak nya menanyakan apa yang dilakukan Miguel sehari hari? Tidak masuk akal, pikirnya. Tapi ia cukup penasaran, ingin membuka percakapan yang bisa mengarahkannya kesana. Hening terpecah karena Krisan memanggil nama Miguel, dan Miguel yang memanggil nama Krisan bersamaan, "Guel","San", katanya. "Lo duluan deh", kata Krisan. "Mau numpang copy foto foto tadi boleh? Biar kosong memorinya dan gaperlu kasih ke lo foto foto nya lagi, repot kalo harus email semua fotonya, karena pasti lama, tadi kan bisa ratusan tuh foto, jadi nanti gue keep di hard disk juga", tanya Miguel. "Ohh yaudah gapapa, nanti ikut naik aja ya, sekalian keringin atau bilas rambut lo yang keujanan", jawab Krisan. "Tadi mau ngomong apa San?", tanya Miguel. "Ah ngga, gajadi gapapa", jawab Krisan. Krisan menunda bertanya tentang Bianca, wanita yang pergi bersama Miguel siang ini dan membatalkan acara makan siangnya. Dipikiran Krisan hanya ada Miguel dan Bianca, sementara hening mereka di pecah oleh lagu Coldplay (lagi) yang diputar Miguel. Semakin banyak asumsi bermain dikepala Krisan, seperti, apakah mungkin Miguel sedang mendekati Bianca, apakah Miguel hanya menganggapnya teman. Mungkin Krisan benar hanya teman untuk Miguel, karena orang seperti Krisan tidak sebanding dengan Bianca. Bianca terlalu popular dibanding Krisan yang hanya punya beberapa teman. Bianca terlalu cantik dibanding Krisan yang biasa saja. Bianca dan Miguel bisa dibilang pasangan yang cocok. Mereka sama sama popular dan tidak sedikit orang yang senang menjodoh jodohkan mereka. Mungkin Krisan harus berhenti berharap. Miguel bukanlah orangnya. Miguel hanya mimpi belaka untuk Krisan. Krisan akan membuat tembok antara mereka, agar hatinya tidak terluka.
Sesampainya mereka di apart Krisan, Krisan mengajak Miguel ke atas. Miguel bertanya, "San, gapapa gak gue mampir? Kalo gak boleh juga gapapa loh". Krisan tersenyum, "Gue bilang gapapa Guel, lagian kenapa gak boleh dah? Lo kan temen gue", jawab Krisan. Mereka menuju unit Krisan, sesampainya diatas, di lantai 25, Krisan membuka pintu dan mempersilahkan Miguel masuk. Apartemen Krisan cukup besar, ada 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, ruang tamu dan ruang makan serta balkon. 1 kamar mandi didalam kamar, 1 lagi diluar dekat ruang tamu. Krisan mengambilkan 1 handuk bersih dan 1 kaos ganti untuk Miguel yang kehujanan. Dibuatkannya Miguel teh hangat agar tubuhnya hangat. Miguel berjalan kearah ruang tamu, lebih tepatnya ruang tv Krisan. Ia dipersilahkan duduk oleh Krisan disana. Miguel menemukan 1 kotak rokok Marlboro ice burst terbuka diatas meja beserta asbaknya. Miguel bertanya, "San, ini rokok siapa? Cowok lo?". Krisan tertawa, "Si punya cowok tuh gue", jawabnya. "Lah terus ini punya siapa? Punya lo? Gue gak tau dah kalo lo ngerokok??", tanya Miguel. Krisan berdeham, "udah kedengeran kaya perokok belom suaranya? Gue ngerokok Guel", jawab Krisan sambil tertawa. Krisan menghampirinya dengan menyodorkan handuk, pakaian bersih dan teh hangat yang ia buat. "Gue ngerokok gara gara si Josh (kakak gue), ada moment dimana gue stress banget ngerjain tugas, terus gue nyoba nyoba lah si rokok nya Josh ini, ternyata cukup helpful", jawab Krisan lagi sambil menyalakan satu batang rokoknya dihadapan Miguel. Kini Krisan tak perlu menjaga image nya dihadapan Miguel, karena Krisan tidak berharap apapun dari Miguel. Ia hanya akan menunjukkan diri nya seutuhnya tanpa malu malu dan memberikan image apa adanya terhadap Miguel. "Udah percaya kan gue ngerokok?", ujar Krisan sambil menghirup asap rokoknya tanpa malu malu. Untungnya ia dibuat sadar hari ini, jika tidak, mungkin semuanya akan terlambat.
