Text
Dibalik Kamera 40 [ FINAL ]
Menyatakan isi hati
Carissa bertanya pada Gilliant, mengapa mereka tidak langsung pulang saja. Sebenernya Carissa merasa senang, karena itu tempat favoritnya selama di Paris.
"Gill? mengapa kita tak langsung pulang? kau butuh sesuatu?"
Gilliant belum menjawabnya, karena masih mencari bahu jalan untuk memakirkan mobilnya. Setelah ia memberhentikan mobilnya
"Carissa, maaf jika kita tak langsung pulang, namun tempat ini indah bukan jika malam? tenang, lampu pijar banyak menyala, sungguh suasana yang menenangkan, terkadang aku sering kemari, namun kali ini aku ingin mengajakmu, merasakan ketenangan yang tenang dann indah ini, apa kau keberatan?".
. Makin memerah Raut wajah Carissa, karena mendengar ucapan Gilliant. Sungguh ternyata mereka memilki kesamaan tentang suatu tempat, tak mungkin Carissa menolaknya bukan?
. "Tak masalah Gill, aku juga sebenarnya menyukai tempat ini, sudah lama aku tak kemari, karena suatu alasan, namun dengan suasana dan ketenangan malam ini aku sangat menyukainya.
. Gilliant merogoh saku jasnya seperti mencari sesuatu, dan memindahkan barang itu ke saku celananya dengan menggegamnya, jadi Carissa tak menyadari apa yang ia lakukan.
. Gilliant turun dari mobilnya, membuka kan pintu mobil untuk Carissa, dan membungkuk menyodorkan tangannya agar Carissa meraihnya. Untuk turun dari mobil. Sungguh jantung Carissa berdegup kencang. Ketika Gill menyodorkan tangannya seperti ingin melakukan yang tak perlu namun ia menahannya.
. Mereka pun berdiri saling bersebelahan, reflek tangan Gill, merangkul pinggangnya. Dan mengajaknya berjalan jalan kecil disekitar mobilnya hanya beberapa langkah sembari mengobrol.
. Dan kemudian Gilliant tiba tiba
'Carissa bisa kau menunggu sebentar?" pinta nya.
. Gilliant meraih tangan Carissa dan menggenggamnya
Setengah membungkukkan badan kemudian kakinya bertumpu salah satu ke tanah. Dengan tangan satunya merogoh kantung celananya. Ternyata yang ia bawa adalah kotak cincin berlian, yang sudah ia siapkan.
Sebenarnya ia terpikirkan hal ini semenjak ia memberikan tiket pada Carissa, namun ia ragu. Dan obrolan saat bertemu Aloysius menguatkannya.
Carissa sangat terkejut bukan main
. "Gill? apa yang akan kau lakukan?" Carissa menoleh kanan kiri.
. "Carissa Widjaya, aku ingin menyatakan perasaanku, jika selama ini aku mengagumi mu, memperhatikan mu, memikirkan mu, bahkan ingin selalu bersama mu, apakah kau bersedia menikah denganku?
Sungguh diluar dugaan Carissa, ia tak menyangka hal ini akan terjadi. Bahagia nya dia malam itu tak banyak perkata apapun, sedikit meneteskan air mata. Wajahnya seketika semua memerah.
" Gill? tapi aku tapi..." ujarnya terbata
" Apa kau tak memilki perasaan yang sama?, aku tidak masalah, dan tak ingin ku paksakan, namun ijinkan aku mengetahuinya malam ini jika boleh".
Makin berdebar dan bingung, semakin terbata pula Carissa
"Gill, tapi aku tidakk..."
Kali ini Gilliant menahan emosinya, menahan reaksi atas apa yang akan Carissa katakan setelahnya.
"Tetapi aku tidak bisa menolak semua ini, hanya saja apa aku pantas untuk semua ini? sungguh aku sebenarnya jugamemiliki perasaan yang sama. Namun kita bagaikan langit dan bumi, terlebih lagi kau anak dari Vincent Cho" pelan pelan Carissa mengurai kalimat
Sontak tanpa mengatakan apapun Gilliant memeluknya sungguh sangat erat, serta sedikit meneteskan airmata kebahagiaan. Mengusap rambut wanita yang selama ini ia idam idamkan.
Dan perlahan mereka saling menyentuh tubuh satu sama lain, merasakan bahwa mereka saling memiliki. Berbagi sentuhan kelembutan malam itu.
Giliiant pun mencium bibir Carissa dengan lembut dan perlahan, Carissa amat sangat berdegup kencang, ini merupakan kali pertamanya, mencium seorang pria. Terlebih lagi yang ia mencintai orang itu dan menemukan sebuah fakta bahwa mereka saling mencintai.
Carissa merasakan sentuhan bibir Gilliant yang lembut, mereka saling bercumbu dan berbagi kasih lewat ciuman malam itu. Benar benar adegan romantis difilm itu nyata. Malam itu milik mereka, serta keindahan suasa serta tempat menambah keromantisan situasi saat itu.
Gilliant pun melepaskan ciuman, serta pelukannya itu.
"Carissa terima kasih, terima kasih jika kau mempunyai perasaan yang sama selama ini. Ternyata aku tidak berjuang sendirian, ulurkan, jari manismu padaku, aku akan memberikan cincin berlian ini padamu"
. Gilliant pun memasangkan cincin berlian itu kepada kekasihnya Carissa. Penantiannya pun berakhir, dan ia tak bersembunyi lagi untuk mengaguminya.
. Carissa pun sangat bahagia malam itu, mengetahui bahwa Gilliant Cho melamarnya. Sungguh keduanya merupakan pria dan wanita beruntung, karena mereka saling mencintai.
. Merka pun menikmati malam itu bersama sama, dengan romantis yang kisahnya sama seperti di film film.
-" "Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu.""
-"Kasih itu sabar ; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong."
-SEMOGA SAJA CERITA INI BANYAK YANG MENYUKAI-
TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR
0 notes
Text
Dibalik Kamera 39
Bertemunya.....
Acara telah selesai, para penonton perlahan meninggalkan kursi mereka, ada yang bercengkrama dengan rekannya, serta kegiatan lainnya. Mereka meningglkan gedung itu. Gilliant dan Carissa menuju pintu keluar namun setengah jalan melangkahkan kaki. Gilliant meminta izin untuk ke toilet.
"Carissa, boleh aku ke toilet sebentar? kau bisa menunggu disini saja atau langsung masuk ke mobil jika kau mau" pinta Gill.
"Oh baiklah, aku akan menunggumu disini saja, lagipula masih terlalu ramai, mungkin beberapa menit lagi barisan pengunjung akan sepi".
"Baik terima kasih, maafkan aku harus meninggalkan mu sebentar"
Carissa, masih berdiri diantara pilar gedung, sementara Gilliant menuju ke toilet. Setelah selesai Gilliant menuju pintu keluar kembali untuk bertemu Carissa. Namun bersamaan dan berlainan arah, ternyata Aloysius menyapa nya
"Gilliant? apa kau kesini bersama ayah mu?" tanya Aloysius
"Tentu saja, aku kemari dengan Carissa", nada Gilliant sedikit menyombong dan tegas.
Sontak saja Aloysius terkejut, bertemu mereka disituasi yang tak disangka. Bahkan semenjak kejadian sahabat Carissa, Edward menghantam pukulan padanya ia berusaha melupakan kenangan apapun itu. Terlebih diacara yang sama ia bertemu Carissa.
"Bersama Carissa? pasti menyenangkan bukan? ini acara konser impiannya saat SMA. Gill? boleh aku meminta satu hal dari mu?" Aloysius mencoba meminta sesuatu.
"Dasar, kau ingin apa lagi dariku, semua yang kupunya kau telah mengambilnya, apalagi yang kau pinta dasar pria tak tau diri". Nada keras Gilliant mungkin terdengar menggema hingga disekitaran ruangan itu. Ia hanya berharap acaranya hari itu baik dan bahagia, tak ada hal yang membuatnya kesal.
" Aku minta maaf atas semua itu, tapi kali ini tentang Carissa, tolong jaga ia lindungi dia bahkan jangan sampai kau menyakitinya, bahkan mungkin jika kau memiliki perasaan padanya, nyatakanlah segera, terima kasih atas pelajaran hidup yang kau beri".
Aloysius memeluk sahabatnya itu dan mengusap pundak Gilliant, sembari menepuk nepuk. Sedikit berkaca kaca wajahnya dan perlahan meninggalkan Gilliant.
Memikirkan perasaanya..
