Text
At, jalanmu ke depan adalah jalan sunyi,
Jalan yang pembandingnya sukar ditemui,
Jalan yang di dalamnya tak patut menunggu tepuk tangan dan pekik sorak sorai,
Jalan yang di dalamnya tak layak mengharap derak takjub, semangat suitan dan puja puji,
Jalanmu ke depan bukan tentang sampai kepada tujuan, melainkan tentang memberdayakan perjalanan.
Tentang kesabaran dan nafas panjang.
Bergeraklah. Berakselerasilah.
4 notes
·
View notes
Text
yang harus selesai
gini loh, dek. habis menikah itu, masalah tuh tambah banyaaak, bukan jadi berkurang. kamu harus mikirin keuangan keluarga, kesehatan keluarga, pendidikan anak-anak, aktualisasi masing-masing anggota keluarga. itu dalam lingkup besarnya. dalam lingkup kecilnya? mikirin hari ini mau makan apa, jemuran sudah kering belum, pintu sudah dikunci belum. banyak yang diurus.
jadi, kalau memang niat menikah, ya kamu harus selesai dulu, dek, sama hal-hal dasar yang jadi pasaknya rumah tangga. kepercayaan, percaya nggak sama calon pasangan? kejujuran, bisa nggak kamu jujur sama diri sendiri dan sama calon pasangan? komitmen, kesetiaan, mau menerima, hal-hal seperti itulah.
kalau kamu dan calon pasanganmu sudah selesai sama hal-hal dasar itu, artinya kalian sudah siap untuk mempersiapkan diri untuk menikah. belum benar-benar siap menikah loh. kenapa? karena habis itu yang harus diobrolin masih banyak.
gimana kalian mengatur keuangan keluarga. mau tinggal di mana dengan cara apa, ngontrak kah nyicil rumah kah. gimana caranya bertukar sepatu biar sama-sama baik sebagai menantu. besok kalau punya anak gimana mendidiknya. apa bentuk melayani dan taat menurut masing-masing. rencana jangka panjang masing-masing dan gimana kalau itu harus dilebur. bahkan, bisa sampai seputar mau punya ART apa enggak. suka ngosek kamar mandi enggak. mau punya anak berapa (ini kendali Allah memang tapi bisa juga direncanakan).
juga, yang mungkin tabu diomongin di depan, seperti gimana kalau sampai terjadi masalah dan amit-amit harus berpisah. apa arti kekerasan dalam rumah tangga menurut masing-masing. dan lain-lain.
wajar sih, kalau saat mau menikah, kamu diselimuti kekhawatiran. akan langgeng nggak ya, dia akan setia nggak ya, akan bahagia nggak ya. itu memang tugasnya setan supaya yang mau menikah ragu-ragu dan nggak jadi menikah.
tapi, dek. ada banyak banget yang lebih penting dan utama untuk dipikirkan dan direncanakan daripada itu, apalagi daripada masa lalunya atau kekhawatiran tentang kesetiaan dia di masa depan.
intinya ya dek, setiap orang pasti punya masa lalu sehingga kamu nggak usah mikirin masa lalu calon pasanganmu. nggak usah, nyusahin. sekaligus, kamu jangan berharap deh bahwa kamu bisa mengubah seseorang. kalau sayang ya pasti dia menjadi dirinya yang terbaik. lagian, nggak enak menjalani hubungan yang penuh dengan tuntutan.
dah, selesaikan dulu yang dasar-dasar. kalau sudah siap untuk mempersiapkan diri untuk menikah, persiapkan diri (dan calon pasangan) untuk menikah. baru deh menikah.
prinsipnya kan, nanti gimana bukan gimana nanti. semangat persiapannya!
3K notes
·
View notes
Text
Catatan: Niat Baik
Tidak ada penyesalan atas niat baik yang diungkapkan, dan seharusnya tidak ada pula kekecewaan yang hadir jika berakhir dengan penolakan. Sebab sejatinya niat baik itu akan menghadirkan ketenangan pada jawaban iya atau pun tidak. Dan sebaik-baik jawaban adalah saat ia datang tanpa ada paksaan, sepenuh hati menerima dan mengizinkannya masuk dalam hati.