"Oh jago ya ngerokoknya, berarti beneran perokok aktif", jelas Miguel sambil tertawa. "Kalo gitu, gue ikutan ngerokok ya San, abis itu gue numpang toilet lo buat basuh kepala gue", tambah Miguel. "Mandi aja sih sekalian, daripada lo sakit", sahut Krisan. "Iya iya, gue mandi aja, abisin satu batang dulu deh", jawab Miguel.
Krisan menyalakan tv dihadapannya untuk memecah keheningan, mereka sibuk dengan pikirannya masing masing sambil menghabiskan rokok ditangan. Sesaat Miguel selesai menghabiskan rokoknya, ia izin untuk membasuh tubuhnya yang kehujanan. Krisan bangkit dari sofa dan berlari ke kamar. Ia meninggalkan pesan untuk kakaknya, Joshua, agar tidak pulang terlebih dahulu. Entah apa yang ada di pikiran Krisan, tapi Krisan takut Joshua akan bertemu dengan Miguel dan mengira mereka ada hubungan. Bisa sial hidupnya kalau Joshua tahu Miguel hanya menganggapnya teman, dan tidak ada hubungan apapun saat mendapatinya di apart berduaan. Lebih baik Krisan yang declare di awal bahwa Miguel adalah temannya.
Krisan juga membalas pesan Bina yang daritadi diabaikannya (lagi). Setelah cukup berfikir, Krisan mengabarkan bahwa dirinya baik baik saja kepada Bina. Setelah membalas pesan Bina, ia membasuh badannya yang kehujanan dan kembali ke ruang tamu, bertepatan dengan Miguel yang juga selesai mandi. "Thank you ya San, gue udah boleh numpang mandi segala", kata Miguel. "Berlebihan deh, cuma numpang mandi doang padahal", sahut Krisan. "Kalo lo mau copy fotonya, di kamar gue ada komputer, lo masuk aja ya, sekalian gue ngeringin rambut", tambah Krisan. Sesaat mereka akan ke kamar, pintu apartemen dibuka oleh Joshua. "Girl, what are you doing?", tanya Joshua ke Krisan sambil mengerenyitkan dahinya. Krisan memaki dalam hati, memang kakaknya ini tidak dapat dipercaya. "Guel, ini Joshua, kakak gue, Joshua, ini Miguel temen gue, dia mau copy file di komputer gue sebentar dan btw gue pinjemin dia kaos lo", jawab Krisan sambil melotot ke Joshua. Finally Joshua tidak penasaran lagi kenapa adiknya memintanya untuk pulang terlambat. "Hi Miguel, gue Joshua", sapa Joshua sambil menjulurkan tangannya. "Halo bang, gue Miguel temennya Krisan, sorry ya gue minjem baju lo, soalnya tadi kita keujanan dari luar", balas Miguel sambil menjabat tangan Joshua. "Okay well, silahkan dilajutkan, gue mau mandi dan beberes, and you, leave the door open", kata Joshua ke Krisan sambil menujuk kamarnya. Krisan malas membalasnya dan sambil berjalan ke kamarnya dia bilang "Yes sir".
