Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Jika sudah waktunya, hujan akan turun. Jika sudah masanya, bunga akan mekar. Jika sudah waktunya, doa-doa akan dijawab.
@tulisanseseorang
200 notes
·
View notes
Text
207 notes
·
View notes
Text
POM POKO 平成狸合戦ぽんぽこ 1994, dir. Isao Takahata
955 notes
·
View notes
Text
PRINCESS MONONOKE もののけ姫 1997, dir. Hayao Miyazaki
2K notes
·
View notes
Text
Meg March : I can't believe today is my wedding day!
Jo March : Me neither.
Meg March : What's wrong?
Jo March : Nothing.
Meg March : Jo...
Jo March : We can leave. We can leave right now.
Meg March : What?
Jo March : I can make money: I'll sell stories, I'll do anything - cook, clean, work in a factory. I can make a life for us.
Meg March : But, Jo...
Jo March : And you, you should be an actress and have a life on the stage. Let's run away together.
Meg March : I want to get married.
Jo March : Why?
Meg March : I love him.
Jo March : You will be bored of him in two years and we will be interesting forever.
Meg March : Just because my dreams are different than yours doesn't mean they're unimportant. I want a home and a family and I'm willing to work and struggle, but I want to do it with John.
Jo March : I just hate that you're leaving me. Don't leave.
Meg March : Oh, Jo, I'm not leaving you. Besides, one day it will be your turn.
Jo March : I'd rather be a free spinster and paddle my own canoe. I would. I can't believe childhood is over.
Meg March : It was going to end one way or another. And what a happy end.
Little Women (2019)
Directed by : Greta Gerwig
0 notes
Text
waiting for the first rainfall of the year. waiting for summer.
1K notes
·
View notes
Text
Kiki's Delivery Service (1989) The Secret World of Arriety (2010) When Marnie Was There (2014) The Wind Rises (2013) Howl's Moving Castle (2004) My Neighbor Totoro (1988)
4K notes
·
View notes
Text
Legend says that when you can't sleep at night, it's because you're awake in someone else's dream - Unknown Legend
Do You?
0 notes
Text
Budi Pekerti,
Masterpiece Wregas Bhanuteja Dipenghujung Tahun 2023.
Sukses dengan film sebelumnya yang berjudul Penyalin Cahaya di Netflix, kali ini Wregas hadir lagi dengan film terbarunya yang berjudul Budi Pekerti. Film produksi Rekata Studio serta Kaninga Pictures ini dibintangi oleh Sha Ine Febriyanti, Angga Yunanda, dan Dwi Sasongko dan juga Prilly Latuconsina.
Film Budi Pekerti berkisah tentang Bu Prani (Sha Ina Febriyanti), Seorang guru BK yang berusaha menyelesaikan permasalahan mengenai video Bu Prani yang "tidak berbudi-pekerti" saat berbelanja di pasar. Dibantu dengan kedua anaknya, Muklas (Angga Yunanda) dan Tita (Prilly Latuconsina), yang terjadi adalah permasalahannya kadung viral dan dan membuat konfliknya semakin besar dan kompleks.
Produksi 10/10
Film ini diproduksi dengan dengan cukup baik, pemilihan warna, sinematografi yang sederhana dan membekas, hingga pemilihan Jogja sebagai latar lokasi membantu menciptakan atmosfer yang mendalam dalam film itu. Penggunaan warna cerah yang beragam juga membuat film ini lebih autentik, walaupun penulis juga belum paham simbol-simbol warna dibelakangnya.
Penceritaan dalam film ini, juga dibawakan dengan sederhana dapat masuk kedalam penonton. Konfliknya yang kompleks dapat dibawakan dengan ringan dan mengalir tanpa ada lubang plot didalamnya.
Scoring 9/10
Tidak Salah Wregas memilih Yennu Ariendra sebagai penata musik. Beberapa momen penting dalam film ini, dibawa dengan indah dengan scoring musiknya. Ditambah Gardika Gigih yang membawakan lagu "Dan Hujan" diakhir film, membuat film ini menjadi lebih bernyawa.
