fitriarustandi
171 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Duka yang tidak ada ujungnya
Kehilangan yang terkasih, terlebih lagi satu-satunya yang kita anggap ia yang paling menyayangi dan mencintai kita dengan tulus di dunia yang sulit, gelap, dan luas ini memang akan menimbulkan duka yang berkepanjangan. Bahkan, tidak tahu bagaimana cara menanggulanginya hingga sampai dengan titik ini, yang menulis pun belum mengetahui caranya bagaimana.
Ada yang bilang, berdukalah secukupnya, lalu jalani kehidupan kembali. Berduka secukupnya itu seperti apa? ada waktu titik berhenti lalu setelahnya tidak berduka lagi? atau berduka dengan waktu tertentu sampai kita merasa cukup? cukup dengan anggapan siapa?
Tidak akan ada yang mengerti bagaimana menghadapi luka kita masing-masing diantara manusia lainnya, karena setiap manusia mempunyai bagian tersediri di dalam dirinya yang hanya bisa diketahui olehnya dan Tuhannya.
Mari menyelami bagaimana rasanya berduka yang tak kunjung selesai ini. Ada hari dimana air mata mengalir sangat deras hingga bantal di kamar basah, dimalam hari dengan sayup bersembunyi-sembunyi kita dengan brutal mengingat bagaimana rasa sakit, sedih, rindu, disayangkan, bahkan penyesalan yang membuat dada sesak hingga tak kuasa ribuan bulir air mata itu mengalir.
Ada hari dimana kita sudah terasa baik-baik saja, menjalani hari dengan semangat mengais rezeki atau mencari ilmu karena memang hidup tetap berjalan, tak memberi ampun kita untuk berhenti sejenak. Tidak ada air mata, hati pun terasa tenang, bisa tertawa dan mulai menapaki keikhlasan itu,
Ada hari dimana air mata sudah tidak mengalir lagi, semangat pun tidak ada, tetapi kehidupan tetap berjalan semestinya. Kita tetap berjalan, melakukan sesuatu, dan berbincang dengan manusia lainnya. Tetapi rasanya seperti kosong, tidak ada yang dirasa. Mau nya hidup berhenti saja diwaktu itu, meski sejenak untuk menyelami apa yang terjadi pada diri. Tetapi lagi dan lagi, hidup bukan kita yang menentukan, kita tetap terus berjalan bahkan berlari meski semuanya terasa melayang.
Ada hari dimana tidak mau melakukan apapun, hanya ingin berdiam diri di dalam kamar dengan ponsel, melihat-lihat apa yang terjadi di luaran sana. Tidak mau bertemu siapapun, manusia manapun. Hanya ingin dengan diri sendiri menikmati semua rasa duka dengan sebenar-benarnya, hanya diri sendirilah yang berperan dalam merawat luka ini, tidak dapat melibatkan manusia lainnya, tidak mau bergantung dengan manusia lainnya.
Hari, rasa, dan duka ini tercipta karena ketergantungan dan kemelekatan kita dengan manusia lainnya. Padahal sudah sering banyak orang terdahulu yang bernasihat untuk tidak membuat diri bergantung dengan manusia lainnya. Tetapi bagaimana pun, tanpa dipungkiri kita adalah manusia lemah, memerlukan yang terkasih, memerlukan menyampaikan kasih.
Biarlah sekali lagi, setiap manusia menyelami lukanya dengan cara mereka masing-masing. Bagiku, terutama, kehilangan bukan hal yang mudah, meski sudah berkali-kali menghadapi kehilangan dengan cara ditinggalkan berbeda-beda.
Duka yang tidak pernah usai, tetaplah seperti itu. Titiknya adalah, kita dapat terus meneruskan hidup dengan sebaik-sebaiknya untuk ia yang terlebih dulu meninggalkan hidup ini. Meski tertatih dan sulit menghadapi hari-hari tidak mengenakan seperti yang diceritakan diatas, di hari berikutnya akan selalu ada hari-hari yang melegakan.
Dan untuk yang sudah meninggalkan dunia ini, semoga kita dipertemukan kembali di tempat terbaikNya.
Dan untuk yang meninggalkan karena sudah tidak adanya kecocokan diantara kita, semoga semesta menemukanmu dengan manusia lainnya yang dengannya hidupmu menyenangkan & terasa cukup.
Dan untuk yang meninggalkan karena cita-cita, jalan kehidupan berbeda, serta tempat yang sudah tidak lagi bisa bersama, semoga dimana pun berada mereka selalu sehat dan menjalani kehidupan terbaiknya.
