Text
Ini apa?
Kamu yang mulanya hanya sejauh pandang.
Sekarang jadi di mana-mana.
Siapa yang menyangka kalau kamu akan menjadi bagian dari setiap hariku sekarang?
Bahkan nama mu ada di salah satu notifikasi ponsel ku.
1 note
·
View note
Text
Perihal menunggu itu tak usah kamu pertanyakan
Karena aku dan waktu sudah bersahabat sejak sebelum aku mengenal kamu.
Jadi silahkan kamu berpikir sesuka hati perihal temu kita yang tak pernah terencana itu.
Tapi jangan sampai aku jadi memilih untuk berhenti menunggu sesuka hati.
1 note
·
View note
Text
Jangan biarkan aku lelah menunggu
Di satu sudut kopian tempat kita berkenalan
Di tempat ternyaman dimana aku menyelesaikan semua pekerjaan ku kala itu
Hingga sekarang menjadi tempat hari-hari kuhabiskan untuk menyambung hidup di kota ini
Yang berbeda,
Kini aku duduk bukan hanya untuk rehat, tapi juga menunggu kamu.
Menunggu waktu tak terduga ketika kamu melangkahkan kaki memasuki pintu kaca besar itu.
Menunggu mata kita tak sengaja bertemu
Menunggu sebuah senyum dan anggukan sapa dari kamu yg lebih sering kaku
Menunggu waktu tak terduga itu datang lagi.
Yang aku bisa hanya menunggu, sambil mengharapkan temu.
Sehingga aku bisa mendengarkan lagi cerita-cerita yang tentang kamu.
Entah sampai kapan akan seperti ini, tapi bisakah kamu melakukan sesuatu supaya aku tidak lelah menunggu?
1 note
·
View note
Text
Sesuatu yang ku nikmati sendiri
Duduk di kursi panjang yang tanpa sandaran.
Sesekali terlihat kendaraan berlalu-lalang.
Sore selepas menyeduh untuk banyak orang.
Berbicara dalam pikiran sendiri, mendiskusikan tentang apa yang akan terjadi nanti.
Ku sesap seduhan kopi ku sendiri dan menyadari nikmatnya sore ini.
Sesekali mata ku mencuri pandang ke pintu kaca besar itu sambil bertanya-tanya.
Dia akan datang tidak ya?
1jam sudah aku duduk.
Aku bukan menunggu, hanya menghabiskan soreku.
Lampu-lampu mulai dinyalakan.
Ku bakar rokok terakhir ku, sambil ku tetapi pintu kaca besar itu. "Ah sudahlah,.. "
Ku matikan puntung rokok ku.
Lalu pintu kaca besar itu terbuka, dan segaris senyum itu menyapa.
1 note
·
View note
Text
Tergila-gila
Entah dari mana asalnya
Bagaimana awalnya
Hingga aku berakhir tergila-gila
...
Seorang laki-laki yang bahkan baru ku kenal itu
Tidak ada yg mencolok darinya, selain tubuh tingginya
Tidak banyak tingkahnya, tapi cukup membuat ku bertanya-tanya
Tidak ada pesan singkat yg masuk, bahkan satupun notifikasi yg dari dia tidak pernah ada.
Lantas, mengapa bisa?
...
Manusia, banyak uniknya
Dalam diri ku ini, ladang tandus itu bahkan bisa seketika menjadi kebun bunga lengkap dengan air terjunnya.
Gila bukan?
...
Yang aku bisa hanya menerka-nerka
Kapan kami bisa berbincang lagi?
Satu kursi panjang, yang sadarannya dinding kaca gelap.
1 note
·
View note
Text
Maaf
Apalah arti sebuah maaf, untuk manusia yg hatinya kalut oleh amarah?
Bahkan untuk memaafkan dirinya sendiri dia belum sanggup.
Karena pada dasarnya manusia dengan segenap amarahnya itu tidak butuh maaf dari siapapun, melainkan dirinya sendiri.
Apalah arti memaafkan, jika setelah itu masih ada dendam yg bersarang?
Manusia,
Kelak mereka akan sadar dan ikhlas dengan sendirinya.
Biarkan waktu mereka yang bekerja.
Tapi,
Apalah arti permohonan maaf, jika dengan sadar mengulangi kesalahan yang sama?
Manusia,...
Banyak kurangnya.
Kurang merasa cukup, contohnya.
2 notes
·
View notes
Text
Perempuan Gila
Akan selalu ada ruang untuk cerita tentang air mata.
Ditengah ramai sebuah kedai kopi tengah kota.
Beberapa perempuan itu bercengkrama.
Tampak begitu bahagia dengan obrolan mereka.
Yang satu bercerita, lalu diikutin jawaban dari perempuan satunya, dan yang satu lagi tertawa sambil sesekali menghisap rokoknya.
