Text
The Suspicious Girl
Pagi itu tak ubahnya pagi-pagi biasanya, sekitar pukul 07.00 pagi aku memutuskan untuk memulai kegiatanku. Kusikap selimut yang semalaman telah melindungi tubuhku dari dinginya kota Malang. Aku masih belum merasakan hangatnya matahari menerobos jendela kamar kosku. Itulah yang sedikit aku benci dari kamar kosku. Kuranganya pencahayaan yang masuk ke kamar, memaksaku untuk menyalakan lampu kamar sepanjang hari. Aku dengar hanya kicauan burung-burung peliharaan Pak Kos yang memekakan telinga. Terkadang aku di buat tidak bisa memejamkan mata oleh burung-burung tersebut. Kaki yang bermain-main bebas di sela-sela kandang burung yang terbuat dari besi tersebut sungguh sangat menganggu ketenanganku saja. Di tambah lagi hiruk-pikuk teman-teman kos yang sibuk dengan kegiatanya, berhasil membuat aku terperanjat dari tidur lelapku. Setelah terbangun dari tidur lelapku tak lantas membuatku ingin segera melaksanakan kegiatanku di kamar mandi. Seperti anak muda pada umumnya, handphone yang tak pernah jauh dari genggamanku menjadi objek permainan pada pagi hari di saat bangun tidur. Entah itu untuk sekedar melihat berita yang sedang terjadi, melihat satu persatu aplikasi massager ataupun sekedar mendengarkan music k-pop di nyanyikan boyband-boyband korea bermuka tampan, bening dan menawan tersebut.. Setelah berkutant dengan apa-apa yang ada di handphone, aku beranjak dari tempat tidur untuk melaksanakan kegiatan wajib ketika ingin berangkat kuliah. Jujur saja, aku bukan tipe orang yang suka berlama-lama di kamar mandi hanya untuk membersihkan badan saja, karena bagiku entah itu lama atau sebentar saat mandi sungguh tak membawa dampak yang berarti buat aku.
Sekitar pukul sembilan pagi kurang, aku sudah bersiap-siap dengan segala apa-apa yang akan aku bawa untuk kegiatanku di kampus nanti, entah itu binder, bulpoin yang aku miliki satu-satunya ataupun lipstick yang nampaknya akhir-akhir ini menjadi barang wajib yang musti ada di tas para kaum hawa, ya termasuk aku. Aku sudah siap di depan cermin yang tidak telalu besar hanya sekitar setengan badanku saja. Aku melihat pantulan wajahku di cermin yang sungguh sangat biasa-biasa saja di bandingkan. Sepersekian detik aku melihat handphoneku yang sedari tadi ada di nakas meja bergetar. Aku buka lock screen dengan santainya sambil sesekali aku bersenandung tak karuan . Kulihat kontak dengan bertulisan “ Ibu” muncul di layar HP-ku. Benar saja ibuku ternyata sedang mengirim pesan singkat yang sesingkat isi pesanya hanya pertanyaan sederhada “ Sudah berangkat kuliah nduk? ”. Namun, memiliki magis tersediri yang bisa membuat pembacanya merasakan rindu yang teramat mendalam, apalagi di saat akhir-akhir bulan seperti ini ( hehehe). Tak selang beberapa menit-pun, yang tidak kalah singkat dan jelasnya aku hanya membelas “ Sudah”. Dan hanya pagi itulah kegiatan kirim pesan singkat yang aku dan ibu lakukan. Selebihnya obriolan kami berlanjut ketika aku pulang ke rumah.
Pada pukul 09.00 pagi dengan goodie bag yang aku tenteng di tangan kiriku, aku bersiap dan penuh keyakinan untuk berangkat ke kampus dengan satu tujuan (ngerumpi bersama teman-teman), yaitu menimbah ilmu. Aku langkahkan kakiku dengan sangat santainya tanpa tergesa-gesah karena aku akan baru memulai pelajaran di kelas pukul 10.00. hanya tambahan saja tempat kos dan kampusku hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan berjalan kaki. Aku terus berjalan tanpa keraguan, sesekali aku mengedarkan pandanganku ke pada warung-warung dekat kosku, entah itu warung makan, warung kelontong ataupun warung penjual bubur ayam, yang kapan saja mampu membuat aku menelan ludah. Lupakan. Semuanya tampak biasa-biasa saja dan sangat biasa. Namun, semuanya menjadi sebuah cerita yang aku tulis taktkala gadis itu datang.