Dan untuk yang ditinggalkan, semoga kita dapat merawat pikiran dan diri dengan sebaik mungkin agar hari-hari menyenangkan lebih banyak daripada hari menyedihkan itu.
0 notes
Text
Kepulangan Mamah
Setelah hari dimana Mamah pulang untuk selama-lamanya, seperti separuhku juga ikut menghilang.
Tidak pernah terbayang sebelumnya, kebersamaan bersama satu-satunya orang yang aku rasakan sekali kasih sayang dan cintanya di dunia ini pergi lebih dahulu, satu-satunya memang bukan kata-kata berlebihan tetapi memang keadaannya demikian, aku yang sulit sekali mengekpresikan perasaan, berlagak sok kuat, dan merasa mampu menanggung semua kesulitan sendirian, bersama Mamah, ia tak sungkan menunjukkan apa itu kasih sayang dan cinta, sehingga aku merasa penuh hanya dengan satu cinta saja darinya.
Aku memang yang tak pandai dalam mengungkapkan kasih sayang dan cinta untuknya, tetapi di lubuk hati yang terdalam, rasa syukur dan merasa aman ketika bersamanya. Di hari kepulangannya pun aku berusaha sekuat tenaga, menahan air mataku, menahan jerit dalam hariku berharap Mamah bisa pergi dengan tenang dan semua kekhawatirannya dapat aku atasi di dunia ini.
Rasa sesak di dada, sakit ditenggorokan tak tertahankan, di ruang sendirian hatiku tak kuasa lagi menahan semuanya, aku menangis terus menerus hingga tak kuasa lagi berkata-kata ketika setiap selesai menunaikan sholat. Karena jika harus menangis di depan yang lainnya pun aku paham, semua orang merasakan sakit yang teramat dalam dengan kepergian Mamah.
Dari hari ke hari hingga hari ini, doaku masih selalu sama. Semoga aku bisa menghadapi dan berjalan di sisa umur ini tanpa Mamah lagi disamping. Semoga walaupun tanpa kasih sayang dan cintanya yang sudah tidak bisa aku rasakan lagi, aku masih bisa membayangkan kenangan indah bersamanya sehingga membuat aku kuat dalam menjalani kehidupan ini.
Semoga Allah senantiasa selalu bersamaku, karena separuhku sudah hilang.
Meski di dunia ini aku tak sempat memberikannya rumah yang layak, kendaraan yang nyaman, dan tak bisa lagi memberikan nya jalan-jalan kenyang di setiap akhir bulan. Semoga aku dapat menjadi sebaik-baiknya anak untuknya. Semoga di kehidupan selanjutnya, aku dapat bersamanya dengan kehidupan yang lebih baik, lebih nyaman, lebih mapan serta dipenuhi rasa syukur.
Dan semoga kepulangan Mamah ini memberikan pengingat untukku, kalau dunia ini hanya sebentar, nanti juga aku akan pulang. Semoga Mamah diberikan tempat terbaik di sisiNya. See you soon, Mamah. Hope i can survive day to day untill the day we meet again. Al-Fatihah.
1 note
·
View note
Text
Dengan semua ketidakmungkinan yang ada pada sesuatu yang diimpikan, Semoga masih ada sisa semangat dan harapan untuk terus berjalan sampai tujuan.
0 notes
Text
Tentang Syukur
Hal yang sangat saya syukuri selalu hingga saat ini dan semoga sampai nanti adalah saya “sadar�� akan segala hal yang saya syukuri. Nikmat dari waktu ke waktu baik berupa kebahagiaan, kesedihan hingga hikmah yang didapat dari keduanya membuat saya selalu memiliki harapan pada setiap ketentuan yang diberikan.
Jika dilihat kebelakang bahkan sedetik tadi memang perlu proses dalam menerima semua ketetapan yang terjadi, kesulitan memang akan tetap menjadi kesulitan jika dilihat dari satu kacamata saja. Beberapa saat saya coba terdiam, berpikir, lalu membuat kerangka di kepala bagaimana setiap kesulitan ini terjadi dari sebab, keadaan saat itu terjadi lalu terbentuklah kesimpulan serta hikmah di dalamnya sehingga lagi dan lagi di akhirnya terucap, Thanks to you Ya Allah.