Pahamilah juga bahwa niat baik itu tidak selalu membawamu pada penerimaan yang baik, terkadang ia berujung pada tertutupnya pintu hati untukmu, atau pada keadaan dimana kamu harus bisa menerima bahwa sudah ada yang lebih dulu mengutarakan niat baik padanya.
Sebelum jauh langkah kakimu, sebelum terlalu tinggi bayanganmu, siapkan dahulu ruang hati untuk setiap jawaban dari niat baikmu. Sebab niat baik itu tidak pernah memilih jenis, ia berlaku untuk wanita atau pun laki-laki, dan ia juga tidak memandang usia apalagi jarak.
Dahulukan niat baikmu itu dengan membersihkan hati, menetralkan rasa dari memiliki, dan menjernihkan pikiran dari bayang keburukan. Janji Allah akan selalu ada bagi mereka yang mengusahakan dengan jalan keberkahan, mengutamakan dengan kejujuran, dan dimulai dengan niat kebaikan.
Selamat menjemput dan dijemput, jangan lupa untuk selalu memperbaiki setiap niat yang mulai rusak dan hati yang sudah mulai tergoyah. Semoga Allah mudahkan untuk setiap urusanmu, apapun itu.
@jndmmsyhd
387 notes
·
View notes
Photo
Sejak mulai #dirumahaja, menelusuri jejak panjang makanan dan bahan pakaian hingga sampai di piring makan dan lemari menjadi salah satu konsekuensi yang lambat laun tidak dapat dipungkiri. Ternyata, apa yang kita makan dan kita pakai sehari hari berasal dari proses kompleks yang berujung pada isu pertanian. Sebagai warga biasa, situasi pandemi ini membuka cakrawala tentang banyak hal. Mulai dari kondisi tanah/akses kepemilikan lahab yang semakin terbatas di daerah, minimnya anak muda yang berani bertani, hingga iming-iming kesuksesan di kota menjadi mata rantai yang siklusnya akan selalu berkutat begitu saja. Padahal kebutuhan pangan maupun sandang kita akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kita seringkali tidak ambil pusing dengan dampak jangka panjang dari persoalan ini. - Salah satu usaha kecil yang (semoga) bisa menumbuhkan harapan sambil cari cara alternatif untuk persoalan tersebut adalah dengan mendukung mereka, pekerja informal, terutama petani lokal di daerah maupun urban farming yang sedang berusaha sebaik mungkin melestarikan bumi. Penuh harap dengan apresiasi menggunakan produk #batikecoprintjogja menjadi sebuah upaya kecil dariku untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan kerusakan alam yang seringkali disebabkan oleh limbah industri pabrik berskala besar, terutama yang menggunakan bahan sintetis. #ecofriendly #ecoprint #batikmodern #zerowasteliving https://www.instagram.com/p/CBTFNUVApRo/?igshid=q8hkblfgq76p
0 notes
Photo
Bukan hal terlampau sulit untukku. Mungkin juga kamu. Tapi jadi hal tidak biasa untuk beberapa sanak sedarah, terutama Mbah https://www.instagram.com/p/CAjsOFmAnRW/?igshid=bp9ieqpx4vp9
0 notes
Text
Barakah Pun Perlu Dijaga!
Masih membekas dalam ingatan, saat saya mengadu kepada salah satu kakak tingkat, “Mas kenapa kok kaya gini dilarang? Kok harus gini, padahal ditempat lain gak ada masalah”.
Jawaban kakak tingkat saya kala itu, cukup singkat dan padat “Dek, ada keberkahan yang harus dijaga”.
Saat itu saya belum sama sekali sadar apa sebenarnya arti dari kalimat itu, atau bahkan sengaja lupa tentang kaidah keberkahan dan qadarullah beberapa hari yang lalu Allah tunjukan di depan mata saya.
Barakah setelah saya ingat-ingat memiliki arti secara istilah ‘Ziyaa-datul khoir’ bertambahnya kebaikan atau secara bahasa berarti bertumbuh.
