Tentang apa yang membuat hati resah, namun tak mampu membuka mulut untuk bersuara. Tenggelam dalam barisan aksara.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo
Dalam beberapa hari aku tidak mampu miliki kualitas tidur yang baik. Meski hari sudah melelahkan, sudah kembali dengan rutinitas yang begitu sibuk. Setiap malam aku menyumpal kedua telingaku dengan earphone yang mengalunkan lagu-lagu favoritku. Harapku semoga aku bisa terlelap dan bangun saat pagi sudah kembali. Nyatanya usahaku masih tetap belum berhasil. Beberapa hari ini aku sedang tak ingin berbicara denganmu, bukan sebab aku tak mau. Tapi sebab aku ingin redakan kesalku. Kenapa kesal? Mungkin itu tanyamu. Yah, aku merasa begitu buruk dengan rindu ini. Merasa tak lagi mampu memikul beratnya di pundakku. Saat aku berhari-hari, berbulan-bulan berusaha menenangkan namun malah semakin tidak karuan. Katamu hubungan ini memang butuh jarak untuk membuat kita merasakan rindu dan tau arti sebuah pertemuan. Tapi aku malah semakin kacau dilumat kesendirian. Bermain game adalah salah satu hobimu yang telah ku ketahui bahkan pahami sejak awal. Berjam-jam kau biasanya begitu betah mencumbu layar monitor komputermu atau bertahan pada landscape layar handphonemu. Dulu kau biasa melakukan itu. Bahkan di malam minggu setelah bertemu denganku. Hal yang dulu sah-sah saja atau mungkin biasa buatku. Namun belakangan entah mengapa aku begitu sensitif saat kau menolak panggilanku sebab belum menyelesaikan permainanmu. Aku selalu berpikir,"ah, dulu dia tak pernah begitu." Mungkin salahku yang masih saja tak terima pada jarak yang menjauhkan kita berbulan-bulan bahkan tahunan lamanya. Hingga merasa tak suka pada hal-hal yang tadinya terasa biasa. Aku mendiamkanmu karenanya, tapi bukan berarti tak merindukanmu setiap detiknya. Doa yang masih sama, perasaan yang semakin gila saja. Bukan, bukan karena aku membencimu atau masih begitu marah. Namun aku takut tak mampu mengontrol diriku saat terlalu cepat kembali mengganggumu saat belum tenang perasaanku karena rindu. Kau tau, setiap malam saat sudah rebah di peraduanku, aku senang membuka kembali galeri foto di handphoneku. Melihat foto-foto kebersamaan kita di masa lalu. Mengingat banyak kejadian lucu dan tingkahmu. Alhasil, garis lengkung itu tersimpul apik di wajahku. Itu caraku mendamaikan rindu. Tidak sepenuhnya berhasil. Seringnya malah membuat rindu semakin tak stabil. Tak apa, aku mencoba terbiasa meski masih saja belum bisa. Malam ini aku melakukan lagi hal yang sama. Menyumpal telingaku dan menuliskan beberapa resah di kepala. Mungkin sebab hati juga sedang resah dan mulut tak kuasa bicara. Aku masih mencintaimu dengan sama. Sama seperti saat pertama melihatmu pertama kali menyapaku di depan rumah dengan senyuman yang masih saja lekat di kepala. Aku tau, meski tak saling sapa kita saling memperhatikan tanpa suara. Rindu ini juga masih syahdu membujuk temu di pelukmu. Meski jarak masih saja angkuh mengolokku. Terkadang aku ingin pergi saja ke kotamu. Menemuimu dalam sesaat lalu kembali ke kotaku. Sebab sungguh rindu ini sering tiba-tiba membuncah tak kenal waktu. Tapi kuurung lakukan itu, sebab tau kau pun sedang sibuk dengan pekerjaanmu. Kau pun telah sibuk dengan beberapa amanah baru. Semoga kau mampu amanah menjalankan kewajibanmu, dan semoga tak lupa kesehatanmu. Jangan memforsir tubuhmu, istirahatlah bila sudah tak mampu. Sebab banyak hal yang membutuhkanmu termasuk aku. Sudah hampir tengah malam, namun mataku masih liar tak ingin pejam. Musik di telingaku tlah kuputar berulang-ulang. Namun sialnya tak mampu membuatku lelap dalam pelukan malam. Ya, sudah. Mungkin di jam hampir tengah malam begini kau pun sudah lelap bermimpi. Semoga tidurmu mampu mengembalikan energimu yang hilang hari ini. Sementara aku masih belum tau kapan bisa lari dari rindu ini. Ia terus saja membuatku tak mampu rebah dan nyenyak bermimpi. Tak apa, aku ingin menikmati sunyi ini sendiri di sini. Dalam hening malam yang selalu punya cara memutar kembali memori. Selamat beristirahat untukmu yang beratus-ratus kilometer dari tempatku. Bila esok pagi saat membuka mata tiba-tiba kau teringat aku, percayalah bahwa malam ini mungkin semesta iba padaku lalu menyampaikannya untukmu lewat hangatnya pagi, atau syahdunya gerimis di tempatmu. Ya sudah, aku hanya ingin menyampaikan rindu lewat tulisanku malam ini. Semoga rindu ini segera bertemu dengan tuannya; kamu. Dariku Wanita yang masih bertarung pada rindu ❤
7 notes
·
View notes
Text
"Wanita yang mandiri sejatinya adalah wanita yang manja sekali. Bila menemukan orang yang tepat, dia akan lebih sering bermanja-manja denganmu sebab sudah terlalu lelah menjadi tangguh untuk hidupnya. Namun bila sekali saja kau menghardiknya, kau tak akan lagi menemukan sosok manjanya yang 'menyebalkan' di hadapanmu. Untukmu, dia pun akan menjadi tangguh seolah tak membutuhkanmu."