Acting 10/10
Nyawa dari film ini ada di acting aktor-aktornya, tidak ada yang "flop" dalam memainkan perannya dalam film ini. Kalau biasanya bahasa jawa biasanya dijadikan tempelan saja, dalam film ini bahkan semua pemerannya dengan lugas fasih berbahasa jawa. Bagi penulis yang hidup di jawa, penulis sangat relate dan masuk dalam penceritaan Wregas dalam film ini.
Tak ayal, bahkan dalam nominasi Festival Film Indonesia 2023, semuanya disabet oleh film ini. Mulai dari Sha Ine dengan Pemeran Utama Wanita terbaik, Angga Yunanda sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik, hingga Dwi Sasono dan Prilly Latuconsina dengan pemeran pendukung pria dan wanita terbaik.
Overall 10/10
Secara keseluruhan, "Budi Pekerti" adalah sebuah film yang menggambarkan realitas isu sosial, yaitu cancel culture. Semua elemen cerita, mulai dari produksi, akting, hingga pengembangan cerita, membuat film ini sangat layak menjadi tontonan, bahkan bagi seluruh kalangan. Film ini memberikan sudut pandang yang jujur dan mengharukan tentang perjuangan tentang realitas yang terjadi di dunia yang modern.
Sayangnya, film sebagus ini biasanya tidak mendapatkan sambutan bagus bagi penonton kebanyakan. Pada hari kedua tanggal 3 November 2023, ketika film ini di rilis, dalam studio, hanya terdapat 5 penonton, itupun 3 nya adalah rombongan dari penulis sendiri.
Semoga kedepannya, film ini bisa masuk ke segmen masyarakat yang lebih luas dan dapat diterima. Tidak hanya horror-horror picisan pasca keberhasilan "Pengabdi Setan" nya Joko Anwar, namun juga film penuh pesan yang relate semacam film "Budi Pekerti" ini.
"Budi Pekerti" Masterpiece diakhir tahun.
Dengan 17 Nominasi di Piala Citra Festival Film Indonesia 2023
0 notes
Text
Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004)
Directed by : Michel Gondry
Joel: Wait!
Clementine: What? What do you want, Joel?
Joel: I don’t know. Just wait. Just wait. I don’t know. I want you to wait for me… just… for a while.
Clementine: Okay.
Joel: Really?
Clementine: I’m not a concept, Joel. I’m just a fucked-up girl who’s looking for my own peace of mind. I’m not perfect.
Joel: I can’t see anything I don’t like about you right now.
Clementine: But you will! But you will!. You will think of things. And I’ll get bored with you and feel trapped because that’s what happens with me.
Joel: Okay.
Clementine: (Paused) Okay.
#eternal sunshine of the spotless mind#movies#cinematography#love this movie#letterboxd#film screencaps#cinema
5 notes
·
View notes
Text
A Man Called Otto (2023)
Directed by : Marc Forster
"You think your life is so hard because everybody’s an idiot and you have to do everything on your own. But guess what. You can’t. No one can.” – Marisol
4 notes
·
View notes
Text
Manchester by the Sea
Pace Lambat yang bikin filmnya jadi hebat
Tahun Rilis: 2016
Genre: Drama
Sutradara: Kenneth Lonergan
Sinopsis
"Manchester by the Sea" mengisahkan tentang seorang pria bernama Lee Chandler (Casey Affleck), seorang tukang ledeng yang hidup sendirian dan terasing di Boston. Ketika saudaranya meninggal, Lee kembali ke kota asalnya, Manchester by the Sea, Massachusetts, di mana dia harus menghadapi masa lalunya yang tragis.
Dia mendapati dirinya dihadapkan pada tugas yang berat: mengasuh keponakannya yang remaja, Patrick (Lucas Hedges), setelah kematian ayahnya. Di tengah-tengah kesedihan dan rahasia yang tersembunyi, Lee dan Patrick harus belajar hidup bersama sambil berjuang melawan bayangan masa lalu yang menghantui mereka.
Sinematografi
Pemilihan lokasi dan pengambilan gambar dari film Manchester by the Sea patut diacungi jempol. Suasana tenang dari Massachusetts ditambah lagi pengambilan gambar yang sederhana menjadikan film ini punya arti. Lagi, dengan tema penceritaan dengan latar belakang tragedi, penonton di deliver untuk mengikuti cerita yang sederhana tapi kompleks dengan perasaan manusia didalamnya.
