Sekadar hobi bercerita, bukan tulisan sastra. Lebih rahasia dari diansofiaa.blogspot.com
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Ya setiap orang punya pilihan. Mau repot di awal karena dianggap tidak biasa oleh orang lain, atau repot di akhir membereskan semua masalah yang seharusnya tidak perlu ada kalau dibereskan di awal?
Aku memilih yang pertama. Biar saja orang mengira hidupku repot karena tidak memberi makan anakku dengan makanan yang sama dengan orang-orang pada umumnya, haha. Padahal yo enggak, ini makananku sewaktu kecil. Aku amat sangat jarang jajan karena keterbatasan keuangan orang tuaku semasa aku kecil. Mulai jajan yo pas MTs tiap hari makan mie gelas di plastik campur saos 😭. Itu kalau uang sanguku lebih banyak lagi bisa gawat beli slay olay, superco, gery, dan semacamnya. Untung sangunya cuma cukup buat beli salah satunya.
Mulai punya uang pas mahasiswa, pegang uang beasiswa sendiri. Balas dendam, untung balas dendamnya cuma makan mie 2 hari sekali sama sariroti. Hah cuman??!!!!
Iya cuman, karena kalo uangnya lebih banyak lagi bisa kalap mencoba kayak orang-orang yang jajannya makanan kemasan isi angin di indoalpa. Haha
Pernah ada masanya setelah nikah mencoba seperti itu. Ternyata tenggorokanku gak kuat cuy, langsung batuk" dan mual tiap kali habis makan ciki isi angin 😂😂😂
Ternyata Allah selamatkan aku melalui keterbatasan uangku waktu itu. Sekarang waktu sudah mulai punya uang lebih sudah sadar mana yang perlu dimakan dan mana yang tidak. Terima kasih banyak, Ya Allah...
Aku ingin masa tua yang indah jika diberi umur panjang. Jangan sampai uang yang dikumpulkan sewaktu muda habis untuk membiayai pengobatan di masa tua.
Aku ingin membersamai anak-anak dan cucuku ketika dewasa nanti. Ya tapi aku gak mau momong cucu sepenuhnya, itu tanggung jawab anak dan mantuku. Kalo kewalahan, mantuku kerja dan tidak bisa di rumah, silahkan hire ART dan baby sitter 😂.
Dan aku ingin meninggal dengan tenang, dengan tanpa merepotkan. Aku ingin husnul khotimah. Allah, Engkaulah sebaik-baik penolong ...
4 notes
·
View notes
Text
Rabu, 9 Maret 2022
Suamiku tumbang lagi. Memang aktivitas keluar dan intensitas bertemu orang-orang jauh lebih banyak dia. Selain itu kemarin sempat malam Minggu tidur jam 3 karena ngelembur persiapan foto hampers. Aku juga, bedanya aku sempat ketiduran dari jam 8-12 😂
Yang jadi masalah lagi, sebelum begadang itu suamiku masak mie instan dari berkat tahlilan sewaktu aku tidur. Tambah-tambah lah itu inflamasinya.
Dalam hatiku berkata, "Udah lah, badan udah mulai pinter dikasih mie lagi. Twewew twewew😩"
Yang ini lebih parah dari sebelumnya.
Protokol pertolongan pertama: degan merah ✅ NDW ✅ Rendam epsom salt ✅ minum meatstock ✅
Besok kalo masih sakit gempur vit C. Kalo berjemur wajib 30 menit!
Semakin ke sini aku semakin percaya kekuatan real food dan kebiasaan masa kecil. Sedih banget mertuaku dan kebanyakan orang tua lainnya mengira bahwa gemuk=sehat=kelebihan gizi 😂
Memberi anak makanan tinggi gula, tepung, sufor memang membuat anak gemuk. Di waktu bersamaan juga sering meriang. Aku ingat mertuaku cerita tiap bulan di masa kecilnya suamiku pasti ke dokter karena langganan sakit. Itu yg terjadi pada anak-anak lain di masa kini.
Penyakit kecil yang diabaikan akan menjadi bom waktu di masa dewasa. Maksudnya diabaikan bukan tidak dibawa ke dokter, melainkan tidak dicari sebabnya, yang ada dikasih AB, parcet, dll.