Krisan mempersilahkan Miguel masuk ke kamarnya yang penuh dengan hiasan foto yang ia potret, ia mencetaknya dan menempelnya di dinding. "Sorry if my room kind of messy", sahut Krisan. "Slow San, lo belom pernah aja masuk ke kamar gue", jawab Miguel. "Gue pinjem bentar ya komputernya, sorry jadi ganggu abang lo nih", tambah Miguel. "Gausah pikirin dia, kadang dia bisa over protective tapi sebenernya ngga kok, gue ngeringin rambut dulu ya, password komputer nya 11061995", jawab Krisan. "Oke", jawab Miguel.
Mereka sibuk dengan kegiatannya masing masing, setelah Krisan mengeringkan rambutnya, ia menghampiri Miguel yang masih sibuk mengutak atik komputernya. Ia mendapati 1 fotonya yang diambil Miguel. "Gue mau dong foto ini", kata Krisan. "Wait, gue kirim nih ke hp lo", jawab Miguel.
Setelah menyelesaikan perpindahan foto dari kamera nya ke komputer Krisan, Miguel pamit karena hari semakin malam. Joshua mengamati mereka dari ruang tamu sambil menonton tv. Miguel pamit pulang ke Krisan dan Joshua yang kini telah sama sama berada di ruang tamu. "Bang, gue pamit ya, gue balikin bajunya abis gue cuci dulu ya, nanti gue titip Krisan", pamit Miguel. Joshua hanya tersenyum, mengangguk dan mengacungkan jempolnya kepada Miguel. Krisan mengantar Miguel sampai depan pintu apartemennya. "San, makasih banyak ya, sorry jadi ngerepotin lo", kata Miguel. "Slow Guel, gue gak ngerasa di repotin. Gue yang makasih lo masih mau temenan dan hunting bareng gue", jawab Krisan. "Gue bakal ajak lo ke tempat lain lagi buat hunting, janji", sahut Miguel. Krisan tersenyum mengiyakan dan melepas punggung Miguel yang menjauh dari apartnya sambil melambaikan tangan dan tersenyum. Lucu. Pikir Krisan. Tapi kemudian ia tepis pikiran itu dan masuk ke dalam memaki Joshua.
0 notes
geminibluff · 3 months ago
Text
Maybe one day, I can fly with you - O
Tumblr media
"San, gue udah di lobby apart lo", Miguel mengetikkan jemari di ponselnya yang langsung dibalas Krisan. "Ok waittt, gue turun", balas Krisan. Selang beberapa menit, pintu lift terbuka, Krisan keluar dari lift, ditengoknya Miguel sedang duduk menunggunya di lobby. Hari ini Miguel menggunakan kaos putih dan celana pendek hitam. Rambutnya ditutupi topi. "Anjrit ganteng banget", batin Krisan. Krisan pun menyapa Miguel yang sedang asik dengan ponselnya. "Guel, ayok", katanya. "Eh udah turun, yuk", sahut Miguel. Krisan mengekor Miguel ke arah parkiran untuk mengambil mobilnya. Hari ini Miguel membawa mobil gantengnya itu. Akhirnya Krisan bisa merasakan duduk di mobil ganteng Miguel. Sesampainya di parkiran, Miguel membukakan pintu untuk Krisan, menyuruhnya masuk terlebih dahulu. "Damn", batin Krisan. Miguel terlalu green flag untuk cowok yang disebut sebut red flag. Sesaat Miguel masuk ke dalam mobil, mereka melaju ke pantai yang mereka tuju ditemani alunan lagu album baru Coldplay yang Ghost Stories. Miguel sesekali melantunkan liriknya saat lagu True Love diputar. Reflek Krisan bilang "Sumpah, lagu ini favorit gue sih di album ini dari pertama kali denger". Miguel tersenyum melirik ke arah Krisan sambil menanggapi "Emang udah nemu true love nya?", kata Miguel. Krisan cuma senyum senyum tidak menjawab. "Tapi ini juga salah satu favorit gue sih di album ini", sahut Miguel lagi. "Terus lagu yang paling favorit lo yang mana?", tanya Krisan. "Nanti gue kasih tau ya di pantai", kata Miguel sambil nyengir genit. "Yaelah, mau ngasi tau lagu favorit aja harus sampe pantai dulu, apakah karena kita akan ke pantai lagu favorit lo adalah Oceans?", balas Krisan. "Bukaaan, beda San rasanya, nanti gue kasih tau kenapa beda", jawab Miguel sambil melepas tawanya.