Dari sekian banyaknya kegundahan, kesulitan, kecewa yang terjadi di hidup ini ternyata masih banyak sekali hal baik, iya maksudnya hal yang langsung baik tidak perlu memikirkan seperti kesulitan sebelumnya dimana perlu proses dalam mencapai syukur itu. Rasa syukur yang seharusnya langsung dirasakan karena nikmat-nikmat yang begitu banyak. Saya akan mencoba menuliskannya beberapa:
Masih dibangunkan di pagi hari.
Masih mempunyai pekerjaan.
Masih ada orangtua dan keluarga yang selalu mendukung apa yang saya lakukan tanpa tapi.
Masih mempunyai beberapa sahabat yang selalu ada dan membuat tertawa.
Masih bisa baca buku!
Masih bisa nulis di medium atau tumblr.
Masih punya semangat buat siram tanaman di waktu subuh sebelum berangkat kerja.
Masih punya komunitas untuk berkegiatan baik, sekedar bagi-bagi nasi bungkus dan main games bareng anak-anak panti.
Serta masih banyak lagi nikmat-nikmat yang ada.
Bersyukur ini selain bikin diri lebih tenang dan merasa aman, juga berkorelasi pada kesehatan fisik dan mental. Seperti hasil yang dipublikasikan di Jurnal Personality and Individual Differences menunjukkan bahwa orang yang merasa lebih bersyukur, memiliki kesadaran untuk hidup lebih sehat dan memiliki ketertarikan untuk membantu pihak yang punya masalah kesehatan.
Hal itu memang terbukti pada diri sendiri, Sadar pada hal-hal yang membuat syukur itu terjadi juga beriringan dengan kesadaran pada “apa” yang harus diperbaiki dalam hidup. Menjalani kehidupan sebagai seorang Commuter setiap harinya enggak mudah sama sekali, bertarung dengan waktu, kecepatan, ketepatan serta kesehatan mental yang terganggu. Menghabiskan waktu kurang lebih 4–6 jam setiap harinya dijalan, bekerja lebih dari 8 jam, tidak menyisakkan waktu untuk hal lain selain pada yang wajib-wajib saja seperti tidur, ibadah, makan. Masih memiliki kesadaran untuk berolahraga setidaknya satu minggu sekali adalah hal yang patut disyukuri, berusaha bangun tidur sepagi mungkin untuk menghirup udara segar, serta tetap berusaha ada untuk mendengarkan sahabat bercerita.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari pun saya merasa lebih santai dan pelan, meski sebenarnya kasarnya memang tiap hari saya berlari, maksudnya seperti apa yang dilakukan memang berat tapi yang dirasakan tenang.
Satu hal lagi yang luar biasa efeknya ketika sadar pada hal-hal yang membuat saya bersyukur adalah ketagihan untuk berbuat hal positif. Saya lebih ringan berbagi, mencari cara untuk membuat hal baik bukan hanya untuk diri sendiri dan orang terdekat tetapi juga untuk orang lain, dan merasa bahagian ketika melakukannya. Hal ini juga dibuktikan dengan laporan Thrive Global, tingkat kebahagiaan menjadi lebih besar ketika kita menunjukkan rasa terima kasih. Kebiasaan ini akan menuntun kita untuk untuk hanya fokus terhadap hal-hal yang positif dalam hidup, bukan pada sesuatu yang buruk.
Tetapi saya pun paham hidup ini bukan hanya melulu tentang hal positif dan kebaikan. Kita pun perlu mempersiap diri pada hal-hal buruk, kesulitan, kecewa yang terjadi. Tetapi seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Kesulitan itu sendiri tetap saya kelola agar hasil akhirnya saya tetap sadar kalau itu adalah hal yang patut di syukuri. Sadar pada kesulitan yang terjadi dalam hidup, berusaha menanggulanginya, mencari hikmah, lalu bersyukur.
Sekali lagi, I’m so grateful.
5 notes
·
View notes
Text
2021
Hello tumblr.
Di 2021 i learned beberapa hal yang tentang yang berbeda dari sebelumnya.