Gilliant kembali ke tempat Carissa menunggu, kemudian mengecek barang bawaan mereka.
"Gill? apa kau tak apa? sepertinya ditoilet tadi ada yang berteriak, aku ingin menghampirinya tetapi disaat yang bersamaan seseorang mengajakku berbicara, apa kau baik baik saja?, tanya Carissa
"Oh tenang saja aku tak apa, terima kasih sudah khawatir dan menunggu ku, sudah siap pulang?" tanya nya.
Mereka pun menuju mobil yang diparkirkan, Gilliant membukakan pintu mobil untuk Carissa, dan kemudian mengendarainya. Sembari menyetir Gilliant mencuri pandang pada Carissa, karena memikirkan perkataan Bella serta Aloysius tadi. Ia mencoba fokus menyetir dan menarik nafas panjang untuk beberapa kali dengan tenang agar Carissa tak curiga.
Dan ya terpikirkan olehnya tepian jalan Place De La Concorde, karena itu sudah larut malam tak banyak kafe yang beroperasional. Ia juga tak menyiapkan apa apa. Ia tetap berusaha tenang, mencoba memikirkan segala kemungkinan jawaban yang keluar dari mulut Carissa.
Ia menemukan sudut tempat yang terdapat kursi besi panjang, terpikir olehnya untuk berhenti disana.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 38
Pertunjukkan dimulai
. Hari pertunjukkan telah tiba, malam hari itu Gilliant nampak menyibukkan dirinya di depan kaca. Akhirnya ia memilih mengenakan satu setelan pakaian jas formal untuk menghadiri pertunjukkan ballet itu. Serta dipadukan sepatu fantofel kulit yang mengkilap. Tak lupa memakai jam tangan mewahnya itu serta menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuhnya. Sungguh sangat menawan dan tampan tampilannya kali ini.
. Gilliant memiliki banyak koleksi mobil mewah, namun kali ini ia memilih mobil klasik Rolls-Royce miliknya dengan dua tempat duduk. Karena sangat cocok dengan acara yang akan ia hadiri. Ia pun menuju ke apartemen Carissa.
. Carissa pun sibuk menyiapkan dirinya, kemudian ia memilih tampilan mengenakan maxi dress casual tanpa lengan, serta memiliki salah satu potongan belahan dibagian bawah. Serta merapikan rambutnya, dibiarkan mengurai, ia menambahkan pita yang besar untuk menambahkan aksesoris dibagian kepala belakang. Tak lupa menggunakan tas bahu warna senada. Mengenakan heels yang tidak begitu tinggi namun nyaman untuknya. Sangat cantik bagi Carissa menggunakan tampilan ini karena ia jarang sekali berdandan untuk baju tanpa lengan.
. "Carissa aku sudah memakirkan mobil ku, apa kau masih berdandan?" pesan Gilliant pada Carissa.
. Mendengar ponselnya berbunyi Carissa yang sedang memakai. anting itu pun bergegas, dan menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Segera ia menuju tempat Gilliant berada.
. Gilliant yang sedang memperhatikan jalan sambil menunggunya, tiba tiba saja mendengar suara langkah kaki dari arah apartemen. Matanya langsung terfokus pada Carissa yang sangat cantik dan elegan malam itu. Sungguh ia bertekad tak ingin menghancurkan malam itu. Karena ia tak pernah melihat Carissa berdandan semeanggumkan itu. Namun dihatinya sangat sekali ia menyatakan perasaannya juga.
. "Gill, maaf membuat mu menunggu terlalu lama" ujar Carissa.
" Tentu saja tidak, hmm Carissa? sungguh kau sangat menawan, aku tak pernah melihat mu mengenakan gaun seperti itu, itu sangat cocok dengan mu aku sangat menghargai nya". Gill mengapresiasi.
" Wah, aku menjadi malu, tetapi terima kasih, kau juga sangat tampan" Carissa memujinya balik.
. Gilliant pun turun dari mobilnya, dan membuka kan pintu mobil dilain sisinya untuk Carissa. Kemudian mereka melaju ke tempat pertunjukkan. Sepanjang perjalanan mereka saling mencuri pandang. Karena mereka nampak bak pasangan raja dan ratu malam itu, mengenakan pakaian yang tak pernah mereka saling lihat sebelumnya.
Sesampainya ditempat pertunjukkan, Gilliant membuka kan pintu mobil untuk Carissa, dan juga merangkul pinggangnya. Oh tidak, Carissa sangat berdegup kencang. Sedikit canggung, pertama kalinya ia mendapatkan perlakuan seperti ini. Dan mereka mennjukkan tiket kemudian menempati kursi mereka.
Pertunjukkan itu sangat apik, penari ballet, musik serta suasanya sungguh mengesankan, ini merupakan impian Carissa. Matanya terbelalak kagum pada pertunjukkan itu. Gilliant yang sesekali mencuri pandang Carissa sedikit menyimpulkan senyum pada bibirnya. Ia juga senang melihat Carissa bahagia.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 37
Swan Lake Paris Opera
Beberapa hari setelah Gilliant hadir kembali, komunikasi mereka sudah membaik, bahkan sudah bersendau gurau kembali. Hari itu suasana sangat cerah, selepas pulang kerja Gill memberikan tawaran untuk Carissa.
"Carissa, setelah mengemasi barangmu, maukah kau menikmati senja di ruas ruas jalan itu (sembari menunjuk ke jendela), aku hanya ingin menikmati angin segar dan juga kulihat beberapa hari ini kau sedikit risau".
Carissa sedikit tersontak kaget, karena yang ia pikirkan bagaimana cara mendapatkan tiket The Best of Swan Lake” yang ia impikan selama ini.
. Oh aku tak apa Gill, oke kita pergi berjalan kaki kesana".
. Kemudian mereka keluar dari bangunan kantor itu, pemandangan sore yang indah, langit yang bewarna orange serta memiliki campuran pink muda, dan angin berhembus tenang. Sungguh menandakan bahwa jika langit pun merestu untuk mereka berbincang jauh lebih dekat.
. Mereka memasuki salah satu kafe, karena dirasa mereka sudah lelah dan ingin beristirahat. Seperti biasa mereka memesan minuman kesukaan mereka untuk menghangatkan suasana, Carissa hanya memesan coklat hangat kesukaannya sementara Gill memesan kopi susu. Giliiant terus memperhatikan gerak gerik Carissa bicara, bahkan menatap mata Carissa yang indah itu.
. "Gill? Gilliant? (melambaikan tangan pada wajah Gill) apa ada yang salah denganku?" tanya Carissa.
. 'Tiidak aku hanya terpesona dengan mu, kau sangat cerita dan lembut aku senang mendengarkan kau yang bercerita sangat antusias itu menyenangkan". gombal Gill padanya
. "Ah aku terlalu banyak bicara maafkan aku"
. "Tidak Carissa" Gilliant mencoba menyentuh tangan Carissa
. Mereka saling melepaskan pandangan yang sejuk teduh serta penuh perasaan itu. Tak diragukan lagi pipi wajah Carissa memerah.
"Oh maafkan aku" ujar Gill melepas sentuhan tangannya.
Suasa menjadi tenang, mereka berdua sedikit salah tingkah bahkan kikuk. Namun Gilliant berusaha memecah suasana itu.
" Carissa? apa kau mengetahui tentang Swan Lake, Paris Opera Ballet yang akan diadakan di Opéra Bastille? aku sangat menyukainya, mungkiin kau juga tertarik?"
" Astaga pertunjukkan The Best of Swan Lake itu? ia aku sangat menyukainya, itu merupakan mimpiku sejak lama, meski aku tak dapat melakukan tarian ballet namun aku menyukai keindahan penari serta aransemen musiknya ... (Carissa terus berbicara mengenai ketertarikannya itu)."
Kembali Gilliant memperhatikan Carissa yang sangat antusias sembari ia meneguk kopi susunya itu.
"Carissa, bukan tanpa sengaja aku mengajak mu kemari, (ia merogoh kantung jaketnya untuk mengeluarkan sesuatu) ini aku telah membeli 2tiket pertunjukkan, untuk kita melihatnya, apa kau mau memenuhi ajakan ku?"
Carissa tertegun, bingung, wajahnya terus saja memerah seperti udang rebus, namun batinnya sedang kebingungan bercampur dengan bahagia, lagi lagi ia membantu
"Gilliant? kau mengajakku melihat The Best of Swan Lake? apa kau tak salah orang? pria seperti mu mengajak ku melihat pertunjukan semegah itu?'