Maka, saya tersadar bahwa kalimat ‘ada keberkahan yang harus dijaga’ memiliki makna yang dalam. Ya, barakah itu bukan tentang banyak sedikitnya, bukan tentang berhasil gagalnya, bukan tentang menang kalahnya, bukan tentang hasilnya tapi prosesnya.
Barakah adalah kebaikan yang bertambah, kebaikan yang bertumbuh sehingga menciptakan kebaikan yang lain dan sangat dirasakan oleh banyak orang. Barakah adalah efek domino kebaikan.
Saat kita melakukan kebaikan dan setelahnya muncul keinginan berbuat baik atau bahkan muncul kebaikan yang baru dan lebih dahsyat, maka disitulah keberkahan turun.
Seperti di bulan ramadhan ini, saat kita hanya berniat tilawah satu juz, ternyata malah lewat 3 juz. Saat kita melihat pemandangan orang-orang berlomba menyediakan ta'jil untuk berbuka. Saat waktu siang dan malamnya terasa sangat lama. Itulah barakah, itulah keberkahan.
Maka, mari menjaga keberkahan dalam setiap kebaikan yang kita ikhtiarkan, sehingga menciptakan kebaikan yang baru, atau semoga saja kebaikan itu terus menerus tumbuh tak terbendung dan menjadikan kita pemegang saham kebaikan terbesar.
Menjaga keberkahan memang terkadang sulit, tapi disitulah rahmat Allah akan hadir.
Semangat!
192 notes
·
View notes
Text
Mencuri Mimpimu
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Sudah lama ingin menuliskan ini, pada akhirnya malam ini memberanikan diri untuk menulis setelah perenungan ini berputar-putar dalam angan selama beberapa hari terakhir. Terlebih dengan kejadian terakhir, membuat hati ini kembali terngiang pesan salah seorang teman yang sudah menikah:
“Kalau kamu sudah memutuskan untuk menikahi seseorang, berarti kamu harus siap pula untuk menikahi mimpi-mimpinya”
Bagi saya hadis di atas sudah seyogianya menjadi alarm yang kuat untuk para lelaki kelak jika menjadi seorang suami agar benar-benar memuliakan istrinya. Saya menjadi teringat akan novel Love Sparks in Korea tulisan Bunda Asma Nadia yang pernah saya baca beberapa tahun silam
“Kau mencuri mimpi-mimpiku dan aku suka” - Hyun Geun pada Rania Timur Samudra
Bayangkan saja, seorang wanita yang mungkin baru mengenalmu, masih menganggapmu sebagai orang asing dan orang lain dalam kehidupan, memberanikan diri menerima tawaranmu untuk hidup bersama, setelah sudah tentu melalui istikharah panjang. Dia yang selama ini hidup bersama mimpi-mimpinya, dia yang selama ini memiliki kebebasan untuk beraktivitas layaknya manusia lainnya pada akhirnya harus mengabdikan diri dalam kehidupan rumah tangga. Dia yang selama ini hidup nyaman bersama keluarganya, memilih keluar untuk berjuang bersamamu.
Pada praktiknya memang sering demikian, pun ketika diskusi dengan ayah beberapa hari terakhir. Beliau berkata, dari pengalaman teman-temannya, kebanyakan adalah seorang istri yang nanti akan mengikuti suaminya. Jika nanti suaminya bekerja terlebih dahulu, maka setelah ritme kehidupan stabil dan menyesuiakan, istri baru bisa mengikutinya. Jika nanti suaminya melanjutkan pendidikan terlebih dahulu, dan menuntaskan semuanya, maka di situlah nanti istri menyusulnya mungkin baru beberapa tahun silam. Hal inilah yang cukup lumrah di kalangan teman-teman beliau, dan mungkin juga di kehidupan rumah tangga yang sudah terjadi pada umumnya.
Dalam Buku Men are from Mars, Woman are from Venus, John Gray menuliskan bahwa memang salah satu karakter penduduk venus adalah nantinya ia akan banyak memberi selama hidupnya. Hingga bisa jadi sampailah nanti pada suatu fase bahwa penduduk venus sadar bahwa ia sudah terlalu banyak berkorban dalam hidup. Demikian pula penduduk mars akan sampai pada fase sadar bahwa ia selama hidupnya sudah banyak menerima, kebalikan dari penduduk venus.