Bukan lagi tentang bagaimana membuat sebuah hal-hal bermanfaat untuk sekitar, melakukan berbagai kegiatan baik untuk orang banyak, atau apa yang bisa diberikan diri ini untuk manusia lainnya seperti berkecamuknya pemikiran-pemikiran seperti itu di tahun 2019–2020. Meski dua tahun itu sudah memulai masuk ke dunia, rasanya dunia masih sangat ramai, pemikiran masih sibuk berpikir multitasking tentang banyak hal, agar diri semakin yakin segalanya dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Di tahun 2021 ini semuanya terasa lebih sederhana, isi kepala pun tidak terlalu penuh, something excited to do pun berkurang, yang menyebabkan seringkali hanya berbicara dengan diri sendiri, memikirkan banyak hal dengan kepala sendiri, sehingga kadang kali menimbulkan pemikirannya yang berlebihan. Beberapa hal yang saya pelajari di tahun ini adalah :
1. Become more old & mature, saya mulai mengerti kalau didalam kondisi apapun, di ujungnya memang hanya ada diri saya sendiri. Saya sangat bersyukur terhadap beberapa orang yang masih Bersama saya dalam proses ini, tanpa menghilangkan rasa terima kasih pada mereka, saya pun paham yang di depan tetap adalah diri saya sendiri. Saya tidak dapat menggantungkan apapun pada oranglain, menyangkut kebahagiaan, kesulitan, mimpi, serta yang terpenting semangat untuk terus menjalani hidup dan menggapai mimpi-mimpi, dimana semakin hari terasa sulit saja melewati dan mencoba menggapainya. Hingga saat ini, sampai detik berganti tahun saya masih berkecamuk dengan kepala saya sendiri bagaimana saya akan menjalani hidup selanjutnya, akan seperti apa hari-hari saya dijalankan, bagaimana menjadi manusia yang lebih baik, bagaimana mengontrol emosi saya, bagaimana menjadi lebih sabar dan berlapang dada, bagaimana membanggakan keluarga, menjadi anak yang berbakti, cara agar menjadi teman yang baik, serta mencapai mimpi dan cita saya satu persatu. Tujuannya adalah saya “setidaknya” harus mendekati “selesai” dengan diri saya sendiri, karena saya tau kita tak akan pernah selesai hingga ajal menjemput.
2. Semua orang mempunyai permasalahan beratnya sendiri, yang setiap harinya kita berjuang melewati itu, be kind to others, I talk to my self. Saya melihat kata-kata seperti itu kurang lebih maknanya, Ketika sedang scroll tiktok dalam perjalanan pulang di krl. Kesulitan yang terus menghadang setiap harinya memang membuat emosi naik turun, mood yang berantakan, kadang berkontribusi pada perilaku saya terhadap oranglain. Saya belajar untuk mengontrol bagaimana saya berinteraksi dengan oranglain, mencoba berpikir sebelum bertindak, berusaha untuk tetap berperilaku baik. Meski pada akhirnya saya tidak sepenenuhnya berhasil, mejadi orang yang terencana, detail, serta logis menjadikan saya kadang di dunia professional seperti pekerjaan menjadi orang yang skeptis, terkadang itu sangat menyebalkan saya sadar itu, mengganggap semuanya harus sesuai rencana dan tepat waktu. Itu kadang melelahkan sungguh, saya tidak menyadari kalau setiap orang tidak selalu setuju atau berpihak pada orientasi saya, setiap orang punya masalahnya masing-masing yang kadang itu menjadi hambatan dalam kesehariannya. Setelah melihat kalimat itu, saya coba memikirkannya, bayang-bayang wajah orang-orang yang tanpa saya sadari sering saya hakimi dalam hati terbentang, mereka pun sama dengan saya sedang berjuang dalam hidupnya yang sulit, tetapi selalu berusaha “be kind to others”. Saya mempelajarinya dengan berusaha untuk seperti itu. Merespon dengan baik dan sopan orang lain, menahan diri untuk sabar Ketika emosi memuncak agar tidak berhakhir mulut ini menyakiti orang lain, berusaha berlapang dada dan berserah diri dan seringkali karena lemahnya saya sebagai manusia, selalu bergumam doa-doa padaNya meskipun menyangkut hal kecil sekali pun.
3. People come and go. Saya sangat menyadari hal ini, awalnya memang sangat tidak terima seakan semuanya harus tetap di sisi saya, dan sedih berlarut Ketika ada yang enggak lagi bareng saya. Saya luput menyadari kalau semua hal di dunia ini sementara, termasuk diri saya. Beberapa berdatangan bukan hanya orang baru, tetapi ilmu baru, wawasan baru, perasaan baru, pemikiran baru, paham baru, kegiatan baru, serta doa-doa baru yang dilangitkan. Kebanyakan kehilangan juga terjadi, kehilangan orang yang lama disamping saya, bukan hilang lebih tepatnya menjauh atau jarang Bersama saya lagi, kehilangan rencana yang sudah saya susun, kehilangan kesempatan yang dating, kehilangan momen-momen berharga. yang saya pahami itu semua hal umrah dan memang jalan kehidupan seperti itu, saya hanya perlu melewatinya. Tetapi mencapai tingkat menerima dan melewati hal itu memang sulit, ada goncangan dalam hati dan pikiran, pilihan-pilihan yang dibuat, serta konsekuensi dalam setiap keputusan yang dibuat. Yang terpenting adalah mengurangi rasa sakit, sedih, dan kecewa karena menjalani keseharian saja sangat sulit. Jadi mulai sekarang saya tidak akan memaksakan orang lain tetap Bersama saya, meski saya ingin. Meminimalisir rasa sedih, kecewa, sakit dengan berlapang dada, sabar, serta menerima setiap ketentuanNya.