"Tidak aku tak salah orang, ini satu tiket untukmu, ya tentu saja kau akan duduk disampingku, mau ya? kau menerimanya?"
Carissa hanya menundukkan kepala, bahwa menandakan ia setuju. Sembari mengambil secarik tiket itu dari meja. Sungguh ini impiannya yang dikabulkan oleh orang lain dan terlebih orang ia juga berusaha menyerahkan perasaanya itu. Kemudian mereka pun kembali berbincang bincang. Hari sudah gelap, sudah pukul 8 malam.
"Carissa, terima kasih kau mau menemaniku melihat pertunjukkan itu, sampai jumpa nanti, aku akan menjemput diapartemen mu pada hari itu"
"Aku yang amat sangat berterima kasih Gill, aku sungguh ingn melihat pertunjukan itu dan ini seperti sebuah mimpi, sekali lagi terima kasih".
Sungguh bisa dipastikan, malam itu mereka berdua dimabuk asmara dan juga sangat bahagia, Dan kali ini romantis seperti di film film itu nyata. Gilliant dan Carissa terus tersipu malu sebelum terlelap, mereka masih saling membayangkan momen dikafe hari itu.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 36
Sebuah Pertunjukkan
Setelah merenungkan isi pikirannya untuk beberapa hari Gilliant mulai masuk kembali kekantor. Dengan mencoba mengelola emosi serta perasaanya. Agar tidak melakukan tindakan bodoh lagi ataupun mengacaukan pekerjaanya. Bella selalu memperhatikan tingkahnya masih khawatir. Sedangkan Carissa yang duduk disebelahnya mencoba tetap tenang seperti biasa dan mengajaknya bicara
. "Hei Gill? apakah kau menikmati liburanmu?"
. "Hmm liburan? bisa dibilang seperti itu, tapi cukup baik untuk ku, dan bagaimana kabar mu Carissa?"
. "Ya tentu saja amat sangat baik jika kau kembali, karena semua pekerjaan ini membuat ku lelah tetapi tidak apa apa, sedikit lagi juga selesai dan aku bisa beristirahat"
. "Hahaa aku kembali dan maafkan aku".
. Mereka mencoba melakukan interaksi singkat, setidaknya suasana ruangan itu tidak hening. Lebih baik jika mereka mulai berbicara kembali.
Makan siang telah tiba, sebagian rekan kerja mereka sudah beranjak dari kursinya. Carissa masih saja sibuk sendiri, melihat ponselnya, karena ia terpikir ingin membeli tiket untuk melihat pertunjukkan " The Best of Swan Lake". Memang tiket itu cukup mahal. Ia menyederkan badan di kursi kantor yg beroda itu sembari menggerak gerakannya dan berpikir untuk membelinya atau tidak.
Karena itu pertunjukan yang ia sebenarnya tunggu tunggu, dan Paris kembali mengadakannya. Namun dengan tiket yang harganya cukup fantastis.
Bella menghampirinya untuk mengajaknya makan
. "Carissa, mari makan siang, apa kau tak lapar?".
Carissa yang meletakkan ponselnya dengan layar menyala membeli isyarat memegangi perutnya. "hmm cukup lapar".
Bella tak sengaja melirik ponsel yang bertuliskan poster The Best of Swan Lake" itu, masih mencoba menawari untuk makan bersama
" Apa kau mau bergabung dengan ku dan Gill?"
" Hmmm mungkin lain kali Bella maaf, aku masih ada urusan sedikit"
"Baik lah, kami akan makan di tempat biasanya, kami tunggu jika kau berubah pikiran".
Bella kemudian menyusul Gilliant yang sudah ada dimobil. dan mereka menuju tempat makan siang yang dimaksudkan.
'Bella kemana Carissa? apa ia masih marah padaku? dan tak ingin ikut? atau dia sedang ada masalah?" tanya Gill.
"Gill, sepertinya ia sedang ingin membeli tiket pertunjukkan " The Best of Swan Lake", aku tak sengaja melihat ponselnya. Dan juga tiket itu terbatas. Mungkin Carissa sedang berusaha mendapatkannya, jadi itu alasan ia tak ikut makan siang bersama"
" The Best of Swan Lake" katamu? aku menyukainya, kami biasa menonton aku dan Ayah ku, pertunjukkan itu sangat hebat sebenarnya sangat setara dengan harganya".
"Gill? apa kau sudah berbicara pada Carissa?" memotong obrolan
"Belum, karena aku belum menemukan waktu yang tepat Bella"
"Bagaimana jika, kau mengajaknya menonton pertunjukkan itu? dan mungkin kau mengungkap perasaanmu, maaf hanya saran, aku hanya tak ingin suasana dikantor menjadi canggung". saran Bella
'Ide bagus aku akan mencobanya, terima kasih Bella, meski aku sudah tak berharap apa apa, yang kuharapkan kami bisa berbincang seperti biasanya.
. Kemudian Bella dan Gilliant menikmati makan siang itu sembari bercanda, dan juga berbicara banyak hal.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 35
Mereka pun
Saat perjalanan pulang itu, Carissa menangis sejadi jadinya, seperti dadanya sesak, dan pikirannya tak tau kemana. Ia hanya ingin hidup tenang, dengan atas apa usaha yang sudah ia tekadkan. Namun tiba tiba saja, malam itu terasa pelik dan membuatnya emosi.
. Gilliant pun terus memikirkan Carissa diapartemennya. Ia terus memikirkan kenangan kenangan manis yang membekas diingatannya. Merasa seperti dipermainkan, kacau, kecewa semua itu mengalir dari ujung kepalanya. Ia yang memiliki badan gagah itu pun mampu bersedih dan mampu terpuruk ketika mencintai seseorang. Pada hakikatnya semua pria itu hebat dan kuat, namun ketika diuji dengan perasaan dan terutama wanita, tak ada hal yang bisa menukar nilai ketulusan, dan perjuangan itu.
. Dan Aloysius mempercayai perkataan Edward selalu terngiang ditelinganya serta selalu mengingat kejadian malam itu. Ia menyadari sebuah kesalahan, terlalu teburu buru menuruti perasaannya yang menggebu membuat keadaanya hancur. Carissa yang selama ini ia ingin raih, sudah tak ada lagi harapan itu.
Semuanya sudah jelas Carissa tak mencintainya lagi dan butuh waktu yang lama untuk Carissa berjuang. Carissa sudah membangun pondasi hidup barunya dengan bahagia. Sejak kejadian makan malam itu, Aloysius tak kan mengganggu Carissa lagi. Ia lebih dihantui rasa bersalahnya terus menerus, dan meningglakan kota itu.
Gilliant tak masuk kerja hari ini.
. Carissa mencoba menghubungi Gilliant, namun tak ada respon apapun, baik itu mengirim pesan, panggilan telfon hingga email. Tak seperti biasanya Gilliant izin. Carissa pun resah, ia berusaha tak memikirkannya, namun ia pun luluh juga,
"Bella apa kau ada kabar mengenai Gilliant hari ini?"
"Oh Carissa dia hanya menitipkan 3folder itu padamu dia sudah izin padaku untuk tak masuk beberapa hari ini".
. Bella hanya berbicara seperlunya. Ya tentu saja, Gilliant sudah membicarakan dan menceritakan semua ini pada Bella. Namun Bella tak memberikan tanggapan apapun. Karena Bella merasa bersalah menyuruh Gilliant mengikuti Carissa malam itu.
. Terus merasa bersalah, Bella menjadi lebih pendiam dari biasanya terus saja memikirkan jika malam itu ia tidak menyarakan tindakan bodoh itu.
"Terima kasih Bella aku akan mengeceknya", saut Carissa.
Carissa mengambil tumpukan folder itu, dan berusaha mengerjakan tugas yang ditingglakan Gill padanya. Tetap saja Carissa merasa bingung, karena ia merasa tak melakukan apapun. Pikiran pikiran itu terus menganggunya selama bekerja, namun ia selalu mengalihkannya dan mencoba fokus pada yang ia kerjakan.
Gilliant mengurung diri
Benar memang, Gilliant telah absen kerja untuk beberapa hari. Selama itu ia mengurung diri diapartemennya, serta mencari angin segar sesekali. Ia terus memikirkan permasalahnnya dengan Carissa. Gejolak batinnya sangat kencang, bahkan dibenak benaknya yang keruh itu merencanakan berbagai cara yang buruk. Disisi lain ia juga berpikir sepertinya ada yang salah dengan dirinya, karena merasa hanya dari satu sisi.