Semoga Allah memberi hidayah pada suamiku untuk berhenti makan sembarangan terutama di kala lapar. Semoga ia lebih mampu menahan laparnya karena manusia tidak didesain untuk makan terus"an. Tiga kali sehari sudah sangat cukup dg makanan yang baik. Lain hal kalau terbiasa ngemil seperti di keluarga suami.
Di keluargaku tidak ada budaya ngemil jadi dari segi nafsu makan, kedua adikku, juga orang tuaku beda sekali dg keluarga suami. Dan aku ingin membiasakan hal ini kepada anak-anakku. Makan sewajarnya. Makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Dengan begitu kita akan sadar apa-apa yang perlu masuk ke tubuh dan yang tidak perlu.
Musim sakit begini, bohong kalau dibilang aku tidak khawatir dan tenang-tenang saja. Bayiku 2 dan diriku sendiri harus sungguh-sungguh kujaga agar prima tiap hari. Huft semoga Allah sembuhkan suamiku... Aamiin
0 notes
Text
28 Feb 2022
Suamiku curhat kalau ia tak tega melihat kondisi ibunya yg berarti ibu mertuaku sekarang. Tubuhnya sangat kurus kering, tidak berdaya, hanya tiduran, kalau nyapu ngos"an.
Beliau memang mengidap diabetes tipe 2 sejak lama. Begitu juga saudara-saudaranya. Menyedihkan melihat kondisi orang tua yang terbilang masih cukup muda seperti itu. Usianya belum genap 50 tahun.
Sebenarnya semua penyakit yang disebabkan oleh makanan bisa sembuh juga dengan mengubah pola makan. Kok bisa bilang karena makanan? Ya, aku tau betul di Kebumen semua masakan itu manissss. Coba aja sate Ambal.
Mertuaku itu sudah tau kalau gula tidak bagus untuk tubuh terutama untuknya yang mengidap diabetes. Gula yang dihindari hanya gula pasir saat bikin wedang teh. Sementara kehidupan sehari-hari: makanan di toples semua UPF, masak sayur pakai gula, buat sambel pakai gula, jajan pasar pasti ada gulanya. Buatku yang dibesarkan di pesisir dan kehidupan masa kecil yang kekurangan, kami sangat mengirit-irit penggunaan gula pasir. Dulu diirit-irit karena merasa gula itu mahal, bukan karena tau gula tidak baik bagi tubuh. Tapi aku bersyukur akan hal itu.
Di rumahku tidak ada kebiasaan buat wedang teh tiap pagi.
Semua masakan tidak perlu ditambah gula.
Sambel apalagi. Bapak paling suka protes kalau sambel dikasih gula. Manis sedikit saja Bapak gak doyan. Alhamdulillah...
Padahal awal-awal jadi menantu Ibu mertua, aku menerapkan cara memasak ibu mertua di rumahku Demak. Soalnya waktu itu di mulutku masakannya enak", kuncinya pakai gula 😁 Yaiyalah emang gula garam bikin sedap yah... Di lidah, tidak di tubuh.
Kembali ke kondisi Ibu mertuaku. Dulu beliau masih sehat, lama kelamaan badannya mulai mengurus. Lalu fisiknya melemah. Lalu sekarang sudah hampir tidak berdaya.
Sayang sekali kami jauh dan aku tidak punya kemampuan bicara baik-baik menghasut dari hati ke hati untuk mulai mengubah pola makannya. Perlahan sudah kusampaikan ke suami yang memiliki kemampuan tersebut 👀
Tapi ya masih susah namanya pola makan berpuluh-puluh tahun langsung berubah begitu saja. Apalagi kalau nggak punya strong why.
So yang bisa kulakukan saat ini adalah mengubah pola makan keluarga kecil kami. Berharap yang jauh terketuk hatinya untuk sedikit-sedikit ikut.
Suamiku semangat pas belum mulai. Pas udah mulai ada ada aja keluhannya. Lemes, capek, laper, dll. Kubiarkan saja. Nurut ayo, nggak juga gak papa.
Kami menghindari gula pasir dan UPF sudah sejak lama. Tapi kadang masih makan karena dapet rizki min haitsu laa yahtasib. Kayak gitu yg suka makanin ya suami.
Sekarang kutingkatkan ke tahap mengurangi nasi. Kenapa? Karena karbo simpleks masuk ke tubuh jadi gula. Sementara ini sarapan kami tidak pakai nasi. Semoga istiqomah.