3 hal itu yang saya highlight dalam kehidupan selama setahun ini. Saya memilih untuk mengambil hikmah sedikit demi sedikit tetapi secara tekun berusaha mempelajarinya, mengimplementasikannya, serta mendoakannya. Syukur tak terkira pada semua nikmat yang diberikan selama ini.
4 notes
·
View notes
Text
Porak poranda yang menyejukkan
Sayapnya retak.
Jiwanya terluka.
Jalannya pincang.
Pikirannya berisik.
Tapi ada yang tidak berubah,
Senyumnya masih merekah,
Jiwanya selalu bersemangat,
Langkahnya tak pernah berhenti,
Pemikirannya diusahakan selalu untuk bertumbuh dan berkembang.
Karena ia tau, semuanya akan sampai pada waktunya dan akan ada waktu berhenti yang sesungguhnya, pada saat kepulangan terbaik menjemputnya.
0 notes
Quote
Halo semua! Saya sedang mencari seorang (atau dua orang) yang tertarik untuk beraktivitas sosial di Yayasan kami, VISECA Foundation—sebuah yayasan dari komunitas Tumblr—secara full time. Akan dilibatkan di bidang Program. Aktivitas offline, jadi hanya untuk yang free, independen, berjiwa petualang.
Jika tertarik, inbox saya ya. Tanya-tanya lebih jauh terkait program yayasan juga boleh. (via herricahyadi)
woowwwww banget
66 notes
·
View notes
Text
Hallo
Meski dalam sepimu, keramaian senja kebaikan kala ini masih ada untuk terdekatmu.
Meski dalam gelapmu, sinarmu masih tetap bersinar untuk sekitarmu.
Meski dalam keraguanmu, keyakinan tetap terpancarkan.
Meski dalam kesulitanmu, bentang garis senyum masih tergores di bibirmu.
Hallo,
Meski dalam keadaan sekacau apapun, semoga kamu selalu sadar kalau kamu selalu jadi cahaya!
0 notes
Text
Gapapa masih sendiri :p
Melangkah searah,
Bersama gapai tujuan.
Bukan tentang seseorang yang menemani, tapi tentang diri sendiri bersama kekuatan mimpi.
Sendiri bukan sendu yang harus melulu dipermasalahkan, karena ketika fokus dan sibuk merangkai jalan raih mimpi dan cita semuanya terasa wajar. Yang bisa diandalkan adalah diri sendiri, bagaimana mengelolanya agar tidak menyerah, tak berhenti karena kesulitan dan bertahan dalam segala keadaan.
Sebetulnya tidak benar-benar sendiri, Allah menemani pada setiap langkah Dia tampakkan hikmah & inspirasi yang berbuah syukur.
1 note
·
View note
Text
Ketetapan
Gagal sekarang belum tentu tak berhasil bukan? Setiap orang punya jalannya sendiri. Dan ini memang jalanku, biarlah bersusah payah di umur sekarang ini. Berjuang dalam prosesnya, berusaha maksimal meraihnya, serta meluaskan sabar dan syukur.
Mimpi yang besar, cita yang tinggi, dan harapan yang banyak tak akan diraih dengan begitu mudah.
Kesulitan yang hadir menjadi teman,
Rangkaian ujian adalah kebiasaan,
Kegagalan berulang tanpa henti,
Menyusunnya, menjalaninya, dan di tengah jalan bertemu pada situasi yang tak sesuai harapan memaksakan diri untuk terbiasa pada perubahan.
Pilihan-pilihan hadir, menimbang segala baik dan buruknya, meminimalisir ketidakbermanfaatan lalu dengan Bismillah membuat keputusan.
Selain itu, bukan hanya tentang diri sendiri lagi, ada manusia lain yang harus disegerakan bahagianya, atau dipastikan hidupnya baik-baik saja.
