Tumgik
faikarazzam · 5 months
Text
Lupa Bersyukur Pengalaman go-food hari ini agak beda dari biasanya. Ternyata yang dateng bukan hanya driver nya aja, dibelakang beliau bonceng istrinya, dan didepan beliau bonceng anaknya, mungkin masih 3-4 tahunan. Beruntung sekali bapaknya ditemenin kerja sama keluarga. Udah jadi kebiasaan kasih tips kalo go-food, terlebih kalo misal pesennya di salah satu resto yang antri nya hampir 1jam. Dengan harapan capek drivernya terbayar dengan bahagia karena dapet tips. Akhirnya begitu sampe, diterima tips itu, terus bapaknya bilang "Mas, ini kebanyakan" Spontan gw jawab, "Gpp Pak, buat adeknya :)" Terlihat senyum bahagia dari bapak juga istrinya. Setelah itu tiba-tiba langsung keinget, baru aja tadi siang lagi mikir dan berharap bisa beli sesuatu yang sampe sekarang belum bisa kebeli. Sampe pusing mikirin cari duitnya. Tapi kejadian tadi berasa disentil sama Allah. Yang sedikit aja, yang padahal menurut orang lain berarti kadang lupa disyukuri. Padahal janji Allah jika kita bersyukur maka Allah akan tambah nikmatnya (re: QS. Ibrahim : 7). Mudah-mudah itu adalah sign kalau Allah masih sayang :') Ga lupa pesan Ayah di lebaran kemarin, bahwa segala urusan dunia sesungguhnya sudah Allah takdirkan dan ga perlu dikhawatirkan. Yang perlu lebih diperhatikan adalah ketaatan kita kepada Allah. Dari kejadian sederhana ini beharap, Semoga selalu jadi hamba Allah yang selalu bersyukur. Semoga segala urusan selalu dalam lindungan Allah. Semoga hati ini selalu diteguhkan didalam agama dan kebaikan. Karawang, 20 April 2024
0 notes
faikarazzam · 4 years
Text
Hidup itu perkara bagaimana seorang hamba Ridho terhadap semua ketentuan Rabb nya, serta bagaimana Allah Ridho terhadap semua amal dan perbuatan hambaNya.
3 notes · View notes
faikarazzam · 4 years
Text
Bagaimanpun egomu tak akan mengalahkan takdir-Nya. Hadapi semua dengan sabar dan syukur.
0 notes
faikarazzam · 5 years
Text
Tulisan : Entah Bagaimana Memahaminya
Kadang, bahkan sering saya merasa bingung pada apa yang kulihat belakangan ini. Sebenarnya sudah lama, sudah sejak isi kepala ini memiliki banyak pertanyaan. Kita sangat, sangat sulit menilai seseorang hanya dari bagaimana cara ia memilih pakaian yang ia kenakan.
Pertanyaan ini terus mengalir tanpa berani ku simpulkan. Tanpa kubiarkan ia menguasai cara berpikirku dan caraku mengambil keputusan. Tapi, makin lama pertanyaan itu makin besar ukurannya.
Aku belum bisa memahami sepenuhnya. Dulu, aku begitu polos bahwa semakin tertutup dan semakin seseorang mengerti, ia akan menjadi pribadi yang lebih malu, lebih pandai dalam memilih dan memilah bagaimana ia menampilkan dirinya. Tapi, kini di media sosial dan sebenarnya itu juga mencerminkan kehidupan nyata, kita tidak bisa menggunakan rumus itu sama sekali.
Misal, yang berbaju gamis rapi, berjilbab panjang dan rapat justru adalah mereka yang lebih banyak berhias dan mengunggah foto dirinya di media sosial. Yang justru lebih pandai berdandan begitu menawan dan menampilkannya dengan tegas di halaman media sosialnya. Sesuatu yang terasa amat kontradiktif dengan pemahaman yang kumiliki selama ini. Dan hal itu pula yang membuatku ketika mencari istri, tidak pernah melihat seberapa bagus tampilannya di media sosial. Kala itu, itu sebuah keputusan yang kuambil secara subjektif dan sangat sadar. Karena, mungkin parameter saya dan orang lain, sangat mungkin berbeda.
