Tumgik
farha-nz · 2 months
Text
Sudut ruang yang menarik, ada secercah cahaya menyelinap melalui jendela yang sudah usang. Lihat, lantainya sudah berdebu dan tak ada aktivitas manusia di dalamnya.
Namun, dua bangku yang saling berjejeran itu kembali mencuatkan sebuah rasa rindu sekaligus haru...
Dulu, rumah ini adalah tempat tinggal ibuku. Dia anak gadis satu-satunya. Entah dari mana ia mendapatkan keberanian itu, ibuku memutuskan untuk merantau ke kota bernama Bekasi dan bertemu dengan kekasih tercintanya yang kami sebut sebagai, "bapak."
Mengingat ia telah tumbuh dengan baik di rumah penuh cerita ini membuatku kembali nostalgia akan kisah haru tokoh-tokoh di dalamnya..
Kini, kita memasuki episode pertama, "Ruang yang Berdebu."
Menjadi sebatang kara ketika usianya menginjak kepala tiga, saat itu umurku masih belia, belum paham apa arti duka. Namun, setelah kehilangan sandarannya yang berarti, masa kelam kembali datang di tahun 2015.
Kekasihnya bertemu dengan maut. Padahal sudah sering kehilangan, tetapi rasa sedihnya selalu terasa sakit.
Membesarkan anak di negeri rantau adalah hal yang sulit. Di tengah keterpurukannya dan kebangkrutannya, ibu hanya tahu bahwa anaknya butuh makan dan sekolah. Ia bekerja banting tulang, mengerti bahwa meratapi rasa sedih saja tidak membuat perut yang lapar menjadi kenyang.
Di penghujung usia yang semakin tua, ibuku hanya bercita-cita untuk tinggal di rumah tua ini dalam kesendiriannya...
Ia tahu dirinya sedih. Namun, yang lalu adalah kenangan, bukan masa depan.
Terima kasih ibu....sudah mengusahakan rumah yang terbaik bagi anak-anakmu.
Ibuku adalah definisi kekuatan yang kupegang teguh sampai saat ini
.
.
.
Mari kita bertemu di episode berikutnya.
Dokumentasi pribadi; Kuningan, 31 Juli 2024
Rumah nostalgia sejak zaman Belanda.
Tumblr media
1 note · View note