Cast
Casey Affleck memberikan penampilan yang penuh nuansa dan mendalam sebagai Lee Chandler. Dia berhasil menyampaikan kekosongan emosional dan kehampaan karakternya dengan sangat kuat. Hubungan karakter Lee dengan Patrick sebagai "Korban" dari keadaan, yang membuat chemistry yang menarik untuk diikuti sebagai penikmat film drama.
Scoring
Bukan komposer besar seperti Hans Zimmer dengan film garapan Christopher Nolan atau John Williams dengan Star Wars nya yang iconic, Lesley Barber bisa memberikan scoring musik yang menarik, ditambah pace filmnya yang sangat lambat, menambah nuasna mencekamnya film Manchester by the Sea bagi penonton.
Overall
Secara keseluruhan, "Manchester by the Sea" adalah eksplorasi emosi manusia yang jujur dan tulus, menjadikannya film yang luar biasa dalam bentuk drama sederhana namun kompleks. Ini adalah bukti dari kekuatan bercerita dan dampak dari akting yang luar biasa ditambah pace film-nya yang lambat membuatnya sempurna.
Manchester by the Sea
Solid 10/10
0 notes
Text
Weahering with You (2019) Dir : Makoto Shinkai Who cares if we don’t see the sun shine ever again? I want you more than any blue sky, the weather can go crazy. -Hodaka
5 notes
·
View notes
Text
1917 (2019)
Directed by : Sam Mendes
"1917" mengikuti perjalanan dua tentara Inggris, Schofield (diperankan oleh George MacKay) dan Blake (diperankan oleh Dean-Charles Chapman), yang diberikan tugas berbahaya untuk menyampaikan pesan penting kepada pasukan lain agar menghentikan serangan yang berpotensi mematikan. Plot film ini didasarkan pada pengalaman kakek sutradara Sam Mendes yang terlibat dalam Perang Dunia I, yang memberikan sentuhan pribadi pada ceritanya.
Sinematografi 10/10: Jika ditanya elemen paling penting dalam film ini, tentu saja adalah sinematografinya. Film ini dibuat sedemikian rupa sehingga tampak seperti diambil dalam satu adegan panjang tanpa potongan (one-shot), meskipun sebenarnya terdapat beberapa potongan yang sangat terampil disembunyikan dalam transisi yang mulus.
"1917" berhasil menggambarkan dengan baik kengerian perang, terutama dalam suasana Perang Dunia Pertama. Salah satu kengerian yang ditampilkan adalah bagaimana Sam Mendes menggambarkan suasana parit, yang sangat berkaitan dengan perang dunia Pertama.
Cast 10/10 : George MacKay dan Dean-Charles Chapman berhasil membawa karakter-karakter mereka dengan sangat meyakinkan. Kita bisa merasakan ketegangan akting yang disuguhkan oleh kedua aktor tersebut, mulai dari ekspresi ketakutan, kesedihan dan bahkan dari celetukan-celetukan yang mereka berikan.
Walaupun cerita "1917" ini berfokus pada kedua tokoh tersebut, tokoh-tokoh lain dalam film ini tidak ada yang mubadzir, semuanya ditampilkan dengan porsi dan peran terbaik mereka di waktu yang tepat.
Scoring 9/10 : Thomas Newman menciptakan skor musik yang mendukung perjalanan emosional film ini. Musik yang disuguhkan memberikan sentuhan yang tepat pada momen-momen yang penting, hal itu menambahkan keseruan dan intensitas dari adegan, terutama dalam adegan film perang semacam ini.
Overall 10/10 : Secara keseluruhan, "1917" adalah karya sinematik yang luar biasa. Dengan sinematografi yang inovatif, penampilan akting yang kuat, dan narasi yang mengharukan. "1917" menjadi salah satu film perang dengan sinematografi terbaik yang pernah diproduksi.
Sejauh ini, "1917" masih menjadi film perang terbaik yang pernah disuguhkan. "1917" adalah pengalaman yang tak terlupakan bagi para pecinta film perang dan sinema secara umum.
1 note
·
View note