Tumgik
desinta · 3 years
Photo
Tumblr media
Memberi Contoh adalah Komunikasi Terbaik untuk Anak.
Anak Burung Belajar Terbang dari Induk            
           Mengajari terbang merupakan proses panjang bagi induk burung. Butuh kesabaran ekstra si induk melatih anak agar bisa terbang dan mencari makan sendiri. Mulai dari, membuat sarang burung sampai mengerami telurnya. Dibutuhkan sekitar 3 minggu untuk telur menetas. Namun, perjuangan induk burung tidak berhenti di fase telur menetas, ke depannya masih ada fase perjalanan yang lebih menantang. Anak burung yang baru menetas tidak memiliki bulu tebal pada tubuhnya. Warna kulit mereka cenderung merah atau hitam tergantung dengan jenis burung. Selama bulu belum tumbuh sempurna, induk harus memberi kehangatan bagi anak-anaknya agar dapat bertahan hidup.
           Peran induk pada fase memberi kehangatan sangatlah pentingnya, karena induk akan mengerahkan segala tenaganya untuk memberi kehangatan dan juga mencari makan untuk keberlangsungan dirinya dan anak-anak. Di waktu pagi induk mencari makan dan memberikan hasil tangkapannya kepada anak-anak yang berada di sarang. Anak burung hanya bisa menerima makanan yang diberikan oleh induk. Jika, induk mereka lalai untuk memberi makan, anak burung  akan kelapran, lalu mati.
           Selanjutnya adalah fase bertumbuhnya bulu pada tubuh dan sayap anak burung. Induk burung memberikan kehangatan pada anak dengan cara mengeraminya, dari kehangatan yang diberikan, bulu anak burung mulai tumbuh sebagian di badan dan sayap. Semakin hari bulu tumbuh memenuhi tubuh serta bulu sayap mulai tumbuh sempurna. Namun, fase ini tidak membuat induk burung meninggalkan mereka untuk mencari makan sendiri, anak burung belum bisa mencari makan dan keluar dari sarangnya. Mereka masih butuh disuapi oleh induk. Proses tersebut berlangsung sekitar sepuluh sampai sebelas hari lamanya.
           Pada fase bulu anak burung tumbuh sempurna, mereka tidak serta merta langsung bisa terbang. Setiap hari mereka belajar mengepakkan sayapnya agar ototnya kuat. Mereka mengepakkan sayap dengan cara melihat induknya, bagaimana cara mengepakkan sayap yang benar? Tubuh anak burung perlahan mulai bisa berjalan dan melompat kecil di sekitar sarang. Mereka masih belum bisa melompat terlalu jauh, hanya dari ranting dekat sarang.
           Fase induk burung mengajari anaknya terbang. Dari mana anak burung belajar mencengkram dengan kuat dan belajar terbang? Tentunya dari induk mereka sendiri. Induk yang memberikan peran penting terhadap anak burung. Anak burung mencontoh apa yang diajarkan oleh induknya. Induk mereka mengajarkan untuk setiap waktu mengepak-ngepakkan sayap agar terbentuk otot sayap yang kuat. Dirasa sayap anak burung kuat, induk mereka mengajarkan untuk lompat dan terbang dari ranting satu ke yang lainnya yang lebih jauh dari sarang. Proses anak burung belajar terbang mencontoh perilaku dan tingkah laku induknya.
           Induk burung merasa anak mereka sudah dapat bertahan hidup di alam liar. Setiap burung juga memiliki naluri alamiah, yaitu terbang bebas mencari makan. Dari naluri ini, induk burung mengajarkan kepada anak burung untuk terbang agar nantinya dapat mencari makan sendiri. Fase belajar terbang bagi anak burung adalah fase sulit yang pertama. Mereka harus belajar perlahan, tidak mudah untuk menyeimbangkan tubuh dan arah angin. Induk burung akan terus memantau dan tetap memberi makanan anak-anaknya. Yang tidak kalah penting adalah cara belajar terbang dengan jarak yang jauh serta berburu makanan. Proses yang membutuhkan insting yang kuat serta tenaga dan otot kaki. Berburu lebih sulit dilakukan, karena mereka harus menggunakan instingnya serta cengkraman yang kuat agar buruan atau makanan mereka tidak terlepas. Setelah dirasa anak burung kuat dan lancar terbang dari satu dahan ke dahan lainnya tanpa terjatuh, selanjutnya induk burung mulai akan meninggalkan anak-anak mereka.
           Fase induk meninggalkan anaknya. Induk burung harus tega meninggalkan anak burung agar mereka belajar untuk bertahan hidup, nantinya anak burung akan terbang bebas bersama kawanan burung lainnya. Anak burung dapat terbang bebas di alam liar dan bertahan hidup tanpa induk.
Orang Tua adalah Contoh Terbaik Bagi Anaknya
           Dari kisah burung di atas, kita dapat menganalogikan dengan parenting yang cocok untuk buah hati kita, generasi alpha. Saya teringat dengan materi seminar parenting dari Psikolog Wina Risman. Hari itu saya mengikuti kelas zoom yang diadakan oleh salah satu grup kajian. Dalam kajian parenting ini, ia mengusung tema Mendidik Anak Generasi Alpha, Are U Ready Moms? Tema yang dibutuhkan untuk mendidik buah hati yang kebetulan mereka adalah generasi alpha. Menurut Wina Risma Generasi Alpha adalah grup pertama yang “terbenam” dalam teknologi seumur hidupnya. Mereka juga dikenal dengan “The Glass Generationa” karena layar kaca akan menjadi medium utama cara berkomunikasi mereka. Untuk mendidik dan menjadi orang tua di generasi ini ternyata gampang-gampang sulit. Generasi yang menyukai serba instan dan membuat mereka menjadi anak multitasking. Kita sebagai orang tua generasi alpha, rata-rata lahir di Generasi Y dan Z, di mana teknologi mulai berkembang dan bukan menjadi barang langka.
           Beda dengan generasi Y dan Z, generasi alpha cenderung menyukai pengakuan dan hal yang menarik. Mereka senang dengan sistem pembelajaran yang banyak berinteraksi, menyukai pembelajaran lewat visual, dan suka bercerita. Untuk itu kita sebagai orang tua generasi alpha seharusnya menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Banyak contoh yang sering kita temui di lingkungan sekitar, orang tua asyik dengan smartphone-nya dan anaknya juga asyik dengan smartphone-nya. Terkadang suatu suasana, ayah, ibu, dan anak-anak asyik sendiri dengan smartphone. Teknologi yang membuat kita terbuai melupakan peran orang tua adalah contoh untuk anak-anaknya. Sering kita mendengar bahwa orang tua adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Namun, perilaku orang tua yang baik maupun yang buruk, pasti akan ditiru oleh buah hatinya.
           Orang tua yang memiliki kebiasaan buruk, jangan mengharap anak yang kita didik akan menjadi baik. Anak kita adalah peniru ulung setiap tingkah laku maupun sikap kita. Contohnya saja, jika kita menemui orang tua yang suka berteriak-teriak dan berkata kasar, maka tidaklah heran buah hati mereka akan sedikit banyak meniru sikap dan sifat orang tuanya. Jangan mengharap anak kita bisa berkata lemah lembut, jika si orang tua sendiri tidak bisa berkata lembut.  Demikian pula, dengan mengharap anak untuk candu membaca, mengaji atau belajar, coba cek dan renungi, apakah kita sebagai orang tua sudah memberi contoh kepada anak-anak kita? Apakah kita sudah membaca buku di depan mereka? Apakah kita sudah mengaji di depan mereka? Atau apakah kita bisa mengontrol untuk tidak memegang smartphone saat bersama mereka? Kalau jawabannya belum, mari kita sama-sama untuk instropeksi diri terlebih dahulu sebelum menginginkan anak kita baik.