Sepanjang perjalanan mereka banyak membahas band band yang mereka suka, ternyata banyak kesamaan yang mereka temui. Gak cuma lagu, beberapa selera film dan makanan pun sama. Tinggal perasaan aja bisa gak sih sama juga, batin Krisan.
Sesampainya mereka di pantai, matahari masih menyala. Krisan dan Miguel asik memainkan kamera mereka kesana kemari. Sesekali Krisan memotret Miguel diam diam. Miguel pun asik mengatur kamera nya dan sesekali memotret Krisan yang malu malu karena ketahuan di potret Miguel. Akhirnya mereka berdua saling foto satu sama lain.
Setelah lelah memotret, mereka berdua duduk dipinggir pantai, memandang langit yang mulai jingga. Terdengar jelas desiran ombak dan burung burung yang mungkin ingin pulang setelah seharian berkelana. Miguel mengeluarkan penyuara telinga dari kantong nya, memasangkannya satu ke telinga nya dan satu lagi ke telinga Krisan. Mereka duduk berdampingan kurang dari setengah meter, Krisan khawatir saat ini degup jantungnya bisa terdengar. Wajahnya merona merah, untungnya langit sore itu dapat mengelabuinya. Kata Miguel, "nih gue kasih tau lagu favorit gue dari album Coldplay yang baru". Terdengar intro lagu O dari album Ghost Stories itu. Krisan melihat ke arah Miguel dan berkata "Ohhh ini favorit lo", mata mereka bertemu sepersekian detik dan Miguel tersenyum. Jantung Krisan benar benar gak karuan. Kata Miguel sambil melihat ke arah Krisan dan membuang pandangannya ke langit sore itu, "Yes, ini favorit gue. Coba lo liat langit nya, burung burung diatas yang terbang sambil denger lagu ini, indah banget San. Kok bisa ya lagu ini bagus banget? Heran" kata Miguel dengan penuh semangat. "Bener sih, lagu ini cocok banget sama langitnya", balas Krisan yang masih mengatur degup jantung nya sambil menghela nafas nya perlahan.
Mereka pun tenggelam dalam pikiran masing masing, sampai Miguel memecah lamunan Krisan. "San, mau beli minuman ga?", kata Miguel. "Hmm, gue mau cola pake es aja deh", balas Krisan. "Ok wait, gue beli dulu ya", kata Miguel. Krisan mengangguk, ia masih duduk dipinggir pantai, langit mulai berganti gelap, ia menarik nafas sekali lagi. Seperti bermimpi, batinnya. 1 tahun lalu ia hanya bisa mengagumi Miguel dari jauh. Tidak berniat sedikitpun untuk mengenalnya lebih jauh, karena seperti yang ia dengar, Miguel tidak sebaik yang ia kagumi. Nyatanya, hari ini ia bisa sedekat ini dengan Miguel. Dan Miguel cukup baik sampai hari ini. Krisan mulai melupakan bahwa Miguel di cap buruk karena suka mempermainkan wanita. Mungkin wanita wanita itu yang berharap lebih? Pikirnya. Karena ia melihat Miguel tidak seburuk itu. Mungkin Miguel memang baik ke semua orang, tidak terkecuali.
Krisan terbangun dari lamunannya, Miguel menepuk pundaknya untuk memberikan cola dan es nya. "Thanks Guel", kata Krisan. "Sama sama cantik", kata Miguel. "Pantes ya cewek cewek baper, jadi begini lo perlakuin mereka", balas Krisan sambil tertawa. "Masa sih mereka baper kalo diginiin?", sahut Miguel tertawa. "Ya masa gak baper dibaikin sama lo terus dipanggil cantik?" kata Krisan. "Lo baper gak?", tanya Miguel sambil cekikikan. "Untungnya ngga sih ya, gue harus terbiasa kayanya lo emang gini orangnya", sahut Krisan. "Yah sayang banget lo gak baper", kata Miguel sambil ketawa. Manis banget, batin Krisan.