Setelah mencoba tenang dan dapat berfikir Gilliant pun mencoba mengambil ponselnya ternyata terdapat beberapa pesand dari Bella.
Hari 1 : Gilliant? kau sudah tak apa? Carissa menanyakan mu hari ini
Hari 1 malam hari : Gill? maafkan aku atas saran bodoh itu, andai saja aku tak memberikan mu saran malam itu.
Hari 2 : Apa kau sudah bisa bicara? jika kau sudah tenang, kau dapat bercerita lagi padaku, dan aku berusaha berhati hati ketika memberi saran.
Hari 3 : Gilliant? Apa kau percaya? jika masalah tidak dapat selesai jika kau hanya berdiam diri? untuk kali ini aku harap saranku benar, aku hanya menyarankan. Sebaiknya kau bertanya langsung pada Carissa. Daripada kau terus berfikir yang kita juga belum tau bagaimana sebenarnya.
Gilliant hanya membaca pesan pesan itu tanpa membalasnya. Dan ia sangat terbuka hatinya, dengan pesan Bella yang terakhir dan ia mencoba memikirkannya.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 34
Setelah keributan itu.
. Setelah keributan itu Aloysius membereskan luka yang ada di pipinya itu, sembari berfikir kenapa sahabatnya tega sekali menghantam pipinya.
. Dirasa badannya sudah membaik, Aloysius menjadi sering menghubungi Carissa. Menanyakan kabarnya, bagaimana akhir pekannya, dan mengajaknya makan malam.
. Sementara Carissa tak selalu membalas pesan itu, mungkin hanya beberapa dan yang semua ajakan makan malam ia penuhi. Begitulah cara Aloysius mencoba merebut hati orang yang pernah mengaguminya itu.
Berbeda dengan dikantor
. Saat Gilliant dan Carissa, mereka sungguh nampak kompak, dan juga selalu memberikan kehangatan kehangatan pada rekan kerjanya, mulai dari mereka berdua mentraktir satu ruangan, atau mengajak makan siang bersama sama dengan mereka berdua yang mentraktir, sungguh pemandangan yang akur dan harmonis. Dan banyak sekali yang mendoakannya untuk hal yang baik, bahkan ada juga yang rela menjadi event organiser pernikahan mereka nanti, ujar temannya saat bercanda makan siang.
. Carissa menjadi cera, bahkan ia juga mulai tak sungkan untuk meminta tolong atau jika membutuhkan sesuatu. Ia, Bella dan Gilliant sudah semakin akrab dan dekat.
Prasangka buruk Gilliant.
. Bella, Carissa , dan Gilliant sedang menikmati makan siang saat itu sembari mereka bercengkrama. Tiba tiba saja ponsel Carissa yang terletak di meja makan didekatnya berdering dan ada panggilan masuk bertuliskan "Aloysius". sontak saja Gilliant menajamkan matanya, serta merasakan cemburu. Sementara Carissa merasa sedikit kebingungan mengangkat panggilan ponselnya.
"Oh angkat saja Carissa aku dan Gill akan menunggu" ujar Bella
"Hai Aloysius ada apa?" ia hanya memanggil nama, kemudian bergerak menjauhi meja makan. Dan dari panggilan telfon itu Aloysius mengajaknya makan malam kali ini. Dirasa panggilan telfon itu cukup lama, Gilliant dan Bella menghampirinya, sembari menyudahi makan siang itu dan pergi kekantor
"Akan ku beri kabar nanti", Ujar Carissa, buru buru menutup ponselnya dan menoleh kesamping jika Bella dan Gill sudah disampingnya dan mereka pun kembali bekerja.
Ditengah perjalanan Carissa hanya terdiam, merasa tak nyaman dan tak tau harus membicarakan apa. Sementara Bella memecah suasana dengan membahas hal acak apa saja yang dapat dibahas.
Sampai kembali kekantor Carissa teburu buru ke toilet, ia ingin mencuci muka dan meras sedikit, itu kegiatan yang dialihkannya dari perasaan yang kacau tersebut.
"Gilliant? apakah Carissa tak apa? tanya Bella
"Felling ku mengatakan sebaliknya, dan ya aku mengenal nama dari telfon masuk itu, bagaimana aku harus bersikap?" ujar Gill
" Mungkin setelah pulang kerja, ikuti saja dia? sangat tidak sopan namun aku tak ingin sesuatu terjadi padanya" ujar Bella.
Benar saja Carissa memenuhi makan malam itu ditempat yang sudah dijanjikan,Dan Gilliant mengikutinya dengan jarak yang dekat namun hati hati. Carissa masih berdiri didepan bangunan itu, karena Aloysius belum datang.
5menit kemudian mobil Aloysius sudah terparkir. Setelah memarkirkan mobil tiba tiba saja Aloysius memeluk Carissa. Carissa tercengang. Bahkan Gilliant yang melihat adegan mereka dari mobil nampak terkejut, dipenuh rasa amarah dan cemburu. Gilliant dengan hati hati mencoba turun dari mobil. Dan mendekati arah mereka, dengan mengendap agar tidak terdengar dan terlihat.
"Carissa, maaf aku memeluk mu tiba tiba aku tak ingin kehilangan mu untuk kali ini, maksud ku mengajak mu makan malam aku ingin menyatakan perasaan ku". ujar Aloysius
"Aloysius untuk apa?", tanya Carissa
'Untuk perasaan yang kau tunggu bertahun tahun" jawab Aloysius
"Soal itu aku dahulu juga mempunyai rasa denganmu". balas Carissa
Mendengar kalimat terakhir, Gilliant langsung menuju mobilnya, ia marah cemburu kecewa menjadi satu, dan kesalahan Gilliant adalah hanya mendengar sepatah kalimat dan meninggalkannya. Hanya itu yang dia dengar
Sementara Carissa masih melanjutkan kalimatnya.
"Aku mempunyai rasa denganmu, dan itu sudah usai Aloysius, sekarang kita sudah memiliki kehidupan masing masing, jadi tolong jangan pernah kembali ke kehidupan ku lagi. Selama ini aku sudah mematikan perasaan ku dan aku jauh lebih baik sekarang"
Mereka pun tidak jadi untuk melakukan makan malam, Carissa kesal sekali malam itu. Menurutnya hal itu sangat aneh dan juga merusak suasanya, ia langsung pergi dengan taksi yang ada didekat restoran itu dan meninggalkan Aloysius ditempat itu.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 33
Kebersamaan Gilliant dan Carissa
. Kebersamaan mereka kini tak diragukan lagi, sering makan siang bersama, bersendau gurau saat bekerja, bahkan menghabiskan waktu akhir pekan bersama. Gosip dikantor pun makin memanas, ada yang pro dan kontra atas masa lalu Gill dan ada yang geram karena Carissa seperti tak mengarah pada keseriusan hubungan.
. Sungguh kisah cinta mereka, seperti bak di dongeng romantis, yang melaju, penuh pengharapan terlebih lagi disertai pemandangan Paris yang selalu menemani aktivitas mereka, sungguh membayangkannya saja membuat orang berfikir itu hal yang indah.
Acara Edward
"Halo Carissa? apa kau memiliki agenda pekan depan? jika tidak maksudku menelfon mu adalah, aku memiliki acara perayaan sederhana , tetapi nanti yang hadir akan ada orang dari rekan kantor ku dan juga mungkin beberapa undangan lainnya? apa kau dapat hadir?'. ujar Edward
"pekan depan ya? sepertinya aku bisa, baik aku tidak masalah dengan itu, kau memiliki acara dan mengundangku itu cukup suatu kehormatan untukku, kirim saja alamatnya lewat pesan". kata Carissa
. Tidak disangka Edward memesan sebuah kafe mewah, elegan yang dihiasi barang barang antik itu. Carissa sudah tiba dikafe itu, ia langsung memasuki ruangan untuk mencari Edward namun Edward pun tak nampak. Carissa mencoba menelfonnya namun tak dapat respon , diacara seperti ini orang akan tak fokus pada ponselnya. Ia berjalan menuju taman dibelakang bangunan kafe itu.
"Edward " teriaknya yang tak jauh darinya, ia melihat Edward sedang berbicara dengan orang lain, karena telah lelah mencarinya maka ia berteriak.
"Hey Manisku Carissa akhirnya kau datang". ujar Edward.
. Mereka pun menampah wajah sumringah, serta tak memperhatikan seseorang yang masih berdiri disitu. Carissa memeluk Edward, kemudian Edward memberikan jarak dikedua badan mereka
"Carissa, ini Aloysius ya dia datang kali ini, ia barusan bercerita kalian sempet bertemu untuk beberapa kali?'.