           Apalagi di era teknologi canggih seperti sekarang, kita sebagai orang tua tidak sadar dengan kebiasaan buruk memegang smartphone berjam-jam di depan anak. Dampak buruknya, mereka akan menggap hal yang lumrah ketika kita melihat berjam-jam di layar kaca smartphone. Kita tidak bisa serta-merta melarang mereka memegang dan melihat smartphone. Mereka akan memberontak dan protes. Sebgai orang tua yang bijak, kita harus dapat memberikan contoh kepada mereka terlebih dahulu, agar anak kita dapat mengerti bagaimana seharusnya menggunakan smartphone sesuai kebutuhannya.
           Untuk menjadikan anak-anak sesuai dengan yang kita inginkan, ada beberapa hal kekeeliruan dalam komunikasi yang dilakukan orang tua kepada anak-anak menurut Psikolog Elly Risman, di antaranya:
1.     Memerintah
Tujuan orang tua adalah untuk mengendalikan situasi dan menyelesaikan maslah dengan cepat, sedangkan pesan yang ditangkap anak adalah mereka harus patuh dan tidak punya pilihan.
2.     Menyalahkan
Prang tua ingin menunjukkan kesalahan si anak, sedangkan tanggapan si anak adalah mereka tidak pernah benar atau baik.
3.     Meremehkan
Tujuan orang tua menunjukkan ketidakmampuan anak dan orang tua lebih tahu, anak menangkap bahwa dirinya tidak berharga atau merasa tidak mampu.
4.     Membandingkan
Orang tua ingin memberi motivasi dengan memberi contoh tentang orang lain, tetapi anak menanggapi bahwa dia tidak sayang, pilih kasih, dan merasa dirinya memang selalu jelek.
5.     Mencap
Maksud orang ingin memberitahu kekurangan agar anak berubah, anak menanggapi dengan merasa itulah saya.
6.     Mengancam
Orang tua melakukan agar anak menurut atau patuh dengan cepat, tetapi anak akan merasa cemas dan takut.
7.     Menasehati
Maksdunya agar anak tahu, mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi anak menganggap bahwa orang tuanga sok tahu, bawel, dan membosankan.
8.     Membohongi
Maksudnya agar urusan menjadi gampang, tetapi anak akan menilai bahwa orang dewasa tidak dapat dipercaya.
9.     Menghibur.
Tujuan orang tua adalah agar anak tidak sedih atau kecewa, sehingga anak jadi senang dan tidak larut dalam kesedihan. Namun, anak akhirnya akan lupa dan melarikan diri dari masalah.
10.  Mengkritik
Orang tua menginginkan agar anak memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kemampuan diri, tetapi anak akan merasa bahwa dirinya selalu kurang dan salah.
11.  Menyindir
Memotivasi, mengingatkan agar tidak selalu melakukan seperti itu dengan cara menyatakan yang sebaliknya, anak akan menganggap hal nini menyakiti hati.
12.  Menganalisa
Orang tua ingin mencari penyebab positif atau negative anak atau kesalahannya dan berupaya mencegah agar tidak melakukan kesalahan yang sama lagi, tetapi anak akan menganggap orang tua sok pintar.
             Dari kesalahan di atas, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak, meliputi:
-       Tidak tergesa-gesa ketika bicara, atur kalimat, jangan emosi sehingga anak sebagai lawan bicara mengerti apa yang kita komunikasikan.
-       Kenali lawan bicara kita, setiap individu berbeda, perlakukan anak sebagai pribadi yang unik. Sadari dan pahami bahwa keinginan dan kebutuhan tiap individu itu BERBEDA!
-       Baca bahasa tubuhnya, tandai pesan dari gelagat dang jangkau perasaan lawan bicara.
-       Buka komunikasi dengan menjaga perasaan lawan bicara, pikirkan bahwa anak perlu berfikir, memilih, dan mengambil keputusan.
-       Menjadi pendengar aktif akan membuka komunikasi dan hubungan yang harmonis dengan anak.
           Dari solusi tersebut, kita sebagai orang tua dituntut memberi contoh terlebih dahulu kepada anak-anak. Marilah kita terus menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun umum. Dengan gemarnya orang tua menuntut ilmu, menjadikan kita untuk menjadi orang tua yang lebih baik.
 Daftar Pustaka
Risman, Elly. 2016. “12 Gaya Populer Kekeliruan dalam Komunikasi”. Youtube. 29 Februari 2016, dilihat pada 9 November 2011. < https://www.youtube.com/watch?v=z6a1kImCVtM>.
Wening, Tyas. 2019. “Tidak Bisa Langsung Terbang, Bagaimana Cara Anak Burung Belajar Terbang?”. Bobo.id, 8 Agustus 2019, dilihat pada 7 November 2021. <https://bobo.grid.id/read/081811991/tidak-bisa-langsung-terbang-bagaimana-cara-anak-burung-belajar-terbang?page=all>.
Sumber gambar: canva
0 notes
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Tahap Awal Dalam Komunitas
Tahap-tahap yang sudah ditempuh selama ini, membuat semangat saya terpacu lagi untuk menuntaskan di Kampung Balai Main Gembira Ibu Profesional. Tahapan di mana saya harus bisa berkontribusi di dalam komunitas yang berisikan warga dari berbagai daerah. Bukan 10 atau 20 warga yang ada di grup Fertival Warga 4, tetapi ada sekitar seratus lebih warga yang berpacu untuk memotivasi diri sendiri agar mendapatkan sertifikat ini.
Memadukan beberapa kepala dalam acara pentas warga tidaklah mudah. Kami harus mengatur waktu untuk keluarga maupun acara yang harus kami jalani. Waktu yang diberikan pun sangatlah singkat tetapi tidak mematahkan semangat para ibu-ibu. Namun, ketika acara kurang beberap hari, terjadi insiden yang kurang menyenangkan. Saya harus rela tidak mengikuti acara Festival Warga 4 yang sudah direncanakan. Akhirnya, saya hanya bisa berkontribusi semampu saya dalam acara ini. Kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengikuti acara membuat saya harus merelakan melihat siaran ulangnya.
Semoga dari sertifikat ini, komunitas Ibu Profesional yang saya ikuti memberikan manfaat bagi saya, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Aamiin
0 notes
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Lanjutan
Di Mana Asas Tolong-menolong Itu?
Namun, tidak semudah itu mengajak Ibu ke dokter. Saya harus membujuk dan merayunya. Maklum saja, orang tua banyak pertimbangan agar tidak merepotkan anak-anak yang sudah berkeluarga.
“Ibu nanti merepotkan kalian,” ucap Ibu dengan suara paraunya.
“Tidak ada seorang anak yang merasa direpotkan oleh Ibunya sendiri. Jangan mikir yang macam-macam, penting sekarang Ibu sehat,” saya meyakinkan Ibu untuk mau dibawa ke rumah sakit.
Diam tak ada kata lagi, beberapa menit kemudian Ibu kembali ke kamar mandi. Saya papah Ibu dan menunggunya sampai selesai.
Tidak bisa begini terus, harus segera ke rumah sakit.
Benar adanya, belum sempurna Ibu membuka pintu kamar mandi, badannya terhuyung lemah. Saya segera memeluk Ibu dan memanggil Adik dan suami. Kami semua yang berada di rumah panik melihat Ibu lemas dan pucat.
Tanpa pikir panjang, suami menyiapkan kendaraan untuk membawa Ibu ke rumah sakit. Saya dan Adik mengganti pakaian Ibu yang basah. Lalu kami semua menggendong Ibu menuju ke kendaraan.
Jarak tempuh ke rumah sakit yang biasanya hanya membutuhkan waktu 15 menit terasa lama malam itu. Ibu mengeluh mual dan pusing, mengharuskan suami menurunkan kecepatan kendaraan. Kami hanya bertiga di kendaraan. Adik menyusul dengan berkendara sepeda motor membawa perlengkapan Ibu.