Miguel terus mengoceh dan membuka banyak obrolan dengan Krisan. Krisan tersenyum sembari mendengarkan dan mengamati Miguel dengan lekat. Mata, garis wajah, hidung, bibir dan beberapa tahi lalat diwajahnya menarik perhatian Krisan. Sampai Miguel menyadarinya, "ada apasih di muka gue kok lo liatin terus?", kata Miguel. "Anjir, bebener pede banget lo, ngga ada apa apa", sahut Krisan tertawa. "Bohong lo ya? Ada pasir ya?", tanya Miguel nepuk nepuk mukanya. Krisan masih tertawa lalu mengeluarkan kaca kecil dari tas nya dan menyodorkan ke Miguel. "liat sendiri deh, gaada apa apa", kata Krisan ketawa. Krisan membuka kaca tersebut, menyodorkan nya ke Miguel. Miguel memperhatikan wajahnya yang memang tidak ada apapun sambil membuka topi dan menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jemarinya. "Ah lo ketawa tapi San, gue kira ada apaan", kata Miguel. Krisan cuma tertawa melihat tingkah Miguel. Tak terasa obrolan mereka sudah berlalu 2 jam dari Miguel membeli cola. Miguel menawarkan Krisan untuk pulang karena angin semakin kencang. Krisan mengiyakan ajakan Miguel untuk pulang. Mereka mengakhiri obrolan ketika angin besar dan hujan yang tiba tiba datang, mereka berlari ke mobil sambil tertawa.
0 notes
geminibluff · 3 months ago
Text
Miguel is calling...
Tumblr media
Krisan bener bener syok… bingung harus jawab Miguel apa. Padahal cuma diajak nyetak pamflet sama spanduk, yang mana emang tugas mereka berdua, tapi rasanya kaya Miguel asked her out.
Menurut pesan terakhir, mereka janjian jam 4 sore. Tapi pas jam menunjukan pukul 15.45 sore, Krisan gelisah bukaan main. Kelasnya sudah bubar sejak 15 menit lalu, tapi dia masih terdiam di bangkunya… memikirkan apa yang harus dia katakan kepada Miguel, apakah akan canggung berdua aja sama Miguel. Krisan menghela napas panjang sampai akhirnya beranjak dari kursinya menuju toilet. Sedikit memperbaiki riasannya hari ini, mengoleskan kembali lip tint nya, menyisir rambutnya perlahan dan berbicara pada dirinya di cermin “lo bisa Krisan, tenang aja, fokus".
15.55 Krisan turun dari kelasnya menuju parkiran, dilihatnya Miguel sudah standby didekat sana, mengecek handphone nya. Handphone Krisan berdering, nama Miguel terpampang dihadapannya dengan tulisan “Miguel Indrawan Njotorahardjo is calling”. Krisan sedikit gugup, lalu menjawabnya.
Miguel : “San, sorry ganggu ga? Lo dimana? Udah selesai? Gue udah diparkiran.”, tanya Miguel dengan cara berbicaranya yang cepat dan lucu seperti rapper.
Krisan : “gue udah menuju parkiran, ini gue liat lo”, sambil melambaikan tangan dan hampir tertawa mendengar suara Miguel yang seperti rapper menghujaninya dengan pertanyaan tersebut.
Miguel : “gue kira lo belum kelar, ayo kita segera cabs, tapi sorry banget sebelumnya, karena gue hari ini bawanya motor”
Krisan : “it’s okay”
Miguel : “maaf banget ya, takut cantik lo hilang karena naik motor gue, atau gue harus pinjem mobil temen gue nih?”, sambil mengedipkan sebelah matanya ke Krisan.