Barangkali sempat merasakan hidup di Swedia yang menjunjung tinggi equality, sedikit mengubah pola pikir saya tentang kesetaraan, bahwa kelak seorang istri pun berhak untuk berkarya bersama di masyarakat, mereguk pendidikan setinggi-tingginya, bertumbuh bersama-sama suaminya agar sama-sama menjadi orang yang bermanfaat. Bahkan Sayyidah Khadijah r.a. pun setelah menikah dengan Rasulullah tetap menjalankan semua bisnisnya yang kesemuanya dipergunakan untuk perjuangan dakwah Rasulullah. Namun sudah tentu tidak melupakan perannya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.
Hal inilah yang barangkali menjadi perenungan, sekaligus mungkin sempat menjadi ketakutan jika kelak kita menikah, apakah kita hanya sekedar menjadi pencuri mimpi-mimpinya, ataukah kita justru membantu melangitkan mimpi-mimpinya?
Pertanyaan ini terus terngiang mengingat betapa besarnya pengrobanan istri kita kelak di awal pernikahan, terlebih nanti saat sudah memilki anak, bagaimana ia harus menjalankan perannya sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, membagi waktu dengan urusan rumah tangga, melayani suaminya, juga jika ia beraktivitas di luar harus mampu menyeimbangkannya. Barangkali sebab inilah Allah menciptakan wanita sebagai makhluk yang multi-tasking, yang terkadang saya sendiri masih dibikin takjub melihatnya, tidak usah jauh-jauh yaitu ibu saya sendiri.
Semoga tulisan ini senantiasa menjadi pengingat bagi para lelaki khususnya, agar kelak jika terbersit keinginanmu untuk menyakiti istrimu, jika kelak ternyata ada konflik antara dirimu dan pasanganmu, ingatlah tentang bagaimana saat kamu mengajaknya keluar dari istana nyamannya utnuk membersamaimu. Ingatlah bagaimana ketulusan dan keikhlasannya menunda mimpi-mimpinya untuk mewujudkan mimpi-mimpi baru bersamamu. Ingatlah, bahwa bilamana ketaatan istri adalah surga baginya, namun itu bukan menjadi alasanmu untuk bertindak semena-mena.
Jika dalam kitab Raudhatul Muhibbin, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menulskan bahwa:
Hanya dengan cinta yang dapat menjadikan setiap permulaan menuju pada penyelesaian.
Maka semoga kelak dalam pernikahan:
Hanya dengan cinta yang dapat menjadikan apa-apa yang telah terlihat selesai, kembali menjadi awal untuk memperjuangkan dalam mahligai ikatan
Selamat berkontemplasi, Selamat berefleksi. Semoga kita semua tidak henti dan lelah-lelahnya untuk selalu mengukir sabar. Untuk selalu mengukir prasangka yang baik kepadaNya.
Malang, 25 April 2020 02.20
2K notes
·
View notes
Text
Mencintai Orang Baik
Kebaikan itu magis. Kita senang melihat perbuatan baik. Kita senang pada orang yang berbuat kebaikan. Orang baik punya daya tarik.
Kita pun boleh jadi mencintai seseorang karena dalam pandangan kita, orang tersebut baik. Tak peduli jika orang lain tak sepakat dengan kita. Kita selalu bisa melihat sisi baik dari orang yang kita cintai. Dan berharap kita bisa membuat orang lain juga melihat sisi baik tersebut.
Mencintai orang baik seperti mudah. Ada banyak hal yang bisa kita kagumi darinya secara spontan. Semua orang akan berpikir kita begitu beruntung memilikinya sebagai seseorang yang dicintai.
Tapi, pada kenyataannya tidak selalu semudah itu.
Mencintai orang baik berarti memahami bahwa kebaikannya dibutuhkan oleh banyak orang. Bukan hanya oleh kita. Sebagai konsekuensi dari menjadi orang baik, tentu ia juga disayangi oleh banyak orang. Bukan hanya oleh kita.
Kita tahu bahwa ia baik bukan hanya pada kita. Tetapi pada semua orang. Itu berarti selain ia sebagai kekasih, atau suami, istri, ayah atau ibu yang baik, ia pun seorang anak yang berbakti pada kedua orang tuanya, teman yang suka membantu, pelayan masyarakat yang mengayomi, pekerja yang profesional, atau pemimpin yang berdedikasi.