Devimeiyuta
0 notes
Text
"Nanti, di setiap pagimu tak lagi sebatas aroma kopi yang menguap dari cangkirmu, tapi juga senyumku saat menyeduhnya untukmu."
Devimeiyuta
0 notes
Text
Untukmu, Perempuan tak bergelar ibu
Berawal dari postingan seorang teman di media sosial facebook yang hingga akhirnya membuat saya berpikir,“apakah seorang perempuan baru akan dianggap sempurna jika telah mengandung, melahirkan dan menjadi seorang ibu?”.
Perempuan adalah makhluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi sebuah kantung ajaib di dalam perutnya bernama rahim. Rahim yang dapat dibuahi oleh sperma dan menjadi tempat berprosesnya sperma menjadi seorang anak manusia yang akan menjadi penerus garis keturunan. Banyak perempuan yang merasa haru dan bangga ketika mampu dengan baik selama 9 bulan membawa perut buncitnya kemana-mana meski tak jarang merasa lelah, dan berjuang bertaruh nyawa melahirkan anak yang dikandungnya ke dunia. Bahkan akan ada kebanggaan tersendiri saat mereka mampu mengurus anak-anak yang dilahirkannya dengan tetap sambil bekerja. Lalu bagaimana dengan mereka, para perempuan yang masih terus menguatkan hatinya untuk bersabar menanti gilirannya di beri anugerah sebagai seorang ibu? Atau perempuan yang memang tak akan pernah mampu menjadi ibu?
Setelah menikah, akan muncul pertanyaan basa basi yang sebenarnya basi sekali setelah pertanyaan ‘kapan menikah’ sebelumnya. 'Kapan punya momongan?’. Pertanyaan itu seperti halnya kita menanyakan,“kapan kiamat?” atau 'kapan matahari terbit dari barat?’. Kita tidak akan pernah tau, sebab itu semua adalah kekuasaan dan keputusan Tuhan. Ada yang baru beberapa bulan menikah sudah diberi kegembiraan kehamilan, ada pula yang harus terus meluaskan sabarnya menanti bertahun-tahun dan menguatkan telinganya yang mungkin sudah berkarat mendengar pertanyaan yang sama setiap harinya. Atau bahkan ada yang berusaha ikhlas menerima saat rahimnya memang hanya di ciptakan untuk tak berisi selamanya. Dan mungkin, para wanita yang 'sempurna’ itu sebab telah menjadi ibu tak akan sanggup berada di posisi mereka.
Tak jarang, permasalahan ini membuat tekanan dan ketakutan sendiri bagi kaum perempuan. Takut di ceraikan, takut dijauhi pihak keluarga atau di poligami. Saat perempuan menikah belum hamil, maka ia akan segera memeriksakan kesehatannya ke dokter, mengikuti berbagai terapi dan pola diet yang di anjurkan dokter. Padahal tak semua sebabnya ada di pihak perempuan, bisa jadi pihak lelaki nya juga bermasalah. Namun stigma di dalam masyarakat yang sudah mendarah daging mengakibatkan penghakiman yang dilakukan terhadap kaum perempuan menikah yang belum hamil lebih frontal dan tanpa basa basi. Bahkan seolah tak ada solusi. Bandingkan bila yang bermasalah adalah pihak laki-lakinya, keluarga akan lebih mentoleransi dan menerima solusi untuk adopsi.
Tekanan dari lingkungan masyarakat sekitar juga mampu memperburuk keadaan dan tekanan bagi perempuan menikah tak bergelar ibu. 'Kesempurnaan’ hakiki seorang perempuan yang mereka anggap hanya sebatas hamil, melahirkan, dan menjadi ibu. Padahal ada yang tetap pantas bergelar ibu meski tak mengandung, dan melahirkan anak yang memanggilnya ibu.
