Photo
Angin musim gugur memelukku dengan dinginnya. Sinar matahari mulai enggan memancarkan hangatnya. Meringkuk, aku meringkuk. Merindukan akan hangatnya pelukmu. ••• (Istanbul, 8 November 2017)
0 notes
Photo
It was constructed in 1458 by Ottoman Turks only five years after conquest of Constantinople in 1453. The mosque was the traditional site for the coronation ceremony of the Ottoman Sultans, where the new sultan was girded with the sword of Osman. (at Eyüp Sultan Camii)
0 notes
Photo
Terlihat bagus dan megah, tetapi... “Apabila kalian telah melihat galian-galian besar di Makkah, dan bangunan-bangunannya menjulang tinggi melebihi pegunungannya, maka ketahuilah bahwa kiamat telah mendekatimu.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan al-Arzaqi) (at Makkah Royal Clock Tower Mall)
0 notes
Photo
Dibangun sebagai gereja pada tahun 532-537 atas perintah Kaisar Romawi Yustinianus I. Pada tahun 537-1453, bangunan ini merupakan katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel. Kemudian menjadi masjid mulai 29 Mei 1453 sampai 1931 pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani. Dan sekarang, sudah menjadi museum semenjak 1 Februari 1935. (at Ayasofya Müzesi)
0 notes
Photo
Hari-hari yang penuh kecemasan mulai gugur satu persatu. Meninggalkan dahan-dahannya yang terus tumbuh. Layaknya daun-daun yang berguguran di bulan november. Dan kini, hari-hari itu seperti halnya bangunan-bangunan di kota Konstantinopel. (Istanbul, 7 November 2017) (at Istanbul (Old City))
0 notes
Photo
“Di kota ini ruang bermain adalah sesuatu yang hilang dan tak seorangpun berharap menemukannya. Anak-anak tidak butuh permainan. Mereka akan memilih kegemaran masing-masing setelah dewasa. Menjadi dewasa bukan menunggu negara bangun. Menjadi dewasa adalah menu favorit di restoran cepat saji.” (Melihat Api Bekerja, Aan Mansyur.) ________________________________ Pada akhirnya sudah wisuda, tak disadari pada akhirnya harus dewasa. (at Aditi Coffee House & Space)
0 notes
Photo
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala)” (QS At-Taubah: 18). (at Masjid Nabawi Madinah Al-Munawwaroh)
0 notes
Photo
Going to historical place is one of the things that I love. (at Hippodrome of Constantinople)
0 notes
Photo
Sebuah Cerita di Mekkah Aku datang untuk memenuhi panggilanmu, Ya Tuhanku. Ku langkahkan kakiku memasuki Masjidil Haram-Mu. Seketika sekujur tubuhku merinding merasakan keagungan-Mu. Air mata tak mampu lagi ku tahan saat melihat kiblat dari seluruh umat-Mu. Ku itari Kakbah dengan lantunan dzikir dan doa yang tak henti-henti. Air mataku masih enggan berhenti mengalir. Layaknya sesorang yang merasakan kebahagiaan yang hakiki. Layaknya seseorang yang merindukan sang kekasih. Hingga akhirnya aku berhenti, melihat manusia-manusia berdesakan memasuki Hijir Ismail. Aku pun bertanya kepada-Mu “Ya Allah, apakah Kau ijinkan aku memasuki Hijir Ismail-Mu?” Dan Kau pun berbisik “Masuklah”. Dengan ijin-Mu, aku masuk layaknya tamu yang sudah ditunggu sang tuan rumah. Aku bersujud diantara kerumunan manusia, dan berkata “Ya Allah, terima kasih atas kasih sayang-Mu, ijinkanlah aku bertamu ke Tanah Suci-Mu dilain waktu.” (Mekkah, 13 November 2017) (at Masjid Al Haraam - Makkah)
1 note
·
View note
Text
Bu Yati
Sekitar 2 bulan yang lalu aku mengalami kecelakaan motor yang membuat motorku hancur, benar-benar hancur sampai-sampai tak bisa dipakai lagi. Aku tidak menyalahkan siapa-siapa atas kecelakaan itu, justru aku menyalahkan diriku sendiri dan bahkan juga bersyukur. Karena, memang hal itu terjadi karena kesalahanku berbicara dan Allah mengabulkan. Malam itu aku tanpa sadar mengucap “Ya Allah, aku telah banyak berbuat dosa, kenapa kau tak pernah memberiku cobaan, apakah aku telah benar-benar menjauhi-Mu? apakah aku benar-benar sudah tak Kau cintai?”. And 1 hour later, shit happen...
