Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat & dari sejarah - P. Ananta Toer
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
18 hari sudah terlewati di tahun 2020. Have I checked all my target since 2014?
1. Getting married. Entahlah, right now, gue malah sama sekali gak atau katakan belum kepikiran untuk menikah. Punya temen deket juga gak ada 😂 No, jangan mengasihani gue hanya karena gue belum berkeluarga. Gue menikmati hidup gue saat ini. Gue masih bisa melakukan apapun yang gue mau tanpa perlu mempertimbangkan orang lain. Yah kita lihat aja kapankah getting married akan tercentang.
2. Going to pilgrimage. Alhamdulilah ini udah kecentang sejak akhir tahun 2014. Tepatnya di bulan Desember 2014. Gue bikin postingannya pun di Tumblr ini. You can read in here.
3. Have my own car. Banyak hal yang terjadi selama 5 tahun ini. Mungkin udah banyak yang tahu kalo sekarang gue tinggal di Doha untuk penugasan selama 3 tahun, dan sekarang gue udah melewati separuh perjalanan ini. Dan kondisi di sini tidak mengharuskan gue buat punya kendaraan pribadi, so I don’t think that buying a car right now is a must. So, maybe next year when I am in Indonesia again.
4. Have my own house. Alhamdulillah pun ini sudah tercentang sejak Desember 2018. Masih nyicil sih sampe sekarang. Doakan saja lancar sampai lunas tahun depan ya.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah telah memberikan apa yang hambaMu ini butuhkan.
See you in next blog!
Things I have to do/to have before I turn to 30
Now I am 24 years old. I think it’s best time for me to determine what I would like to achieve in the future. So, I start to think & write my long-term target instead of set a short-term target like ‘What I would like to achieve in 2014’ and so on. So, here I am, describe what I should do/have before I turn to 30.
Get married (ulalaa~~)
Going to pilgrimage (Hajj or at least Umroh)
Have my own car
Have my own house
I hope I’ll have checked all my target by the year 2019.
6 notes
·
View notes
Text
Last Time
Maybe this is last time I took a picture of my home in Semarang. Maybe this is the last time I see this place. A place where I grew up. A place where I broken heart for the first time and maybe my heart won’t ever be healed completely. A place where my grandma passed away 40 days ago.
This place would be sold by January/February 2020. Since no one won’t live in here again. After all this time, we tried to maintain this home for my grandma’s sake. Because she prefered live here, alone, to lived with her another child, in this case my uncle. I don’t know why, it can be that she can’t live with her daughter-in-law, it can be that the place reminded her about her late husband whom passed away long time ago even my father can’t remember his face.
1 note
·
View note
Text
Maybe deep in my heart I still want you. Cuma nge-tweet aja karena mungkin berhubungan, and I dreamt about you. The dream is sooooo vivid. I clearly remember every little detail. Ya Allah cobaan apa lagi ini 🥺
0 notes
Text
End of the pictures (part 3), including the cozy Cavtat, small city near Dubrovnik.
0 notes
Text
I LOVE EVERYTHING ABOUT DUBROVNIK, except the stairs part 😂
Since I found the picture about the orange roof, I always wanted to visit the place. I seached I googled then I knew that the place located in Dubrovnik, Croatia. So here I was, last week. In Old City, Dubrovnik ❤️
I will share another beautiful pictures in another post.
(part 1)
0 notes
Text
Akan ada masanya ketika gue harus menghentikan kebiasaan saling berkirim pesan sama Mas Anwar.
Akan ada masanya ketika gue harus cerita ke orang lain soal masalah yang gue hadapi di sini ke orang selain Mas Anwar.
Today is the first day that I’ve spent in Doha without you Mas. Pagi ini gue harus on duty jemput staf baru dan keluarganya. Staf yang bakal gantiin lo duduk di ruangan di depan dapur itu. Ruangan yang hampir setiap hari selama setahun belakangan ini gue sambangin. Pagi ketika baru dateng, siang ketika mau makan, sore ketika lagi gendong-gendong Nabil, or in between when I need your sign, or when I just get bored with the job. Ruangan yang udah gue anggep sebagai ruangan kedua gue. Siang yang hectic buat tutup buku, kedatangan tamu dari Jakarta, and I don’t remember that you are no longer in here.
Then Bu Meity said, meskipun cuma setahun saya kenal Mas Anwar saya beneran loh Mbak Dinna ngerasa kehilangan. Setiap hari gitu saya main ke ruangannya. Kadang cuma buat haha hihi haha hihi aja. Gue cuma senyum nanggepin omongan Bu Meity itu. Sampe gue naik ke ruangan, kerja lagi, terus ketika sore gue turun karena gue suntuk liat komputer sesiangan. Then I saw your empty room. It hits me hard. Lo udah pulang ke Indonesia. Lo udah gak di Doha lagi. Lo udah bukan senior rekan kerja gue lagi.
