Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Apa yang kamu inginkan dari pasanganmu ? Jika kamu ingin supaya matamu melihat yang indah-indah, suatu saat kalau kamu menemukan yang lebih indah dari dia, apa kamu akan berpaling ?
Jika kamu ingin supaya ada yang menghidupimu, suatu saat ketika ada yang jauh lebih sanggup menghidupimu, apa kamu akan berpaling ?
Apa yang kamu inginkan dari hubunganmu ?
0 notes
Text
“Annika ..”
“Ya ?”
“Terobos saja ayo hujannya”
Annika menadah air hujan dengan telapak tangannya yang putih cantik. “Tapi nanti kamu sakit. Kamu kan lemah. Saya mah kuat”
Aku terkekeh. Lalu menarik tangannya masuk ke derasnya hujan.
“Ini serius kamu tidak apa-apa ? Awas besok mengeluh demam”.
“Sesekali. Pengen merasakan hujan-hujanan di motor, sama kamu”
Sekarang Annika yang terkekeh mendengar itu.
0 notes
Text
Kalau kamu orangnya, pasti bertemu.
Sebab, serumit apapun jalannya, akan saya usahakan kalau diujung sana masih ada kamu.
Selelah apapun perjalanannya, tidak akan saya mengeluh kalau diujung sana ada kamu membentangkan tanganmu lebar-lebar mempersiapkan pelukan paling hangat yang pernah ada di dunia.
Selama ada kamu di ujung sana.
0 notes
Text
Seorang teman berkata “Fase terbaik manusia adalah ketika kita sudah bisa menertawakan masa lalu yang menyakitkan”.
0 notes
Text
Terima kasih telah pergi.
Awalnya mungkin sempat tersiksa. Namun kini saya jadi mengerti, hubungan tak akan pernah terasa rumit jika kau menjalaninya dengan orang yang tepat. Kau tidak akan letih, kau tidak akan bosan, bahkan saling diam dalam satu ruangan yang sama pun terasa menyenangkan jika memang dia orang yang tepat bagimu.
Karena dari kepergianmu kemarinlah saya mendapatkan satu pelajaran yang sangat penting:
Apabila ia baik bagimu, ia akan mudah.
0 notes
Text
“Tidak ada satupun di diriku yang bisa kamu cintai”
“Saya tidak perlu harus mencintaimu. Saya mau menikahimu karena saya peduli dengan kamu. Di setiap sikap cerobohmu, akan ada saya yang menjagamu. Di setiap kegagalan, akan ada saya yang menguatkanmu. Kita akan berteman dalam rumah yang sama seumur hidup. Kalau kita mulai bosan berdua, mungkin kita bisa menciptakan teman-teman baru kita dari saripati tubuh kita sendiri. Kita bisa bermain dengan mereka kelak”
1 note
·
View note
Text
Tidak ada kalimat yang paling bikin overthinking selain perkataan bapak barusan, “Bapak ini semakin menua. Kamu kapanpun harus siap hidup tanpa bapak.”
0 notes
Text
Suatu hari nanti ketika satu dunia menolakmu dan kamu merasa tidak pantas untuk apapun, percayalah saya satu-satunya yang berharap kau baik-baik.
0 notes
Text
Begitu adilnya Tuhan menciptakan yang namanya mimpi. Memberi kesempatan ke orang-orang yang hidupnya hancur untuk sedikit merasakan bahagia sekalipun sekadar mimpi. Tersenyum sambil tidur lalu kemudian terbangun hanya untuk menyadari itu semua cuma mimpi.
Betul ternyata, hidup itu adalah sederetan penderitaan dengan jeda bahagia.
0 notes
Text
“Jadi kamu enak dih ?”
.. adalah kalimat yang bikin kita kek gemesh peng ceritakan kisah hidupnya kita biar mereka tau juga jatuh bangunnya kita, luka perihnya kita, sunyi-sepinya kita.
Bisa jadi seseorang yang keliatannya telah mendapatkan semuanya justru adalah seseorang yang pernah kehilangan semuanya.
0 notes
Text
Lagi suka sama cewek yang lebih tua trus dibilang “Jangan ! Kalau cewek yang lebih tua biasanya kamu yang diperbudak”
Damn, You never know how crazy I am when I fall in love.