Itu baru satu hal. Tentang pakaian. Belum pada hal-hal lainnya. Ku rasa, pertanyaan ini sampai sekarang belum menemukan muaranya. Ia masih berjalan, tulisan ini hanya untuk merekam jejaknya. 
Dan kejadian-kejadian lain terus membuatku berpikir. Orang yang ku pikir tak mengerti kajian-kajian tentang adab, justru memiliki adab yang luar biasa. Mengalahkan adab para orang yang belajar ilmu lebih banyak. Orang yang kusangka tidak pernah datang belajar ilmu agama ternyata adalah orang yang paling ikhlas hatinya dalam mencari nafkah untuk keluarganya. 
Orang yang mengalami masa lalu yang amat berat, ternyata adalah orang yang paling besar penyesalannya dan itu menjadi energi yang tak pernah habis untuknya berbuat baik kepada sesama. 
Memahami manusia, tak pernah bisa hitam dan putih. Tak pernah bisa, sekilas dengar, tak pernah bisa juga hanya dari tampilan dunia. Pertanyaan ini kubiarkan terus mengalir sampai pemahaman terhadap keadaan ini menjadi utuh,
Mungkin tidak sekarang, mungkin nanti. Dan semoga itu bisa menjadi bekal untuk anak-anakku nanti.
©kurniawangunadi | 28 Agustus 2019
826 notes · View notes
faikarazzam · 5 years
Text
Seringkali hal yang banyak kita khawatirkan tentang duniawi justru adalah sesuatu yang sudah Allah takdirkan. Tugas kita hanya sempurnakan ikhtiar kemudian tawakkal.
0 notes
faikarazzam · 6 years
Text
Jangan berharap lebih kecuali berharap yang terbaik pada Allah.
faikarazzam
1 note · View note
faikarazzam · 6 years
Text
Tak Perlu Jelaskan Apa-apa
Tak usah dijawab, bila kamu tak ingin menjawab. Mereka bukan polisi dan kamu bukan tersangka. Mereka hanya penasaran, atau basa-basi. Sekadar cuap tanpa intensi. Sebuah senyuman sudah lebih dari cukup. Jangan mengangguk, bila kamu tak setuju. Kadang-kadang memang ada perasaan berdosa ketika berkata ‘tidak’. Ada perasaan tak enak saat menolak. Tetapi, itu hanya ilusi. Dosa yang sebenarnya adalah melawan fatwa hati. Tak perlu jelaskan apa-apa. Tak usah susah payah merangkai kata. Beberapa kejadian dalam hidup memang terjadi begitu saja. Di luar rencana, bahkan sama sekali tak terduga. Selama itu baik, menuju ke arah yang baik, jalani saja dan biarkan masa depan menantimu dengan kejutannya. Memang tiap-tiap kita harus fokus ke tujuan. Tetapi, menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan tidak dilarang, kan?
17 Januari 2019
958 notes · View notes
faikarazzam · 6 years
Text
Our 10 Years Challenge
Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar. Sepuluh tahun cukup untuk melunasi cicilan KPR dan tabungan haji.
Sepuluh tahun berlalu, dan kita telah banyak berubah. Selamat, kamu makin cantik, ganteng, dan siap bereproduksi! Tapi apa yang sebenarnya kamu lihat dari sepuluh tahunmu.
Perkara fisik, kamu ‘diamkan’ saja, tubuhmu tetap akan tumbuh. Masa pubertasmu tetap akan datang tanpa perlu diundang. Tapi perkara hati dan pikiran, ia akan lusuh dan berkarat jika kamu diamkan.
Mari barang sebentar kita selami hati dan pikiran. Apa yang dibungkus oleh raga nan sempurna ini? Seonggok sampah atau sebongkah berlian?
Sepuluh tahun ini, berapa persen waktu untuk mengaji, berapa persen untuk nonton TV? Berapa banyak buku yang dikhatamkan, berapa episode drama yang ditamatkan?
Sepuluh tahun ini, adakah perbedaan signifikan dari surat-surat pendek dalam shalat-shalatmu? Ataukah masih itu-itu saja?