Mencintai orang baik berarti memahami bahwa di hatinya bukan hanya ada kita. Hatinya memiliki banyak ruang untuk mengasihi banyak orang. Waktunya dibagi kepada banyak orang yang membutuhkan. Akalnya digunakan untuk memikirkan banyak orang.
Mencintai orang baik juga berarti memahami bahwa kita tak bisa egois dan berpikir bahwa ia milik kita. Karena akan selalu ada celah-celah yang dimanfaatkan para penggoda untuk mengembuskan perasaan iri dan cemburu.
Sejak detik pertama, mencintai orang baik berarti rela. Rela untuk tidak selalu jadi yang utama. Rela untuk mendukung tanpa keluh kesah. Rela untuk mendoakan tanpa lelah.
Berharap dipersatukan dengan orang baik ibarat mendambakan hujan. Kita tak bisa memintanya untuk jatuh di halaman rumah kita saja.
4K notes
·
View notes
Text
Beda Jalan
Ada yang menikah di usia 20an, alhamdulillah. Energi masih banyak. Idealisme masih membara. Perjuangan membangun keluarga insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang menikah di usia 30an, 40an, atau lebih, alhamdulillah. Secara finansial sudah lebih mapan. Lebih matang juga dari berbagai segi. Kesabaran menjaga dan menyiapkan diri insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang bekerja sesuai impian dan passion, alhamdulillah. Kerja jadi ngga kerasa kerja. Dedikasi insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang bekerja di luar passion, alhamdulillah. Ada manfaat untuk sesama yang kadang lebih utama daripada impian pribadi. Kelapangan hati insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang memulai bisnis dan berhasil di usia 25, alhamdulillah. Masa mudanya produktif dan bermanfaat. Kerja keras insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang mencoba berbisnis berkali-kali dan baru berhasil di usia 40, alhamdulillah. Pengalaman gagal bisa jadi jalan buat rezeki tak ternilai bernama kebijaksanaan. Ketekunan insyaallah menjadi amal salehnya.
Hidup tidak selalu berjalan sama untuk semua orang. Ada banyak hal yang terjadi di luar kendali kita. Tetapi, itu ngga perlu jadi masalah. Kita hanya berbeda dalam memilih jalan amal saleh. Tujuan kita tetap sama, kan?
Kita mungkin bertolak dari titik yang berbeda. Rute perjalanan kita barangkali ngga sama. Waktu keberangkatan dan kedatangan kita pun mungkin beda. Tetapi, jika kita mengarah ke tujuan yang sama, perbedaan itu tidak menjadi masalah.
Rute mana pun yang tengah kita jalani, duluankah atau belakangan kita memulai, cepat maupun lambat kita berjalan, selalu ada kesempatan untuk menghimpun amal saleh.
Toh, yang ‘menang’ bukan yang paling duluan sampai. Tapi yang paling banyak bawa muatan amal saleh selama perjalanannya. Biasanya kalau pengen dapet muatan banyak, perjalanannya pun bakal lebih berat. Semoga kita kuat.
2K notes
·
View notes
Quote
mereka selalu tanya kenapa aku kukuh mencari yang satu frekuensi. jawabku, seperti hukum fisika dimana dua benda bergetar dalam satu frekuensi yang sama menghasilkan resonansi, dengan bersama, aku dan dia–kami–akan bergema, bergaung. berkumandang lebih keras.
riuh the book. (via makarimanaily)
347 notes
·
View notes
Text
2019, trend seputar 'open minded' rasanya sangat seru. Semoga di 2020, ada trend baru yaitu 'growth minded', saat pikiran kita tidak hanya sebatas terbuka, tapi juga bertumbuh, berkembang, dan terus belajar. Semangat!
206 notes
·
View notes
Text
Bukan karena Allah ingin menyakiti hati mu, namun karena Allah tau akan ada keburukan di sana, jika Allah kabul kan ingin mu itu.