Terakhir, untuk kalian perempuan-perempuan yang masih meluaskan sabar atas ikhtiar dan penantiannya. Sadarilah, kalian tetaplah perempuan yang sempurna, kalian tetaplah perempuan hebat, kalian tetaplah istimewa. Sumbang nyanyian mereka tak layak mendapat dengar kalian. Semoga Tuhan mewujudkan apa yang menjadi penantian kalian.
Dariku,
Perempuan yang wakilkan resahmu
0 notes
Text
Akan ada saja yang menghantui dua orang yang sedang jatuh hati. Entah sebab terlalu kuat ingin memiliki atau sebab rindu yang tak lagi percaya diri. Satu di antara nya tak boleh ikut melemah saat salah satunya di selimuti lelah, apalagi sampai menyerah.
Dua pemikiran yang berusaha menjadi satu akan menimbulkan banyak kontradiksi yang berujung pada argumen-argumen yang mencuat perdebatan. Namun dua orang yang sedang jatuh hati selalu punya cara untuk saling memeluk lagi. Meski awalnya saling berdiam tak sepaham, meski awalnya tersakiti sebab tersulut emosi.
Untuk dua orang yang sedang jatuh hati. Saling jatuh hatilah meski rasanya tak mungkin lagi. Tak perlu dengan mencari ganti cukup dengan melihat dia yang selalu menggenapi. Tak menggenggam bukan berarti melepaskan namun hanya memberi ruang. Tak melihat bukan berarti boleh saling khianat, tapi hanya memberi kesempatan untuk hidup yang lebih hebat.
-devimeiyuta-
1 note
·
View note
Text
Memetik Buah dari Ladang Orang Lain
Enak engga sih gausah capek-capek nanem buah, gausah capek-capek nyiapin seluruh kebutuhan untuk bikin tanah subur, bahkan engga perlu nyiapin bibit, tapi buahnya bisa diambil gitu aja tanpa ijin dan abis itu dijual? Kalo engga mikirin dosa mah jawabannya pasti enak, yekan? Secara, dapet duit tanpa modal apa-apa. Tapi kalo dijualnya dengan ijin si empunya ladang mah halal-halal aja. Yang engga halal tuh ketika dijual tanpa ada ijin sama sekali dengan si empunya, haram tjuy~ That’s the main point!
Yang tadi tuh cuma analogi aja kok, jadi sebetulnya hari ini mau blabbering dikit (ujung-ujungnya sih pasti panjang)
Lemme say, perkembangan social media sekarang tuh cepet banget dan bawa banyak hal menguntungkan terutama untuk personal branding. Admit it! Gini deh, lo mau jadi apa? Desainer atau fotografer? Kalo dulu ribet harus bikin portofolio dengan nyetak ini itu dan menyiapkan beragam hal lain yang lumayan menguras isi kocek, kalo sekarang beda, sekarang mah gampang, hiasi aja blog atau instagram lo dengan hasil karya lo, trus publish dan jadiin itu sebagai portofolio. Modalnya apa? Kuota internet dan smartphone.
Atau mau jadi penulis? Cara termudahnya adalah tulis aja kepsyen panjang-panjang, rajin aja updet blog, nanti pembaca dengan sendirinya akan menemukan karya lo. As we know, penerbit-penerbit besar di Indonesia juga sudah mulai mencari tulisan-tulisan populer. Tulisan-tulisan yang berasal dari blogger yang punya pembaca, yang tulisannya disukai oleh orang lain, yang tulisannya mendapat respon dari orang lain, yang konsisten untuk nulis walaupun dunia nyepelein, ya semacem itulah pokoknya.
Kalo dulu mau jadi penulis tuh susah, bikin draft, print sampe berlembar-lembar, kirim ke penerbit, nunggu 1-3 bulan yang belum tentu langsung diterima (even sampe sekarang juga untuk mengirim naskah tulisan masih harus seperti itu). Tapi ya kalo gamau ribet untuk melakukan hal itu, kalian tinggal lakukan hal tadi—memanfaatkan social media untuk “menjual” karya lo, mengenalkan pada dunia siapa lo dan gimana karya lo.
Itu keuntungannya ada social media saat ini. Namanya hidup, ada plus ada minus, ada yang nyemangatin ada yang ngejatuhin, selalu ada yang bertolak belakang buat ngasih warna. Trus kekurangannya socmed apa? Karya lo dicopas, diplagiasi, dicuri, diakui, bahkan yang lebih nyesek lagi adalah DIKOMERSIALKAN.