Sepuluh tahun ini, sedewasa, sebijak, secerdas apa kamu telah menjadi? Masih sering bermasalah dengan temanmu? Masih sering mengeluh atas kesulitanmu? Masih sering julid dengan hidup orang?
Sepuluh tahun ini, sebanyak apa kamu mendekat pada-Nya? Atau selama ini kamu sudah melangkah, tapi ternyata malah semakin jauh?
Astaghfirullah.
— Taufik Aulia
1K notes · View notes
faikarazzam · 6 years
Text
Tentang Jodoh
Pernah kebayang gak, bahwa siapa jodohmu, apa pekerjaannya, dan bagaimana kebiasaannya, akan sangat mempengaruhi cerita dalam hidupmu kelak?
7 hari seminggu, 24 jam sehari. Bangun tidurnya, mandinya, sarapannya, bekerjanya, pulangnya, istirahatnya, pekerjaan malamnya, bacaannya, tontonannya, hiburannya, tempat nongkrongnya, dan olahraganya. Semuanya akan menjadi cerita dalam hidupmu.
Apakah dia seorang penulis, wartawan, arsitek, staff ahli anggota dewan, pegawai kantor pajak, tukang nasi goreng pinggir jalan, atau PNS kelurahan, kalian akan saling menyumbang cerita.
Kebiasaannya akan mengisi hari-harimu. Keteledorannya, kesiagaannya, kelucuannya, bahkan kebodohannya akan menjadi urusanmu. Yang barangkali bisa kamu tertawai, omeli, atau tak kamu pedulikan.
Saat kamu memutuskan untuk memiliki dan dimiliki seseorang, ada akibat atau konsekuensi yang harus kamu hadapi. Jika pekerjaannya begini, maka hidupmu akan begitu. Jika kebiasaannya seperti ini, maka hari-harimu akan seperti itu. Sudahkah kamu yakinkan dirimu? Ataukah terbersit secuil keraguan, jangan-jangan bukan dia?
Memang, kadang selektif menjadi dilematis. Terlebih usia tampaknya sulit diajak kompromi. Di saat seperti ini, kita perlu menilik kembali. Siapa yang kita cari, seseorang yang sempurna, ataukah yang mampu sama-sama?
Pada akhirnya, pencarianmu akan bermuara bukan kepada kesempurnaan melainkan penerimaan. Karena tak akan ada orang yang sempurna untuk dipilih, namun selalu ada orang yang layak untuk diterima.
Jika sudah ada penerimaan, maka sisanya adalah keberanian.
— Taufik Aulia
4K notes · View notes
faikarazzam · 6 years
Text
Khawatirmu Tentang Masa Depan
@edgarhamas
Jujur saja, sebenarnya apa hal yang lebih membuatmu khawatir dibanding ketakutanmu pada masa depan?
Itulah yang membuat manusia yang kamu lihat —dan barangkali kita sendiri— belajar mati-matian demi ijazah, katanya agar di ‘hari depan’ diterima di universitas ternama. Sibuk kuliah dan ingin cepat lulus, demi ‘masa depan’ yang cerah di perusahaan besar. Kerja lembur bagai kuda dengan misi menciptakan 'masa depan’ karir yang gemilang.
Kekhawatiran kita akan masa depan itu seperti kita berlari mengejar bayang-bayang kita sendiri. Tak pernah berakhir, dan selalu membuat hati gelisah. Menghidupkan hari ini demi esok hari. Sebuah cara hidup paling menyiksa yang pernah ada. Dibayang-bayangi esok akan jadi apa dan akan makan apa. Cara pandang seperti itulah yang melahirkan hamba dunia.
Untungnya, kita punya iman. Dengan iman, kita seperti punya obor yang menuntun kita menyusuri hari-hari ke depan yang gelap temaram. Iman membuat kita tahu bahwa selalu ada jalan bagi mereka yang yakin bahwa segala sesuatu —rizki, cinta dan pencapaian hidup— ada di tangan Allah. Maka mereka tenang, namun tak juga berpaku tangan. Mereka tenteram, tapi justru berkarya makin melesat!
Perkara rezeki dan karunia di esok hari, Allah bilang padamu dengan terang, “Kamilah yang membagi-bagi penghidupan mereka dalam kehidupan dunia” (Az Zukhruf 32) Semua sudah ada jatahnya, sudah ada pembagian seadil-adilnya.