Aku dan suamiku dulunya merasa gula kami normal. Karena setiap tes gula darah puasa, ya gulanya normal. Tapi setelah baca" lagi, jangan terlena dg gula darah normal. Gula darah itu yang paling akhir naiknya. Sebelum itu ada tensi tinggi, kolesterol, dan insulin resisten. Kalau mau cek, cek kadar insulin puasa.
Kami belum cek, tapi sudah ada tanda-tanda mengarah ke insulin resisten. Banyak kasus insulin resisten di anak-anak dan remaja. Bukan tidak mungkin org tua seperti kami. Semoga masih bisa diperbaiki.
0 notes
Text
Sabtu, 8 Januari 2022
Jujur marah dan belum ikhlas. Tapi mulai hari ini aku bertekad untuk mengesampingkan emosiku merawat anak-anakku. Karena menangis terus tidak menyelesaikan masalah.
Cepat sembuh, anak-anakku...
Sebulan sudah ketular kutukupret scabies. Ibu mana yg gak marah sama yg nularin penyakit gini?!!!
1 note
·
View note
Text
Jadi tantangannya bukan mengurus bayi -soalnya udah pernah kan-, melainkan mengurus Kakaknya. Soalnya setiap tahapan Zein adalah pengalaman pertama bagi kami.
Sehat-sehat ya kedua anakku yang insya Allah sholih ❤️❤️
1 note
·
View note
Text
24 Desember 2021
Zein sore sudah makan nasi+bobor+lele, lalu makan burjo, habis itu minum wedang jahe. Maghrib" ngajak tidur. Diceritain lah Nabi Musa sama Bapaknya.
Lalu ia bertanya, "Yang nyiptain Allah siapa?"
Gak ada yg jawab karena speechless semua. Wkwk.
Untungnya Allah menciptakan manusia itu bayi dulu gak langsung anak umur 2 tahun. Adek Hamid yg bayi masih bisa dikondisikan sementara Bapak Ibu ngewalahi Zein.
0 notes
Text
Semoga Ibu dan Bapak selalu ingat bahwa bukan hanya kami yang sedang beradaptasi, melainkan juga Kakak Zein.
Anakku, nggak mudah ya nak masa-masa ini? Ibu yang sebelumnya selalu ada untuk kamu, sekarang harus terbagi waktu untuk adikmu. Tapi nak, cinta Ibu, hati Ibu, sama sekali tak terbagi.
Maafkan Ibu ya nak yang kadang lupa kalau kakak masih dua tahun, masih terus panggil-panggil Ibu sementara Ibu harus menidurkan adik.
Kita belajar sama-sama ya nak, kita belajar setiap hari. Ibu akan bantu Kakak melewati setiap badai emosi yang datang. Kita terima sama-sama ya...
0 notes
Text
Jumat, 17 Desember 2021
Suamiku hari ini ulang tahun, tepat di hari ke-40 kelahiran Hamid. Semoga di usia ini Allah perkenankan agar harapan"nya tercapai.
He is my anchor, the point I look up to and the home where I belong.
For his endless comprehension and his patience I will forever be grateful.
Thank u for took a good care of me. Thank u for being a great husband I could ever dreamt of.
Yeah, ur welcome Ayang, I love u too ❤️
0 notes
Text
Jum'at, 10 Desember 2021
Surat untuk Kakak Zein
Aku tau banyak kesedihan terpendam yang belum mampu kamu ungkapkan. Itu sebabnya setiap kali tingkahmu menguji kesabaran dan berujung tangis, aku selalu memelukmu dan menanyakan, "Kakak sedih ya?"
Aku berusaha memvalidasi apapun yang kamu rasakan agar kamu tidak bingung dengan perasaanmu sendiri. Aku sebagai ibumu tidak akan melarangmu menangis, marah, sedih, atau kecewa. Sebab itu bagian dari hidup kita.
Ibu minta maaf ya Nak bila Ibu menyakiti perasaan dan tumbuh kembangmu. Ibu berusaha melakukan yang terbaik setiap hari. Meski Ibu melakukan kesalahan, Ibu janji akan belajar dari kesalahan itu. Ibu butuh berproses bersamamu.
Terima kasih pengertianmu. I love you no matter what.