Gue inget, setahun yang lalu, you contacted me first when you know that I will come to Doha. You concerned about food that I can and can’t eat, so you can invite me and my mom to dinner. Selama setahun ini gue udah gak bisa ngitung berapa banyak kebaikan yang udah lo dan keluarga lo kasih buat gue. You bring me along with Mbak Noni and Tiana to enjoy Doha. You invited me to celebrate Ied when I have no one in here.
“Dinna mana bisa makan sayur,”
“Kalo ke resto Jepang nanti lo makan apa?”
“Udah bangun?”
“Mana bisa Dinna bangun pagi,”
“Udah makan belom? Nih gue punya KFC,”.
I am like an open book for you and Mbak Noni. You know me too well.
I still can remember my first ever experience to “tutup buku akhir tahun”. I know that you completely don’t know everything about the procedure. Still, you accompanied me in the office till 11pm. Terima kasih sudah membuat pengalaman pertama tutup buku gue tidak terlalu menyeramkan.
Do you remember when you defended me in front of Pak Dubes, Mas? When he got angry when I did something that doesn’t feel right in his opinion? That moment makes me feel soooo grateful to have you as my senior. Maybe I would’ve cried after we left his room if you didn’t take the blame. And your words after, “Udah gak usah terlalu dipikirin, kita kan tau Mr. emang orangnya rese,”. I did feel a little bit emotional. But in a positive way. Because of your words. I am sooo thankful for that.
I get used to received your random calls. “Na, na, oy, oy,”.
I get used to saw your messy room. Now, this scene will greet me every single time I entered the kitchen.
You used to sat there, in that brand new chair. You used to sat there, with a bucket full of chicken. You used to sat there, typing a note. You used to sat there, take a nap.
Alright, let me post it first. Then I will edit again when I have time. This should be posted on August 1st. Today is August 5th. 5 days without you. And I already miss you much.
Updated
A week after, and I am completely a mess without you Mas. I don’t know, maybe I don’t want to get used to your absence. Maybe I don’t want to accept the reality. I just don’t know Mas.
But I feel a lil bit better after read your message. Because I know that I still can count on you as my mentor.
notes
Update in italic
0 notes
Text
What is wrong with me?
Gue pikir gue udah bener-bener move on, bener-bener gak ada feeling except as a friend, bener-bener ya udah biasa aja sih gitu.
But last night I dreamt about him. Yaaa namanya mimpi mah kan ya bunga tidur. Kita gak pernah tau juga apa makna di balik mimpi itu. Ya mimpi doang aja, ya ada juga yang bilang kalo kita mimpiin orang itu artinya orang itu lagi kangen sama kita, but hey I am just a WA message away!
Tapi anjay gak tau kenapa gue malah jadi ngayal yang macem-macem, like out of sudden he come to my house without even telling me and ask my parents to marry me. Yeah, gue mah itu ngayalnya gak kira-kira.
I don’t know if it’s one of His sign. I don’t if it’s only my imagination. Tapi kok kayak pengen doain terus ya. Ya Allah, ngasih cobaan bulan Ramadhan gak gini juga dong. Gak ada temen curhat nih di sini 😓
0 notes
Text
Istanbul, aku padamu
Biasanya gue tidak terlalu menyukai tempat yang terlalu ramai. Gue lebih suka bengong sendiri di coffee shop, atau keliling toko buku, atau nonton film sendirian, apapun itu.
But, this city is magical. I used to called Bali is magical place. And so is Istanbul.
Everything is magic in here.
Istanbul, I fall for you ❤️
0 notes
Text
Gue baru aja didatengin temen gue selama seminggu penuh. Dan kebetulan juga dia tinggal di apartemen gue. Selama seminggu ini, setiap gue pulang kantor biasanya dia udah di apartemen duluan. Kadang kita keluar lagi buat makan, kadang keluar hanya untuk cari angin sembari ngobrol. Balik ke apartemen menjelang tengah malem dan kita masih sibuk ngobrol, tentang apapun.
Then, tadi siang dia harus pulang ke Indonesia. Malem ini gue emang sengaja lembur di kantor karena seminggu kemaren selalu pulang on time karena ada temen gue. Nyampe apartemen jam 10 malem dan menemukan apartemen kembali sunyi seperti 6 bulan belakangan. That really hit me hard.
I realize that I need someone. To listen to my story. About me. About my day. About everything, even the simplest thing or the absurd thing. Aku kangen Ibuk. Aku kangen Bapak. Aku kangen ketika pulang tengah malem pun waktu di Jakarta dan Ibuk kebangun dari tidur cuma buat nanya, mau makan gak Mbak? Aku kangen sama jokes jokes garing Bapak. Aku kangen waktu pulang kantor dan denger cerita si Bro soal pelajaran di sekolahnya. Bahkan aku kangen liat ekspresi juteknya Arin.