Prolognya aja udah panjang kan tuh:(
Jadi gini, dua hari yang lalu ada yang nge-direct message di instagram janpi bilang bahwa,
“kak quote-nya diaku-akuin tuh”
Lalu doi ngasih screenshot quotenya. Reaksi pertama mah sans aja, da udah biasa dicomot gitu (sombong pisan anaknya teh:() Trus nanya dong,
“Ohya? Akunnya apa?”
dan dijawablah,
“@statusmantan kak, tadi aku mention kak Janpi sih, tapi abis itu komenku diapus”
Karena emang lagi gabut, langsung aja dong mau stalk akun itu, cuma pengen kepo niat awalnya mah, trus pas ngebuka dengan ig janpi, kampret moment happens, engga ketemu dong akunnya, WOW EYKE SUDAH DI BLOCK TJUY. Ku dm lah followersku tadi dengan bilang “aku diblock deh kayaknya dek, gabisa liat akunnya da” then she said, “pake akun kakak yang satunya lagi aja”
Ah, what a good idea! Ku buka dengan akun stfbl (sekalian promo gapapa lah ya ehehe), eh ketemu! Fix udah diblock ternyata akun janpi wk. Iseng lah, stalk dengan asoy, sambil mengumpat dalam hati, “uw kwotku banyak sekali yang diakuin, gapapa gapapa, ikhlas~”
Iya bener awalnya ikhlas, sampe kemudian ngeh kalo ternyata doi sudah menerbitkan buku! Karena ada say no to piracy, di salah satu postingannya. Eh emosi dong, abis itu komenlah dengan bilang,
“tidak mendukung pembajakan, tapi ambil quote orang trus diaku-akuin? Dan yang punya quote asli diblock? Duh si @hujan_mimpi kasian dong kakak”
Engga lama setelah itu, mau load more postingannya eh udah gabisa, akun stfbl ternyata diblock juga. WOW! Keren pisan da. Iseng mau buka lagi, pake akun orang lain, eh ignya yang tadi public langsung diprivate. Unch, ada yang disembunyikan dan secara tidak langsung si @statusmantan ini tau dong kalo doi salah.
Setelah itu minta bantuan temen-temen untuk kemudian nge-add akun itu, tapi emang orangnya udah takut mungkin, engga ada yang di-accept sampe sekarang, duh salah banget bersikap gini, asli. Penasaran dong, akhirnya aku dan temen-temen lain ngekepo line@-nya, dan mari ucapkanlah syukur Alhamdulillah, karena ternyata lagi-lagi quote janpi dan sederet nama tumblr lainnya juga banyak yang dicomot dan diakuin. Hahaha. Emang dasar udah panas, mas @menjalin ngekomen di postingan line@ itu dengan mencantumkan link tulisan asli, eh engga lama komennya diapus dan disable komen. Udah ini mah engga bener ini orang, bersalah wes!
Trus karena emang kepo, balik lagi liatin akun ig si kang copas ini, di bionya ada judul bukunya, trus search dong di google, kemudian ingin berkata kasar tapi masih nahan-nahan supaya engga kesulut emosi, karena tau kenapa? Judulnya hampir mirip dengan tulisanku di instagram dan yang lebih kesel adalah TAGLINE, fix dari tulisanku yang judulnya seperti itu. Mau ngoceh rasanya tapi buat apa, dan dengan membulatkan tekad, kebetulan emang hari itu mau ke toko buku, sekalian aja nyari buku itu.
Singkat cerita, buku tersebut kutemukan, dan ada yang kebuka dari wrapping-nya, jadilah dibaca memindai aja, berulang-ulang di dalam hati udah kesel karena ternyata ada beberapa yang tulisannya familiar banget. Akhirnya dengan berat hati, yaiyalah berat, kalo beli berarti nyumbangin royalti ke dia, tapi karena terpaksa dan mau membuktikan sesuatu, berangkatlah ke kasir dan beli buku itu.
BTW, KALIAN GAUSAH IKUT-IKUT BELI BUKUNYA GUYS, SAYANG UANG JUGA, DIA SIH ENAK DAPET ROYALTI. MENDING SEKALIAN AJA REPORT AKUNNYA EH :)))
Sampe rumah, dimulailah penyelidikan. Judul buku dan tagline-nya terlalu familiar, udah gitu judul buku sama tagline-nya teh jadi yang begitu dijual, jadi kemungkinan besar tulisan itulah yang menjadi main point di buku itu. Kucarilah tulisan itu, pas dibuka HAHAHAHA, bener dong tulisannya copas secopas-copasnya ummat dari tulisanku. Mulai nyari lagi, satu dua tiga ketemu tulisanku yang dicomot, dan kemudian menemukan tulisan dari akun-akun lain yang juga diambil, contohnya nih tulisannya kak cindy aka @kunamaibintangitunamamu. Mennn, mau gimana juga engga ada credit-nya, si penulis asli mah bakal tau itu tulisannya. Inget banget di surat kontrak penerbitan buku ada tulisan bahwa, karya adalah karya orisinil penulis, bukan plagiasi. Berarti ada unsur pertanggungjawaban seharusnya kan? Bisa diusut dong ya?