Surat untuk Adek Hamid
Aku selalu merasa bersalah setiap kali melihat wajahmu. Sebab waktu aku tau aku mengandungmu, perasaanku tak seantusias ketika aku mengandung kakakmu. Tapi aku belajar lebih banyak untukmu karena aku tak ingin mengulang ketidaktahuanku ketika mengandung kakakmu.
Aku bersyukur akan kehadiranmu meski sejak ada kamu, aku lebih sering menangis membayangkan ketakutanku akan kesedihan kamu dan kakakmu ketika mengira aku tak utuh mencintai kalian.
Adek Hamid, kalau kamu bisa bicara mungkin kamu akan bertanya kenapa Ibu hanya ada ketika menyusuiku. Ketahuilah Nak, 3 bulan ini Ibu mendahulukan kakak sebab Ibu ingin Kakak tau, kalau ada Adek bukan berarti cinta Ibu ke Adek semua. Ibu ingin kelak Kakak menganggapmu hadiah terindah dari Allah untuknya.
Demi Allah, cinta Ibu ke Adek Hamid utuh tak terbagi.
Adek Hamid, jadilah anak yang ceria. Tumbuhlah sebagaimana mestinya. Lupakan segala tangis Ibu ketika kamu dalam kandungan dan ketika kamu dalam susuan.
Melahirkanmu adalah berkah. Ibu senang kamu jadi anak kedua Ibu. Sebulan sudah, tapi tak pernah merepotkan. Kamu tidur dengan mudahnya. Kamu mengijinkan Ibu istirahat di malam hari. Kamu tumbuh dengan sempurna dan luar biasa.
Terima kasih pengertianmu. I love you no matter what.
0 notes
Text
24 Nov 2021
24 jam tanpa Zein. Zein nginep di rumah mbahnya Kebumen. Gimana yah... Anaknya di depan mata aja kutangisin, apalagi ini jauh di mata? 😭😭😭
Selama ini Ibu kira Zein yang bucin ke Ibu, ternyata Ibu yg bucin ke Zein. Ibu ga bisa jauh jauh darimu, nak...
0 notes
Text
Tiga lelaki kesayanganku. Semoga dua yang kecil itu tumbuh dengan sifat seperti bapaknya. Aamiiin
0 notes
Text
12 November 2022
Akhirnya aku memutuskan untuk kembali menulis di sini.
Hari ini adalah hari ke-5 kelahiran anak keduaku. Alhamdulillah badan sudah enakan. Rasanya baru kali ini merasakan lahiran betulan, soalnya posisi betul-betul sadar, bisa merasakan kontraksi dg nikmat, dan ditolong bidan-bidan yang pengertian. Lahiran pertama penuh dengan trauma dg nakesnya.
Aku senang bayiku sehat, ia lahir dengan BB 3,8 kg. Dulu Zein 3,5 kg. Dua"nya adalah penyejuk hati bagiku.
Namun ada satu hal yang mengganjal. Entah wajar atau tidak, tiada hari tanpa menangis. Sejak pulang dari klinik mataku selalu sembab terutama ketika melihat Zein atau bahkan ketika membuka foto-foto lama tentang Zein.
PPD? Kurasa tidak. Aku tidak kelelahan. Di rumah ada ibu mertua yang sangat baik, beliau memasak dan melakukan semua pekerjaan rumah. Mengurus Zein, mandikan Zein, nyebokin Zein, mandikan bayi, kasih makan Zein, semua dilakukannya. Kalau bukan Ibu mertua, Mas Kahfi atau adik" iparku yang membantu. Apapun yang kubutuhkan selalu diusahakan oleh suamiku. Bahkan kalau aku tega meminta apa-apa, ia pasti mewujudkannya.
Aku sudah membaca banyak soal teori grieving mom. Kurasa bukan itu pula sebabnya aku sering menangisi Zein. Bukan karena Zein rewel juga, dia sama sekali gak rewel. Atau justru aku nangis karena dia gak rewel?
Satu yang terbesit saat aku mulai menulis ini. Aku menangisi Sofi kecil. Selama ini aku selalu sedih membayangkan perasaan Zein. Aku takut sekali dia merasa kehilangan kasih sayang ibunya, aku takut dia sedih, aku takut dia merasa tersaingi.
Semua ketakutan itu adalah perasaan Sofi kecil saat mulai punya adik.
Mungkin sebaiknya aku segera membuat surat untuk Sofi kecil agar tidak terus menerus menangis saat ini.
