Photo
Bukanlah ruang hati yang terlihat redup Namun rasamu enggan membuka lebar pintu Nuur-Nya dan berasumsi ampunan-Nya tiada lagi. Sungguh, jangan berkelit dan merendah diri Biar dosa terlanjur bertubi Bukankah bertemu Ramadhan pertanda Rahiim-Nya menaungi? Agar kau khusyuk menata iman yang terbengkalai Siapkah wahai hati? Penghujung Sya'bān, 1438 H.
1 note
·
View note
Photo
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Al - Hadid [57] : 28) Done, #quranchallenge accepted from @andy_geo01 Mari saling mengingatkan dan menebarkan kebaikan dengan memposting satu Ayat Al-Qur'an @indananuzula @auliaylsnov @nurazizhh @_veraherawati @wanuraeni @lieswahyuni @misilamlusi @janatun_rahmilah InsyaAllah bermanfaat 💙
1 note
·
View note
Photo
Suatu ketika Ibnu Mas’ud radhiyallahu‘anhu melihat Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!” Beliau menjawab: مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا 🍁 . . . “Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al- Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi) (di Telaga Warna Dieng)
0 notes
Photo
”Seseorang mati karena tersandung lidahnya dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya. Tersandung mulutnya akan menambah pening kepalanya, sedang tersandung kakinya akan sembuh perlahan.” (Ali bin Abi Thalib) Lisan terjagapun belum tentu membuat senang orang lain, apa lagi yang tidak. Tetapi, lisan yang terjaga lebih menyelamatkan. . . . I'm wearing beautiful Jumbo Square Khimar from @nuzulahijab . Comfortable khimar you can wear it in many moments 🍑🍑🍑 . . 📷 taken by @fuzy_04 (di Ijen Mountain, Indonesia)
1 note
·
View note
Photo
Kemarin siang, rencana mengunjungi cagar budaya Candi Tegowangi akhirnya terlaksana. Ramalan cuaca yang diprediksikan aku dan Dita bahwa hari itu tidak akan hujan tepat sasaran. Yeah! Akhirnya merasakan liburan di luar camp. Seperti namanya, Candi Tegowangi terletak di Desa Tegowangi Kec. Plemahan Kab. Kediri. Jarak dan waktu tempuh Pare-Tegowangi 2.9km/10mnt (menggunakan sepedah motor). Kondisi Candi Tenggowangi ini cukup terawat, teduh karena dirindangi oleh pepohonan, bersih dan bebas sampah meski banyak yang berjualan. Untuk biaya masuk gratis, tapi biaya parkir seikhlasnya. Menurut sejarah, candi ini merupakan candi hindu tertua di Kediri, di bangun sekitar abad ke-14 pada masa pemerintahan raja ke-4 (Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk) Kerajaan Majapahit. Candi ini dibangun sebagai pendharmaan Bhre Matahun untuk melenyapkan segala keburukan yang ada pada diri beliau yang semasa hidupnya pernah sakit keras, kemudian beliau berpesan agar kelak dapat didharmakan di Tegowangi. Candi Tegowangi ini berukuran kecil sekitar 11 x 11 m. Uniknya, candi ini terbuat dari batuan andesit, padahal kebanyakan candi peninggalan Majapahit terbuat dari material batu bata merah, seperti Candi Pari di Sidoarjo, Candi Brahu di Mojokerto, Candi Jabung di Probolinggo, dan masih banyak candi lainnya. Kesimpulannya, terimakasih sudah menemani "the last weekend" Garlis di Pare. Ga nyambung ya? Gapapa 😢 (di Candi Tegowangi)
0 notes
Video
Hujan menemani Senja pada sore ini, melukiskan jingga keabuan pada langit kebiruan, selalu saja meneduhkan. Namun hujan kali ini berbeda, setiap rintiknya tak lagi membawa kenangan, melainkan membawa pesan. Katanya, ada yang lebih mendamaikan ketimbang meratapi kenangan, yaitu berdzikir dan bershalawat dalam ketenangan. 🌄☔ (di Jln Raya Sumedang-cirebon)
0 notes
Video
Entah sejak kapan aku mulai berdamai dengan perjalanan, padahal dulu ia musuh yang sangat merepotkan, karena seringkali diriku dibuat oleng olehnya. Banyak hal menarik yang dapat ditemui dalam perjalanan, membuka mata hati dan pikiran mengenai kekuasaan Sang Maha Cipta, mengenai bagaimana alam selalu menawarkan kedamaian di tengah riuhnya klakson karena kemacetan, mengenai langit yang selalu biru meski terkadang kelabu mengaburkan pesonanya, mengenai hujan yang turun membawa kenangan di setiap rintiknya, mengenai pedagang asongan beraut pengharapan supaya dagangannya laku terjual, mengenai komparasi bentang alam - bentang budaya, dan masih banyak lagi. Satu kebiasaan yang sering ku lakukan dalam perjalanan, yaitu berpikir tentang apa yang dilihat dan mengenang masa lalu, tak jarang pula kebiasaan tersebut tanpa sadar membuat air mata terkuras atau bibir menyimpul senyum, bahkan terbahak. Perjalanan memang membuat diriku seperti kurang waras, bicara, menangis, bahkan tertawa sendiri. Tapi sungguh, aku menyukainya.