Sekitar beberapa meter dari kosku, aku tak tahu pastinya berapa, di gang yang lumayan kecil yang biasa aku lewati terlihat sepi hanya satu ibu-ibu lewat waktu itu. Pandanagn kami pun sempat bertemu hanya sekedar ketidaksengajaan mata kami saling memandang. Setelah ibu tersebut beralalu dan jauh dari pandanagnku. Aku di buat terkejut, bukan terkejut akan surprise ulang tahun. Tapi, yang ini sungguh sangat diluar angan-anganku. Bagimana tidak saat itu juga aku di hampiri seorang gadis. Penampilanya pun sungguh sangat mengerikan. Bagaiman tidak, baju lusuh gadis itu penuh bekas darah, dari atas sampai ujung kakinya. Sesekali hidungku mengendus-ngendus bau anyir darah. Ditambah lagi dengan rambut pendek dan ikalanya itu sunggu sangat lusuh. Yang membuat aku terkejut lagi, kedua tangan gadis tersebut bergetar seperti menyimpan rasa kecemasan, khawatir dan ketakutan. Dan begitupun aku yang juga merasakan yang sama. Satu kata tiba-tiba terlontar dari mulut gadis tersebut.
“kak, maaf saya boleh bertanya”. bibirnya sedikit bergetar.
“i..iya Tanya apa ya?”. Aku pun tak mau kalah bergetarnya. Ingin rasanya aku kabur dari hadapan gadis ini. Namun, aku tidak bisa
“Kakak tahu Rumah sakit unisma dimana ya kak ?”. (Rumah sakit Unisma- salah satu rumah sakit di Malang deket kampus Islam)
Aku berpura-pura tenang dalam menjawab, karena pikirku mungkin gadis ini orang baru di kampung sekitar kosku. “ Kamu lurus aja, lewat jalan ini, nanti di belokan kamu ke kiri, terus lurus aja, sampai kamu keluar gang dan nemuin jalan besar, nah abis gitu kamu nyebrang jalan raya.” Aku sedikit mengambil nafas. Tidak tahu kenapa ngomong yang cuma beberapa kata itu saja, seperti sedang presentasi depan kelas dan di lihat oleh audience dan dosen.
Gadis itu mencoba memahami setiap intruksi yang aku berikan. Sesekali dia memainkan tangannya yang penuh bekas darah itu. “ iya..terus kak “.
“Setelah di seberang jalan, kamu naik angkot warna biru dengan tulisan AL” sedikir aku tersenyum kerena aku berfikir percakapan yang menegangkan ini akan berakhir. “ Nah km bilang deh sama bapak sopirnya Rumah Sakit Unisma”. Aku kembali tersenyum ramah pada gadis tersebut.
Namun, sungguh diluar dugaanku, saat satu kakiku melangkah ingin melanjutkan perjalananku menuju kampus. Gadis itu melontarkan pertanyaan lagi. Bukan, lebih tepatnya permintaann.
“kak,….aku boleh minta uang?”. Dengan air mukanya yang sedikit memohon dan memalas.
Boleh jujur, pada saat dan detik itu juga aku di buatnya terkejut dua kali lipat. Sampai-sampai dalam hatiku aku menyebutkan hewann-hewan yang ada di kebun binatang. Namun, aku tak ingin mengeluarkan uneg-unegku begitu saja. Se tenang mungkin aku mencoba menjawab permintaan gadis itu. “Iya kamu lurus aja lewat gang kecil ini heheh”. Bodohnya, aku malah menjawab di luar nalarku dengan cengiran tanpa dosa itu.
Gadis itu keukeuh meminta uang dengan melasnya “ Boleh kan kak saya minta uang, saying butuh uang banget kak….”
Lagi-lagi aku menghirup nafas dalam-dalam. “Ta…tapi maaf aku saat ini lagi tidak punya uang, maaf ya…”. Aku mencoba melangkahkan kakiku dengan tujuan kabur dari hadapan gadis ini.
“tapi kak, saya butuh uang banget, ibu saya….ibu saya habis jatuh dari kamar mandi kak, aku lagi tidak punya uang sama sekali.” Gadis itu semakin memelas dengan argumennya tersebut.