Kami tiba di depan ruang IGD, tak ada satpam atau petugas medis yang menyambut kami. Akhirnya, suami turun untuk meminta brankar dan meminta bantuan tim medis. Alhamdulillah, ada dua laki-laki tim medis yang membantu untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Saya berjalan membelakangi tim medis. Yang satu berwajah lonjong dan tingginya sekitar 165 cm sebut saja pria A, sedangkan tim medis yang kedua berwajah oval berkulit lebih gelap dengan tinggi hampir sama dengan tim medis pertama sebut saja pria B.
Mereka menanyakan apa keluhan Ibu dan mulai kapan diare dan muntah. Sudah berapa kali sehari diare, saya hanya menjawab sekenanya karena memang Ibu tidak memberitahu kalau sudah dua hari diare.
“Ini siapa yang satu rumah sama Ibu?” tanya Pria A kepada saya.
“Enggak ada yang satu rumah di sini, saya tahu dari tetangga kalau Ibu saya sudah sakit,” jawaban saya sejujur-jujurnya.
“Oh tetangga, ya? Tetangga seperti saudara!” Pria A berucap sambil tersenyum, terlihat dari guratan matanya meskipun mulutnya tertutup masker.
“Tetangga baik, sampai seperti saudara, ya?” sela Pria B kepada Pria A.
Dasar panci gosong, omongan orang medis yang seharusnya menenangkan malah bikin sakit hati pasien.
Saya sadari, sebagai anak perempuan dan anak pertama tidak becus merawat Ibu sampai dehidrasi seperti ini. Tapi mbokyo’o engko ae nyindir aku, dasar panci gosong.
Tidak berhenti di situ saja kekecewaan saya kepada Pria A. Ada kalimat yang membuat saya dan suami kesal sekesal-kesalnya. Setelah dokter jaga memeriksa Ibu, saya menanyakan kondisi Ibu kepada dokter yang berjalan ke dalam ruangan dengan terburu-buru. Alhasil, karena kurang puas dengan jawaban dokter, suami menanyakan kepada Pria A tadi mungkin saja dapat memberikan penjelasan kepada saya dan suami apa yang dokter jelaskan. Namun, bukan penjelasan yang menenangkan keluarga pasien yang kami terima, malah kalimat yang membuat pasien kembali sakit hati dan panas di telinga setelah mendengarkan Pria A berkata.
“Mas, maaf dokter tadi bilangnya bagaimana? Maaf saya masih bingung ini harus rawat jalan atau rawat inap, karena Ibu masih shock kalau harus ada tes Swab dan X ray,” ucap Suami kepada Pria A.
“Mas …
Bersambung
#klip
#2022
#tulisandesinta
0 notes
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Di Mana Asas Tolong-menolong Itu?
Awal tahun disambut dengan kekecewaan. Pada malam menyambut tahun baru 2022, banyak masyarakat yang menaruh harapan dan menyambutnya dengan meriah. Sebagian besar masyarakat, telah menyusun dengan resolusi kehidupan. Banyak doa yang dipanjat agar mendapatkan kebahagiaan. Melepas kekecewaan tahun 2021 yang melelahkan bagi sebagian masyarakat. Tahun 2021 bagi sebagian orang melewatinya dengan kesedihan, sebagian lagi dengan canda tawa kebahagiaan. Namun, cerita awal tahun 2022 yang penuh hikmah dan banyak-banyak istigfar untuk saya pribadi.
Dimulai dengan adanya pesan singkat dari whatsapp, Anik Besuk. Nama tetangga Ibu di kampung yang muncul di layar gawai.
Perasaaan bergejolak tak karuan. Saya hentikan jari jemari yang telah menari indah di atas keyboard laptop. Maklum saja ada deadline menulis yang harus saya selesaikan. Saya buka pesan itu dengan segera,
“Ibu sakit, kalau bisa segera pulang.”
Tak berselang lama suara gawai berbunyi, belum selesai mengetik balasan pesan tersebut panggilan dengan nomor yang sama muncul di layar gawai. Tak pikir panjang saya langsung menerima panggilan.
Mendengar penjelasan dari orang seberang, saya hanya bisa berkata, “iya sebentar, saya segera pulang.”
Laptop, pakaian, dan perlengkapan yang akan dibawa saya persiapkan agar tidak ada yang tertinggal. Setelah semua selesai, saya menghubungi suami yang sedang bersepeda bersama teman-temannya.
Dua, tiga kali tak ada ada jawaban dari suami. Sekitar sepuluh menit kemudian, saya mencoba kembali menelepon suami, tetap tidak ada jawaban. Akhirnya, pesan singkat dari aplikasi whatsapp jalan satu-satunya agar suami mengetahui kabar Ibu di kampung yang sedang sakit.
Pikiran yang kalut, mengingatkan saya untuk menghubungi satu nomor agar dia segera pergi ke rumah Ibu. Iya, saya telepon adik agar segera ke rumah Ibu terlebih dahulu. Tak selang beberapa menit setelah menghubungi Adik, suami menelepon dan keberadaannya tak jauh dari rumah.
Sekitar jam 5 sore, saya dan suami sampai di rumah Ibu. Melihat kondisi Ibu yang lemah dan sering ke kamar mandi saya pastikan Ibu sudah di tahap dehidrasi. Saya bujuk Ibu untuk mau dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Namun …
Bersambung
#klip2022
#tulisandesinta
#2022
0 notes
desinta · 3 years
Text
Resume Gelangang
Ciri khas dan keunikan, dimiliki oleh setiap masing-masing regional. Keanekaragaman dalam regional terdapat pada Rumbel, Rumin, dan Rumba. Beberapa diantaranya:
- Literasi
- Desain
- Bahasa
- Boga
- Broadcasting
- Public speaking
- Cinta Qur’an
- Menjahit
- DIY Makanan Anak
- Sew and Craft
- Sustainable Living
- Bisnis
- Berkebun
- Renang
- dsb.
Program-program tersebut sangat bermanfaat bagi anggota dan masyarakat. Dalam panggung regional, terdapat beberapa perwakilan dari kota yang menampilkan keunggulan dari regionalnya.
Panggung Liga Regional 1
- Sulawesi
- Asia
- Efrimenia
- Kalimantan
Panggung Liga Regional 2
- Jawa Timu
- Bali
- Nusa Tenggara
- Papua
Panggung Liga Regional 3
- Jawa Tengah
- Sumatera
Panggung Liga Regional 4
- Jawa Barat
- Jabodetabek
Kita bisa bermain, belajar, dan menuntut ilmu dapat dilakukan dalam masing-masing regional. Jangan takut untuk terus belajar dan berperan. Lakukan dengan senang hati dan pastinya karena Allah Swt.
Alhamdulillah, done sdh ikut sesi zoom dipanggung liga regional kampung komunitas semangatt, bnyk sekali Kegiatannya dari Rumin (rumah bermain),Rumba (Rumah baca),,Rumbel (Rumah belajar),ngk salah pengen upgrade diri menimba ilmu mengoptimalkan dan menggali potensi diri...
#Resume 4
#PanggungLigaRegional
#Orientasi kampungkomunitas
#Balaimain gembira
#IbuProfesional2021
#Komunitasibuprofesional
#kampungmain3
#Semestakaryauntukindonesia
#Salamberprestasi
#Prestasyik
0 notes
desinta · 3 years
Photo
Tumblr media
Gelanggang Inspirasi Founder dan Dapur Kampung Komunitas Ibu Profesional
Assalamualaikum, bahasan kali ini yang akan saya tulis tentang Gelangan Inspirasi Founder dan Dapur Kampung Komunitas. Sebagaimana yang sudah saya dengarkan melalui daring, Ibu Profesional dalam kampung komunitasnya memiliki beberapa wadah untuk menyalurkan bakat warganya.