Akhirnya di tengah malem, aku nge-pm editor kesayangan, nanya apakah bisa tulisan seseorang yang sudah dibukukan untuk diperkarain kalo ternyata tulisan itu adalah hasil copy paste, tentunya dengan menyertakan bukti. Dan jawaban editorku adalah, “bisa dong~ kenapa bella?”
Mungkin janpi lagi kebanyakan amarah jadinya cuma senyum jahat sambil bales chat dengan bilang, “gapapa kak, kucari buktinya dulu ya hehe.” Dan pencarian pun dimulai, nandain halaman per halaman yang aku tahu itu tulisanku dan aku familiar dengan tulisan itu. Mulailah buka archive tumblr, mulailah dengan mengetik satu kalimat di halaman yang udah kutandain di google, thennnnnn…terbukalah semua tulisan aslinya.
Aku menemukan tulisanku yang kutulis di tanggal 12 Juni 2016, judulnya Merindukanmu, sudah mendapatkan notes 255 kali, yang mana bahkan tulisan ini sudah dimusikalisasi sama mas @mangatapurnama, juga dicopas di buku ini (terima kasih untuk system archive tumblr yang membantu), padahal buku ini terbit di April 2017, plis, siapa yang lebih dulu coba ya? Belum lagi tulisanku yang jadi main point di buku ini adalah tulisanku di caption instagram tanggal 11 Januari 2017, yang bener-bener plek sama. Warbiayasak memang!
Dengan sedikit gerah melihat kelakuannya yang dengan begitu beraninya mengkomersialkan tulisan orang lain, ku pm lah bukti-bukti itu ke editorku. Dan hari ini, di tanggal 22 Mei 2017, kuserahkan masalah ini ke tangan penerbit.
Biar apa diperkarain sih? Biar ada efek jera, percayalah, kegiatan ini kalo engga dikasih ketegasan, akan menjangkit. Udah kayak penyakit menular, copas meng-copas begitu didiemin bisa menular juga soalnya. Kedengeran lebay? Bodo amat! Toh yang dirugikan memang eug, bukan lau hehe. Kalo dicomot di akun doang lo bisa bilang ikhlasin aja, tapi ketika lo udah tau karya lo dikomersialkan tanpa ijin, lo negur halus lalu diblock, apa iya masih mau untuk engga peduli?
Rejeki udah ada yang ngatur, yelah, anak sekolah juga tau itu, tapi masalahnya bukan direjeki siapa-siapanya, tapi ini tuh perbuatan salah. Lo tau salah tapi lo diem aja, itu malah lebih salah!
Aku tidak bilang ini sepenuhnya salah penerbit apalagi editor dari buku tersebut kenapa sampe bisa kecolongan, toh mereka sudah memperingatkan hal itu kepada penulis sedari awal, bahkan sebelum penulis tanda tangan kontrak ada point penulis harus bertanggung jawab penuh bahwa tulisan itu adalah hasil karyanya sendiri. Jadi ya ini mah salah penulisnya, tapi merugikan banyak pihak tentunya, penerbit dan editornya juga mau gamau jadi malu, merasa dirugikan dan jadi ngerasa punya tanggung jawab dong ya~
Kemarin malam, di saat abis pulang talkshow, masih dengan ditemani editor dan beberapa penulis lainnya yang masih juga bahas masalah ini, si admin statusmantan ngepm dong. CIAK, AKUH DI PM! Isinya adalah ucapan permintaan maaf bahwa sudah memasukkan tulisanku ke buku mereka, dan berkata bahwa itu adalah ketidaksengajaan karena admin statusmantan ada banyak. Bentar, correct me if i��m wrong, ketidaksengajaan kalo se-kalimat dua kalimat mah yaudah gapapa, tapi kalo satu tulisan penuh? Kalo engga hanya satu tulisan? Itu masih bisa disebut sengaja? Alibinya admin ada banyak? Di akhir chat doi yang masuknya langsung banyak itu, doi bilang kalo menunggu responku, eh sampe skrg chatku ga di-read dong wkwk. Hmm, mari menghela napas saja~
Ah ya, begitu masalah ini kuceritain di igstories banyak yang bilang, “sabar, pahalamu banyak”. Mennn, bukan perkara pahala, dan engga semua hal harus dihadapi dengan cara mendiamkan aja, sabar engga selamanya diam, kan? Ini lebih kepada harus ada yang menghentikan kegiatan seperti ini, biar plagiasi engga semakin merajalela. Yang dirugiin engga cuma yang karyanya dicopas soalnya. Sekarang gini deh, yang karyanya dicopas engga semuanya punya keberanian untuk nyari bukti dan ngasih bukti-bukti itu dan menuntut. Engga kehilangan apa-apa emang, tidak sampai merugikan dalam hal materil kalo diliat, tapi dari moril, ada yang bisa menjamin kalo orang ini akan tetep mau berkarya? Kalo abis dicopas dan tau karyanya dijadikan buku, siapa yang bisa menjamin orang ini akan tetep pede nge-share tulisannya di socmed kepunyaannya? Sedangkan doi juga engga sepede itu untuk ngirim naskahnya ke penerbit. Materil engga dirugiin? Masa iya? Si tukang copas yang membukukan tulisannya ini dapet royalty loh, dapet DP loh, coba kalo si yang dicopas nerbitin buku sendiri atas karyanya, royalty dan DP itu masuk ke koceknya~
Nih ya, ini edukasi sebenernya, untuk siapapun yang merasa karyanya dicopas bahkan sampe dikomersialkan dan lo punya bukti kalo itu karya lo, jangan diem aja, jangan takut, Indonesia punya hukum kok atas hal itu. Lo dirugikan dan lo punya peran besar untuk menghentikan plagiasi.