Aku sedikit membelakan mataku. Aku sedikit merasakan keraguan, tapi entah kenapa aku rasanya sulit melangkah untuk menghindar dari hadapan gadis itu. Aku mencoba bertanya kembali pada gadis itu “ memang kamu butuh berapa uanganya??”. Tanganku sedikir gemetar dan badabku mendingan secara tiba-tiba.
“Saya butuh uang Rp.50.000 kak, saya mohon kak saying lagi butuh uang banget..”. Dengan sedikit terbata-bata gadis menyebutkan nominal yang ia berikan.
Di tengah percakapan kami, sesekali ada orang yang lalu lalang di hadapan kami, orang tersebut hanya melihat aneh keberadaan kita. Ingin rasaya aku berteriak kepada orang-orang yang lewat tersebut “Tolong saya….Tolong saya”. Namun, lagi-lagi aku membisu binirku tercekat ketika orang tersebut melewati kita. Bodoh memang. Aku pun kembali dengan percakapan pagi yang tak terduga ini.
“Maaf….tapi aku saat ini sedang tidak memegang uang sama sekali. Ya udah yah aku duluan”. Aku mencoba menjelaskan dengan sangat tenang yang ada senyuman sedikit terulas di bibirku. Jujur saja, pada saat itu aku memang tidak memiliki uang. Hanya beberapa lembar uang di sakuku. Itupun hanya cukup untuk makanku selama dua hari. Lagian aku juga tidak mungkin memberikan uangku dengan cuma-Cuma kepada orang tidak aku kenal sama sekali.
“tapi kak, saya mohon kak saya butuh uang banget, saya perlu bawa ibu saya kerumah sakit”. Lagi-lagi nadanya memelas.
Dengan tekat bulat, aku merogoh uang yang ada di saku celanaku sebesar Rp. 27.000. Dengan sedikit gemetaran aku mengeluarkan uang tersebut. “ Maaf ya tapi aku hanya punya uang ini di saku aku. Ini kamu bawa ya..kalau Rp.50.000 aku tidak punya”. Aku sedikit tersenyum yang menyerahkan uang itu dengan hari-hati.
“ Terima kasih kak, terima kasih….saya akan membawa ibu saya kerumah sakit, terima kasih kak”. Sedikit senyuman terukir di bibirnya.
“Iya sama-sama, semoga ibu kamu cepat sembut”. Aku sedikit memaksakan senyuman padanya.
Sepersekian menit gadis itu berlari tak tahu ke arah mana. Saat aku mencarinya aku sudah tidak menemukan keberadaanya. Di detik itu juga, saat aku melanjutkan perjalananku ke kampus, aku sedikit seperti orang linglung setengah sadar dan meruntuki kebodohanku. Cacian dan makian aku tunjukan untu diriku sendiri “Tadi dia siapa?”, “kenapa aku memberi uangku kepadanya?”, “Kenapa aku tidak bertanya dia tinggal dimana?”. “Kenapa aku tidak lari saja tadi?”. Pertanyaan-pertanyaan sungguh sangat percuma untuk di jawab. Nyatanya aku tak bisa melakukan apa-apa ketika berhadapan dengan dia. Ada sedikit rasa iba dalam diriku saat melihat gadis itu, tapi tak bisa aku pungkiri, di sudut hatiku yang lain aku menaruh curiga akan gadis tersebut. Kecurgiaan-kecurigaan yang semakin membuat aku seperti orang bodoh di dunia ini. Tak jarang sesekali aku mengedarkan pandangaku ke segala arah, terlihat konyol memang. Aku berfikir apa mungkin ini jebakan dari program Minta Tolong. Yang waktu itu sedang nge-hits pada zamanya. Diamana, tiba-tiba ada kamerman yang menguntit aku dari belakang dan mengambil gambarku diam-diam di saat aku memberi uang kepada gadis tersebut. Dengan bodohnya aku malah berfikiran uangku akan kembali 2 kali lipat. Namun, sepertinya itu hanya khayalanku semata. Nyatanya sampai depan gerbang kampusku tidak satu orangpun yang menghampiriku secara tiba-tiba. Kecuali gadis misterius tadi.
0 notes
Text
Wings Are Made to Fly
Kami ada.....
Kami terbang.....
Kami bernyanyi......
Dan kami menjelma....