Krisan : “bjir apasih lo, berlebihan banget deh, udah cepet jalan aja ayo.”, jawab Krisan tersipu akibat perkataan Miguel barusan, dia berharap mukanya tidak memerah, karena saat ini jantung nya gak karuan.
Miguel : “hahahaha, okay okay, sini gue pakein helm dulu”, Miguel memasangkan helm di kepala Krisan yang membuat Krisan mematung melihat mata Miguel dalam jarak kurang dari 2 jengkal. Krisan masih mematung saat helm nya selesai dipakaikan, seakan akan dia bermimpi bisa sedekat ini dengan Miguel…
Krisan : “gue bisa sendiri halo?”, jawab Krisan cepat dan membatin dalam hatinya, mungkin ini yang bikin cewek cewek gak waras sama Miguel… semua love language dan love itu sendiri ada padanya. Miguel begitu mudah disukai dan dicintai karena the way he treated every women wah gak ada yang ngalahin. Namanya juga....Miguel.
Perjalanan mereka ke tempat printing memakan waktu 30 menit, gak sejauh itu, tapi terasa jauh seperti perjalanan ke Puncak, karena sesaat Krisan naik ke motor Miguel yang cukup besar itu, tangan Miguel meraih tangan Krisan dan menempatkannya di kedua sisi jaketnya. Krisan sempat menolak karena jantungnya saat ini benar benar gak karuan. Miguel kembali menempatkan tangan Krisan ke sisi jaketnya sambil bilang “pegangan San, nanti jatoh.”, he’s litteraly buat Krisan jatoh, iya jatoh hati sama Miguel. Sorry. Dalam hati Krisan, “apa Miguel selalu kaya gini sama cewek cewek yang nebeng/diboncengin dia?”, Krisan benar benar gak habis pikir Miguel seperti ini sama dia, masih seperti living in her own dream. Krisan gak ngejawab Miguel setelah dia bilang untuk pegangan, tapi Krisan menuruti Miguel, that’s why perjalanan mereka terasa jauh.
Sesampainya ditempat printing, Miguel berusaha menolong Krisan membuka helm nya, namun kedahuluan Krisan, Krisan berusaha mengatur jantungnya biar nggak berdetak lebih kencang, Miguel hanya tersenyum ketika Krisan memberikan helm nya kepada Miguel.
Setelah mereka mencoba masuk ke tempat printing, handphone Krisan berdering kembali, Krisan mengecek nya, nama Sabrina muncul. Krisan menyuruh Miguel masuk duluan sementara ia mengangkat telpon dari sahabatnya itu.
Sabrina : “lo dimana June?, kok gue cari lo gaada? Udah balik?”, serbu Sabrina.
Krisan : “DIEM, gue lagi sama Miguel nyetak pamflet sama spanduk acara”, sahut Krisan.
Sabrina : “wtf, demi apa? tiba tiba? coba pap”
Krisan : “ogah, jangan ganggu gue, nanti gue ceritain!”, jawab Krisan cepat dan menutup telpon Sabrina.
Krisan masuk ke dalam tempat printing, ia mencari sosok Miguel dan menghampirinya.
Krisan : “udahan Guel?”, tanya Krisan.
Miguel : “udah, gue udah bilang sama mas nya untuk di cetak, tapi katanya kita butuh nunggu 2 jam untuk spanduknya, untuk pamfletnya bisa diambil besok.”, jawab Miguel.
Krisan : “hooo gitu, 2 jam ya”, Krisan berfikir keras apa yang harus dilakukan sambil menunggu spanduk 2 jam.
Miguel : “kita ngopi aja dulu kali ya sekalian nunggu spanduknya jadi?”, tanya Miguel.
Krisan : “hmmm...boleh sih, yaudah kita ke sebelah aja, tadi gue liat ada tempat kopi.”, jawab Krisan.