Janpi pribadi, mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pembaca, followers dan siapa pun itu yang peduli pada karyaku dan karya orang lain serta bersedia untuk memberitahukan akun-akun yang hobi ngecopas tanpa mencantumkan sumber asli kepada pemilik asli tulisan. Sekali lagi, peran serta pembaca buatku adalah segalanya. Next, aku akan cerita seputar buku “Sebatas Mimpi” yang membuatku semakin peduli dengan dunia kepenulisan~
Salam hangat tapi bukan karena amarah, Hujan Mimpi
*nb: janpi engga pernah minta tolong untuk reblog postingan, tapi kali ini, mau minta tolong share tulisan ini–entah dengan reblog atau share linknya, terserah, bebas. biar orang lain di luar sana tau, kalo menghargai karya orang lain itu perlu. dan kegiatan copas mencopas apalagi untuk tujuan komersial sangat bisa diperkarakan. makasih banyak kelean :)
880 notes
·
View notes
Text
Tentang Lelaki Itu
Mencintainya bukan perkara mudah. Banyak hal yang ku anggap biasa namun tidak baginya. Mungkin sebab perbedaan usia. Dia yang tak lagi tertarik dengan hal-hal lucu layaknya remaja, sementara aku yang masih berkelakuan seolah lupa usia. Kekanak-kanakan. Dan mencari pengakuan. Dia dan aku tak jarang tenggelam dalam perdebatan panjang. Mempertahankan ego masing-masing tanpa peduli ternyata kita saling terluka karenanya.
Aku inginkan ini, sementara dia inginkan hal lainnya. Saat amarah merajalela, aksara seolah belati tajam yang saling tikam. Membuat keduanya merasa paling benar tak ingin mengalah. Namun lelaki itu yang paling sabar mencintaiku, setelah banyak sebelumnya yang menyerah di awal cerita. Aku tau dia sosok lelaki yang begitu batu hatinya, namun untukku dia sering mengalah. Dia yang selalu bungkam untuk banyak hal yang berjejalan di hati dan kepalanya, hanya demi sebab tak ingin membuat aku kepikiran.
Aku sering menuntutnya ini dan itu, membuatnya harus menjadi apa yang aku mau. Kini ku sadari itu salah. Sebab hidupnya tak melulu bersoal aku. Dia selalu menjadi telinga untukku yang tak berhenti bercerita. Kini ku ingin berpindah tempat, menjadi tempatnya berkeluh kesah, menjadi telinga untuk segala resahnya.
Aku terbiasa mengumbar perasaan, kini ingin ku jabarkan saja lewat doa-doa di larut malam. Akan kuutarakan pada Tuhan betapa aku cintai dia tanpa persyaratan. Aku akan terus berdoa untuk segala mimpi-mimpinya, sebab dia pantas dapatkan banyak hal-hal berharga.
Mungkin genggamanku terlalu erat sebab takut kehilangannya, namun aku malah lupa genggaman yang terlalu erat itu justru malah menyakitinya. Di mataku, dia lelaki luar biasa. Lelaki yang mungkin takkan pernah kuikhlaskan direbut semesta. Namun dia adalah lelaki yang begitu baik hatinya, ku yakin semesta pun akan menjaganya.
Telah kuhabiskan keseluruhan perasaan untuknya, meski caraku memberinya sering salah. Namun dia adalah yang tak pernah bosan memaafkan, meski salahku berulang-ulang. Biar kini giliranku memberinya ruang agar tak lagi gemas sebab aku yang selalu sibuk mencari perhatian.