0 notes
Text
“Apa yang akan kamu lakukan dengan kekuranganku ?”
“Melengkapinya”
0 notes
Text
Antara kamu berakhir menjadi seseorang yang saya sombongkan kepada semua orang sambil menggenggam tanganmu, atau kamu malah menjadi seseorang yang saya ceritakan kepada semua orang lalu ketika ditanya “Dia sekarang di mana ?”, saya jawab “Di pelukan suaminya”.
0 notes
Text
Saya tidak tau bagaimana masa depan. Tapi kalau suatu saat kita diizinkan bersama, saya akan memberikanmu seluruhnya saya yang tak pernah saya berikan ke siapapun sebelumnya.
0 notes
Text
Jika Tuhan tak kunjung mempermudah jalan kita, mungkin kita perlu ganti doanya menjadi “Semoga kita kuat-kuat”.
Sebab, ada yang dimudahkan jalannya, ada juga yang dikuatkan hatinya.
0 notes
Text
PERGI
Sudah lebih dua jam Risa berdiri di atas panggung menyalami setiap tamu yang datang silih berganti mengucapkan Happy Wedding untuknya. Daripada para tamu yang ramai sekali itu, sebenarnya ada satu sosok yang paling dia tunggu. Sesekali ia memicingkan mata ketika melihat orang yang posturnya mirip dengan seseorang yang ia tunggu. Di satu kesempatan, matanya bertemu dengan seorang teman sekolahnya dulu, namanya Vina. Vina langsung saja menggelengkan kepalanya seakan tau makna tatapan Risa itu. Sedangkan, Zaid, si mempelai pria yang sekaligus suami sah Risa, menangkap gelagat Risa yang seperti tengah mencari sesuatu di kerumunan tamu. Zaid tau siapa yang dicari itu, yang ditunggu Risa.
“Mungkin dia tidak akan datang. Jarang loh ada orang yang mau datang ke nikahan mantannya”,
kata Zaid sambil mengambil tangan kanan Risa, mengenggamnya. Risa menoleh, wajah cantiknya kini terlihat sayu. Sekalipun sudah sah menjadi suami Risa, Zaid tetap memaklumi kalau Risa sampai sekarang belum benar-benar sembuh dari masa lalunya itu karena pernah ditinggalkan tanpa penjelasan apa-apa.
Sebenarnya teman-teman Risa yang lain juga sudah sering menasihati Risa. Tentang supaya tidak usah memikirkan laki-laki brengsek itu lagi. Tentang supaya menjaga perasaan laki-laki baik seperti Zaid yang tetap mau menemaninya sembuh sekalipun Zaid tau sendiri itu akan menyakiti perasaannya sendiri. Tidak jarang sewaktu PDKT dengan Zaid dulu, Risa menyebut-nyebut soal mantannya itu, sambil memaki-makinya. Tapi bagi Zaid, keberadaannya di sisi Risa layaknya seorang perawat terhadap pasiennya, ada di sana untuk mendengarkan semua keluhan-keluhan sakit si pasien, lalu kemudian mengobatinya. Ia tak masalah, yang terpenting adalah ia harus selalu ada untuk Risa.
***
Di tempat yang lain, ada seorang pria sedang mengenggam ponselnya, ada chat WA masuk di sana. “Aldi, jadi datang tidak ? Ini acaranya sudah mau selesai. Setidaknya kamu bisa jelaskan dulu ke Risa alasanmu pergi”. Alih-alih membalasnya, ia hanya menaruh ponsel itu ke saku celana bahan warna hitamnya. Lalu dari tas selempangnya ia buka sebuah undangan pernikahan berwarna merah jambu. Ada nama dua orang di sana. Clarissa Yunita, A.Md. RMIK & IPTU Al-Zaidin Faeyzi.
Pria itu, Aldi, hanya bisa menghela napas berat. Baiknya mungkin begini, tidak usah datang ke sana kalau nanti hanya membuat dia dan Risa semakin berat untuk saling melepas. Mungkin baiknya Risa tidak perlu tau bahwa beberapa bulan yang lalu orangtuanya mendatangi Aldi dan memintanya untuk memutuskan Risa dengan alasan Aldi bukanlah orang yang tepat untuk Risa.