Ibu Profesional akan membawa warga komunitasnya untuk mengasah bakat yang dimilikinya sesuai minat warga. Namun, sebelum saya menjelaskan lebih jauh tentang wadah bakat Ibu Profesional, Ibu Yesi Dwifitria sebagai Ketua Komunitas Ibu Profesioal memberi semangat untuk calon kampung warga agar selalu merasa bersyukur dan merasa tentram. Beliau mendefinisikan bahagia dengan seberapa besar rasa syukur dan ketentraman di hati kita. 
Bilamana kita sudah bahagia maka orang yang di sekitar kita akan merasakan  aura kebahagian yang kita miliki. Komunitas adalah wadah untuk memberi contoh kepada anak-anak kita dan saran mendidik untuk mereka belajar bersosialisasi. Komunitas adalah wadah untuk me-recharging diri. Berada pada tim yang tepat menjadikan kita untuk mudah main bareng, ngobrol bareng, dan beraktivitas dengan warga lainnya.
Berkarya dalam Untaian Kata, KLIP
KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional) adalah salah satu wadah kampung komunitas Ibu Profesional dalam bidang literasi. Ya, tentu saja. Namanya juga ada literasinya. Sedikit saya ulas tentang program KLIP yang nantinya akan memberikan banyak tantangan dengan dunia tulis menulis. Tantangan untuk berkomitmen warganya untuk setiap hari menulis selama satu tahun. Ingin fokus menghasilkan karya dari menulis setiap hari, ya, ikuti kelas ini. Kelas ini sudah banyak menghasilkan karya berupa buku atau blog oleh warganya yang istikamah menulis. Wah, ini kelas yang saya tunggu-tunggu, tidak sabar ingin segera bergabung! Semangat.
Saatnya Bermain Bareng Bumin, Tim Medkom
Nah, kalau Tim Medkom ini adalah Tim Media Komunikasi. Yang namanya komunikasi pastinya banyak yang berhubungan dengan tulis menulis, membuat konten, membuat video, desain, dan masih banyak lagi ilmu yang akan dipelajari. Tim Medkom memiliki alur kerja dan spirit yang baik. Beberapa spirit Tim Medkom adalah ikhlas, inisiatif, explorative, fast learner, eager to learn, dan displin. 
Lahan Bermain ala Dapur Komunitas, Manajer Komunitas
Manajer Komunitas memiliki fungsi untuk menjalankan operasional kesekretariatan, ada manajer operasional nasional dan regional. Manajer operasional memiliki tanggung jawab pada data pribadi warga Ibu Profesional serta mengurusi surat menyurat, mutasi warga regional, dari manajer regional satu ke yang lain. 
Selain terdapat manager operasional di Dapur Komunitas juga memiliki manajer aktivitas, yang berfungsi mengelelola aktivitas dan mengkoordinir kegiatan. Kegiatannya berupa Rumah Belajar (Rumbel) dan Rumah Bermain (Rumah Bermain). Rumah Belajar berfokus pada passion yang memiliki kurikulum dan program rutin, sedangkan Rumah Bermain berfokus pada ngobrol dan main bareng seperti kegiatan playdate.
Itulah beberapa ulasan tentang Gelanggang Inspirasi Founder dan Dapur Kampung Komunitas Ibu Profesional. Sekarang mari kita mengambil peran dalam wadah yang akan kita ikuti. Yuk, semangat 
1 note · View note
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Penagih Utang
“Assalamualaikum, Mbak.” Pesan masuk pada aplikasi di media sosial.
“Wa’alaikumsallam, maaf ini siapa, ya?” balasku pada layar telepon pintar.
Tak lama kemudian telepon berdering, Aku melihat nomor telepon yang masuk sama dengan nomor yang mengirim pesan tadi. Segera aku pencet tombol hijau untuk menerimanya.
“Mbak, maaf ini saya Rosidah pegawai Bank Anggi. Saya tahu, Mbak sudah bercerai sama Bapak Rohim, tetapi saya bisa minta tolong Mbak sebagai mantan istrinya untuk menghubungi Bapak Rohim untuk melunasi semua utang pada saya. Saya minta tolong Mbak, sudah hampir empat bulan janji tetapi tak kunjung ditepati. Kalau tidak saya yang dipecat, Mbak.” Jelasnya padaku tanpa basa-basi.
“Sebenarnya saya sudah tidak ada sangkut paut lagi dengan suami saya, tetapi untuk membantu Mbak agar tidak dipecat saya akan melunasinya. Memang berapa utang Rohim ke Bank Anggi?” balasku kepadanya.
“Utangnya 20 juta, Mbak, utang Pak Rohim. Kalau memang nggak ada semua bisa dibayar separuh terlebih dahulu,” balas Rosidah.
“Baik, Mbak. Nanti sore silakan ke rumah saja di Jalan Anggrek No. 86, biar saya lunasi utangnya,” jelasku padanya.
“Terima kasih, Mbak. Nanti sore sekitar jam 4 saya ke rumah, Mbak.” Suara yang terasa bahagia terdengar dari seberang.
Sambil menunggu sore hari, aku mempersiapkan uang yang telah dijanjikan kepada Rosidah. Uang, aku ambil di brankas rumah yang terletak di dalam lemari baju kayu tua.
Mengambil dua bundel uang berwarna merah. Meletakkannya di atas ranjang.
“Sayang sekali uang ini harus aku keluarkan dari brankas,” gumamku.
Sore hari menjelang, suara bel pagar berbunyi. Melihat siapa yang datang di layar monitor, seorang perempuan muda berjaket pink memberi kode dengan tangannya mengatakan bahwa ia adalah Rosidah. Segera aku menekan remot pagar agar terbuka menandakan tamu dipersilakan masuk. Sebuah sepeda motor bebek bermerek Honda PCX memasuki area parkiran. Aku keluar membukakan pintu dan menyambutnya.
“Mbak Rosidah, ya? Silakan masuk, Mbak. Di garasi mobil saja, ya Mbak. Maaf anak saya lagi tidur,” sambil menekan tombol di remot yang masih aku pegang untuk membuka pintu garasi.
“Iya, Mbak. Nggak apa-apa saya di mana saja, yang paling penting saya nggak dipecat dari tempat kerja, terima kasih sudah mau membayar utang Pak Rohim,” ucapnya padaku.
“Silakan duduk dulu, saya ambilkan minuman sama uangnya sekalian, ya!” mempersilakan ia duduk dan aku pergi untuk mengambil uang yang sudah dipersiapkan.
Aku membawakan minuman dan dua bundel uang yang telah dijanjikan kepadanya. Ia meminum es milo buatanku dengan cepat, sangat terlihat kalau ia sangat haus. Kami ngobrol asal muasal mantan suamiku berutang.
“Mbak, Mbak, tolong saya!” suara Rosidah dan mulai terdiam.
Segera aku masukkan wanita ini ke dalam kantong mayat berwarna kuning. Sianida yang aku campurkan bereaksi terlalu cepat, tetapi memudahkan untuk membereskannya. Segera aku seret dan memasukkan mayatnya ke ruang pendingin.
“Mayan menambah kolek mayatku yang masih ada sebelas orang,” gumamku.
0 notes
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Aku Belum Bisa On Time
Setiap hari Senin, para siswa-siswi diharuskan untuk mengikuti upacara. Seperti biasa, persiapan upacara dilaksanakan 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. Biasanya kami harus berkumpul di lapangan pukul 06.45 dan berbaris sesuai dengan tingkatan kelas. Lapangan yang tidak begitu besar tetapi cukup untuk menampung para siswa-siswi yang berjumlah sekitar 700 untuk melakukan upacara.