Miguel : “okay, yuk”, sambil berjalan keluar.
Krisan mengikuti langkah Miguel ke cafe sebelah tempat printing tersebut, membukakan pintu agar Krisan bisa masuk lebih dulu, kemudian Miguel mengikuti. Krisan memesan 1 ice cafe latte dan satu cheese cake. Sedangkan Miguel memesan 1 ice americano dan 1 red velvet cake. Setelah menerima pesanan mereka, Krisan mulai menyuap cheese cake kesukaannya, diikuti Miguel yang juga memasukan red velvetnya kedalam mulut dan menggumam “hmmm, this one is good”, kemudian menawarkan Krisan untuk mencobanya, “aaaaa, cobain dikit deh, ini beneran enak”, kata Miguel. Krisan hanya bengong melihat Miguel berniat menyuapinya. Krisan mengambil alih sendok Miguel tapi ditahan, Miguel dihadapannya berusaha menyuapinya sesendok kecil red velvet miliknya. Sambil menahan mukanya yang merona, Krisan membuka mulutnya dan menikmati red velvet dari Miguel. Miguel sekarang tersenyum jahil dihadapannya, entah apa yang Miguel pikirkan, tapi kewarasan Krisan hampir lenyap. 2 jam terasa singkat untuk mereka yang terlenyap dalam obrolan seru, dari fotografi sampai kehidupan pribadi. Mereka memutuskan kembali untuk mengambil pesanan mereka. Setelah mereka mengambil spanduk tersebut, Miguel membuka pembicaraan lagi.
Miguel : “San, mau pulang atau lo ada acara lain abis ini?”, tanya Miguel.
Krisan : “Gak ada sih, seharusnya gue udah bisa balik”, jawab Krisan.
Miguel : “Okay, kalau gitu gue anter balik aja ya, kita kan searah juga”, tanya Miguel.
Krisan : “Slow sih, gue bisa pesen ojek online dari sini, lo kalau ada acara lain silahkan lanjut aja”, jawab Krisan.
Miguel : “Ngga kok, gue anter lo balik aja, nanti lo kasih tau gue patokannya pas udah mau sampe rumah lo ya”, sahut Miguel.
Krisan : “Beneran gapapa nih? Thanks ya, sorry ngerepotin lo”, jawab Krisan.
Miguel : “No need to, udah buruan naik”, sahut Miguel sambil kembali memasangkan helm ke kepala Krisan.
Satu hal yang Krisan pelajari tentang Miguel hari ini, love language nya sejauh ini adalah act of service. Baru sehari Krisan udah sangat nyaman dibuatnya, Miguel begitu perhatian, that’s why wanita mana yang ngga kelepek kelepek dibuatnya.
1 note · View note
geminibluff · 3 months ago
Text
Krisan - Miguel
Tumblr media
Miguel, satu satunya cowok yg bisa buat Krisan kaya cegil (cewek gila). Krisan rela jadi apa aja buat Miguel asal dia bisa dapetin hatinya Miguel. Sayang, pada akhirnya Krisan cuma bisa jadi “temen deket” Miguel. Entah apa yang Miguel cari, tapi Miguel nampaknya gak tertarik buat kasih hatinya untuk Krisan atau siapapun.
Berawal dari sama sama menjadi panitia acara kampus, mereka akhirnya deket. Krisan jelas naksir Miguel dari pandangan pertama. Gimana gak naksir coba, tampang ganteng luar biasa yang dipancarkan Miguel mungkin bisa bikin satu kampus naksir dia. Hidung yg mancung sempura, kulit tanned skin nya yg kena cahaya ilahi kalau lagi main basket/main futsal bisa bikin cewek cewek stress. Matanya yang coklat bulat dan garis wajahnya yang tegas rasanya bikin semua cewek gila pengen neriakin nama dia kalau lagi turun dari motor gedenya dan buka helm, atau saat dia turun dari mobil kesayangannya (BMW E39 klasiknya tahun 1995) yang sama gantengnya dengan Miguel.