Bukan karena Allah ingin menghancurkan harapan dalam hati mu, namun karena Allah jauh lebih tau apa yang terbaik untuk mu.
Bukan karena Allah ingin membuat kita terluka, namun karena Allah tau segala rahasia, bahwa apa yang kita pandang terbaik bagi kita, belum tentu baik juga dari pandang Nya.
Bukan juga karena Allah ingin membuat mu bersedih, namun justru Allah sedang sayang pada mu, memberikan ujian sabar yang belum tentu yang lain bisa lewatkan, karena kamu istimewa.
Yakini lah, bahwa ada sesuatu yang sedang Allah persiapkan untuk mu, sebentar lagi. Yang di dalam nya bertabur bahagia beriring tumpah ruahnya rasa syukur kita. Mungkin langit kita hari ini sedang mendung, tidak apa, tidak akan selama nya. Esok, mendung itu akan berganti dengan langit bersenyumkan matahari nan indah. Bersabar lah, karena Allah tak pernah mendzalimi hamba Nya :)
Bandung, 24 November 2019
385 notes
·
View notes
Text
Ada cerita yang baiknya hanya diceritakan ke orangtua, ada cerita yang baiknya hanya diceritakan ke keluarga, ada cerita yang baiknya diceritakan ke orang yang paling dipercaya, ada cerita yang baiknya hanya diceritakan ke teman dekat..
Ga semua orang sefrekuensi, ga semua orang bisa bahkan untuk sekedar menjadi pendengar yang baik, kalo kita gabisa selektif, menceritakan apapun ke siapapun, itu artinya kita sedang merusak semesta yang ada dalam diri kita (pikiran dan hati) hanya menambah beban, kasian!
kabar baiknya, ada sosok yang kita mau cerita bentuk apapun, Dia pasti punya solusi, bukan hanya tepat untuk jadi pendengar, and He always non stop to welcome..
iya Dia Allah, yang paling paham haal ihwal diri kita
866 notes
·
View notes
Text
Menjadi Tuannya Perasaan
Barangkali satu-satunya peperangan hebat yang sering terjadi pada diri kita meski tersembunyi adalah peperangan antara kita dengan diri kita sendiri. Salah satunya, peperangan itu dapat terjadi ketika kita sekuat tenaga belajar untuk menjadi tuan atas perasaan kita sendiri. Di satu sisi, entah bagaimana perasaan-perasaan sangat mudah mendominasi, tapi di sisi lain, kita pun sadar diri bahwa kita harus memegang kendali.
Bukan hanya sedih, marah, kecewa, gusar, khawatir, dan segala turunannya, bahagia, cinta, dan suka cita pun tak jarang menjadi ujian tersendiri bagi kita untuk mengendalikannya. Meredakan perasaan tak jarang jadi sama tidak mudahnya dengan menghadapi perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakannya, bukan?
Sebagian orang cukup peka untuk menebak dan menamai apa-apa yang dirasakannya, “Oh, aku sedang sedih karena …” tapi sebagian yang lain justru sebaliknya: bingung atas perasaannya sendiri, “Perasaanku ini bagaimana? Aku ini kenapa?” dan seterusnya. Kamu tahu, kebingungan itulah yang tanpa disadari sering membuat keadaan menjadi lebih rumit lagi. Tak tahu sakitnya dimana dan apa yang menyebabkannya, hingga tak tahu pula bagaimana mengobatinya.
Hmm, benang-benang kusut ini rumit, ya! Tapi, ada informasi berharga di tengah-tengah kerumitan itu. Dengan cara-Nya yang tak terduga, kita sedang diperkenalkan dengan kelemahan-kelemahan kita. Kita sedang diberi-Nya satu lagi pengetahuan tentang diri kita sendiri, bahwa selemah itulah kita sebagai manusia. Tiada daya dan upaya tanpa pertolongan-Nya, termasuk dalam urusan-urusan mengendalikan perasaan. Informasi ini sekaligus juga mengabarkan sesuatu kepada kita bahwa Dialah yang Maha Besar, Maha Kuat, dan Maha Tidak Tergoyahkan, yang semoga membuat kita menjadi paham bahwa bersandar pada diri bukanlah pilihan.