Masih ingat ketika aku duduk di bangku SMA. Sebagai anak indekos yang cinta kepada keluarga, hari Sabtu adalah waktu aku kembali ke pangkuan Ayah dan Ibu. Kembali ke rumah indung semang pada hari Senin pagi. Jarak sekitar 60 km dari rumah ke sekolah membuat aku harus bangun pagi agar tidak ketinggalan bus. Di mana setiap hari Senin, jika tertinggal satu menit saja, maka akan ketinggalan bus yang biasa melintas paling pagi sekitar pukul 05.30. Sehingga, aku harus menunggu 30 menit lagi untuk mendapatkan bus selanjutnya.
Entah kenapa, ketika di bangku kelas tiga. Aku setiap hari Senin selalu terlambat, seperti baru kemarin saja pulang ke rumah tetapi harus kembali menuntut ilmu lagi. Kangen yang belum hilang dan manajemen waktu yang amburadul, membuat aku sering terlambat mengikuti upacara. Namun, keberuntungan selalu memikahku. Tak pernah sekalipun aku ketahuan terlambat oleh guru penjaga. Hebat, bukan? Nanti aku kasi tips dan trik jadi anak badung, bukan anak Bandung. Hehehe
Sepertinya kebiasaan mengulur waktu terbentuk pada pola pikirku. Ketika kuliah pun, di semeter akhir, aku juga sering terlambat masuk kelas. Nah, celakanya sekarang terbawa hingga saat bekerja. Ya, sering telat masuk kerja.
Meskipun aku seorang Aparatur Negara Sipil jika terlambat pun, ya, konsekuensinya potong tunjangan. Berbanding terbalik dengan suamiku yang super on time. Allah memang Mahaadil, ya
Berlibur pun, jika sudah disepakati berangkat jam 5 pagi, ya, kami harus on time. Kalau tidak akan ada omelan panjang yang membuat istri diam bagaikan emas.
Dari suami, lama kelamaan mengubah pola manajemen waktuku. Sedikit demi sedikit aku belajar untuk bisa on time. Ya, meskipun belum bisa seratus persen on time seperti dia. Setidaknya aku terus berusaha. Kenapa judul tulisan ini “Aku Belum Bisa On Time” bukan “Aku Tidak Bisa On Time” karena aku terus berusaha untuk memperbaiki agar bisa mengurangi kebiasaan buruk padaku..
Kebiasaan yang tidak patut ditiru, menggampangkan waktu, mengulur-ngulur waktu, dan tidak menghargai waktu. Yang selama ini aku lakukan adalah salah besar. Ketika mendengar kajian oleh ustaz ternama Indonesia, aku merasa “ditampar ketika pembahasan tentang “Jangan tertipu dengan waktu luang”. Isi kajian yang membahas tentang pentingnya tidak mengulur waktu salat serta memanfaatkan waktu luang yang ada.
Semua harus di awali dengan niat, apapun yang ingin diubah pasti harus memiliki niat yang kuat. Dengan belajar on time salat lima waktu, aku belajar juga untuk on time pada kegiatan lainnya. Cara ampuh pertama yang aku lakukan untuk on time salat, meskipun terkadang setan selalu menggoda manusia dengan sifat malasnya. Setidaknya aku sudah berusaha.
0 notes
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Kalimat Sapaan
0 notes
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Ucapkan Terima Kasih
Masih dengan sisi “gelap” atau kekurangan yang kita miliki. Setelah kita mengetahui apa saja kekurangan yang kita miliki, langkah selanjutnya adalah memilah kekurangan yang berbentuk sifat diri yang harus kita perbaiki. Saya pertebal kata “perbaiki” di sini bukan untuk mengubah 100 persen sifat diri yang kurang bagus pada diri kita, tetapi dengan memperbaiki ada proses yang harus kita jalani untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Seperti saya yang memiliki sifat kurang percaya diri untuk bicara di depan banyak orang atau public speaking, bagaimana caranya agar saya berproses untuk memperbaiki kepercayaan diri saya? Sebenarnya kurang percaya diri saya adalah salah satu penyebab pola asuh orang tua. Maklum saja, orang tua tahun 80-an pola asuh yang diterapkan adalah sikap yang otoriter. Sehingga membuat saya tidak percaya diri dengan segala keputusan yang saya ambil. Karena pola asuh orang tua yang selalu ikut campur dengan kegiatan anaknya membuat saya tidak dapat menentukan suatu keputusan yang diambil dan tidak membiarkan anaknya untuk melakukan kesalahan atau kata lainnya harus sempurna dalam melakukan suatu hal.
Pola asuh seperti ini menimbulkan kurang percaya diri saya saat berbicara di depan banyak orang. Pikiran yang selalu takut dengan kalimat “salah,” padahal salah itu wajar ketika kita dalam proses belajar. Pikiran negatif yang datang sewaktu berbicara di depan banyak orang membuat saya gugup dalam berbicara. Banyak orang yang mungkin mengalami apa yang saya alami, ketakutan jika penjelasan yang kita sampaikan ke audien tidak dapat dipahami atau materi yang kita sampaikan salah. Ketakutan, ketakutan itu memang muncul pada setiap orang dengan frekuensi yang berbeda.
Seperti saya, frekuensi ketidak percaya diri untuk berbicara di depan audien masih dikatakan wajar, seperti takut audien banyak pertanyaan, takut audien bosan dengan penjelasan, takut materi atau jawaban tidak dapat dimengerti audien. Ketakutan-ketakutan tersebut dapat kita minimalisir dengan cara mengubah pola pikir. Pola pikir yang selalu sempurna akan menimbulkan ketakutan tersendiri sehingga energi negatif timbul dan menyerang secara otomatis pada pikiran kita.
Kita harus mengubah pola pikir kita, bahwa setiap manusia pasti memiliki kesalahan, setiap manusia memiliki kekurangan, setiap manusia butuh proses dan selalu berpikiran positif. Mengubah kalimat negatif yang muncul dengan kalimat positif. Jika di pikiran kita ada ketakutan bahwa audien akan bosan dengan presentasi kita, maka harus kita ubah dengan kalimat audien akan menikmati setiap presentasi yang kita sampaikan. Dengan begitu, kepercayaan diri kita akan muncul dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada diri sendiri karena telah berjuang melakukan yang terbaik untuk hal yang telah dilalui.
Dengan ucapan terima kasih kita sudah menghargai diri sendiri setiap proses yang kita jalani. Bersyukur dengan apa yang terjadi dan proses yang telah kita jalani. Dengan menghargai diri sendiri maka akan timbul rasa percaya diri pada diri kita. Proses healing berucap terima kasih membuat kita lebih mencintai diri sendiri dan tidak mudah merendahkan diri. Proses bersyukur bahwa Allah telah memberikan kekuatan untuk melakukan segala hal setiap waktu yang dilewati, bersyukur karena telah berusaha semaksimal mungkin. Tidak ada yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah. Setiap manusia pasti membutuhkan penghargaan dari orang lain, tetapi kita terkadang lupa bahwa penghargaan yang paling utama adalah menghargai dirinya sendiri salah satunya dengan cara ucapan terima kasih.
#healing
#30dwc
#30dwcjilid31
#day5
0 notes
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Tiga Kata yang Sangat Ampuh Bagi Si Minder.
Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan pasti memiliki sisi “gelap” dan “terang.” Saya menyebutnya sisi gelap dengan kekurangan dan sisi terang dengan kelebihan. Secara fitrahnya sebagai manusia kita pasti memiliki dua hal tersebut. Namun, sering kali kita hanya melihat seseorang dari sisi gelapnya.
Siapa yang tidak memiliki kekurangan? Pasti semua memiliki kekurangan. Ya, dengan kekurangan yang kita miliki terkadang membuat kita tidak percaya diri, bahkan sering menyalahkan Tuhan Sang Pencipta. Seperti itulah yang pernah saya alami. Dari perundungan yang diterima selama ini membuat saya tidak percaya diri bahkan pernah menyalahkan Tuhan, kenapa engkau menciptakan saya dengan segala keterbatasan yang dimiliki?