0 notes
Photo
Atas : Tahun 2013 Bawah : Tahun 2016 Intinya Garlis cuma mau bilang, terimakasih banyak karena sudah mau berteman dengan perempuan biasa ini, yang biasa manja kalau di kelas, yang biasa ngeluh kalau dapat tugas, yang biasa cengeng kalau ada yang tegas, yang tidak biasa kemana-mana sendiri, bahkan ke toilet samping kelas pun harus ditemani. Semoga ukhuwah kita tidak hanya sampai tahun 2016 ya, harus lancar sampai ke syurgaNya, Aamiin 💕 See you when I see you, my dabest 😘
2 notes
·
View notes
Photo
"Lebih cantik mana, Melati atau Langit?" "Ah, keduanya sama-sama cantik." Kata diri yang bercuap pada diri sendiri. Begitulah diri saat melihat sesuatu hanya dengan sepasang mata. Cobalah, mulai saat ini. Lihatlah dengan hati yang tiada dusta. "Jadi cantik mana?" Sekali lagi diri memantapkan hati. "Langit, langitlah yang lebih cantik. Karena tanpa perantaranya, diri tak mampu melihat segala kecantikan yang terbentang di bumi ini." . . . Selamat berlibuuuur ⛅ (di Lapangan Stadion UPI Bandung)
0 notes
Text
Masa Yang Segera Tiba
Masa-masa itu akan tiba. Masa yang paling menegangkan bagi setiap orang yang sedang bertumbuh.
Masa saat seseorang harus mulai memutuskan untuk menjadi dirinya sendiri atau menjadi seperti orang kebanyakan. Masa saat seseorang harus mulai mengambil keputusan untuk dirinya sendiri sebelum keputusan-keputusan atas hidupnya dipilihkan oleh orang lain.
Masa yang mungkin akan menjadi kenangan manis, rasa syukur, juga mungkin penyesalan.
Di saat seseorang harus mulai berdiri di atas kakinya sendiri, setelah sebelumnya selalu bergantung pada belas kasih orang tua. Masa saat seseorang harus berjuang untuk bertahan hidup.
Masa ketika setiap prinsip di uji dengan berbagai hal, apakah akan melawan arus atau mengalir begitu saja.
Masa masa itu akan tiba bagi setiap orang. Kegelisahan yang tak akan hilang dengan tidur, kekhawatiran yang tak akan lenyap hanya dengan air mata.
Masa yang keras. Dan seseorang akan dipaksa untuk keras terhadap dirinya sendiri. Sebelum dunia melumatnya menjadi tak berarti.
©kurniawangunadi
836 notes
·
View notes
Text
September
Bangunkan aku saat september berakhir. Aku tak sanggup melihatnya pergi, menjauh. Aku tak sanggup melihat dirinya pura-pura tersenyum dan berdiri dengan tangan yang melambai, berbalik, lantas menyisakan siluet punggung yang makin samar, pudar, kemudian hilang. (more…)
View On WordPress
30 notes
·
View notes
Link
Kelak di suatu kemungkinan kita akan bertatap. Hai, apa kabar?
Kelak di suatu senja kita akan berjumpa Bola mata kita saling lekat menatap Tanpa ada satu kata pun terucap
Kelak di suatu waktu kita akan bertemu Aku masih ingat siapa namamu Begitu juga kau mengenalku Tapi mulut kita sama membisu
Kita mencipta kebekuan Yang dulu sempat cair hanya dengan kata: ‘hai’ Atau, ‘apa kabar’
.
Apa kabar?
243 notes
·
View notes
Text
Masjid di Dalam Rumah
Aku ingin menjadi masjidmu di dalam rumah. Berdiri di sudut kamarmu yang aman dan rahasia. Yang menggemakan adzan dan iqamah di telingamu. Yang memaksamu beranjak dari tidur.
Aku hendak menjadi masjidmu di dalam rumah. Dimana kamu bisa dengan leluasa berdoa, dengan tenang berwudhu tanpa takut dilihat orang lain, juga tak perlu khawatir menjadi makmum masbuk. Sebab imamnya selalu menunggumu, menantimu bersiap-siap.
Aku akan menjadi masjidmu di dalam rumah. Biar kamu bisa bertemu dengan-Nya sepanjang waktu. Menjadi sarana ibadah yang bisa kamu bawa kemana-mana. Semoga masjidmu bisa membuatmu nyaman.
