ditaselvina-blog1
ditaselvina-blog1
Kotak Cerita
47 posts
Kurekam cerita lewat kata
Don't wanna be here? Send us removal request.
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Text
I live my life well
Dear bukibuk, bakmbak, dikadik sekalian, kali ini saya akan menyuarakan sedikit opini tentang cara menikmati hidup tanpa mengganggu kenikmatan hidup orang lain.
Well, pernah ga ketika kita terkena batuk flu(yang dianggap orang biasa) tetapi badan seperti remuk hancur lebur dan demam berkepanjangan? Kemudian kita melihat yang lain, yang notabene sakitnya sama kya kita, tapi bisa aktifitas kya biasa. Andin mislanya, teman sekelasku, dia kalo sakit kya orang ga sakit loh. Masih lancar aja aktifitasnya. Dalam hal ini adakah yang salah? Tidak. Karena persis seperti pepatah, lain padang lain belalang lain lubuk lain pula ikannya. Kita ga akan pernah bisa sama persis seperti orang lain apalagi berkaitan dengan tubuh dan kebugaran. Pasti beda.
Contoh lain, ketika kalimat "mudah kok", "gampang", "susah", "susah banget" terlontar untuk hal-hal yang kadang ga pas banget untuk dikomenin demikian. Apalagi kalo sekedar komentar kering aja. Kemarin misalnya, ada yang bilang gni
(Ditengah asyiknya aku merajut tas sambil menunggu jam pelajaran di kantor)
"kalo di kampus 'itu' ga bisa nyantai, payah, susah banget, berat". Terus ada lagi yang nambahin "sama, tempat anakku 'disana' juga, ga ada lagi waktu senggang, tugas terus sampe pusing, ga ada waktu lagi untuk nelpon keluarga".
Kurang-kurang ada aja yang nambahin
"Kalau tempatmu ga begitu berat yah, bisa santai-santai"
Aku cuma bisa ketawa hahaaa hahaaa aja.
What do you think then?
Speech kya di atas itu contoh individu yang ga bisa nikmatin hidup seutuhnya.
Tipe ini cuma tau depannya aja, hasilnya aja bahkan ga mau tau behind the scene dan bagaimana alur prosesnya suatu perkara.
Gampang banget ditebak.
Yup. Liat aja kalo mukanya kusut dan ngomel panjang sudah pasti kalau sedang tertimpa masalah.
Garis kerut di jidatnya berbanding lurus dengan derita yang tengah dirasa.
Well aku jahat yah. Wkkwwk
Apakah ini tergolong people jaman now?
No. Banyak yang tidak, percayalah.
Coba deh kalo seandainya kalimat diatas tadi didahului dan disaring dulu dengan seksama.
Ga ada yang mudah di dunia ini. Mau ketawa aja kudu buka mulut dulu kan ya baru bisa ngakak.
Apakah aku kesal dibuatnya?
See what I gave them?
Hahaa haaa doang, yang berarti sedang ada hal yang lucu disana.
Yang lucu adalah, ga pernah ngerasain kuliah disana, di ini, sama yang ono. Tapi bisa komen hebat banget.
Mungkin karena yang dilihat adalah aku yang kebanyakan hahaa hehee, kalo posting di sosial media ga jauh dari bayi lucu. Sehingga ga nampaklah keringat dan air mata yang tertumpah untuk kuliah ini. Kwkwkw
Ya jelaslah itu karena Alhamdulillah aku bisa menikmati hidup dengan jalan yang memang harus dilalui. Lakonnya aku sendiri. Ga bisa pinjem badan rio mislanya buat ngejalanin seharii aja. Bener deh.
Well, menurutku ga ada gunanya juga orang lain tau apa yang kita rasa dan kita jalani kan ya. Ga ngaruh apa-apa. Kita ngeluh dengan thesis yang udah kya jilbab sering ganti-ganti gitu apakah netizen bisa bantu? NO.
Jadi, untuk kita yang berada di jalan yang nampaknya tepat.. Yuk mari rapatkan saf kita mulai solatnya.. Loh. Yuk mari kita instropeksi diri.
Do I live my life happyly? Gitu.
1 note · View note
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Text
Another way
I found new way in solving a problem. Let say sadness, I only need pillow, headset, and a song with it. I heard it more than one until I fall a sleep with a tears in it. Did I feel better? Not really, but my dream faced it anyway.