“Rasanya seperti melihat malaikat turun dari Surga”- Krisan.
Apalagi kalau udah kenal dia, ramah sama semua orang bikin orang salah tingkah.. bahkan salah paham. Miguel bener bener cowok social butterfly yang mana kita tahu bahwa cowok cowok begini adalah cowok redflag. Namun karena Miguel tidak sombong dan luar biasa ramah, kadang dia jadi cowok greenflag yg gak ada celah. Tapi Krisan gak peduli. Mau Miguel cowok redflag atau greeflag, Krisan udah buta warna, dia udah bener bener buta karena naksir Miguel.
Pas tahu sama sama jadi panitia acara kampus, Krisan nervous luar biasa. Dadanya berdegup kenceng sampe mungkin orang lain bisa notice dia, terutama temen temen deketnya.
Sabrina : “June, lu tau Miguel jadi panitia juga?”
Krisan : “hah? Mana gue tau anjir, tapi demi apa dia jadi panitia?”
Sabrina : “demi njir, coba lu liat grup, dia baru dimasukin ke grup panitia”
Krisan : “holy shit, anjir gue kudu gimana ni?!”
Sabrina : “dah kata gua sih ini kesempatan lu bisa liat muka dia dari deket, biasanya kan lu cuma berani mandangin dia dari jauh”
Krisan : “orang gila, gue lebih gak yakin bisa fokus jalanin tugas negara kalau begini”
Accidentally, Krisan dan Miguel berada di satu divisi yang sama, secara teknis mereka melakukan dokumentasi saat acara berlangsung dan juga mempersiapkan segala jenis banner, design sampai pamflet acara. Mereka terpilih sebagai divisi ini karena mereka berdua menyukai fotografi. Krisan dan Miguel cukup nyambung untuk berbicara tentang fotografi, disitulah menjadi awal perkenalan mereka.
Miguel : “hai, gue Miguel”, sambil mengulurkan tangannya ke Krisan.
Sapaan Miguel ke Krisan hampir bikin jantungnya berhenti berdetak, walau tersipu malu hatinya tapi tetep menjaga kewarasannya biar terlihat cool, Krisan mengulurkan tangannya ke Miguel, tangan yang selama ini gak pernah dia bayangin bisa digenggam secara langsung. Tangan yang selama ini dia dambakan, tangan besar yang biasanya Krisan lihat sangat lihai memasukan bola ke keranjang, terulur indah dihadapannya.
Krisan : “hai, gue Krisan”, sapa baliknya sambil tersenyum simpul padahal jelas jelas hatinya gak karuan.
Miguel : “jadi, kita mulai dari mana? Mau bagi tugas sama gue atau kita kerjain bareng bareng aja?”, tanya Miguel dengan pasti.
Krisan : “which one do you prefer? Gue ngikut aja”, balas Krisan, masih berharap mereka ngerjain kerjaannya bareng bareng.
Miguel : “okay then, gue prefer kita bagi tugas biar efisien. Karena lo bisa design, lu coba design pamflet dan spanduknya, untuk tugas lapangannya biar gue yang urus. Nanti kalau udah jadi kita diskusiin lagi, gue yang cetak. Di hari H lebih baik kita bagi tugas untuk fotonya.” Jelas Miguel.
Krisan : “okay, gue coba design dulu nanti kita putusin oke atau ngganya”, jawabnya padahal berharap bisa ngerjain designnya bareng Miguel.
Miguel : “okay, gue save nomor lo ya, just in case design nya udah jadi, kabarin gue. Jangan lupa save nomor gue juga.” Jawab Miguel.
Krisan : “noted, done.” Jawab Krisan.
Krisan gak berhenti tersenyum sepanjang jalan pulang, dia gak bisa fokus selain memainkan ulang percakapan nya dengan Miguel dipikirannya. Terus terus dan terus. Sampai akhirnya ia sadar sudah tiba dirumahnya.
0 notes