©kurniawangunadi
986 notes
·
View notes
Text
Kunci
Suatu malam ada seseorang yang pulang dan terkunci di luar rumah. Kebetulan ia hanya sendiri di rumah itu. Ia pun mencari kunci rumahnya di sekitar jalan di depan rumahnya yang diterangi lampu jalan. Beberapa tetangga ikut membantu. Tapi setelah sekian lama, kunci tersebut tak kunjung ditemukan. Salah seorang tetangganya bertanya:
“Dimana terakhir kali kamu melihat kunci itu?” “Di bawah pintu.” Jawabnya santai, tetangganya kaget sekaligus bingung “Lalu kenapa kamu mencarinya di bawah lampu jalan?” “Karena di sini jauh lebih terang daripada di depan pintu.”
***
Sadar atau tidak, perumpamaan tadi juga mirip dengan petunjuk yang kita gunakan dalam hidup. Seringkali ketika kita mencari petunjuk untuk menemukan solusi permasalahan yang kita hadapi, kita langsung mencarinya ke orang-orang tertentu atau ke tempat yang kita anggap lebih ‘terang’. Padahal, terkadang solusinya ada di tempat yang gelap. Ada di dalam masalah itu sendiri. Ada dalam diri kita sendiri. Tersembunyi dalam ketidakberdayaan atau ketidaktahuan kita. Kita hanya perlu sedikit kesabaran untuk menjalaninya, sedikit jeli untuk menemukan kuncinya.
47 notes
·
View notes
Text
Terimakasih sahabatku, Janatun Rahmilah untuk tulisan yang menguatkan hati ini. Iya, mungkin Allah lebih menyukai ekspresi kehilangan dengan senyuman yang berisikan untaian do’a, dan sekarang aku akan terus mencobanya :’) {} <3
Kehilangan
Sobat, jika kau tanya makna kehilangan bagiku, aku akan menjawabnya “Itu membuatku sesak”. Aku pernah berada diposisimu saat ini. Saat langit terasa runtuh, saat angin terasa ribut, saat asa terasa hilang dan kau tahu sobat, ada kalimat yang tak layak kuucapkan saat itu, “Ah Allah kenapa Kau lebih cepat membawanya pergi, ini gak adil!” Tapi kau? Lihat kau lebih kuat dariku! Aku tahu kau bersedih, tapi sobat, ku yakin kau kuat. Karna imanmu yang menguatkan. Bahkan kau berkata, “Semua takdir Allah itu baik”. Kalau ujian ini menimpaku, entah apa yang kuucapkan. Menghujat Allah, merasa tidak adil, lemah, ah entahlah… Kehilangan. Ku dengar ini yang kedua kalinya setelah Ayahmu lebih dulu pergi. Kini, Ibumu… Aku tak bisa mengerti bagaimana rasanya dua kali kehilangan orang-orang terbaik dalam hidupmu. Sobat, ku yakin kau kuat! Lihatlah, Ibumu tersenyum saat kau menangis. Lalu beliau berdoa kepada Sang Khalik, “Jagalah anakku..” Untukmu sobat, kau wanita sholehah, dan Allah menyiapkan seseorang yang sholeh untukmu kelak. Aku yakin! Bahagiakan mereka dengan doamu, karna aku tak bisa apa-apa. Hanya doa mu yang sampai langsung ke langit, menuju Arsy-Nya, melesat begitu cepat. Hanya doa mu… Kau harus tahu sobat, kini Allah tengah mendekap kedua orangtuamu di surga-Nya. Tersenyumlah saat kau kehilangan. Meskipun ku tahu, senyum itu adalah palsu. Senyum itu adalah pahit. Tapi kuatlah, Allah lebih menyukai ekspresi kehilangan dengan senyuman. Semoga Ibumu diterima amal ibadahnya, diampuni segala khilaf, dilapangkan kuburnya, dan surga untuknya. “Allahummaghfirlaha warhamha wa ‘afiha wa’fu ‘anha wa akrim nuzulaha wawassi’ madkhalaha waj’alil jannata maswaha Allahumma la tahrimna ajraha wa la taftinnaba’daha waghfir lana wa laha” Aamiin.
Untuk sahabatku, Garlis Yogiswatin. Cirebon, 14 Juli 2015
3 notes
·
View notes
Link
Pernahkah kau merasa begitu kehilangan sesuatu atau seseorang yang tidak tergantikan? Pernahkah kau merasa begitu mencintai seseorang melebihi hidupmu sendiri Namun dia hanya menganggapmu sekedarnya saja? Pernahkah?
Biar kuberitahu rasanya seperti apa. Sesak. ...
615 notes
·
View notes
Link
Hati kita kadang harus terluka. Agar kita tahu bagaimana rasanya dikhianati. Agar kita tidak mengkhianati. Hidup kita kadang harus hancur. Agar kita tahu bagaimana rasanya dicaci. Agar kita tidak ikut mencaci. Pikiran kita kadang harus jenuh. Agar kita tahu bagaimana rasanya dijauhi. Agar kita...
3K notes
·
View notes