1 note · View note
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Text
...karena orang sering lalai dan lupa kalau hidupnya bukan menjadi urusan orang yang dihakiminya. Hahahahaaa
Kita mudah sekali mengatakan seseorang sombong, hanya karena seseorang tidak mengenal kita. Hanya karena seseorang tidak melihat kita. Hanya karena seseorang tidak membalas pesan kita. Kita senang menghakimi orang lain dengan ukuran kita sendiri. Tanpa pernah berpikir: apakah orang itu memang nggeh dengan kita?  apakah seseorang itu tidak punya kesibukan lain?  apakah kita sedang tidak memaksakan kehendak?
Kadang beberapa orang lupa. Bahwa ukuran yang ada pada diri mereka, tidak bisa disamakan pada orang lain. Bisa jadi sebenarnya, kitalah yang sombong.  Kita tidak bisa menghargai kesibukan orang lain.  Kita tidak bisa menerima kenyataan kalau orang lain malas berkomentar masalah kita.  Kita tidak bisa menerima kalau kita tidak diterima. Kita suka memaksakan, sementara orang lain juga punya hidupnya sendiri.
Sebelum menghakimi, memberi cap buruk pada orang lain.  Mengatakan orang lain sombong, dan hal-hal buruk lainnya.  Apakah kita pernah berpikir, sudahkah kita memikirkan perasaan orang yang kita hakimi?   Sudahkah kita benar-benar bisa menghargai ruang orang lain.  Atau jangan-jangan kita hanya sedang memaksakan kemauan kita, yang tidak memikirkan mau orang lain apa.
Apakah setiap orang harus menjadi pahlawan untuk kita? Ataukah kita yang harus jadi pahlawan untuk diri sendiri.
–boycandra
505 notes · View notes
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Text
Stay cool, keep optimistic and be positive
People come and go. Some left good, and other didn't. I am only sure and believe that they were just part of my journey. One thing in my red line is that "maybe people think that I changed, but they didn't know that I am on my way to be better me. So that I just focus on what I in charge on.
2 notes · View notes
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Text
New info for my thesis anyway
katanya ingin memajukan literasi tapi harga buku malah semakin tinggi ya gimana enggak tinggi? pajaknya berkali-kali dari penerbit hingga pembeli
pajak penulis apalagi
katanya ingin meningkatkan minat baca eh, minat baca siapa? kalau harga buku makin mahal saja setiap harinya
sudahlah pajak buku dari hulu ke hilir  tinggi eh para pembajak dibiarkan berlaku sesuka hati
gimana toh, pak, buk?
eh, giliran para penulis protes malah dinyinyirin sepanjang hari
343 notes · View notes
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Quote
Believe it or not
Sometimes the only one you need is crying. Whether your problem will disappear or not. At least it makes you feel better. Stressed out will be at the end then.
2 notes · View notes
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Text
Soon to be a magister
Good day,
Thanks God its Friday. It means I have to go back to my real life. Being a school girl again, a traveller, a strong girl.
This is my 3rd semester for my magister study. I expected to finish it in this semester, but unfortunately ut won’t. There ara some rules that I muat follow in irder to have a final exam.
There is only one course; seminar on language and literature. In this course the students must write a paper for Teflin seminar on following month.
There is no presentation each chapter anymore. No discussion. No task. No worry. LOL
The point is Palembang is still a place where I I have to visit once in a week.
Can not wait to have a celebration in Auditorium again.
Thanks God, I am in the right place.
1 note · View note
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Text
The last but not least
Baru dua hari yang lalu saya menuangkan emosi saya disini.
Tulisan yang paling jahat dari saya sepanjang masa.
Luapan yang paling banyak tanda seru dari emosi yang pernah tercurah disosial media saya.
Baru saja beberapa jam yang lalu saya membaca berita tentang siswa yang saya lupa di daerah mana, nekat meminum racun lantaran tak mampu menahan malu atas hinaan dari gurunya di sekolah.
Seperti biasa di negeri ini, dari satu pemikiran, kemudian berbuah banyak sekali komentar baik itu pro juga kontra.
Saya sebagai seorang guru, sangat menyayangkan jika benar adanya kalau figur guru se-mengerikan itu.
Tapi saya tak heran.
Itu suatu hal yang wajar. Wajar kalau seorang bisa marah. Hanya saja yang berbeda adalah cara seorang tersebut mengungkapkan atau meluapkan emosi dari amarahnya tersebut.
Dengan lantang saya mengemukakan pendapat bahwa itu wajar.
Yang tidak wajar adalah seorang yang mencoba bunuh diri lantaran “hinaan seorang guru”.
Dari berita yang sekilas saya baca, berdasarkan penjelasan dari beberapa saksi, lontaran kalimat-kalimat dari guru tersebut memang sudah sangat tidak wajar untuk didengar apalagi oleh siswanya.