Lalu tiba-tiba mereka berbisik dengan tatapan serius.
Ada emosi yg terlihat dari gestur mereka.
Sampai akhirnya mereka saling diam, dan pecah dengan tawa satu sama lain.
Entah cerita apa yg dibicarakan.
Tapi dibalik tawa bahagia mereka...
Ada luka yang mungkin belum sembuh.
Ada air mata yang menghantui malam mereka.
Ada bajingan yang pernah mempermainkan hatinya.
Ada janji dan percaya yang pernah mereka jaga lalu diingkari begitu saja.
Satu yang pasti, mereka adalah perempuan-perempuan kuat yg sedang berusaha berdamai dengan diri mereka.
Malam semakin gelap, perempuan-perempuan itu mulai beranjak.
Kemungkinannya hanya dua.
Entah pulang lalu menangis sejadi-jadinya
Atau melanjutkan tawa mereka ditengah lantai dansa.
Bisa jadi juga mungkin keduanya.
Sudahlah, namanya juga gila.
1 note
·
View note
Text
Pertahanan Yang Gagal Bertahan
Perihal ucap mu itu aku tidak tau
Ketika semua batas sudah ku patuhi, bahkan kubuat batas ku sendiri.
Waktu itu nyaris tengah malam, kamu mulai percakapan. Rasa, fakta, penyesalan, tanya, dan sedikit harap yang turut serta.
Satu tahun aku bebas,
satu tahun aku berusaha bisa,
satu tahun aku berhasil lepas.
Hanya satu tahun ternyata. Hanya.
Karena semua langsung percuma ketika ucap mu kembali mencerca.
Ketika kamu berkata tentang cinta dan pulang juga harapan. Aku kembali untuk percaya.
Tentang satu tahun ku yang penuh pertahanan itu... Agaknya sedikit mengecawakan.
Sia-sia? Tidak. Karena sekarang aku tau mau berlari seperti apapun aku akan tetap berhenti saat kamu memanggil ku (lagi).
Jadi aku hadapi.
Namun ketika aku coba mengikuti perasaan dan meng iya kan mau-mau mu itu. Aku semakin tidak mengerti.
Kupikir dengan aku percaya itu cukup.
1 note
·
View note
Text
Tidak Ada Kamu Disana
Ketika aku menikmati perbincangan dibawah langit malam, kamu lebih memilih hingar bingar dunia malam.
Atau ketika aku mengajak mu melihat lautan, kamu memilih sebotol alkohol yg katamu menenangkan.
Setidaknya sekarang aku tau alasannya...
Aku bersyukur bahwa tidak ada cerita tentang langit dan laut diantara kita.
Dua hal favorit ku yg tidak tercemar kenangan tentang kamu.
Laut ku masih menenangkan.
Dan langitku selalu melegakan.
1 note
·
View note
Text
Pergi
Kini aku mulai berharap...
Berharap agar aku bisa sanggup melangkah tanpa harus melihat kebelakang.
Berharap aku mampu untuk tidak penasaran.
Berharap untuk berhenti melihat semua kebohongan paling indah yg pernah terjadi.
Akan aku bawa rasa sakitnya, akan aku ingat semua tangisan itu. Sehingga nantinya tidak ada lagi cerita dengan nama mu di dalamnya.
Sulitnya adalah... membenci mu ketika masih sangat mencintaimu ternyata jauh lebih berat.
Sekarang aku benar-benar harus pergi dari mu, untuk bisa lebih mencintai diriku.
Karena jika bersamamu, semakin aku tidak mencintai diriku.
1 note
·
View note
Text
Selesai
Pada waktunya, cerita panjang tentang kamu berakhir juga.
Dengan segala sakit dan amarah, aku putuskan untuk pergi sejauh-jauhnya.
Kini kecewa dan amarah ku berhasil mengalahkan rasa sayang yg selama ini memegang kendali.
Mungkin aku akan tetap menangis
Mungkin aku masih meratapi nasib
Mungkin aku akan mencari kabar mu
Akan aku terima semua itu.
Tapi satu yg pasti, tidak akan aku kembali ke cerita paling menyakitkan itu.
Semua kepercayaan yg aku berikan kini bukan lagi hancur dan menyisakan kepingan harapan, melainkan lenyap seketika.
Sayangnya rasa sakit yg kamu tinggalkan masih begitu nyata.
Tidak bisakah dilanyapkan juga?
Aku lelah mendengar orang-orang menyebutku bodoh karena pernah mencintaimu dengan sungguh.
1 note
·
View note
Text
RAGU
Ketika kamu masih belum yakin dengan diri mu.
Jangan kamu yakinkan aku untuk percaya!
Sekarang harus bagaimana?