“Anakku harus hidup dengan laki-laki yang pekerjaannya jelas”, begitu kata ibunya Risa, mukanya seperti sedang menahan amarah dan kekesalan “Risa itu sudah hampir umur kepala tiga, dia harus segera menikah. Tidak akan cukup waktu jika harus menunggumu terus-terusan”
“Tapi saya cinta Risa, bu. Risa juga cinta sama saya”, balas Aldi menangis tersedu.
“Ah .. cinta itu Cuma ilusi orang-orang muda seperti kalian. Nanti juga kalian akan mengerti ada yang lebih penting daripada sekadar cinta. Lagipula kalau kamu memang cinta sama Risa, kamu harus membiarkan Risa memilih kehidupan yang baik untuknya”
“Kalau begitu, saya pengen ketemu sama Risa, bu. Biar saya tau dia memilih siapa”, pinta Aldi.
“Saya ibunya !”, suara ibu Risa meninggi. “Selagi saya masih ada, saya yang memilihkan yang terbaik untuk Risa”, ada suara getir di kata terakhirnya barusan.
“Kamu bisa tidak pergi saja dari kehidupan Risa ? Lupakan cinta cinta khayalan kalian itu. Risa sudah ada calon suami. Kami yang memilihkan. Dia berpangkat. Tidak seperti kamu”, kata ibunya Risa.
Aldi bergeming. Ada sejuta kalimat yang terputar-putar di kepalanya tapi tak bisa ia keluarkan. Apa memang harus begini ? Apakah memang ketika kita mencintai seseorang kita harus melepas ? Terdengar ambigu sekali untuk pikiran-pikiran muda seperti mereka.
Sejak hari itu, Aldi memutuskan untuk pergi dari kehidupan Risa. Tanpa memberi penjelasan apa-apa kepada gadis yang paling dicintainya itu. Setiap teman-teman menanyakan tentang mereka, Aldi enggan menjelaskan. Biarlah dia yang dianggap pihak yang salah atas keadaan mereka. Aldi tau Risa begitu mencintainya juga, ia takut kalau Risa tau alasan yang sebenarnya kenapa Aldi pegi, Risa akan mengejarnya lagi. Mungkin perkataan ibu Risa ada benarnya, bahwa jika kita mencintai seseorang kita harus memberikan yang terbaik untuk orang itu, bahkan kalaupun kita tidak cukup baik, kita harus melepasnya agar menemukan orang yang lebih baik dari kita.
***
Tamu-tamu sudah tinggal sedikit. Waktu menunjukkan hampir pukul 3 sore.
“Kamu memang pengecut, Aldi. Bahkan untuk datang memberi penjelasanpun kamu tidak pernah berani”, gumam Risa dalam hati. “Dulu katamu aku yang paling kamu usahakan. Katamu kamulah yang paling mencintaiku. Katamu kamulah yang akan mengucap ijab kabul kepadaku. Katamu kamulah yang akan selalu ada untukku. Kenyataannya, Aldi, bukan kamu orangnya. Tapi Zaid. Dia yang selalu ada untukku sekalipun dulu sedikitpun aku tidak mau melihat wajahnya. Dia selalu ada di setiap aku kembali tersiksa karena kehilangan kamu. Dia yang selalu menyeka air mataku ketika yang aku harap itu kamu. Katanya, dia tidak akan berjanji untuk selalu ada untukku, seperti kamu berjanji, tapi dia selalu ada. Dia mencintaiku, Aldi. Cintanya lebih nyata daripada kamu”
Risa semakin erat mengenggam tangan Zaid yang berada di samping kanannya. Ia menyadari satu hal; yang benar adalah menerima cinta seseorang yang kini tengah mengenggam tangannya juga, dibanding mengharapkan cinta seseorang yang pergi meninggalkannya.
Risa mengangkat kepalanya menatap wajah Zaid. Zaid membalas tatapannya.
“Masih nunggu dia ?”, tanya Zaid.
Risa menggeleng cepat. “Yang aku tunggu selama ini sudah ada di sini. Kamu”
Mereka saling melempar senyum. Jari-jari tangan mereka saling bersilangan. Hati mereka telah sempurna saling memiliki.
0 notes
Text
Orang-orang terlalu banyak tanya, terlalu berisik. Padahal isi kepala sendiri saja riuhnya bukan main.
0 notes