TAPI
Coba kita menoleh kebelakang, menyibak kisah atas munculnya emosi yang berbuah amarah dari guru tersebut.
Kita salah jika hanya melihat dari sudut pandang satu golongan saja.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa “tidak akan ada asap kalau tidak ada api”.
Sayangnya tidak ada yang bercerita banyak tentang siswa yang bersangkutan, selain kelakuannya yang membawa hp di sekolah. Coba ditelusuri lagi kehidupannya sehari-hari.
Mengapa guru tersebut bisa se-marah itu? Mengapa kata-kata kasar bisa terlontar?
Apakah sikap siswa tersebut wajar? Apakah tingkah lakunya wajar? Bagaimana sopan santunnya? Bagaimana perkataannya?
Sayangnya tidak. Tidak ada cerita tentang itu. Yang beredar hanyalah “guru penyebab percobaan bunuh diri seorang siswa”.
Saya tidak membenarkan sikap guru tersebut. Pun tidak menyalahkan siswa yang mencoba bunuh diri itu.
Tapi yang sangat prihatin adalah pandangan netizen terhadap masalah tersebut.
Saya ingin berbagi tentang sakitnya batin ini ketika siswa yang diajar, dididik, dan dibimbing di sekolah itu buta.
Buta hati.
Saya pernah mengajar, dan ada siswa yang sibuk dengan benda di lacinya, dan itu hp.
Saya marah. Tapi saya simpan dalam hati.
Saya hanya mampu berkata “nak, hpnya disimpen dulu”
Terulang lagi
“Nak, hp nya mau ibuk yang mengamankan, atau kamu?”
Masih terulang
“Nak, sini hpnya ibuk pinjam dulu sampai jam berakhir”
Apa yang terjadi?
Matanya melotot, wajahnya penuh dengan amarah dan rasa tidak suka.
Jalan terakhir yang saya tempuh. Saya mendiamkan anak tersebut.
Apakah tindakan yang saya lakukan benar? Tentu tidak.
Karena saya sadar, marah hanya akan berujung lelah.
Saya juga pernah menemui siswa yang mati rasa.
Ya. Menurut saya siswa tersebut sudah tidak punya lagi hati dan perasaan.
Pernah saya melihat ulahnya yang menurut saya tidak wajar. Berjalan kesana kemari. Mengganggu temannya. Keluar masuk.
Saya mengingatkan
“Nak, duduk. Nanti main lagi”
Tidak ada efek sama sekali.
Hingga akhirnya saya berbicara dengan nada yang sedikit lebih tinggi.
“Nak, kamu paham gak ibuk ngomong apa?”
Apa yang terjadi?
“Dak usah ngatur-ngatur aku, kau tu wong baru disini” (tidak usah mengaturku, kamu orang baru disini)
Astaghfirullahaladziim.
Waktu itu pun emosi saya meledak.
Tanpa sadar, saya melontarkan kalimat ini
“Nak, kalau di rumah kamu tidak terbiasa berlaku sopan, jangan dibawa ke sekolah. Kalau di rumah kamu terbiasa melawan orang yang lebih tua dari kamu, jangan dibawa ke sekolah, kalau kamu dirumah terbiasa dengan hal buruk, jangan dibawa ke sekolah”
Apakah saya lega? Tidak. Saya lelah, dan pulang dengan mood yang rusak parah.
Masih banyak lagi hal yang saya temui selain dua kisah di atas.
Masih banyak cerita tentang siswa yang tidak punya rasa sopan santun di sekolah.
Tetapi sudahlah. Saya tidak mau ikut memenuhi penjara lantaran sikap wali murid yang egois seperti di berita yang pernah saya baca.
The last but not least.
Sikap, prilaku, dan tindakan seorang anak dimulai dari rumah. Dan madrasah pertamanya adalah IBU.
Jadi tolong, pahami bahwa mendidik anak di sekolah itu tidak semudah mengucapkan kata “doakan saja” ketika ditanya kapan menikah.
Terima kasih.
0 notes
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Quote
Aku percaya pada pepatah ini
Pelaut tangguh tidak terlahir dari laut yang tenang, Diri tangguh tidak terlahir dari zona yang nyaman.
0 notes
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Quote
Apakah berbuat baik, sesulit ini?