Begitu sempitnya pemikiran saya waktu itu, proses tidak percaya diri ini masih sering muncul sampai sekarang. Hingga saya menemukan buku yang berjudul “Seni Mencintai Diri Sendiri.”
Dari buku tersebut saya banyak belajar bagaimana agar dapat mencintai diri sendiri.
Bersyukur adalah salah satu cara untuk mencintai diri sendiri. Dengan bersyukur, kita selalu menerima dengan legowo keadaan seburuk apapun yang terjadi pada diri kita.
Dengan bersyukur kita akan mendapatkan pikiran yang positif dengan pertanyaan negatif yang terngiang-ngiang di benak.
Seperti, kenapa saya bertubuh kurus dan tidak pandai? Kenapa saya tidak dilahirkan di keluarga yang kaya? Kenapa saya harus bersekolah sambil berjualan? Kenapa saya tidak beruntung seperti Rahma? Kenapa saya punya penyakit ini? Dan masih banyak lagi kenapa lainnya.
Pertanyaan yang umum ditanyakan bagi orang yang tidak pandai bersyukur. Seperti itulah pertanyaan yang pernah menyelimuti di benak saya.
Ilmu agama dan keimanan yang sedikit membuat saya harus berjuang dengan diri sendiri. Berperang melawan diri sendiri itu lebih sulit karena tidak adanya kecintaan terhadap diri sendiri menambah keterpurukan diri.
Hal sederhana yang diajarkan pada buku tersebut yaitu denga cara bercermin setiap pagi setelah bangun tidur dan berkata “Aku Cinta Padamu,” sambil menunjuk ke arah cermin. Mungkin awal-awal melakukannya kita akan malu atau ragu, apakah bisa dengan cara seperti itu akan lebih percaya diri?
Yang saya lakukan pertama kali sama seperti bayangan Anda. Saya malu mengucapkan tiga kalimat ampuh itu, tetapi dengan senyuman dan semangat yang kuat, saya bisa melakukannya hampir setiap pagi.
Dengan cara itu saya seperti punya kekuatan bahwa “Ini loh, Aku cinta sama diriku sendiri. Kalau bukan kita siapa lagi yang mencintai diri sendiri.” Kalimat yang positif dan berdampak positif bagi rasa percaya diri kita. Dengan begitu, kita pasti akan memberikan yang terbaik untuk diri sendiri. Seperti selalu berpakaian rapi, selalu wangi dan menjaga tubuh agar selalu bersih dan terawat.
Setelah kita bisa mencintai diri sendiri, langkah selanjutnya adalah bertanya kepada sahabat, teman kantor atau pasangan, hal apa saja yang menjadi sisi gelap diri kita. Dari pendapat mereka kita bisa koreksi dan introspeksi agar kedepannya hal yang kurang baik akan berubah menjadi lebih baik lagi tanpa harus menjadi orang lain.
Yuk, mulai hari ini kita ucapkan tiga kata ampuh “Aku cinta padamu” di depan kaca untuk diri sendiri! Insyaallah dengan begitu kita dapat mencintai diri sendiri dan menjadi orang yang pandai bersyukur.
1 note · View note
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Kamu Cukup Mendengarkan.
“Sahabat, aku bisa telepon? Aku mau curhat sebentar saja,” pesan di media sosial berharap aku bisa meluapkan kegusaran pikiran yang sudah membuncah.
“Maaf, aku lagi banyak pekerjaan. Bagaimana kalau besok saja?” balasnya kepadaku.
“Baik, kalau begitu nanti aku coba hubungi lagi.” Jelasku mengakhiri percakapan pesan via media sosial.
Aku berselancar dengan menggerakkan jempolku di media sosial dan memencet sebuah nomor yang terlintas di pikiranku.
“Hai, bisa telepon? Aku lagi stres ini!” tulisku di layar telepon pintar sambil duduk galau tidak menentu.
“Bisa, telepon saja!” balasnya dari seberang sana dan segera aku memencet tombol telepon dan mulai bercerita tentang semua permasalahanku.
Mau tahu perasaanku kala itu? Plong dan bebas tanpa beban. Aku hanya butuh teman untuk mendengarkan keluh-kesahku, tidak sampai 30 menit pembicaraan kami berakhir.
Cerita singkat tentang seorang sahabat yang hanya butuh didengarkan. Begitulah percakapan antara dua sahabat yang berbeda respons. Respons sahabat pertama pasti ada yang mengalaminya. Bukan salah sahabat menolak untuk mendengarkan curhatannya, mungkin memang waktu saja tidak tepat buat curhat. Mungkin bagi sahabat pertama, pekerjaannya lebih penting dari hanya mendengarkan keluh kesah sahabatnya. Mungkin sudah dikejar deadline untuk mengumpulkan pekerjaannya. Atau mungkin juga, dia ada masalah yang tidak ingin mendengarkan masalah orang lain. Positif thinking saja. Namun, sebagai sahabat yang baik setidaknya jadilah pendengar yang baik, meskipun tidak ada solusi yang akan Anda berikan nantinya. Berilah dia waktu sebentar untuk menceritakan permasalahannya, dengan begitu Anda membantu kewarasan mentalnya.
Sama seperti orang tua yang selalu cerita dan sedikit-sedikit bercerita kepada kita. Sebenarnya mereka tidak meminta solusi atas permasalahan yang dihadapi tetapi hanya butuh didengarkan saja, mereka butuh teman mendengar. Tidak butuh waktu banyak untuk menjadi pendengar yang baik, sepuluh menit atau paling lama 30 menit. Dengan begitu segala kegalauan atau stres sahabat Anda akan berkurang. Terkadang kita hanya ingin didengarkan, karena solusinya belum tentu sesuai dengan kondisi yang dialami. Kenapa tingkat stres mulai banyak bermunculan di era globalisasi seperti sekarang? Dengan banyaknya pekerjaan dan masalah yang menumpuk, keterbatasan bersosialisasi juga mempengaruhi tingkat stres. Apalagi di saat pandemi seperti ini, butuh teman bercerita berbagi pengalaman adalah hal yang sangat dibutuhkan.
Kewarasan mental adalah hal yang utama di saat pandemi, dengan mendengarkan sahabat atau kerabat kita sebenarnya sudah membantu mereka untuk menjaga mentalnya agar selalu sehat. Mungkin sebagian orang lebih nyaman curhat dengan sahabat, ada juga dengan menulis sebagai sarana healing-nya. Apa pun caranya sebagai teman atau kerabat sebaiknya kita terus support.
Sering kita mendengar komunikasi yang baik adalah jadi pendengar yang baik, bukan? Ya salah satu anjuran Rasulullah juga menjadi pendengar yang baik. Jika kita diminta pendapat, berilah sesuai porsi yang diinginkan. Hindarilah kalimat menggurui atau menghakimi.
Mari belajar menjadi pendengar yang baik bagi kerabat atau sahabat kita! Dengan tulisan ini, saya juga belajar untuk menjadi pendengar yang baik. SEMANGAT!
Picture by canva
#30dwcjilid31
#day1
3 notes · View notes
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Akhirnya Aku Menangis
Aku adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Kakak pertamaku laki-laki namanya Dedy, kakak keduaku perempuan bernama Devi. Namaku sendiri adalah Dewi. Ada apa dengan huruf D? Entahlah, hanya Ayahku yang dapat memecahkan misterinya.
Tubuhku tinggi besar, warna kulitku sawo matang cenderung lebih gelap daripada kedua saudarku. Aku mirip dengan Ibu yang memiliki tubuh besar. Kata Ibu kulitku seperti Kakek. Orang-orang di sekitar sering mengejekku si Hitam.