Siang itu tatkala surya di ubun-ubun kepala memamerkan bias warna keemasnya, semuanya nampak mewah, semuanya terasa hangat dan begitu damai. Di tambah kasak-kusuk angin yang mempu menghempas rasa resah, kecewa, takut dan gundah.
Orang bilang kali lah si petualang mimpi itu. Melalang buana ke segala penjuru arah, menempatkan kami pada biduk yang tak dapat orang jangkau. Mampu bertahan meskipun hembusan bahkan hempasan angin menerpa setiap saat. Tapi...Kenapa kami merasa mati-tak bergerak layaknya kami hanyalah sebuah kerikil yang tak berharga.
Bukankah ini menjadi berbeda ketika kami terkurung-terkungkung-terbelenggu dalan sebuah trali besi yang kokoh ini. Sekeliling kami hanya celah-celah sempit yang tak berujung akan jalan lebar. Kamu pun tak berdaya apapun dengan itu. Haruskah kami berelegi di hari yang ceria ini.
“Sungguh....kenapa orang di bawah sana menganggap kita sang petualang angkasa?” Celetuk burung berwarna putih itu.
“mungkin karena kita mempunyai sayap....” tukas si burung hitam.
“APA??? Kau bilang sayap ??” burung putih pun menujukan gurat keraguanya.
“Iya sayap. Yang manusia disana tak punya...kau tahu kita dapat terbang setinggi apa kita mau”
“HEY... lihat wajahmu...lihat kau berbicara seolah kau tak merasakan apa yang kamu rasakan, rasa penat.” Oceh su burung putih. “Kau tahu?? Sayang kita penuh dengan bulu-bulu indah ini rasanya ingin aku patahkan...aku muak dengan semua ini” gurat kecewa penuh amarah terlihat jelas di raut wajah si burung putih.
“Tapi kita bisa apa teman akan semua ini?? Ingin rasanya aku merobohkan penjara jahanam ini!!!” sahut si burung hitam dengan matanya menatap nanar langit.
“Lihat .....diri kita menyedihkan bukan?” Mereka tertawa miris. “Kita hanya bisa mengeluh-eluhkan keindahan sang angkasa hanya lewat celah-celah sempit ini. Ujar di burung putih.
Kami menjelma tapi kami fana! Kami tak mampu memperlihatakan kepada dunia bagimana kami berkicau di angkasa, bersenandung dan melantukan melodi-melodi indah. Bagimana kami mengepakan sayap-sayap indah kami. Kini sayap itu telah rapu, bahkan malam untuk bekerja. Ini bukan tempat kami, tempat kami di luar sana berfantasi mengelilingi penjuru langit. Menari-nari indah di sana
0 notes
Photo
Bukan Girlband Korea, cuma barisan cewek-cewek yang pengen segera lulus kuliah.
0 notes
Photo
They say i`m not pretty girl
They say i`m weird
They say i`m the foolest person
but i remember that god has created people full of beauty
1 note
·
View note
Text
He`s Spelling on Me
Di garis batas ini, aku menyadari bagaimana ayahku dengan susah payah dan peluh keringat, agar dapur di rumah kami tetap mengepul setiap hari, agar kedua anaknya bisa merasakan dunia pendidikan. Disetiap sujudnya Ayahku tak lupa merapalkan do`a dan harapan agar kelak buah hatinya bisa menjadi orang yang lebih dan lebih baik darinya. Tak pelak matahari yang sangat menyengat untuk kulitnya, derasnya air hujan yang mengguyur tubuhnya dan, hembusan angin yang mengempas dirinya tak ia hiraukan. Baginya semua itu tidak ada artinya di bandingkan dengan kelurganya yang menunggu di rumah. Di usianya yang hampir menginjak setengah abad itu, ayahku masih harus mendengar kedua anaknya merengek atas permintaan-permintaan yang bisa memekakan telinga. Dengan gurat senyum yang semakin menapakan wajah yang sedikit keriput itu, Ayahku akan mendengar dengan penuh kesabaran dan pertimbangan. Dia pun tahu jawaban apa yang ia lontarkan nanti untuk membuat kedua anaknya tidak merasa kecewa.