Allah tak pinta kita untuk sibuk menghabiskan waktu demi karir. Justru Allah ingin karir kita hidup untuk menyelamatkan waktu kita yang sempit ini; menghidupkannya menjadi ibadah yang bernilai berat di timbangan akhirat.
Bahkan sejatinya, kerja kita, belajar kita, kegiatan kita, koneksi yang kita bangun, relasi yang kita kumpulkan; hakikatnya bukan untuk mencari penghidupan, tapi untuk bersyukur pada Allah. Unik kan? Kerja bukan demi rezeki, tapi sebagai tanda syukur.
Tapi memang begitulah aslinya. Dan itulah yang Allah ajarkan pada Nabi Daud dan keluarganya, “Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’ 13)
Dan kamu pasti tahu, keluarga Nabi Daud justru menjadi keluarga paling kaya sepanjang sejarah manusia. Ia menjadi raja dan anaknya menjadi raja. Bukan sembarang raja.
Yang kamu khawatirkan tentang masa depanmu, sudah Allah cover.
Bersyukurlah dengan menjalani hidup yang bermanfaat bagi dakwah dan umat, itulah cara kita mencover waktu menjadi bulir-bulir pahala yang berat di timbangan amal.
3K notes · View notes
faikarazzam · 6 years
Text
Tak apa kan ku sebut namamu dalam do'a? ;)
faikarazzam
0 notes
faikarazzam · 6 years
Text
Dunia bukan tentang apa apa saja yang harus didapat. Karena pada akhirnya kau tetap akan mendapatkan apa yang sudah Allah tuliskan di lauhil mahfuz. Ini tentang bagaimana cara kau mendapatkannya. Meraih keberkahan di setiap langkah. Hingga kemudian kau tak kecewa melihat jejak langkah.
faikarazzam
1 note · View note
faikarazzam · 7 years
Text
Ah, Rindu.
Apa kabar, Ramadhanku?
Masih ingat tidak seperti apa perasaan kita kala kita ditinggal bulan ramadhan pergi? Sedih, bahagia atau biasa aja?
Masih ingat juga tidak, perihal janji-janji untuk berbenah selepas ramadhan? Kala itu, barangkali diri kita pernah berjanji, akan berbenah dan menuju baik selepas ramadhan.
Kini, ramadhan tinggal menghitung beberapa hari. Bukan pada lama atau sebentar menunggunya. Tapi lebih kepada dalam masa menunggu itu persiapan seperti apa yang sudah kita persiapkan. Sesiapa saja yang sedang merindu pasti paham perasaan ini.
Dalam masa menunggu biasanya seseorang itu akan melakukan yang terbaik. Barangkali diri kitapun bisa melakukan yang demikian. Melatih diri yang biasanya lebih emosi, senggol bacok. Sekarang lebih melatih jiwa untuk lebih sabar. Apalagi dalam sholat, yang biasanya secepat kilat. Semoga dilakukan dengan thuma'ninah dan lebih khusyu. Lebih tenang, dengan perasaan bahagia tentunya.
Barangkali bisa kita latih mulai sekarang, melatih untuk sholat sunnah setelah sholat wajib kita dirikan dengan tepat waktu. Sholat sunnah qobliah dan ba'diyah. 2 rokaat sebelum Shubuh. 4 rokaat sebelum Dzuhur. 2 rokaat setelah Dzuhur. 2 rokaat setelah Maghrib. Dan 2 rokaat setelah Isya…
Jangan lupa sholat witirnya juga. Ini yang cukup sulit ya biasanya. Gpp, dipaksa dulu. Nantinya akan terbiasa.
Dan mencoba melatih pula untuk membiasakan diri bangun disepertiga malam. Atau jika belum bisa setidaknya bangun sebelum adzan shubuh. Caranya? Pasang alarm dimana-mana ya.
Cara ini pula sesungguhnya ampuh bagi yang belum menikah, sebagai tips n trik melatih diri sebagai ibu yang baik yang mana nantinya akan bangun pagi dan mempersiapkan kebutuhan keluarga di pagi hari. Atau sebagai ayah yang bertanggungjawab dengan melaksanakan sholat berjamaah di masjid.