Selama ini aku tidak peduli dengan sebutan si Hitam atau ada yang selalu membandingkan warna kulit dengan kakakku.
Memasuki jenjang pendidikan SMA dan kata orang adalah masa-masa puber. Kini aku berpikiran bahwa orang cantik itu yang memiliki wajah glowing, sedangkan aku jauh dari kata glowing. Julukanku saja si Hitam oleh kerabatku yang lain. Artinya memang warna kulitku lebih gelap.
Aku bertahan untuk diam jika mereka mengejekku. Toh aku memang berkulit lebih gelap dibanding saudaraku yang lain.
Terkadang aku protes kepada Ibu. Kenapa aku dilahirkan berbeda warna kulit tetapi tak pernah kuperpanjang lagi pertanyaannya. Obsesiku kini hanya ingin memiliki wajah glowing.
Apa gunanya memiliki kakak perempuan jika tidak untuk mencoba perawatan wajah. Ya, awal hanya terpikir untuk mencoba-coba masker wajah, sampai ketagihan memakainya dan berlanjut memakai lulur untuk tubuhku.
Akhirnya, aku menggunakan perawatan wajah dan badan karena obsesi menjadi glowing. Rutinitas harianku kini berubah merawat tubuh yang menurutku ideal.
Setiap hari memakai sunblock agar kulitku tidak terbakar oleh sinar matahari. Sebelum mandi rutinitas yang aku lakukan adalah menggunakan lulur dan sebelum jam tidur selalu memakai masker wajah.
Usaha yang aku lakukan kini berbuah manis. Duduk di bangku kelas 2 SMA, perubahan wajahku mulai terlihat. Banyak yang memuji bahwa aku lebih glowing sekarang.
Hingga suatu hari, keponakanku yang kecil berusia 6 tahun melihat foto kecilku yang beda di laci meja riasku. Pastinya berbeda kulit wajah yang dahulu denganku sekarang.
Ucapan yang singkat tetapi dapat merobohkan pertahananku selama ini.
“Tante dulu hitam, ya?”
Aku Mendengarnya seperti dilempar masker beribu ton beratnya ke wajahku. Benar adanya pertahananku kini benar-benar runtuh, berjuang dari dulu untuk tidak menangis kini harus kandas. Aku menangis sejadi-jadinya di dalam kamar hanya karena ucapan keponakanku. Anak kecil yang polos dan berbicara apa adanya.
Kakakku Devi hanya bisa tertawa dengan tingkah lakuku yang menurutnya lebay. Untukku yang selama ini mendapat julukan si Hitam dan berusaha untuk menghapus julukan itu sangat menyesakkan. Aku berusaha sejauh ini tetapi julukan itu masih melekat. Bagiku adalah luka batin yang terus mengaga tanpa ada penyembuhan.
Aku utarakan semua unek-unekku kepada Ibu dan Kakak Devi. Berhenti menjulukiku si Hitam. Berhenti dengan segala perundungan yang membuatku sakit hati. Aku utarakan dengan linangan air mata yang deras mengalir di pipi. Aku mengutarakan bahwa aku sakit hati dengan julukan si Hitam.
Aku bersyukur meskipun sakit hati yang terpendam, aku tidak pernah menyalahkan Tuhan dengan segala kondisiku. Tak memiliki dendam dengan kerabatku atau tetangga. Pelajaran untuk semua yang pernah mengalami sepertiku, syukuri semua yang Allah berikan. Rasa syukur membuat kita lebih tenang dengan apa pun kondisi kita. Untuk orang yang suka mengejek fisik, berhentilah! Tindakkan kalian sangat tidak terpuji.
0 notes
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Menjahit Baju Yang Robek
Hari ini, Kakak dan Adik waktunya bermain di luar bersama teman satu komplek. Weekend adalah hari bermain untuk buah hati. Orangtua di komplek rumah sepertinya memiliki pemikiran yang sama, membiarkan anak-anak mereka bermain bersama setelah 5 hari dengan rutinitas sekolah daring.
Saya tidak membatasi buah hati untuk bersosialisasi tetapi lebih mendisiplinkan mereka untuk belajar apa itu hak dan kewajiban.
Mungkin bagi si Kecil apa itu hak dan kewajiban belum sepenuhnya paham karena usianya masih 6 tahun. Untuk si Kakak yang usianya 10 tahun, pembelajaran disiplin tetap berlanjut sampai usia dewasa.
Saya orangtua yang masih terus belajar untuk memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik.
Seperti hari ini, si Adik berlari kedalam rumah memanggil Mamanya yang sedang mencuci piring. Dia menangis dengan memegang bajunya yang robek.
“Mama, baju Adik robek. Kakak Dave, narik baju, Adik!” Dengan polosnya dia bercerita sambil menangis.
Sebagai orangtua saya hanya bisa menenangkan tangisannya, kekecewaan kepada anak tidak mungkin saya pungkiri. Jalan menenangkannya adalah menjahit baju yang robek.
Meminta Adik untuk membuka bajunya dan mengambil peralatan menjahit saya berusaha menenangkan tangisannya. Sambil menjahit, saya membujuk Adik agar berhenti menangis.
Perbaikan baju yang robek telah selesai. Adik sudah bisa tersenyum lagi tetapi dia enggan untuk kembali bermain. Masih ada perasaan marah pada dirinya.
“Adik marah sama Kakak Dave, ya? Adik boleh marah tetapi tidak boleh lama-lama. Kak Dave mungkin enggak sengaja menarik baju Adik. Apa kata Ustadzah? Kita tidak boleh dendam sama teman.”
Saya biarkan Adik berpikir dan melanjutkan pekerjaan rumah. Dia duduk sambil melihat ke arah luar rumah. Butuh waktu sekitar 2 menit untuk Adik mengambil keputusan bermain kembali.
Kejadian ini membuat saya sebagai orang tua juga belajar, bukan hanya perbaikan baju yang dibutuhkan anak, perbaikan hati yang kecewa dan memutuskan untuk memaafkan dengan ikhlas itu membutuhkan keberanian.
Emosi dan keegoisan yang besar terkadang membuat kita tidak mau memaafkan orang lain. Perasaan marah yang dominan mengalahkan logika yang seharusnya bisa diselesaikan dengan baik.
1 note · View note
desinta · 3 years
Text
Tumblr media
Tamparan dari Sahabat
Siapa sih yang enggak punya sahabat? Pasti semua orang punya sahabat. Sahabat dari kecil, sahabat di kantor, sahabat di kajian.
Banyak tempat yang mempertemukan kita dengan sahabat. Sahabat adalah orang yang membuat kita bisa menjadi diri sendiri, selalu mendukung dalam hal kebaikan dan tidak segan menegur jika kita berbuat keburukan.
Seorang sahabat, sudah tahu kelemahan dan kekurangan kita. Tidak pernah marah jika ada selisih pendapat, begitu pun dalam mendapatkan kebahagiaan, orang yang diingat pertama kali pasti sahabat.
Panutan kita baginda Rasulullah pun memiliki banyak sahabat. Begitu penting peran sahabat bagi Rasulullah. Salah satunya membantu syiar agama Islam. Rasulullah terkadang meminta pendapat sahabatnya untuk mengambil suatu keputusan, begitu pun dengan sahabat selalu meminta pendapat Rasulullah jika ada masalah yang sulit dipecahkan. Rasulullah sampai menjamin masuk surga untuk para sahabat pilihannya karena memiliki akhlak yang terpuji. Sangking begitu sayangnya Rasulullah kepada para sahabatnya.