Dan hal yang masih membuat segalanya tampak mudah adalah “menerima” Ketetapan yang diberikanNYA. Entah itu yang disukai atau tidak, yakin dan percaya kalau ketetapanNYA yang terbaik.
2 notes
·
View notes
Quote
Arus ombak membuat kapal menjadi gonjang-ganjing, Angin membuat daun gugur, siang menjadi malam, tanah menjadi kering. Nyatanya, hidup memang bukan tentang kesenangan saja. Berbagai ujian datang silih berganti, dan hebatnya ia selalu dilalui, tentunya ada hikmah pada setiap ketetapanNYA.
Hallo, tumblr.
4 notes
·
View notes
Text
saya, si istri berpendidikan lebih tinggi. (terus kenapa?)
Apa benar istri berpendidikan lebih tinggi membuat minder suami?
Saya ingat ketika papasan dengan seorang psikolog senior. Beliau pernah menulis soal status kontroversial tentang perempuan yang meraih gelar S3 sebelum menikah.
By default, kata beliau, para perempuan S3 ini juga secara sadar maupun tak sadar punya standar tertentu. Ini yang bikin sulit, kata beliau.
Dan, secara fakta, perempuan-perempuan S3 ini datang pada beliau. Menyesal karena proses pencarian suami menjadi lebih sulit. Ada semacam gap atau minder dari si lelaki.
Di hari yang sama, kemudian saya bertemu dengan calon suami. Kami memutuskan untuk menikah dua bulan kemudian. Saya, saat itu tengah menyelesaikan studi S2. Suami saya sedang sibuk berkiprah menjadi pekerja sosial, dengan titel S1.
Kemudian beberapa bulan kemudian saya meraih gelar master. Suami saya belum berkuliah lagi.
Kemudian saya berkeinginan ambil S3. Respon suami saya? Mendukung! Bahkan ia lebih senang saya S3 kemudian jadi dosen ketimbang tok jadi wirausaha.
Mengapa?
Sepanjang perjalanan rumah tangga kami, saya tidak pernah merasa titel pendidikan saya yang secara permukaan lebih tinggi — menjadi legitimasi kalau saya lebih wow ketimbang suami saya.
Suami saya juga sadar betul akan hal itu. Di matanya, mungkin saya pintar, tapi saya juga rapuh, dan memang saya menyediakan kerapuhan saya untuk ia lengkapi. Seperti ia rela berbagi kerapuhannya untuk saya lengkapi. Saling berbagi kerapuhan untuk diisi, justru akan saling menguatkan bukan?
Dalam konteks hubungan pertemanan, senior-junior, ataupun rumah tangga — saya lebih suka memperlakukan rekan saya sebagai rekan setara. Kendati ia tukang cilok sekalipun. Atau adik saya sendiri. Mindset yang saya selalu camkan pada diri: Mereka pasti punya apa yang saya tak punya, seperti saya punya apa yang mereka tidak punya.
Saya memang bergelar S2. Beliau S1, tapi beliau sangat familiar dengan realita masyarakat (saya kurang begitu terjun). Saya perasa. Ia taktis dan logis. Saya pintar bikin nasi goreng. Ia pintar bikin steak. Rank Mobile Legendnya sudah sampai Mytic. Saya mentok di Grandmaster (itu juga dijokiin suami). Hahaa.
Saya jadi ingat, ketika Ustman bin Affan menikahi Nailah binti al-Farafishah yang dikenal cerdas. Ustman tidak malu dan minder. Justru senang memiliki istri yang dapat memberikan sumbangsih terhadap cara pandangnya.
Hal ini membuat saya berpikir, bahwa benar bahwa perempuan berpotensi sebagai ‘fitnah’ (ujian) bagi laki-laki. Ya, adakalanya ‘fitnah’ tersebut bersumber dari perempuannya (pakaiannya, gerak-geriknya, aksinya).
Tapi bisa jadi, ‘fitnah’ tersebut ialah sempitnya perspektif laki-laki terhadap perempuan, sehingga mereka memandang dan memperlakukan perempuan secara salah.