Paksa, dipaksa ya. Dan memang berat diawalnya. Bangun dengan kemampuan mata yang berat. Dan kalau sudah melek (buka mata), duduk sebentar, jangan lupa napas. Baca doa dulu, lalu ambil wudhu trus lanjut sholat.
Untuk diawal jangan ngoyo ya, santai dulu. Tidak perlu langsung dengan rokaat banyak. Dua rokaat cukup untuk permulaan. Dan niatkan untuk istiqoma. Caranya? Ya minta sama Allah supaya diberi keistiqomahan dalam menjalankannya.
Banyak banget yang harus dilatih. Katanya rindu, maka sebaik-baik rindu adalah temu. Dan sebaik-baik temu adalah pertemuan yang membaikkan.. masih rindukan? Masih ingin bertemu ramadhan dengan kualitas pribadi yang baikkan?
Nah kalau iya, mari kita lanjutkan.
Mulai saat ini, bisa dicoba juga. Membiasakan diri dekat dengan Al-Qur'an. Yang biasanya jauh-jauhan ni ya, kita coba untuk memperbaikinya kembali. Gak usah malu, apalagi malu-maluin.
Setiap habis sholat maghrib atau sholat shubuh. Coba untuk membaca 8 - 9 ayat atau 2 lembar Qur'an. Alhamdulillah kalau sudah terbiasa 1 juz per hari. Atau terbiasa pula membacanya setelah sholat wajib. Ini ampuh untuk melatih kepekaan dan kelembutan hati kita.
Ini semua semata buat apa sih? Buat persiapan diri dan jiwa kita untuk menyambut bulan ramadhan. Supaya Allah lihat kesungguhan kita, kecintaan kita. Dan semoga Allah ridha atas apa yang kita upayakan ini.
Jangan lupa juga belajar berbagi, punya kelebihan sedikit saja. Coba untuk belajar shodaqoh senyum, shodaqoh masakan, ilmu, atau apa saja yang bermanfaat . Supaya nanti terbiasa ketika di bulan yang semua amalan dilipat gandakan. Kita bisa berbagi sepenuh hati. Ikhlas karena-Nya.
Ah iya, satu lagi. Persiapkan semua keperluan di bulan ramadhan. Semisal baju baru, kebutuhan makanan, buat roti kering dan semacamnya. Agar nanti ketika sudah memasuki bulan ramadhan apalagi di 10 hari terakhir ramadhan kita bisa fokus tanpa di pusingkan lagi dengan persiapan lebaran semisal kue dam semacamnya. Dan ini lebih menguntungkan juga sih, lebih murah, hemat dan bisa santai nantinya. Biasanya untuk kaum wanita.
Ah ramadhan. Tinggal menghitung beberapa hari dari sekarang. Persiapkan dengan sebaik-baik persiapan ya. Semoga dalam penantian menyambutnya kita bisa berbenah mulai dari sekarang. Yang dirindu segera tiba.. semoga Allah memampukan kita untuk bertemu dengannya (bulan ramadhan)..
- Ibn Syams
1K notes · View notes
faikarazzam · 7 years
Quote
Hebatnya adalah kita merasa rindu, padahal sama sekali tak pernah bersua.
1 note · View note
faikarazzam · 7 years
Quote
Lebih baik kehilangan sesuatu karena Allah, daripada kehilangan Allah karena sesuatu.
2 notes · View notes
faikarazzam · 7 years
Text
THE STORY OF MY LIFE
Sejatinya kita sedang menggoreskan tinta pena dalam sebuah karya yang judulnya "The Story of My Life". Yang kelak akan Allah terbitkan dalam kitab amal dimana tidak satupun yang kita lakukan di dunia melainkan semua tercatat dalam Buku Catatan Amal tersebut. Ya Ghafur... Ya 'Afuw #SelfReminder
3 notes · View notes
faikarazzam · 7 years
Quote
Jadi masihkah setia dengan Bacaan Qur'anmu? Ataukah masih asik menyelami dunia maya? Hati-hati tenggelam.
#SelfReminder
0 notes