Hampir 1 bulan setelah kecelakaan aku tak bisa kemana-mana, karena masih ada cedera dikakiku. Motor yang sudah hancur akibat kecelakaan itu, aku titipkan di rumah warga terdekat, di rumah keluarga Bu Yati. 1-2 bulan motorku masih di rumah Bu Yati, karena aku yang belum juga sempat datang untuk mengambil. Aku sudah mulai berpikir buruk tentang hal itu, aku berpikir ‘Ah, apa masih ada motornya di situ’. Yaaa, memang tak seharusnya aku berpikir buruk tentang orang lain, I know it’s really really wrong. But ummm, if you are in my position, you will think like what I think, right?
Pada akhirnya kemarin lusa, aku sempatkan memesan mobil angkut untuk mengambil motorku, dan saat aku sampai di kediaman Bu Yati, something happen. Motor yang sudah rusak parah, sudah gak bisa dikendarai, ternyata saat aku kesana motor itu sudah diperbaiki. Benar-benar sudah diperbaiki, sudah bisa dikendarai.
Saat itu aku sempat diam, gak tau mau ngomong apa lagi. Bu Yati, orang yang gak ku kenal, keluarganya yang pas-pasan, masih jagain motor orang yang gak dikenal, dan dibenerin. I mean, you can’t find people like this everyday right? Just think, kalau kau yang ada di posisi Bu Yat. Pasti motorku yang sudah rusak itu ya sudah kau jual, secara 2 bulan motor kok gak diambil-ambil. Atau minimal, ya sudah kau biarkan saja motornya disitu, ngapain repot-repot nuntun motornya ke bengkel, nyarii spare part yang harus diganti, dll. Betul?
So, that day I learn something. Stigma banyak orang yang bilang kalau semua orang sunda itu matre, dan sebagai macamnya. I think it’s bullshit! Buktinya masih ada orang seperti Bu Yati yang jelas masih butuh uang, tapi masih mau membantu orang lain yang gak dikenal. Dan yang lebih unik lagi, orang-orang yang sudah ku kenal lama pun, masih ada yang tak mau membantuku, bahkan lebih cenderung tidak peduli.
Yaaah, terkadang memang orang yang kita kenal yang kita anggap baik, orang yang selalu kita coba untuk membantunya, akan menghilang saat kita butuh. Tapi tetap, bagaimanapun orang berbuat buruk terhadap kita, bagaimanapun cara orang bersikap kepada kita, kita tetap harus tetap harus berbuat baik ke semuanya.
Doesn’t matter what they are, doesn’t matter how much they hate us. You should still be good to them and love them.
I know it’s kinda cheezy, not important, and bla bla bla. But, I just wanna write this to remind myself, that I owe Bu Yati and her family. And someday I will back to their house again, and pay my debt.
1 note
·
View note
Text
Seorang Murid
Di ruang kelas ini murid-murid sedang mencari tau hal-hal yang tak ingin diketahui. Guru-guru datang mencoba menguak segala sesuatu yang terkadang tak pasti. Kita duduk diam memperhatikan setiap hal yang terjadi. Berharap semua hal mampu kita pahami.
Aku duduk di kursi belakang dengan pikiran yang ingin tau tentang dirimu. Kau yang duduk di kursi depan sedang mencoba menjauhiku. Menangis, kau menoleh kepadaku. Memintaku menjauh, tak tau apa yang membuatmu menjadi seperti itu. Aku bertanya kau kenapa, kau hanya menangis dan meminta maaf.
Aku terbangun dari mimpiku, mengingat semua kejadian di kelas saaat itu. Setiap hal yang terjadi di kelas itu seperti guru yang sedang memberi tau kepadaku. Namun semua itu hanya membuat isi pikiranku layaknya lukisan-lukisan Jackson Pollock. Membiarkan aku menjadi murid yang sedang mencari tau apa yang ingin kau sampaikan, mencari tau apa yang kau sembunyikan.