. Carissa pun kaget, kemudian mengarahkan badannya ke Aloysius serta menjabat tangannya. Namun jabatan tangan itu nampak tak dilepas Aloysius, ia tertegun dengan kecantikan penampilan Carissa pada acara itu.
"Eheem , mari ku antar kalian untuk makan, terima kasih sudah datang, aku harap kalian menyukai acara ini". ujar Edward yang memperhatikan itu dengan berpura pura berdahak untuk memisahkan mereka. Dan mengajak menikmati hidangan yang ada.
. Hebat nya untuk situasi ini Carissa nampak biasa saja pada Aloysius, ia sibuk menikmati performa musik klasik untuk mengiringi acara itu. Meski Aloysius mencoba mengajaknya berbicara, ia sudah tak nampak memiliki perasaan atau hal yang ia sembunyikan. Semuanya sudah melebur dengan tekadnya selama ini.
. Acara penutupan tampak meriah, mereka berkumpul untuk berswafoto dan juga untuk melakukan kegiatan lain. Tiba penghujung acra dengan konfenti yang meriah itu. Dan para pengunjung pun perlahan mninggalkan tempat itu. Termasuk Carissa ia juga sudah memesan taksi online.
. Aloysius berjalan menuru mobil tempat parkir mobilnya dan Aloysius pun memanggilnya.
. "Aloysius Dirgantara boleh kita berbicara sebelum kau pulang?"
. "Oh tentu Edward ada apa? aku mengganggu acaramu?"
. "Bukan bukan, ini tentang Carissa, aku memperhatikan mu sepanjang acaraku dimulai, Jadi begini saja aku malas berbasa basi, Aloysius tolong jauhi dia, dia sudah berusaha sangat baik dari apa yang ia lalui selama ini, terlebih tentang mu lekaki bangsat, yang merasa bisa mendapatkan wanita manapun, tapi kali ini jauhi Carissa, sudah tidak ada tempat untukmu lagi dikehidupannya, ku peringatkan padamu".
Merasa obrolan itu teasa mengancam dan menuduhnya, Aloysius pun tak terima, ia mencengkram kerah baju Edward.
" Apa maksudmu? Jaga bicaramu itu, memangnya kenapa jika aku memiliki perasaan kembali padanya?".
Suasana pun memanas dan sangat terlihat dua lelaki sedang berdebat untuk melindung wanita yang sama ,
'Berani beraninya kau masih saja berkata seperti itu Aloysius".
Edward pun menghempaskan pukulannya sekali. Dan Aloysius tak banyak bicara ia menjauh, kemudian merapikan pakaiannya, segera masuk mobilnya dan meninggalkan tempat itu.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 32
Salah tingkah
Aceline, sudah berpisah dengen Carissa, sesuai rencana, setelah menikah ia berpindah mengikuti suaminya itu. Sedangkan kursi disebelah Carissa kini kosong. Dan Carissa terkadang masih memandangi kursi sahabatnya itu, tak jarang juga ia masih mengirimkan pesan kepada Aceline.
Saat membereskan dokumen yang bertumpuk dimejanya, Carissa memilah mana saja yang dapat ia ambil untuk kebutuhan laporannya. Tiba tiba saja Gilliant memindahkan seperangkat alat tulisnya ke meja Aceline. Dengan kata lain kini yang duduk disamping Carissa adalah Gilliant.
Carissa terus memandangi Gill, yang sedang beres beres, dengan perasaan yang lebih berdegup dari biasanya, serta mulai nampak benih ketertarikan pada Gill.
"Kau pindah ke meja ini? untuk kapan?"
"Untuk hari ini dan selamanya sampai aku bersamamu" gombal Gill
Carissa sedikit tersipu malu namun kesal, karena ia pikir hanya meletakkan barang saja tidak langsung berpindah posisi.
"Carissa apa kau keberatan jika aku disini? aku harap tidak, harusnya kau berterima kasih dengan ku, aku menemanimu kini kau tak sendirian lagi, tak perlu melakukan video call lagi pada Aceline, hei ingat ia sudah berumah tangga, move on , biarkan dia dengan kehidupannya".
Definisi kata moveon itu memiliki paham yang sama, dengan arti yang ia telaah dan pahami. Ia bergumam dalam hati, "benar juga kata Gill" dan ya ia mulai salah tingkah. Karena Gill berusaha mengisi kehidupannya dan menemaninya disaat yang tepat ini.
Pandangan itu
Carissa sudah membereskan folder foldernya, bahkan ada juga yang diprint untuk diserahkan pada Bella. Namun disaat ia sedang mencetak print lembar yang lumayan banyak, disaat yang bersamaan ia harus bolak balik kemejanya. Dan tak sengaja menabrak Gilliant.
"Aduh maaf"
'Tak apa Carissa sini ku bantu"
Gilliant yang membungkukkan badannya membantu Carissa memungut kertas kertas dari lantai, dan mereka bertemu tatapan dengan tatapan, dari mata berdebar dihati, sungguh seperti dilayar kaca adegan romantis ini.
Bella yang tiba tiba melihat kejadian itu, tidak langsung menegur namun membiarkan mereka sepersekian menit, dan menggodanya
'Waw, Gilliant Carissa, jika kalian ingin menggunakan tatapan perasaan itu jangan dikantor haduh membuatku cemburu saja"
Buru buru Carissa dan Gilliant membereskan semuanya yang berceceran dilantai. serta merapikan pakian mereka. Pandangan itu membuatnya membatu, dan mereka berdua salah tingkah
Kemudian mereka berdiskusi dengan Bella bertiga. Namun Bella terus menahan tawa sedikit, karena tingkah mereka yang membuatnya gemas.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 31
Lebih menikmati kehidupannya
Setelah tekad buladnya itu, Carissa amat sangat menikmati hidupnya. Dia tidak pernah lagi memikirkan nostalgia, selalu mencoba sibuk dengan hal baru. Bahkan perasaanya sudah baik baik saja ketika Aceline memberikan kabar bahwa Aceline dan kekasihnya ingin segera menikah. Namun Aceline harus mengikuti tempat suaminya tinggal
"Carissaku sayang, setelah menikah, aku akan meninggalkan kota ini apa kau tak apa?" ujar Aceline
"Ya aku tak mengapa, justru lebih baik kita moveon yaitu yang artinya berpindah dan bangkit dengan kehidupan yang baru bukan? tak seperti ku yang amat terlambat sekali menyadarinya". kata Carissa
"Awwww ini baru Carissa yang ku kenal. Bagaimana hubungan mu dengan Gilliant apa semuanya baik baik saja? Entah itu pekerjaan atau apapun itu kau menyebutnya"
"ah iya mengenai itu, Carissa aku sudah memikirkan semuanya, dan soal perkataanmu yang kau tak sengaja mendengar, apa Gilliant menyukai ku? Bagaimana menurut pendapat mu?". tanya Carissa
"hahaha aku sudah menduga kau akan bertanya, namun aku ingin kau menikmati kehidupan mu dahulu, lebih bebas tenang yang terpenting kau sangat terlihat bahagia belakangan ini. Dan menurut pendapatku, kau akan lebih bahagia jika dengan Giliiant". candanya
Carissa sedikit kesal dengan candaan sahabatnya itu, namun mereka tetap bersendau gurau menikmati hidangan yang mereka makan sembari bercerita ria.
Tiba tiba saja
. Saat menuju ke apartemennya, Carissa berpapasan dengan Noura, tunangan Aloysius dengan berlainan arah, masih saja Noura yang duluan menyapanya
"Heii hei Carissa, apa ada perlu disekitar sini?" tanya Noura
"Waa Nouraa, kebetulan aku pulang kerja, kemudian bagaimana kabar mu kita bertemu lagi".
Mereka berjabat tangan dan melakukan ciuman pipi sedikit berpelukan
"Oh aku boleh kah aku bercerita saat ini juga? jika tidak keberatan, aku akan mentraktirmu kau pasti lapar setelah bekerja".
Memilih milih restoran untuk suasanya yang mendukung dan mereka sudah menemukan salah satunya. Tempatnya cukup luas, tenang dan sedikit megah. Mereka memulai perbincangan itu.
"Carissa? aku hanya ingin bertanya, tetapi jika kau tak ingin menjawabnya tak apa'. Tanya Noura
"Apa itu?"