Devimeiyuta
0 notes
Text
Kini saatnya kau harus mewujudkan mimpi-mimpimu. Setelah banyak kesempatan kau abaikan demi orang-orang di sekitarmu. Waktumu membahagiakan orang lain tlah usai. Kini saatnya kau memikirkan dirimu. Kali ini aku takkan menahanmu, meski ku tau pergimu akan lebih jauh. Akan kutenangkan rindu yang nantinya menyeruak kalbu. Akan kukirimkan lewat sepi malam doa-doaku.
Dalam jarak yang panjang, akan kuminta pada Tuhan menjagamu. Meminta Tuhan untuk tetap membuatmu ingat kemana harus pulang. Tak menahanmu bukan sebab perasaan itu tak lagi utuh. Namun sebab aku pun paham bahwa hidup tak hanya bersoal hal-hal lucu. Tak hanya bersoal cinta-cintaan semata.
Pergilah, kejar segala angan yang pernah kau gantungkan begitu tinggi. Jangan lagi ragu, sebab memang kau harus membuat bahagia dirimu. Doa dan restuku akan menyertai setiap langkahmu. Semoga kali ini keberuntungan ada di genggamanmu.
Ingatlah, ini saatnya kita merenggangkan genggaman demi banyak impian dan angan. Bukan terlepas lalu hilang, namun hanya memberi ruang dan jeda agar tidak kelelahan. Ingatlah, aku masih ada di tempat yang sama. Tempat yang biasa kita kunjungi untuk habiskan waktu berdua. Bila kau ingin pulang, semoga jalanmu masih menujuku sebagai rumah.
-Devimeiyuta-
0 notes
Text
Hujan kembali menyapa sore ini. Setelah mendungnya yang panjang, ia muntahkan bulir-bulir air yang tak lagi mampu di tahan oleh awan. Buatku, hujan tidak sedang menjatuhkan bulir-bulir air melainkan bulir-bulir kenangan. Setiap bulirnya menyeruak sebuah nama yang kini masih setia mengukuhkan api asmara. Pada hujan pula kuceritakan tentangnya. Tak heran bila hujan banyak tau dan begitu mengerti apa yang membuat hatiku gundah.
Hujan mengajariku tentang sepi tak selalu hadir bagi mereka yang sendiri. Ia pula menyadarkan bahwa sepi bisa hadir dalam keramaian. Seperti peluk yang kehilangan hangatnya, seperti genggaman yang kehilangan erat.
Hujan tak selalu memberi jawaban atas banyak pertanyaan yang bermunculan dalam benak yang sering tak karuan. Namun hujan selalu menunjukkan bahwa berisik tak selalu mengganggu, sepi tak selalu menenangkan.
0 notes
Text
Saat sedang duduk sendiri, tanpa lawan bicara, aku senang berimajinasi. Tentang hidup berdua denganmu lalu dikelilingi makhluk-makhluk kecil nan lucu yang memanggilku ibu. Tentang pagi yang akan terlihat sibuk menyiapkan secangkir kopi dan sepiring sarapan untukmu, menyiapkan perlengkapan kerjamu, dan mencium punggung tanganmu di depan pintu sebelum berlalu mencari nafkah untuk kita. Tentang langkah-langkah kecil yang berlari penuh semangat menyambut pulangmu dengan panggilan 'Ayah'.
Aku sering berkhayal setinggi itu. Tentang hidup berdua di sebuah hunian sederhana penuh hangat dan cinta. Tentang kita yang selalu menjadi rumah untuk rebah sebuah letih dan kemana rindu harus pulang. Tentang senyum dan canda serta tangis yang mampu kita lalui berdua.
Entah bagaimana pun akhir kisah ini menuju nantinya, entah masih denganku atau sudah bukan nama yang sama, semoga ketika mengingat khayalan itu aku tetap mampu tersenyum dan ingat bahwa akan ada satu nama yang tak akan pernah di lupa meski tak lagi miliki raganya.
0 notes
Photo
Lagi musim hujan, lagi banjir di mana-mana, bahkan tanah longsor yang memakan korban jiwa. Semoga tak hanya jiwa-jiwa korban bencana semesta yang terselamatkan, namun juga jiwa-jiwa nelangsa yang masih patah hatinya di hantam bencana perasaan. Ttd Ibu peri ❤❤
0 notes
Text
Langit sedang pucat, dengan sedikit rintikan hujan yang turun perlahan. Angin bertiup lembut, membuat rambutku menjadi sedikit berantakan. Ku lihat jam, sudah nyaris siang. Hari ini semesta nampak tak ceria. Sebab ia hadirkan suasana yang berbeda. Sunyi, lengang seolah tak ada hiruk pikuk berisik kehidupan. Ada apa denganmu? Adakah yang sedang kau sembunyikan? Rautmu pucat dengan sedikit rintik hujan, berceritalah, sebab ku siap mendengarkan. Tak apa, kadang memang kita tak selalu tangguh. Menjadi lemah di balik renta usia dan problema. Sini, mendekatlah. Bisikkan di telingaku segala resah.