1 note
·
View note
Quote
Aku bangun seperti hujan yang pulang ke langit. Kepalaku tidak berada di tempat yang tepat. Aku berjalan ke kamar mandi bersama potongan-potongan mimpi. Pikiranku seperti lukisan Frida Kahlo atau kisah-kisah Italo Calvino. Aku memasukkan diriku ke dalam hari libur dan harapan bisa menemukan siapa namamu.
0 notes
Text
Mendengarkan The Beatles
Saat itu, di kala kita masih remaja. Kita berkumpul tanpa perlu memikirkan hari apa. Ke tempat-tempat baru tanpa perlu bertanya dimana. Melakukan hal menyenangkan tanpa perlu berpikir matang.
Saat ini, semua perihal sudah mulai berubah. Seperti aku, yang pada akhirnya menemukan diriku sendiri. Seperti kau dan kita semua, yang sudah menjadi orang berbeda. Seperti masing-masing dari kita, yang menjalani jalan yang telah kita pilih.
Saat nanti, mungkin kita akan berpapasan pada suatu persimpangan. Membicarakan hal-hal yang telah kita lalui. Kita berhenti sejenak untuk melihat ke belakang. Melihat jalan-jalan ingatan masa lalu yang semakin sepi.
Kemudian kau dan aku lagi-lagi harus berpisah. Melanjutkan perjalanan yang entah berujung dimana. Entah saat nanti kita akan berpapasan lagi atau tidak. Namun masing-masing dari kita tau suatu hal, bahwasanya saat-saat itu tidak akan pernah kita lupa.
(Fadlilah Afif A.)
1 note
·
View note
Text
Ibuku!
Kalau kau bertanya siapa menurutku orang terkuat. Aku jawab, Ibuku! Kalau kau bertanya siapa orang yang paling mencintaiku. Aku jawab, Ibuku! Kalau kau bertanya siapa orang dalam hidupku yang tak tergantikan. Aku jawab, Ibuku! Kalau kau masih bertanya lagi siapa orang yang paling aku cintai. Jawabanku tetap sama, Ibuku!
(Fadlilah Afif A.)
1 note
·
View note
Text
Aku Tak Pernah Padam
Diriku adalah bara api, yang diam-diam menyala kecil. Dunia dan segala perihal yang ada, seperti hembusan angin yang tidak pernah berhenti menerpa. Angin itu membuatku semakin menyala, membesar, berkobar menerangi dunia yang semakin gelap. Bau hangusku semerbak mewangi, menginspirasi setiap mereka yang mendekati.
Namun, semua perihal akan berakhir pada suatu masa. Seperti awan mendung, yang hilang setelah hujan deras. Seperti bunga mekar, yang layu setelah lewat musimnya. Seperti halnya aku, yang akan terus menyala, hingga sepenuhnya tubuhku menjadi abu dan menyatu dengan tanah.
(Fadlilah Afif A.)
1 note
·
View note
Text
Pada Akhirnya
Pada akhirnya, malam-malam tidak lagi berbalut rindu. Pada akhirnya, aku tidak lagi duduk di sudut ruangan berpikir tentangmu. Pada akhirnya, mencari kehadiranmu bukan lagi keinginanku. Pada akhirnya, aku terbiasa melihat foto-fotomu. Pada akhirnya, ingatan-ingatanku tentangmu mulai gugur satu demi satu. Tetapi, pada akhirnya pula, aku keliru.
(Fadlilah Afif A.)
0 notes
Text
Menikmati Dialog Hujan
Hujan turun pelan-pelan membasahi pepohonan. Dari lindungan tenda, butiran-butiran air saling berlomba menuju rerumputan. Kabut tipis turun menyelimuti diri yang semakin dingin. Musisi-musisi tak berupa bernyanyi membawakan lagu mengiris hati.
Hujan turun semakin deras, mengaromakan tanah basah yang menghipnotisku. Mengajakku mengingat bahan-bahan masa lalu yang membuatku rindu. Seperti halnya aroma tubuhmu, disaat hujan deras. Dan pepohonan yang tertiup angin adalah rambutmu yang terurai.
Hujan yang menjadi rintik mulai berpulang ke langit. Meninggalkan butiran-butiran air yang jatuh dari ranting-ranting pepohonan. Barangkali kau adalah sisa-sisa hujan tadi, yang setetes demi setetes meninggalkan daun-daun rindu.
(Fadlilah Afif)
1 note
·
View note