"Apa benar kau dan Aloysius rekan semasa sekolah? dan kau sempat menyukainya?". tanya Noura dengan nada ragu
"Memang benar kita dulunya sahabat karib, namun kami bertemu kembali saat kalian bertengkar ditaman itu. Soal menyukainya aku sudah tak marah, bahkan mungkin aku sudah lupa jika pernah menyimpan itu untuknya. Bukankah kalian bertunangan?"
"Jadi yang dibilang Aloysius benar, dia mengabaikan perasaan itu ingin kalian masih berteman baik. Soal tunangan, ia meninggalkanku dan mengejarmu".
Sontak saja, Carissa tebelalak matanya, perasaanya tidak begitu nyaman, bahkan hampir tak dapat berkata apapun.
"Tunggu bisa kau jelaskan perlahan?"
"Jadi begini, kita memang bertunangan, setelah kau mengembalikan dompetnya, ia berterus terang padaku, tentang masa lalunya dan apa yang ia rasakan, termasuk bahwa ingin menghargai dan membalas perasaanmu itu jadii dia meninggalkan ku lalu mengejar mu, dan kita berpisah baik baik saja, terdengar rumit, namun aku meminta, jika kau masih menyimpannya segera katakan padanya juga, agar tak semakin merumit.'
Mendengar penjelasan Noura, perasaannya yang tenang itu tiba tiba saja sedikit menggores luka masa lalunya. Bedanya kali ini ia tetap tenang dan lebih bisa mengelola emosinya.
"Hei Noura kau cantik sekali, terima kasih kau berusaha menghubungiku, berusaha menjelaskan ini padaku, kau cantik baik, bahkan definisi dari wanita sempura, kau pantas dapatkan yang lebih baik dari Aloysius, jangan menyedihi dia yang telah pergi ya? Janji aku akan menjadi temanmu jika kau butuh tempat bercerita, untuk soal perasaan itu aku sudah mengikhlaskannya, aku berharap hanya menjadi sahabat baik yang kembali seperti SMA dahulu".
Noura pun meneteskan airmatanya, ia merasakan gejolak batinnya saat bercerita sangat tertetekan dan tercabik namun iya harus membagi itu kepada orang yang baru dikenalnya. Tetapi sebagai gantianya mereka menjadi teman yang baik, bahkan saling bertukar kabar.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 30
** Setelah mengetahui bagaimana cerita mereka, dan perjalanan mereka yang tak mudah itu, mulai dari bagian ini sedikit menjelaskan kembali memori mereka. Dan awal kisah yang akan dibawa menuju kisah yang terbaik menurut kehidupan mereka.
Berawal dari bermain mata
. Untuk pekerjaanya Gilliant dan Bella memiliki ruangan terpisah dengan tim yang lainnya. Yaitu ruangan yang terdiri dari Bos staff management, dan ketua divisi lainnya. Bella dan Gilliant pun makin kompak dalam hal pekerjaan.
. Sebenarnya selama itu Gilliant sering memperhatikan seseorang yang mencuri perhatiannya dari balik jendelanya. Saat melihat wanita dari balik tirai itu, ia selalu melebarkan pandangannya, selalu memperhatikan wanita itu bahkan ia menghafalkan suara langkahnya. Namun Gilliant, belum mengetahui siapa nama wanita itu. Rasa penasaran, yang mengharuskan memendam kegelisahannya itu.
. Tiba saatnya Bos mereka meminta Gilliant untuk pindah ruangan, karena untuk keperluan kali ini dengan alasan lebih mudah dalam berkomunikasi dan mengaturnya.
“Good morning everyone, have a nice day everyone,”
“Morning, Bella
“Morning Bella, siapa dia? apakah dia orangnya? yang memiliki analisa dan strategi management yang bagus untuk kantor kita?” Aceline bertanya.
“ kita kedatangan rekan kerja baru, untuk membantu Carissa, perkenalkan dirimu Gilliant Cho”, Bella memperkenalkan.
. Degup takjub dan tak menyangka bahwa Gilliant akan satu tim dengan Carissa. "Oh namanya Carissa" gumam Gilliant dalam hati. Ternyata wanita yang selama ini ia perhatikan "adalah Carissa". Sedikit canggung, namun Gilliant mencoba bersikap biasa. Yang ia rasakan sungguh senang yang tak dapat diungkapkan dengan kata kata. Akhirnya ia mengetahui namanya bahkan berkenalan langsung dengannya, kesempatan yang sangat menakjubkan.
. Bella pun paham mengenai tingkah Gilliant, bahkan ia tidak cemburu, tetapi mendukung usaha moveon partnertnya itu. Tanpa Gilliant meminta tolong padanya, Bella bersuka rela agar Gilliant bisa mendekati Carissa perlahan lahan. Hanya dapat berusaha, Gilliant lebih berhati hati kali ini dan tak berharap apapun.
Pertunangan Aloysius.
Setelah berlabuh ke beberapa negara, serta melabuhi beberapa hati para wanita, kini Aloysius menetapkan tambatan hatinya, pada salah satu wanita Perancis itu. Namun berjalannya waktu tak semulus yang ia kira. Bahkan ia harus bertengkar ditempat umum.
“Aloysius jika orang tuaku mempercayai kau untuk melamarku, apa yang akan kau lakukan? Sementara orang tua mu telah membujuk ku tuk menerima pinanganmu? Padahal kau tahu ayahku tak begitu baik berhubungan denganmu”.
Lelaki yang singgah disampingnya itu menjawab
“Apa yang tidak bisa? Semua nya hanya butuh waktu dan proses. Lebih baik kita menikmati proses hubungan ini daripada berangan yang tak pasti. Apa kau lupa akan sifat ku Noura? Aku hanya berhenti di satu pelabuhan cintaku, yaitu kau. Aku akan selesaikan pekerjaan ku dan melingkarkan janji cinta kita di jari manismu”.
Gertak Aloysius pada tunagannya itu yang berusaha meyakinkannya.
Bertemunya kembali Carissa dan Aloysius
. Carissa yang sedang menikmati pagi itu, tidak sengaja memperhatikan sepasang kekasih yang mungkin sedang bertengkar. Karena dirasa suara itu sangat keras, ia berusaha mengabaikannya. Tetapi pria itu menjatuhkan sesuatu, yaitu dompet. ia pun mengiba untuk mengembalikkanya.
“Carissa ?benar ini Carissa Widjaya??”
“hmm iyaa itu aku Aloysius Dirgantara”
“Astagaa, hari ini aku harus banyak berterimakasih denganmu. Kau mengembalikan dompetku dan kali ini kita bertemu, Kebetulan yang menyenangkan sekali,”.
. Setelah itu pun mereka bercengkrama dan mengobrol sedikit.
Seteleh mengembalikan dompet
. Meski Aloysius sudah bertunangan, setelah pertemuannya dengan Carissa merasakan hal yang aneh. Hal yang dinama ia memikirkan memori memori mereka ketika SMA, serta kebaikan kebaikan Carissa. Dan ia melalukan perbandingan perasaanya antara Carissa dan tunangannya itu. Oh tidak Aloysius baru menyadari jika Carissa pernah mendambanya, saat SMA .
. Bahkan ia mulai menjauh dari kekasihnya, dengan berbagai macam dalih, yang sebenernya ia sedang kacau dengan perasaanya. Carissa yang selalu ia carii.
. Disaat yang bersamaan, ia akan mengadakan acara pameran foto disebuah musium, acara itu nampak elegan dan berkelas, serta dihadiri berbagai fotografer ternama. Ia pun mencoba menghubungi rekan rekan terdekatnya,
Setelah kejadian tidak mengenakannya pada Gilliant ia mencoba mengundangnya. Karena untuk beberapa projek dan pekerjaan tertentu mereka sudah kembali berdamai dengan keadaan. Namun entah mengapa ia merasa ragu untuk mengundangnya. Tetapi ia menghiraukan risaunya itu. Dan tetap mengundang Gilliant dengan dalih mereka sudah berdamai, dan tidak akan terjadi apa apa.
Namun naas, dihari perhelatan peresmian pameran musium itu dibuka, Gilliant justru datang bersama Carissa. Kejadian yang tak ia sangka secara kebetulan.
Aloysius berusaha
Dimalam pamerannya itu, sungguh mencabik hatinya, dan ia berfikir apakah ini karma untuknya. Karena ia pernah melakukan hal serupa pada Aloysius. Masih saja ia berusaha
“Halo Aloysius? ku dengar kau ingin pergi dengan Carissa?” “maaf untuk kali ini kami akan mengadakan meeting bersama, jadi cobalah lain kali” ujar Gilliant yang sudah menggandeng Carissa untuk keluar dari bangunan kantor itu.