-devimeiyuta-
0 notes
Text
"Biarkan senja tenggelam dalam peraduannya. Semoga hangatnya masih tersisa untuk melawan beku malam yang masih sendirian."
-Devimeiyuta, Sajak Sajak | 28/11/2017
0 notes
Text
Tetap bungkam meski kecamuk pikiran membuatku nyaris tenggelam. Kuutarakan pun tak akan mendapat jawaban.
-Devimeiyuta, Sajak-Sajak
0 notes
Text
Dihina sebab keadaan, aku sudah biasa. Di maki sebab kekurangan pun pernah menjadi makananku sehari-hari. Memang begitu, tak selalu hidup berbaik hati padaku.
Bukan tentang mengeluh, namun ada masanya aku jenuh. Bukan tentang memelas, namun adakalanya hatiku merasa kebas. Setiap kali aku berusaha membuat garis lengkung di wajahku, di saat yang sama banyak hal berisik di kepalaku.
Setiap kali aku bertanya pada Tuhan, aku masih belum di beri jawaban. Katanya berusahalah sekuat dan semampu yang kau bisa lakukan. Meski kenyataannya aku masih tak mampu merubah keadaan.
Bersyukur banyak-banyak katanya. Sudah. Berlapang dada seluas-luasnya pun tak letih kulakukan. Namun seolah hidup tau aku adalah mainan imut menggemaskan. Tak henti-hentinya membuat drama yang kadang terlihat mengerikan.
Iri? Yah, ada. Aku merasa wajar sebab aku manusia biasa. Saat mereka dapatkan segala sesuatunya seolah mudah. Terpenuhi hati dan hidupnya dengan hal yang tak ku punya. Bahkan untuk banyak hal sederhana. Bahkan untuk satu sosok istimewa yang mereka sebut dengan bangga sebagai cinta pertama. Di tempatku sosok itu ada namun tak begitu terasa istimewa.
Sudahlah, mungkin nasib juga yang tak bisa diubah. Atau memang sudah ketentuan sang Esa. Bisa pula butuh lebih banyak tenaga. Tapi sejenak kuingin istirahat saja dulu. Merebahkan hati dan pikiran dari lelah kecamuk kehidupan. Hingga ku rasa harus kembali untuk memulai perjuangan lagi.
0 notes
Text
Menjadi bagian dari hidupmu adalah hal yang kudamba. Membagi keluh kesah, berbagi tawa dan air mata. Saling merangkul kala lelah bersarang di tubuh kita berdua.
Meski jatuh cinta padamu bukanlah hal yang pernah kurencanakan sebelumnya, namun menghabiskan waktu lantas menua bersamamu kini adalah yang sedang ku perjuangkan dan kupersiapkan agar mampu berwujud nyata.
Hubungan kita tak selalu mudah. Sering berdebat dan adu pendapat. Namun bukan berarti hal itu menjadi alasan kita berdua untuk menyerah. Perjalanan ini masih menujumu. Semoga langkahmu pun masih sama. Di setiap bait doa-doa, ku haturkan sembah kepada sang Esa untuk memberikan kemudahan dan menjadikan kita begitu kuat dalam setiap usaha-usaha kita.
Tak jarang sepi menjadi teman setia. Terlebih saat jarak kembali menyapa. Mencumbu bayangmu dan mulai bercerita persis seperti manusia gila. Yah, aku memang sudah menjadi gila sejak pertama kali jatuh hati kepadamu. Kesibukanmu coba ku maklumi, beban pikiranmu tak ingin ku tambahi, karenanya kunikmati sepi membagi keluh dan resah hati sendiri. Agar tenang jiwamu berjuang, agar ringan langkahmu saat ingin kembali pulang dalam dekapku yang berusaha membuatmu tenang.
Semoga sepi cepat berganti dengan hari-hari hangat bersama seduhan secangkir kopi dan pelukan hangat untuk hati.
Ttd
Perempuan yang masih merindu
#devimeiyuta#penulisgalau#penulisbaper#tentangsepi#tentangcinta#senja#hujan#rindu#puisi#sajaksajak#tentangrasa
2 notes
·
View notes
Text
Di dekapmu yang masih terasa hangat, di tatapan matamu yang masih terasa teduh. Ku gulirkan setumpuk rindu untuk kau tenangkan agar tak lantas meradang.
-Devimeiyuta, Sajak-Sajak-
0 notes