Jakarta, aku rindu ❤️
Doha, 17 Maret 2019
1 note
·
View note
Text
Another destinations.
So, minggu ini perjalanan kita menuju bagian barat dari negara Qatar. Tepatnya ke daerah Zekreet, Al Shahaniya. Kalo ditanya ada apa di sana, jawabannya gak akan meleset dari gurun dan pantai 😆 Ya emang Qatar mah begini adanya.
Jadi setelah menempuh perjalanan sekitar 60 menit dari Doha, kita akan sampai di ujung jalan aspal di Qatar ini. Dari ujung jalan aspal itu sampai ke landscape-landscape cantik ini butuh waktu 30-45 menit. Banyak gajlukan emang 🤣
Pemberhentian pertama : entah yak ini sebenernya apa. Tapi ada 4 plat besi setinggi-tinggi alaihim ditanem. Katanya sih ini seni. Meskipun aku juga gak tau seni apa 🤣
Pemberhentian kedua : berbagai macam landscape tebing. Banyak pilihan kalo ini mah. Terserah cocoknya mau foto di tebing yang mana.
Pemberhentian ketiga : Film city. Katanya tempat shooting film Transformers. Gak tau deh bener apa gak.
Pemberhentian keempat : Mystery Village. Sesungguhnya yang menjadi misteri adalah apa misterinya sih tempat ini? 🤣🤣🤣
Pemberhentian kelima : PANTAI!
Terima kasih Pak Yusuf - Bu Mutia, Bu Meity, Mas Anwar, Mbak Indah, Nurul. Aku senang hari ini ❤️
1 note
·
View note
Text
Dulu, waktu kecil kalian pengen jadi apa sih? Atau pengen ngapain kalo udah gede nanti?
Dulu, cita-cita gue adalah pengen jadi Polwan. Kalo ditanya kenapa, entah, gue juga gak inget alesannya apa. Mungkin karena berseragam, jadi keliatan keren. Atau mungkin dari kecil gue emang udah anti mainstream. Kalo biasanya cita-cita pas kecil adalah jadi dokter, gue memilih untuk jadi Polwan.
Agak gede sedikit, jaman SMA, di saat gue lagi gandrung-gandrungnya sama pelajaran Biologi, gue pengen jadi Insinyur Pertanian. Masha Allah deh. Entah kenapa gue kepikiran hal kek gitu.
Jaman kuliah, waktu dapet dosen praktisi, tergila-gila sama mata kuliah Taxation, dan gue pengen jadi Konsultan Pajak. Makin dahsyat gak sih cita-citanya 😅
Terus, ternyata sekarang jadi apa Dinn?
Jadi abdi negara gengs. Di negara orang. Jauh dari Indonesia. Jauh dari Ibuk Bapak.
Tapi, jadi apapun kita sekarang, di manapun kita berada, sesuai atau gak dengan cita-cita masa kecil, biarkan semua yang kita kerjakan menjadi ladang pahala yah.
(di Souq Waqif, dengan background keramaian di akhir pekan, dan nampak menara Fanar di kejauhan)
0 notes
Text
Katakanlah gue mandiri. I can do most of the work by myself. Katakanlah gue menjunjung tinggi profesionalitas dalam bekerja.
Atau katakanlah gue kurang peka sama keperluan orang lain. Katakanlah gue work-a-holic just because I am single till now so I don’t have any responsibilities except my job. Katakanlah gue cuma ngiri.
Tapi, nyokap gue pun bisa melakukan semua pekerjaan di rumah sendiri. Melahirkan, membesarkan 3 anak. Ngurus rumah disambi sama jagain warung. Masak, nyuci, nyetrika, nyiram taneman, urus kucing dan ayam. Gak pernah sekalipun namanya ke dokter buat imunisasi atau apapun itu minta dianterin Bapak. Gak pernah ke pasar dini hari ditemenin Bapak. And that was how I’ve been educated since I was a little girl.
Kalo lo bisa ngerjain itu sendiri, kalo lo bisa ke sana sendiri, kalo lo mampu, terus kenapa lo harus mengharapkan bantuan orang lain?
No, gue gak nyombong dengan bilang bahwa we don’t need help from other. Manusia makhluk lemah, gak bisa melakukan semuanya sendiri. Tapi banyak kan yang bisa lo lakuin sendiri? Manusia makhluk sosial, butuh orang lain. I know that. Tapi bisa kan untuk hal-hal ringan lo kerjakan sendiri?
Karena bisa jadi ada pihak yang lebih butuh bantuan orang yang lagi bantuin kita dibanding diri kita sendiri.