Beruntung suami saya, dan Ustman bin Affan — dapat lolos dari ‘fitnah’ perspektif terhadap perempuan. Semoga banyak lelaki di luaran sana yang dapat berpikiran holistik mengenai kiprah perempuan dalam bingkai keimanan, ya!***
Ilustrasi dari ballandus.wordpress.com
1K notes
·
View notes
Text
Suara duka tak terkira,
Langkah kakimu tak bersua,
Melambaikan tangan
Menelisik setiap baitmu
Tak lekang oleh waktu,
Terpisah pada dua jendela,
Saling melihat dan tersenyum,
Dikejauhan memunggungi meninggalkan sejuta sari manfaat,
Disini, di tempatku sekarang aku tersenyum,
Akhirnya pulang, kata hatiku.
Semua hal di dunia nanti kita bertemu lagi, semoga.
Pada yang tersayang, semoga kita kembali tinggal lagi, disana.
Akan ada saat dimana, raga tak lagi bisa menjangkau, pikiran tak bisa lagi dituangkan, dan perasaan yang tak bisa lagi terungkapkan. Tapi itu semua sudah tersalurkan pada Dia, Maha Pendengar, mengetahui segala isi hati. Itu sudah, cukup :)
Aku adalah yang paling gembira diantara semua yang berduka, aku adalah yang paling menunggu diantara yang tak mau ditinggalkan, aku adalah yang paling takut setakut-takutnya karena bekal yang dirasa kurang cukup, tapi tetap aku adalah yang paling bahagia, berharap bertemu Dia, cinta sejati (:
1 note
·
View note
Quote
Manifestasi dari cita, target dan hal apapun yang ingin dilakukan adalah dengan memulai terlebih dahulu. Perihal hasil, bukan ranah kita bukan? tapi untuk berjuang dalam mengusahakannya itu dalam kendali kita. Semangat memaksimalkan peran, mewujudkan mimpi.
4 notes
·
View notes
Text
Mencuri Mimpimu
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Sudah lama ingin menuliskan ini, pada akhirnya malam ini memberanikan diri untuk menulis setelah perenungan ini berputar-putar dalam angan selama beberapa hari terakhir. Terlebih dengan kejadian terakhir, membuat hati ini kembali terngiang pesan salah seorang teman yang sudah menikah:
“Kalau kamu sudah memutuskan untuk menikahi seseorang, berarti kamu harus siap pula untuk menikahi mimpi-mimpinya”
Bagi saya hadis di atas sudah seyogianya menjadi alarm yang kuat untuk para lelaki kelak jika menjadi seorang suami agar benar-benar memuliakan istrinya. Saya menjadi teringat akan novel Love Sparks in Korea tulisan Bunda Asma Nadia yang pernah saya baca beberapa tahun silam
“Kau mencuri mimpi-mimpiku dan aku suka” - Hyun Geun pada Rania Timur Samudra
Bayangkan saja, seorang wanita yang mungkin baru mengenalmu, masih menganggapmu sebagai orang asing dan orang lain dalam kehidupan, memberanikan diri menerima tawaranmu untuk hidup bersama, setelah sudah tentu melalui istikharah panjang. Dia yang selama ini hidup bersama mimpi-mimpinya, dia yang selama ini memiliki kebebasan untuk beraktivitas layaknya manusia lainnya pada akhirnya harus mengabdikan diri dalam kehidupan rumah tangga. Dia yang selama ini hidup nyaman bersama keluarganya, memilih keluar untuk berjuang bersamamu.
Pada praktiknya memang sering demikian, pun ketika diskusi dengan ayah beberapa hari terakhir. Beliau berkata, dari pengalaman teman-temannya, kebanyakan adalah seorang istri yang nanti akan mengikuti suaminya. Jika nanti suaminya bekerja terlebih dahulu, maka setelah ritme kehidupan stabil dan menyesuiakan, istri baru bisa mengikutinya. Jika nanti suaminya melanjutkan pendidikan terlebih dahulu, dan menuntaskan semuanya, maka di situlah nanti istri menyusulnya mungkin baru beberapa tahun silam. Hal inilah yang cukup lumrah di kalangan teman-teman beliau, dan mungkin juga di kehidupan rumah tangga yang sudah terjadi pada umumnya.
Dalam Buku Men are from Mars, Woman are from Venus, John Gray menuliskan bahwa memang salah satu karakter penduduk venus adalah nantinya ia akan banyak memberi selama hidupnya. Hingga bisa jadi sampailah nanti pada suatu fase bahwa penduduk venus sadar bahwa ia sudah terlalu banyak berkorban dalam hidup. Demikian pula penduduk mars akan sampai pada fase sadar bahwa ia selama hidupnya sudah banyak menerima, kebalikan dari penduduk venus.