Dari Zuhair bin Muhammad dari Musa bin Wardan, dari Abu Hurairota radhiyallahu anhu berkata, bersabda Rasulullah SAW:
Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu diantara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dijadikan teman. (Hadis, dikeluarkan dari Imam Ahmad di dalam" Al-Musnad)
Pernah dengar hadis di atas? Begitu pentingnya akhlak seorang sahabat untuk kita. Begitu pun saya, memiliki sahabat yang luar biasa akhlaknya yang sering mengingatkan pada akhirat. Saya pernah “tertampar” oleh salah satu sahabat. Kalimat yang sederhana tetapi membuat saya berpikir keras.
“Dalam urusan dunia persiapan yang kita susun begitu detail dan panjang tetapi dalam akhirat persiapan yang kita tempuh hanya salat dan hal yang wajib saja. Memperdalam ilmu dunia sering membuat kita lupa bahwa ilmu agama adalah yang terpenting untuk akhirat kelak.”
Benar adanya yang diucapkan sahabat saya, persiapan apa yang saya tempuh untuk belajar ilmu agama saya sendiri? Apakah hanya ilmu dasar yang ada di pelajaran sekolah? Kenapa saya tidak belajar ilmu agama lebih dalam. Padahal ilmu agama yang akan membawa kepada akhirat kelak.
Ya, dari “tamparan” sahabat, akhirnya saya berpikir, bahwa ilmu agama seharusnya diutamakan daripada ilmu dunia. Setidaknya ilmu agama yang kita miliki lebih banyak daripada ilmu dunia karena kita butuh persiapan yang lebih banyak dan detail untuk menuju alam yang lebih kekal, yaitu akhirat. Mari kita persiapkan diri belajar ilmu agama, belum terlambat untuk memulainya!
1 note · View note
desinta · 3 years
Text
Hasil Tidak Akan Mengkhianati Usaha
Aku laki-laki yang terlahir di keluarga sederhana, orang tuaku bekerja sebagai petani sawit. Tidak ada yang istimewa dari keluarga maupun tentang diriku. Kehidupan yang aku lalui terlampau berat.
Di era 90-an, di bangku kelas 3 sekolah dasar, aku sudah bekerja untuk membantu orang tua sebagai loper koran. Setiap hari selesai salat subuh, aku ke kios agen koran untuk mengantarkan koran-koran ke rumah pelanggan. Aku menyusuri sekitar 10—15 alamat rumah yang diberikan oleh agen dengan berjalan kaki. Sekitar jam 6 pagi, pekerjaanku telah selesai.
Setiap hari aku mendapat upah 100 rupiah. Setidaknya uang ini bisa aku sisihkan untuk menabung dan sebagai uang saku untuk jajan di sekolah. Kehidupan keluarga yang sederhana membuatku harus melakukan pekerjaan tambahan.
Aku bergegas pulang ke rumah untuk sarapan dan berangkat ke sekolah. Sebenarnya aku malu melakukan pekerjaan ini. Demi menabung dan terus melanjutkan pendidikan, aku mengesampingkan rasa malu yang ada. Alhamdulillah, selama aku menjadi loper koran teman-teman di sekolah dasar tidak ada yang mengejekku. Aku melanjutkan pendidikan sampai tamat SMP dengan tetap menjadi loper koran.
Namun, ketika memasuki SMA pekerjaanku berubah menjadi lebih berat yaitu menjadi kuli bangunan. Jika, hari minggu tiba aku segera mengikuti kakak pertamaku untuk bekerja menjadi kuli bangunan. Upah yang aku dapat pun bisa untuk uang saku satu minggu dan menabung jika ada keperluan sekolah yang mendesak.
Orangtuaku memberi kebebasan untuk bekerja tetapi dengan syarat tidak mengganggu nilai pelajaran sekolah dan selalu mengutamakan salat. Orangtuaku juga tak henti-hentinya menasihati untuk bersikap jujur dan selalu berbuat baik kepada sesama. Mendukung anaknya untuk sekolah ke jenjang perguruan tinggi dan memiliki pekerjaan yang layak adalah cita-cita orangtuaku. Aku melakoni sebagai kuli bangunan sampai aku lulus dan menyandang gelar Diploma III.
Menyandang gelar Diploma III adalah prestasi yang sangat membanggakan untuk seorang anak petani sawit. Kini pekerjaan sebagai karyawan yang aku dapatkan adalah andil dari doa orangtua kepada anaknya. Allah memberiku nasib yang sangat baik tentunya dengan usaha yang telah aku lakukan selama ini.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (TQS. Ar-Ra’d : 11).
Dari firman Allah Swt di atas, sebagai manusia kita hanya berusaha sebaik mungkin untuk mengubah nasib yang telah ditentukan. Dengan ketakwaan kita kepada-Nya dan dengan tetap melakukan segala perintah dan menjauhi larangannya. Tentunya harus seimbang antara hubungan kita dengan Sang pencipta, sesama manusia dan alam sekitar.
5 notes · View notes
desinta · 3 years
Text
Ramadan Yang Kurindukan
Rumahku terletak di Desa Besuk, sekitar 12 km dari pusat pemerintahan kabupaten. Kraksaan adalah ibu kota Kabupaten Probolinggo. Di Desa Besuk aku dibesarkan dan diberi kesempatan mengenyam pendidikan sampai tamat sekolah dasar. Tak ubahnya seorang anak-anak, aku sangat suka bermain.
Rumahku yang masih dikelilingi sawah lengkap dengan sungai terasa sangat nyaman dan alami tanpa polusi. Air sungai yang mengalir pun masih jernih.
Kebiasaanku bersama teman-teman di waktu Ramadan yaitu membaca Alquran secara bergantian atau disebut tadarus. Aku masih ingat, ketika Ramadan sekolah diliburkan tetapi tugas selama bulan Ramadan tetap berjalan.
Ya, namanya juga masa kanak-kanak. Aku beribadah bukan mencari rida Allah Swt tetapi hanya untuk melengkapi nilai sekolah. Membawa buku tulis yang telah dibuat kolom bergaris serta diberi keterangan.
Setiap selesai tadarus aku meminta tanda tangan atau paraf kepada pengajar di Musala. Begitu pun dengan tarawih, salat yang seharusnya dikerjakan dengan khusyuk dan tuma’ninah tetapi tidak bagiku. Banyak senda gurau yang aku lakukan bersama teman-teman di saf paling belakang. Tak jarang aku dan teman-teman mendapatkan hukuman membersihkan lantai musala.
Kenangan yang sangat memalukan tetapi aku merindukannya. Tak hanya itu kenangan Ramadan yang aku rindukan di kampung halaman. Suara lantunan ayat suci Alquran yang merdu bergema di setiap musala di desaku. Ada juga kebiasaan masyarakat di desaku pada awal Ramadan, yaitu pergi ke pemakaman mendoakan keluarga yang telah meninggal.
***
Sore hari di bulan Ramadan, mengendarai motor butut hitam bermerek Honda. Ayah memboncengku bersama Adik, mengajak jalan-jalan ke Kraksaan untuk membeli takjil kue bongko kesukaanku. Jajanan pasar yang dijual ketika Ramadan tiba. Ayah mengajakku dan Adik untuk pergi bersamanya agar Ibu di rumah bisa  memasak dengan tenang untuk buka puasa.
Terkadang kami hanya jalan-jalan, melihat keramaian orang lalu-lalang atau hanya membeli es buah. Sederhana tetapi memberikan kehangatan bagiku. Meskipun kenangan Ramadan bersama ayah hanya sebatas jalan-jalan tetapi selalu kukenang, dengan begitu Ayah memiliki waktu bercerita kepadaku dan adik, memberikan petuah ataupun sekedar bersenda gurau.
Ramadan yang selalu kurindukan setelah 12 tahun tidak lagi bersama dengannya. Kini kebiasaan sebelum Ramadan hanya mengunjungi pemakaman alm. Ayah. Meskipun, hanya adat istiadat tetapi setidaknya mengingatkanku pada kenangan Ramadan bersamanya.
2 notes · View notes