Wahai diri yang tengah lelah akan hari yang sebenarnya indah, Sadarkah jiwa bahwa rasa suka akan kinerja tak selalu berawal dengan manisnya waktu dan berujung indahnya dunia? Ada mereka yang kerjanya hanya datang, duduk, bahkan menggerogoti harta negara tapi apresiasi untuknya luar baisa, Ada juga yang kerjanya datang ketika matahari terbit, pulang ketika matahari tenggelam, setiap hari berusaha mencerdaskan anak negeri, Tapi apa yang didapat? Tuntutan kerja yang berbanding terbalik dengan upah yang didapat. Dear God, Apakah untuk hal yang baik sebesar ini ujiannya?
0 notes
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Quote
Apakah ini hukuman?
Sabar kadang dengan teganya meninggalkan sang hamba yang tengah gundah gulana. Seenaknya tak perduli akan jiwa yang tengah butuh asupan tegar. Membantin jiwa dengan banyak tanya. Apakah ini ujian? Atau hukuman?
0 notes
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Quote
Heran!
Anda sekolah disini! Anda yang butuh ilmu pelajaran ini! Anda juga yang butuh nilai! Tapi anda pula lah yang tak tahu diri!
Saya mengajar, Saya membimbing, Saya sabar, Saya juga yang berujung pusing,
Saya tanya paham kah, anda jawah IYA! Anda seolah lelah dengan tingkah yang jelas salah, saya pun akhirnya hilang IBA!
Saya beri tugas, Anda bermalas-malas mengulur waktu bercanda dengan sesama! Anda malas jelas, Saya membantin “mengapa”?
Anda kesusahan, katanya! Saya jauh lebih susah dibuatnya!
Lantaran tak ada buku paket yang anda pakai belajar! Saya pinjamkan untuk di-fotokopi-kan kemudian!
Tapi apa yang anda buat? Anda masih saja malas dengan berdalih “tak ada duit”! Sedang untuk jajan, anda tak pernah sulit!
“Terserahlah”
Lepas sudah kewajiban saya atas anda! Wahai generasi bangsa yang durjana!
Atas amarah yang tertuang diatas sana, Wahai alam maya yang membaca, Apakah generasi bangsa se-rusak ini adanya? Ataukah saya yang hilang sabar di dada?
0 notes
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Text
Dear Allah, Thanks for today.
Last night before slept I was wondering by having a lots of "why". Why am I bla bla bla It might be dangerous, really. I said to myself then. "Please, be brave to be better! So you can get the best of you, dear." Well, I woke up earlier and I am very happy. I did dishes, cleaned house and went to school for ceremony. One thing I am proud of; I can type some sentences in my thesis proposal. LOL Keep calm, dear. Just focus on your path! Thanks My Allah, I can type some random sentences now. Good night!
0 notes
ditaselvina-blog1 · 7 years ago
Quote
~
Aku yang punya rindu begitu besar, yang seharusnya bisa melakukan apa-apa yang orang sekitarnya lakukan, tapi mengapa orang lain begitu mudah meraihnya. Sementara aku dilanda sendu. Atau mungkin aku cemburu? Ah terkadang rindu sekejam itu, hingga tak mampu aku meredam emosiku.
0 notes
ditaselvina-blog1 · 8 years ago
Quote
Hay!
There is a situation where you feel like you are wrong and everything looks wrong. The queations are “are your shoes in the wrong place?” or “can you put your foot in their shoes?”
0 notes
ditaselvina-blog1 · 8 years ago
Quote
Aku menantikan kepulanganmu. Kehadiranmu. Aku menantikan kabarmu. Kabarmu yang katanya "sudah tiba", kutunggu dari pintu kedatangan. Untukmu yang Alhamdulillah selalu ada. Walau lewat kata yang dikirim pakai kuota.
Teruslah bersemangat, mumpung masih muda, itu katamu.
0 notes
ditaselvina-blog1 · 8 years ago
Text
Hay, Pramuka!
I started my day today by following the routine of my school, ceremony. I went there at ten minutes to seven. I could imagine that I would be late. But, it wasn't. Well, I expected that this year I can follow the ceremony of Pramuka day, even in my school. Its been 8 years!! Since I followed for the last time. I still remember at that time there were so many people from different school joined the camping in Bumi Perkemahan Sumber Rahayu. I, of course one of the participants, committees, volunteers, or well I confused where I belongs to ckck. And today, I only watched on TV for the national Pramuka Day. One thing brings me to the several years past. It was the leader of ceremony. She is really amazing. A young girld could be the leader for the national Pramuka Day. I was. Yes. I was at that place, but still in my region. Dear self. Keep calm and down to earth. I don't need to tell more here. Ckck. What is my point here? Ok, Pramuka Day. Happy 56 anniversary for you. I proud of you, Indonesia.
0 notes