Barangkali sempat merasakan hidup di Swedia yang menjunjung tinggi equality, sedikit mengubah pola pikir saya tentang kesetaraan, bahwa kelak seorang istri pun berhak untuk berkarya bersama di masyarakat, mereguk pendidikan setinggi-tingginya, bertumbuh bersama-sama suaminya agar sama-sama menjadi orang yang bermanfaat. Bahkan Sayyidah Khadijah r.a. pun setelah menikah dengan Rasulullah tetap menjalankan semua bisnisnya yang kesemuanya dipergunakan untuk perjuangan dakwah Rasulullah. Namun sudah tentu tidak melupakan perannya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.
Hal inilah yang barangkali menjadi perenungan, sekaligus mungkin sempat menjadi ketakutan jika kelak kita menikah, apakah kita hanya sekedar menjadi pencuri mimpi-mimpinya, ataukah kita justru membantu melangitkan mimpi-mimpinya?
Pertanyaan ini terus terngiang mengingat betapa besarnya pengrobanan istri kita kelak di awal pernikahan, terlebih nanti saat sudah memilki anak, bagaimana ia harus menjalankan perannya sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, membagi waktu dengan urusan rumah tangga, melayani suaminya, juga jika ia beraktivitas di luar harus mampu menyeimbangkannya. Barangkali sebab inilah Allah menciptakan wanita sebagai makhluk yang multi-tasking, yang terkadang saya sendiri masih dibikin takjub melihatnya, tidak usah jauh-jauh yaitu ibu saya sendiri.
Semoga tulisan ini senantiasa menjadi pengingat bagi para lelaki khususnya, agar kelak jika terbersit keinginanmu untuk menyakiti istrimu, jika kelak ternyata ada konflik antara dirimu dan pasanganmu, ingatlah tentang bagaimana saat kamu mengajaknya keluar dari istana nyamannya utnuk membersamaimu. Ingatlah bagaimana ketulusan dan keikhlasannya menunda mimpi-mimpinya untuk mewujudkan mimpi-mimpi baru bersamamu. Ingatlah, bahwa bilamana ketaatan istri adalah surga baginya, namun itu bukan menjadi alasanmu untuk bertindak semena-mena.
Jika dalam kitab Raudhatul Muhibbin, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menulskan bahwa:
Hanya dengan cinta yang dapat menjadikan setiap permulaan menuju pada penyelesaian.
Maka semoga kelak dalam pernikahan:
Hanya dengan cinta yang dapat menjadikan apa-apa yang telah terlihat selesai, kembali menjadi awal untuk memperjuangkan dalam mahligai ikatan
Selamat berkontemplasi, Selamat berefleksi. Semoga kita semua tidak henti dan lelah-lelahnya untuk selalu mengukir sabar. Untuk selalu mengukir prasangka yang baik kepadaNya.
Malang, 25 April 2020 02.20
2K notes
·
View notes
Text
Kembali dari ada ke tiada
Diujung sana seperti ada gumpalan cahaya, itu adalah sinar dari hikmah dan inspirasi manusia yang sempat mengisi setiap harinya.
Ada roda yang berputar, seperti kesedihan dan kebahagiaan yang hinggap pada kehidupan ini.
Rangkaian kisah terngiang, tawa, tangis, senda, gurau bersama orang terkasih tergambarkan.
Dunia memang menyenangkan, tapi tak untuk dicintai, terlalu menyakitkan dan penuh ketidakpastian.
Ketika nanti akan kembali dari ada ke tiada.....
sampai pada saat itu, untaian doa sepatutnya selalu terlontarkan agar kelak dapat menolong pada saat semua bagian raga dan yang dilakukan disini dipintai pertanggung jawaban.
Pada hal yang belum terselesaikan,semoga dapat selesai sebelum waktunya.
pada janji yang belum tertepati, semoga dapat segera terwujudkan.
pada hutang apapun itu, semoga dapat terlunaskan sebelum saatnya.
Dan pada mimpi dan cita, semoga bukan hanya perihal dunia semata.
Kita sedang menunggu kepastian yang pasti akan datang, entah kapan dan dimana sudah seharusnya dipersiapkan dengan matang.
1 note
·
View note
Quote
Pada kesulitan Allah bersamakan dengan kemudahan. Pada kekosongan pun Allah berikan cintanya, dengan berbagai rupa. Salah satunya, nasihat dari sesama manusia. Terimakasih, pada semua hati yang baik. Yang Allah titipkan padanya semangat untuk menginspirasi hambaNya yang lain
sedang hujan, di kota hujan.
1 note
·
View note