Aloysius tak dapat berkata apapun, sesak didadanya membuatnya berpamitan dan meninggalkan mereka.
Sementara Carissa
Yang setelah bertemu dengan Edward, Carissa cukup mendapatkan berbagai macam petuah petuah menyakitkan, jujur namun sesuai fakta dan realita. Disepanjang perjalanan pulang, ia bergulat dengan logika dan perasaanya. Akhirnya ia mempunyai tekad,
"ya aku harus mencoba membuka hatiku kepada orang lain."
Lantas setelah ini siapa kah yang pantas untuk mengobati masa lalu Carissa?
0 notes
Text
Dibalik Kamera 29
Karir baru untuk Bella
Sejak saat itu mereka memang senang bertemu. Dalam waktu beberapa bulan. Serta mencicipi berbagai macam kuliner di Jepang. Bahkan mereka sering bekerja sama untuk mengurus kebutuhan agency di Jepang. Namun tak berselisih lama Bella harus berpisah dengan Gilliant.
"Gill, maafkan aku mungkin akhir pekan ini akhir kita bertemu di Jepang, dikarenakan aku diterima disebuah perusahaan".
'Wah hebat sekali kau Bella, tunggu diterima diperusahaan? Jadi kau mencoba bekerja diperusahaan lain selain perusahaan keluarga?"
"Ya aku rasa aku mampu, dan juga ingin mengetahui banyak hal tidak masalah jika aku masih bisa melakukannya bukan?".
"Tidak, tidak akan masalah tetap seperti Bella yang ku kenal wanita pekerja keras, tapi boleh ku tau engkau pergi kemana? karena kau belum menepati janji mu itu".
"Hei aku tidak berjanjii sudah ku katakan, untuk itu aku diterima di Paris dan ku liat perusahaan itu berpotensi besar untuk perkembangan skill dan karirku".
"Baik, apapun yang terbaik untukmu aku turut berbahagia".
Bella sudah meninggalkan Jepang, sementara Gill masih menikmati negara itu. Karena ia berencana untuk menjelajahi hal hal yang membuatnya tertarik.
Pencapaian karir Bella
Selama diperusahaan baru, Bella mampu bekerja dengan baik dan juga meningkatkan performa perusahaan. Karena memang ia sangat mengetahui hal hal seperti itu. Banyak orang yang menyeganinya namun Bella selalu rendah hati dan mau diajak bekerjasama. Semenjak Bella mengelola perusahaan itu, masyarakat makin mengenal brand brand yang mereka naungi, atau mengetahui jika bekerjasama dengan kantor Bella pasti akan sangat mahal namun sangat setara dengan apa yang ditawarkan dan dihasilkan.
Bos Bella sangat senang dengan nya, dan mencoba menawarkan asisten atau tim untuk Bella.
"Bella apa kau butuh asisten atau rekan kerja, saya senang dengan apa yang kau capai namun untuk menjaganya agar tetap stabil kau membutuhkan seseorang yang dapat membantumu" ujar bosnya.
"Terima kasih Pak, untuk itu kuserahkan pada Anda saja, asalkan itu dapat membantu dan Bapak membutuhkannya".
Seteleh perbincangan itu, Bosnya terus mencari seseorang yang dapat mengimbangi posisi Bella dan yang sesuai untuk yang kantor butuhkan. Sebulan berlalu dan sudah berbagai proses dilaksanakan, seseorang datang ke kantor mereka.
"Baik terima kasih kau sudah bergabung dengan kami pasti akan sangat mengesankan Gilliant Cho, aku tidak percaya seorang penguasaha mau bergabung dengan perusahaan kita. Baik akan kupanggilkan rekan mu untuk pekerjaan ini".
"Bella kemari, ini rekan kerja mu yang akan menemanimu dalam menangani seputar manajemen kantor atau yang kau butuhkan".
Bella yang sibuk dimejanya sedang bekerja, tiba tiba Bosnya memanggilnya untuk masuk keruangan Bosnya. Dan terkejutnya Bella jika yang bergabung bersama perusahannya adalah Gilliant.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 28
Mereka berdamai dengan keadaan.
Usai berpamitan dengan keluarga Emily. Kini Gilliant menutup kembali perasaanya rapat rapat, ia mencurahkan kekesalannya itu dengan berbagai kegiatan dan ya terutama mengelola perusahannya.
Bahkan Gilliant melakukan solo traveling ke berbagai negara, benar benar sepertinya ia membutuhkan angin segar untuk mengalihkan pikirannya.
Emily pun memutuskan berpisah dengan orang tuanya, yaitu memutuskan pergi ke suatu negara yang dirasa aman untuknya dan memulai kehidupan yang baru. Semua itu menjadi pelajaran untuknya.
Aloysius sendiri, masih menggeluti profesinya fotografer. Namun kali ini ia mampu memperkerjakan asisten untuk narahubung pribadinya, dan ia selalu bersama asistenya kemanapun ia pergi. Ia sungguh belajar dari pengalaman terlebih ia sadar, kemampuan untuk mudah membuat wanita jatuh cinta padanya. Jadi ia harus mengatur, mengelola dan membatasi semaksimal mungkin.
Permintaan Gilliant pada Bella.
Gilliant memutuskan untuk liburan ke Jepang, namun tetap saja sembari mengurus perjanjian perusahaanya. Ia tiba pada hari Jumat, sungguh akhir yang pekan yang indah untuknya. Karena hari Senin ia harus mampir ke sebuah perusahaan unutuk membereskan sesuatu.
Bella melihat Giliiant dari jauhm dan menghampirinya, nampak antusias memeluknya dan menanyakan kabarnya namun dengan nada ragu
"Gilliant? apa kabar denganmu? aku dengar..."
"Hai sweety Bella lama tak jumpaa, aku baik baik saja, bagaimana dengan mu?"
"aku baik baik saja Ayah menugaskan ku mengurus sektor diJepang jadi aku sudah lama disini, ku dengar kau sudah bertunangan?".
"Bagus, Jepang sangat indah menurutku, dan soal tunangan, itu sudah kandas Bella beberapa tahun yang lalu jadi begitulah"
"Maafkan aku harus mendengarnya, oh iya kali ini minum bersama ku kau mau? aku yang akan mentraktirnya".
Pertemuan Bella dan Gilliant itu merupakan kebetulan yang tak sengaja dan Bella menawakan acara perjamuan minum malam harinya.
Sudah beberapa gelas dan botol yang mereka tuang, bahkan obrolan mereka pun sangat terbuka soal hal apapun dan Gill menceritakan semua yang dialaminya, Bella sedikit prihatin karena bagaimanapun juga mereka juga pernah bersama
'Bella aku sepertinya akan memacari pria saja, wanita itu memang rumit dan aku tak memahaminya", celotehnya
"Tidak Gilliant kau belum saja menemukan yang dapat memahami dan menerimamu apa adanya, Tidak mungkin didunia ini ada yang ingin menolak pesona Gilliant Cho anak dari pengusaha kaya raya".
"Simpan pujian dan sindiranmu itu Bella, haha buktinya aku masih saja seperti ini, oh ia Bella jika kau mampu menjodohkan ku dengan seseorang maka aku akan memberimu"
"Hei apa apaan Gilliant, itu tidak seperti Gilliant Cho yang ku kenal, ia tak pernah bermain materi untuk perasaan wanita, tapi mungkin akan ku coba mencarikanmu seorang wanita, namun aku tak janjji".
Bella yang memotong pembicaran Gilliant yang setengah sadar itu paham apa maksudnya ,yaitu Gilliant ingin dikenalkan teman wanita yang Bella punyai. Mereka pun sedikit hilang kontrol atas diri mereka dengan minuman itu. Namun itu membuat perasaan Gilliant akhirnya mencurahkan isi hatinya.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 27
Berpamitan kepada keluarga
Setelah drama malam itu. Mereka pun tak membicarakan apapun, bahkan mengobrol pun enggan, jika dirasa perlu dalam urusan pekerjaan mereka meminta asisten mereka mengurusnya.
Aloysius mencoba menghubungi Gilliant untuk menjelaskan semuanya, tetapi nampaknya percuma. Pesan tidak terbalas, dering telfonnya mengatakan tinggalkan pesan suara, bahkan sudah menanyakan ke kantor untuk memungkinkan mengetahui keberadaanya. Nihil jawabnya, staff kantor hanya mengatakan Gilliant sedang ada urusan yang tak dapat diganggu hingga waktu tak menentu. Dirasa beberapa hari usahanya sia sia, ia hanya mengemasi barangnya dan kembali ke negara Aloysius tinggal. Kemudian mengembalikan kunci apartemennya ke resepsionis kantor Gill.