Sambil kupastikan agar Zein bahagia memiliki adik. Ia tidak harus dewasa, ia tidak harus selalu mengalah, ia tetap anak yang selalu kucintai meskipun sekarang sudah ada adik.
0 notes
Text
24 Februari 2020
Betul kata orang yah, kalau tinggal di rumah sendiri/ngontrak baru deh merasakan kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya.
Kesibukan bertambah, jelas itu. La di tempat yg dulu makan 3x sehari tinggal santap, ga mikir masak apa", wkwk. Bebersih 5 menit aja rampung. Waktu yang lain biasanya buat keruntelan di kasur. Ya, pokoknya kami (aku deng 😂) banyak waktu untuk melakukan _The Art of Doing Nothing_. Enak sampe terlena.
Nah yang sekarang seneng deh, waktu luangnya lebih sering buat improvisasi diri. Paling seru nyoba" resep. Tadi siang bikin bolu ricecooker no mixer. Hasilnya di luar ekspektasi gais, jadi kue pie tanpa fla. Renyah gtu 😭
Padahal td niat ingsunnya nyenengke suami. Jadinya malah kebalik, suami yg menghibur istri. Mas Kahfi said, "Emm... Enak kok. Ga papa, ini krn telurnya ga ngembang. Besok2 kita beli mixer yg kecil ya biar Ade smgt bikin2 lagi." Aaaaaak terharu...
3 notes
·
View notes
Text
Kangen sama jajanan di SD Percobaan belakang MANSA, molen mini isi coklat. Cuss iseng" di sore hari. Resep nyontek _cookpad_, takaran ngasal, bahannya yg ada" aja di rumah, wkwk
Terigu
Vanili
Margarin (ga punya diganti ELOO-nya Zein)
Gula
Garam
Air es
Semua campur aja dan uleni sampe kalis.
Ga ada gilingan, pake My Bottle diisi air.
Coklatnya kebetulan dulu di Mirota pernah beli coumpound merk Tulip ga abis".
Simsalabim, jadi deh...
*Jangan hiraukan bentuknya, masih amatir dan buru", biasa ditangisi cinta mungil.
0 notes
Text
Kemarin Selasa Wage, hari lahir Zein.
Senin sorenya kami sudah menghitung anak" yang main di sekitar rumah sekitar 15an sambil meseni mereka supaya besok ke sini.
Senin malam kami ngelembur bikin bubur kacang ijo. _Sengaja malam buatnya karena kalo siang sudah impossible ngetupruk lama" di dapur kecuali sambil ditangisi Zein_.
Kami buat bubur 20 porsian buat jaga". Full gula jawa, santannya marut sendiri dan masih ditambah kara biar lebih gurih. Daun pandan metik depan rumah. Haruuum menggoda. Passs dan sehat.
Paginya pas Zein bobo kami curi waktu buat mbungkusi satu".
Sore tiba, waktu yg dinanti".
Kami nongkrong di depan teras.
Lama sekali.
"Oh, gerimis dan mendung, wajar sepi."
17.30 gerimis reda, masih sepi.
_Yadahlah dikasih besok juga ga apa masih baik, kan di kulkas_
Menjelang maghrib gang sebelah ramai, harapan muncul kembali. Dua anak main di depan rumah.
"Mas Firda, rene ta' kandani. Iki wehno konco2mu yo."
Alhamdulillah... Jadi juga bancaan buat dedek.
Begini kondisi cuaca Pekalongan hari" ini 😁
0 notes
Text
14 Februari 2020
Pagi ini waktu terasa cepat sekali berlalu. Bangun subuh dan langsung ke dapur menyiapkan bekal untuk suami.
Rencana Mas Kahfi mau berangkat jam 6 karena belum tau kampusnya. Padahal sekarang adzan subuhnya aja udah jam 4.30 WIB 😂
Masak nasi, bikin balado telur, sholat jamaah, masak tumis daun singkong, terakhir nyiapkan wedang. Hari ini ga sempet medang rempah. Sekalian buat bekal minum: chia seed, jeniper, himsalt, madu.
Mas Kahfi berangkat jam 6 lewat sedikit. Masih ada cucian belum dijemur, wajan" bekas memasak, rumah masih kotor, dan Zein ga tidur. Akhirnya pukul 7.30 semua beres. Wow, I'm proud of my self. Bisa juga rupanya aku melakukan ini, Hahaha
0 notes