_Cukup berlebihan memang jika harus membanggakan ayahku di depan orang banyak, tapi memang itulah kenyataanya. Aku tahu dan yakin Ayah kalian pasti seperti itu. menjadikan kepentingan anaknya di atas kepentingann dirinya sendiri. _
0 notes
Photo
bagaimana aku tak merasa iri,jika kalian menikmati setiap irama yang kalian dengar dan mengembangkan senyum menawan .Sedangkan aku yang jauh di sini masih berkutat dengan ribuan kertas yang tahu aku apakan dan menampakan wajah musamku !
0 notes
Photo
Larik apakah yang cocok untuk orang yg rindu akan hujan ? Nyatanya aku tak pandai untuk membuat larik yg penuh dengan bait yang menarik .Tapi ketika aku rindu hujan seketika dalam otaku menyusun sebuah gambaran.Ya,Gambaran ketika cahaya memudar dalam awan2.Miliyaran air jatuh dari tempat yg sulit aku jangkau.Mereka jatuh pd jendela dan atap dengan berisiknya. Mereka merasuk kedalam tanah dan akar.Kuedarkan pandangaku ke penjuru arah,segalanya tampak abu2.Aku melihat samar2 bayangan wajahku di genangan air dengan latar belakang langit abu2.Dinginpun menyeruak tanpa ragu2.Namun Kali ini biarkan matahari mengusai tahtanya .
0 notes
Photo
Sebuah buku berjudulkan “REKONSILIASI DALAM PUISI “.
Pandanganku mengarah pada sesosok sketsa pria lansia.
Pria tua yang tak aku kenali dan aku ketahui dengan pasti.
Pria tua yang pandanganya menelisik jauh dunia.
Rambutnya yang hitam legam mulai memudar.
Kini hanya putih pasilah yang mengutuk.
Kini hanya kulit keriput-nya lah yang merajuk.
Tat kala sebuah kacamata berhasil membujuk.
Membujuk menjadi sosok yang tegar.
Sosok dengan harapan yang memuncar.
Apakah beliau yang mempunyai nama bapak Astar Siregar
0 notes
Photo
STRONGER THAN ME -AMY WINEHOUSE
You should be stronger than me You've been here seven years longer than me Don't you know you supposed to be the man? Not pale in comparison to who you think I am You always want to talk it through, I don't care I always have to comfort you when I'm there But that's what I need you to do, stroke my hair 'Cause I've forgotten all of young love's joy Feel like a lady, and you my lady boy
You should be stronger than me But instead you're longer than frozen turkey Why'd you always put me in control All I need is for my man to live up to his role You always want to talk it through, I'm okay I always have to comfort you every day But that's what I need you to do, are you gay? 'Cause I've forgotten all of young love's joy Feel like a lady, and you my lady boy
He said "the respect I made you earn Thought you had so many lessons to learn" I said "You don't know what love is get a grip Sound as if you're reading from some other tired script" I'm not gonna meet your mother anytime I just want to grip your body over mine Please tell me why you think that's a crime I've forgotten all of young love's joy Feel like a lady, and you my lady boy
(dear AMY WINEHOUSE : you may rest in peace in heaven but the song that you had created would be hearing all the time .AMY thanks for your beautiful art .God Besides You)
0 notes
Link
mama Baekhyun dan papa chanyeol
2 notes
·
View notes
Photo
HUNHAN.My first and immortal OTP ,idk their togetherness still in my mind,Their relationship like a canon.They have saparated almost one year.I believe they still get chating each other.One make me sad is ,when they were updeting on their account on the same day within one day ,i think what their posts are relating each other ,I feel happy and gloomy on the sam day,Why they should give me hint that HUNHAN still exist . ....
3 notes
·
View notes
Video
youtube
JK - SOFA (cover)
this is my delighted to hear you voice.You know how to treat and make your noonas scream like a fool on the night.
0 notes
Photo
when Chen and waija felt burden about getting fell over meanwhile sehun was happy and smile heartly ><
1 note
·
View note
Quote
I knew I wanted to do something creative, but I wasn’t sure what. I found a community of girls on Tumblr who were doing cool nail stuff.
fleuryrosenails, creator of cool nail stuff and one of fastcompany's 100 Most Creative People in Business 2014 (via staff)
10K notes
·
View notes
Photo
i`m standing here to face all of the educational world.i`m getting worldless and colorless idea when i feel tired then i``m taking of my self and smiling on the pocket camera..i can look how exatcly me .
0 notes