Maka, sebelum menjadi tuan atas perasaan-perasaan kita, kiranya kita perlu merendahkan diri terlebih dahulu untuk mau menerima bahwa Allahlah yang menjadi tuan atas segala tuan, tempat kita menghamba dan mengembalikan segala yang tak tergenggam, termasuk perasaan.
Kau tahu, semua perasaan sifatnya sementara, sekarang sedih besok mungkin bahagia. Namun, ada yang tidak boleh sementara, yaitu terpautnya jiwa kepada-Nya.
___
Picture: Pinterest
382 notes
·
View notes
Text
Di beranda biru tua ini banyak manusia yang menuliskan kisah cinta sepihaknya dan Jogja menjadi latarnya.
Dan aku salah satunya. Lucu yak.
17 notes
·
View notes
Text
Pendengar yang Baik
Ada banyak orang yang sebenarnya butuh didengar lebih dari kebutuhan lainnya. Mereka merasa sendirian menghadapi sesuatu dan tidak punya orang untuk berbagi. Mereka kesepian, kesunyian dan merasa terabaikan. Curhat menjadi hal wajar yang akan dilakukan oleh manusia saat mengalami hal-hal yang tidak sanggup ditahan sendiri dan membutuhkan solusi.
Sudah kodratnya sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan orang lain untuk mendengarkan keluh kesah atau sekedar teman untuk menampung semua emosi yang telah menumpuk dalam hati.
Ketika temanmu memilih kamu sebagai teman untuk berbagi, artinya kamu adalah orang yang sudah mendapatkan kepercayaan darinya. Maka, tugasmu adalah menjadi pendengar yang baik.
Ya, pendengar yang baik!
Dulu aku khawatir saat teman-teman menjatuhkan pilihannya padaku untuk dijadikan teman bercerita, dari masalah kecil hingga masalah besar. Aku pernah hanya berdiam saja ketika cairan hangat mengalir dari matanya. Satu yang ada dalam pikiranku saat itu, aku takut salah dalam berkata dan memberi solusi. Menjadi sok tahu atas ujian yang sedang dihadapi teman-temanku.
Anehnya, rasa khawatir itu malah menuai banyak komentar positif dari teman-teman.
“Aku senang bisa berbagi denganmu, kamu pendengar yang baik.”
“Aku tak pernah meminta solusi padamu, tapi rasanya sulit dijelaskan ketika bercerita kepadamu, responmu selalu membuatku positif. Berjanjilah, suatu hari nanti saat aku sedang berada dalam fase jatuh-sejatuhnya, bawa aku kembali untuk keluar pada fase itu. Tolong sisakan waktu untuk menemaniku, boleh?”
Hingga malam tadi, salah satu teman membuat tetes netraku tak bisa dibendung.
Aku hanya ingin berterimakasih pada semesta, karena sudah mempercayaiku sebagai teman curhatmu, lewat berbagai kisah manusia yang aku jumpai setiap harinya. Sebab dari kisah manusia yang kudengar dapat menjadi hikmah dan membuatku bertumbuh.
Semesta, tetaplah bercerita sekalipun aku dalam keadaan duka dan terluka. Biar kunikmati sari pati hikmah dariNya.
Because, who can help you get through your problems but Allah?
Maka, saat dirimu sedang berada dalam fase ja(t)uh, jadilah pendengar yang baik untuk dirimu sendiri, dan jadikanlah Allah yang pertama sebagai teman bercerita.
Semoga setiap pertemuan dan perbincangan denganku adalah perantara manusia untuk menemukanNya. Meski, tentu saja, aku bukan orang yang baik.
Teman, pundakku halal bagimu, saat amanah dan masalahmu tak kuasa kamu pikul sendirian.
Sebab Allah tidak pernah terlalu sibuk untuk mendengarkan kita, hendaknya kita pun demikian terhadap orang lain.
Jadi, sudah sejauh mana kamu menjadi pendengar yang baik bagi orang lain?
Jatinangor, kayuhan sepeda
55 notes
·
View notes
Text
Kebaikan itu menentramkan. Maka, yang terjaga hanya untuk yang menjaga.
Ruang semesta, mari mengayuh lebih jauh.
66 notes
·
View notes