Kau melangkah pergi meninggalkan ku yang sudah menaruh percaya untuk mu.
Ternyata ego mu jauh lebih besar dari keinginan untuk bertahan, hingga akhirnya memilih untuk meninggalkan.
Aku baru sadar. Ketika kamu ragu, saat itu kamu sudah satu langkah menuju pintu keluar.
Jadilah kita sekarang yg sedang saling kehilangan sekaligus kebingungan.
Pertanyaannya, mau sampai kapan?
2 notes
·
View notes
Text
Langit Sore Tadi
Ditengah padatnya jalanan sore tadi, aku memilih untuk berhenti untuk melihat cantiknya langit dihapan ku.
Sejenak berhenti
Sejenak pikir ku rehat
Melihat langit, selalu berhasil mengistirahatkan penat
Tapi sayang...
Kepada siapa bisa aku bagi cerita tentang langit sore tadi?
Atau tentang hal-hal yang terjadi dibawahnya.
Kepada siapa nantinya aku bisa berbagi cerita tentang langit dan segala hal yang terjadi dibawahnya.
'Kamu' terbesit dipikir ku.
Tapi sepertinya untuk hal ini, bukan kamu orangnya.
3 notes
·
View notes
Text
Anak Kecil Dalam Diriku
Kamu datang dengan sebuah tujuan.
Kamu datang dan menanyakan kesempatan untuk mencapai tujuan itu bersama ku.
Kita menjalaninya dengan sangat baik. Cukup bahagia.
Baiklah...
Satu bulan... Dua bulan...
Sepertinya aku mulai merasa aman. Nyama.
Sepertinya ini saatnya.
Aku biarkan anak kecil dalam diriku keluar.
Aku biarkan anak kecil itu mencari perhatian dari mu.
Aku biarkan anak itu bermain keluar dari kamar kecilnya.
Tapi apa yg terjadi sekarang? Dia tetap bermain sendiri diluar sana.
Mungkin aku yg salah karena terlalu gegabah memutuskan. Hingga membiarkan anak kecil itu kelelahan diluar sendirian.
Sepertinya jatuh hati dengan sosok yang sangat dewasa seperti mu membuat ku lupa bahwa ada anak kecil yang butuh perhatian didalam sini.
Dan aku terlalu gegabah mengajaknya keluar. Anak kecil itu belum semestinya ku kenalkan pada mu.
Kini aku harus menyuruh anak kecil itu kembali masuk.
1 note
·
View note
Text
Dekat Yang Jauh
Jadi kita ini sedang apa?
Dibilang menjalin hubungan, tapi seperti tidak ada bedanya.
Dibilang berteman, tapi teman tidak seintim kita.
Dekat, tapi jauh.
Di depan mata, tapi pikir mu dimana?
Di kota yang sama, tapi waktu mu sangat langka.
Lantas aku harus memohon sampai bagaimana agar kamu melihat hubungan ini? Melihat ku.
Kalau terus begini, aku hanya bisa bingung.
Akankah menjadi bahagia? atau hanya akan menjadi beban rasa?
0 notes
Text
Suatu hari nanti
Jika boleh aku berandai-andai untuk kesekian kali. Aku ingin berharap tentang kita suatu hari nanti.
Melihat mu melambaikan tangan sambil berjalan kearah ku ditengah keramaian.
Melarikan jari-jariku ke rambutmu yang berantakan.
Mendengar mu ngomel tentang hal buruk yang terjadi sebelum bertemu aku.
Melihatmu bingung memilih 2 rasa dari sekian banyak icecream di tempo gelato.
Menggandeng lenganmu di sepanjang pedestrian selepas hujan.
Lalu makan mie legendaris di daerah-daerah pecinan.
Suatu hari nanti, kita akhiri satu hari itu dengan 2 cangkir kopi dimanapun itu.
Akan ada hal-hal kecil yang membuat kita menjadi lebih bahagia.
Suatu hari nanti, tanpa kita ketahui.
6 notes
·
View notes
Text
Badai Itu Muncul Lagi
Sekarang aku tau jawabannya.
Aku tidak pernah ragu dengan diriku, apa lagi perasaan ku.
Aku tidak pernah takut dengan apa yang akan terjadi pada kita jika sungguh menjadi 'kita'
Satu-satunya yang ragu disini adalah kamu.
Bagaimana aku bisa percaya pada mu yang bahkan masih bingung dengan perasaanmu sendiri?
Bagaimana aku bisa menggapaimu jika setiap aku melangkah maju kamu melangkah mundur?
Sedangkan disini aku lelah kebingungan.
Entah sudah kali keberapa aku mengutuki diriku sendiri yang masih melihat mu.
Dan ironinya, lagi-lagi aku membuat tulisan tentang mu.
0 notes