0 notes
Text
What I miss from Indonesia especially Jakarta is its food.
Berangkat ngantor belom sempet sarapan, bisa beli di pinggir jalan.
Break siang lo bisa jajan di mana aja. Kalo males keluar kantor, tinggal go-food.
Pulang ngantor kemaleman karena lembur dan belom sempet makan malem, tinggal beli nasi goreng gerobakan atau martabak atau sate ayam. Semuanya berjejer di trotoar.
Here? You have no privilage like that. Gak akan ada abang-abang gorengan pinggir jalan yang jualan cireng. Gak ada abang-abang cilok Sari Rasa. Gak akan nemu abang bakso keliling sambil ngetok kentongan.
Doha, 29 Agustus 2018 (11.58 PM)
Dinna yang lagi kangen banget ama Mie Ayam dan Bakso
5 notes
·
View notes
Text
Thailand 2016
Berkat tiket promo Air Asia yang dibeli tahun 2015, bulan Mei tahun 2016, gue akan liburan ke Bangkok. Tapi, kalo 6 hari cuma di Bangkok kok kayaknya gimana gitu. Mau ngapain? Bangkok kan mirip-mirip Jakarta ya (sotoy). Padet dan macet. Terus jadi kepikiran untuk ke Chiang Mai karena pengen liat Suku Karen. Itu loh, suku yang terkenal karena cewek-cewek di sana lehernya panjang. Motto mereka, gak panjang, gak tjakep. Lily pun setuju. Langsung cari info soal transportasi dari Bangkok ke Chiang Mai. Naik bus kok ya lama, dan mahal. Udah mahal, capek di badan, so the price is not worth it. Iseng buka Traveloka, cek tiket pesawat ke Chiang Mai, kok cuma 600rb-an. Lebih mahal sedikit dibanding naik bus, tapi bisa menghemat banyak waktu dan tenaga. Langsung eksekusi.
Idealnya, kalo mau ke suatu tempat, pastiin dulu lokasinya, transportasinya, akomodasinya, semuanya. Idealnya. Kenyataannya kita kan terlalu impulsif. Beli dulu aja tiketnya, di sananya ya kumaha engke, gimana ntar lah. Tiket Bangkok-Chiang Mai PP udah ada. Lanjut cari info gimana caranya ke Desa Suku Karen dari Bandara Chiang Mai. Googling sana googling sini, loh kok Suku Karen itu di Chiang Rai, bukan di Chiang Mai. Entah gue juga bingung kenapa di awal gue punya pemikiran kalo Suku Karen itu di Chiang Mai. Nama boleh kayak anak kembar. Jaraknya? Sekitar 200 km. Dem. Makan tuh impulsif. Baca-baca blog orang, banyak sih agen travel yang menyediakan paket fullday tour dari Chiang Mai ke Chiang Rai. Cuma, terkendala dengan mepetnya waktu stay kita di Chiang Mai, karena kita cuma punya waktu 2 hari di sana yang efektifnya cuma 1,5 hari.
Gagal berkunjung ke Suku Karen, gue memutar otak mau kemana aja kita selama di Chiang Mai. Baca-baca blog orang (ini), kepincut juga gue buat ke Doi Inthanon (emang anaknya mudah tergoda sih). Kalo kita liat di Google Maps, itu lokasi wisata jauh banget dari pusat kota Chiang Mai, meskipun gak sejauh Chiang Rai sih. Tapi, kalo dia sendirian aja bisa ke sana, masak gue sama Lily gak bisa? Lily kan biker sejati! Gue? Pelanggan setia Go-jek! Emang pada dasarnya Lily ini murahan anaknya, dibujuk sedikit juga mau dia buat ke Doi Inthanon. Selain Doi Inthanon, yang terkenal dari Chiang Mai ini adalah Doi Suthep. Gak belajar dari pengalaman (cari informasi selengkap-lengkapnya), kita masukin aja Doi Inthanon National Park dan Doi Suthep ini ke dalam daftar itinerary.
Seminggu sebelum berangkat, gue lagi-lagi impulsif ngajakin buat sekalian mampir Pattaya. Di peta? Jauh dari Bangkok. Terus? Jabanin! Jadi rute liburan kita di Thailand adalah Jakarta-Bangkok-Chiang Mai-Bangkok-Pattaya-Bangkok-Jakarta. Kita tuh jiwanya petualang banget ya. *ditabok pembaca*
Cerita dari masing-masing kota akan gue buat 1 postingan ya. Doakan segera selesai dan bisa segera diposting. Tidak harus menunggu gue pulang dari Chiang Mai untuk yang kedua kalinya di bulan Agustus nanti.
See you later!
0 notes
Photo
x
7K notes
·
View notes