Emily yang tak tahu harus berbuat apa, bahkan hanya selalu menangis setiap harinya, sudah membulatkan tekadnya untuk jujur kepada orang tuanya, mengenai perbuatan yang tak terhormat itu.
"Apa Emily?? kau sudah mempermalukan Papa, apa yang kau perbuat ini apa yang kurang dari Gilliant? Berani beraninya.", Ayah Emily sangat geram, keadaanya saat itu isak tangis terus saja berderu serta suasanya seperti mencekam yaitu tertekan diantara tangis kecewa serta amarah menjadi satu. Mereka memeluk Emily dengan erat yang masih saja terisak isak. Sementara Ayahnya masih saja berdiri seakan tak sudi melihat putrinya.
Sementara Gilliant dan Ayahnya, berusaha tenang, dan mencari bagaimana baiknya untuk kedua belah pihak,
"Baik Gill, Ayah rasa hal itu terasa berat, Ayah tau dan mengerti posisimu itu, namun jadilah lelaki yang berwibawa dan sopan, kau sudah berkenalan dengan keluarganya. Maka berpamitanlah pada mereka, Ayah akan mengatur pertemuan ini".
Ia tak berkata apapun, masih tak bisa banyak berucap.
Hari yang sudah diatur oleh Ayahnya pun tiba. KIni kedua belah pihak keluarga itu bedara di satu meja makan yang sama, dengan suasana sunyi.
"Martin, dengan berat hati, kami keluarga Vincent Cho dan dari pihak Gilliant, memutuskan hubungan ini dengan cara kekeluargaan, dan Gilliant berninat mengembalikan Emily pada keluarganya". ujar Ayah Gill
"Begini Tuan Martin, saya kecewa atas perlakuan Emily pada saya, saya juga tak menyangka, sayalah yang bersalah karena kurang bisa membahagiakannya, sehingga ia mencari kebahagiaan yang lain, diluar yang saya kira". Ujar Gilliant
Keluarga Emily memeluk putrinya itu, dan tak dapat berkata apapun. Bahkan tidak menampik jika memang yang dilakukan putrinya sebuah kesalahan yang mungkin tak bisa dimaafkan. Ayah Emily pun tidak berkata banyak. Mereka menyelesaikan acara perjamuan itu dengan suasana yang hambar dan sunyi.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 26
Perpecahan Aloysius dan Gilliant
Setelah kejadian itu Aloysius dan Emily lebih banyak terdiam. Namun berprofesional dalam hal pekerjaan hanya saja lebih seperlunya berbicara. Terlbih Emily memiliki perasaan yang luar biasa bersalah serta tak nyaman dalam gejolak batinnya. Aloysius lebih menjalani hari dengan berpura pura tidak terjadi apa apa.
Kali ini sesi foto itu akan usai, Gilliant nampak senang dan bahagia karena hari yang melelahkan hampir berakhir. Tinggal menunggu hasilnya dari sahabatnya itu.
"Terima kasih Aloysius, jika bukan berkat kau, hal ini tidak dapat kami wujudkan, untuk merayakan ini apakah kau mau jika kita mengadakan makan malam?". ucap Gill memberi tawaran.
"Makan malam? boleh saja", Aloysius tak banyak mengeluarkan kata. Terlebih lagi situasinya yang membuat semua itu mengharuskannya berpura pura.
Waktu dan tempat sudah disepakati, Gilliant dan Emily sore ini berencana memberikan bingkisan hampers pada Aloysius untuk sebuah tanda terima kasih dan perpisahan. Tetapi reaksi Emily tidak banyak memberikan saran seperti biasanya, mereka pun bersiap untuk acara malam itu. Tiba tiba saja sebuah pesan masuk
'Emily, kita harus jujur kepada Aloysius untuk hal apa yang sebenarnya terjadi".
Emily membaca pesan itu saat sedang bersama Gilliant, sungguh campur aduk dan sedikit menyembunyikan tampilan layarnya itu.
Malam telah tiba, mereka sudah duduk bertiga didepan hidangan mewah yang akan menemani mereka. Namun perasaan Emily makin membabi buta ia memutuskan berpamitan ke toilet.
'Maaaf semuanya aku harus ke toilet sebentar", ujarnya.
Gilliant yang menyadari tingkah tunangannya itu memang sedikit bertanya tanya "Emily belakangan terlihat murung dan terdiam apa aku melakukan kesalahan padanya?. Tanya nya pada sahabatnya itu. Sontak saja Aloysius tak berkata apapun dan berpamitan ke toilet juga. Giliant hanya memegangi kepalanya karena seharusnya makan malamnya itu tidak seperti ini. Dirasa terlalu lama, Gilliant pun meninggalkan meja menuju toilet untuk memastikan apa yang terjadi pada tunangannya. Namun ternyata ia menjumpainya bukan ditoilet, tetapi di ujung bangunan restoran dengan sedikit taman.
Ia melihat Emily bersama Aloysius? apa yang terjadi? gumamnya dalam hati. Namun Gilliant tidak langsung menghapiri, spontan yang ia lakukan adalah mengendap dibalik dinding bangunan mendengarkan mereka yang beradu mulut.
'Emily kita harus jujur pada Gilliant, jika kita telah yaa telah tidur bersama".
Spontan Gill yang mendengarnya, merasa dadanya tertusuk serta seperti ditampar oleh seseorang, marah, murka semua menjadi satu yaitu kekecewaan. Tetapi Gilliant seperti membantu, ia tak dapat melakukan apapun masih mengendap.
"Aloysius, aku belum bisa mengatakan ini padanya, tapi ini memang tak bisa dimaafkan".
Gilliant merasa cukup mendengar apa yang mereka katakan. Kemudian perlahan menghampiri tempat mereka berdiri.
"Emily? Aloysius? Apa yang kalian lakukan, bermain dibelakangku sementara aku sudah mempercayakakan apapun padamu Emily dan Aloysius.. Kenapa? Mengapa? Apa salah ku pada kalian, sehingga tega melakukan ini.
Gilliant mengungkapkan kekecewaanya, dengan air mata yang keluar dari matanya yang indah itu, rasanya dunianya runtuh dan perasaanya pun berantakan.
Sementara Aloysius dan Emily spontan berjauhan, dan tidak tau harus berbubat apa. Emily lebih memilih pulang memesan taksi yang tersedia didekat restoran itu. Aloysius berusaha mendekati Gilliant namun tetap saja tak bisa mengatakan apapun. Dan akhirnya Aloysius juga meninggalkan Gill.
Mereka pun berpisah dengan cara yang tidak disangka dan juga tidak sesuai rencana, karena keadaan memaksa mereka melakukan apa yang menurut mereka terbaik saat itu.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 25
Berawal dari semangkuk sup
Setelah hasil foto sesi pertama, Gilliant mempercayakan semua itu pada Emily. Jadi Emily lebih sering melakukan kordinasi atau diskusi dengan Aloysius. Sementara ternyata dalam waktu 2hari itu Aloysius tidak berhasil menyelesaikan file hasil foto mereka. Dikarenakan demam, karena mungkin faktor musim, cuaca dan selama perjalanan yang melelahkan itu. Aloysius mengirimkan pesan kepada Gill
'Gill, aku tidak enak badan malam ini, apakah bisa kita tunda sampai aku membaik? Dan apakah kau teburu buru sesi ini harus selesai dalam sepekan?".
"Astaga, maafkan aku, kau pasti kelelahan, aku akan menyampaikan ini pada Emily. Aku rasa ia tidak keberatan untuk menundanya".
"Terima kasih atas pengertian mu Gill".
Setelah mengirimkan pesan itu, Aloysius pun menyeduh minuman hangat dan meminum obat yang sudah ia siapkan. Jadi untuk keesokan harinya mereka menunda sesi itu.
Waktu menunjukan pukul 10pagi, terdapat seseorang mengetuk pintu apartement Aloysius. Namun ia mencoba tak menghiraukannya. Namun suara itu terus sedikit mengganggu, ia pun mencoba untuk membuka pintu dengan melihat dari bulat kecil pintunya.. Terkejutnya ia melihat Emily ia buru buru membukakan pintu untuk Emily.
"Emily, ada apa kau kemari? Sudah dengar kabar dari Aloysius bukan untuk hari ini? kita menunda sesi pemotretan".
"Ya soal itu aku sudah mendengarnya, justru itu aku membuatkan sup ini untukmu, mungkin bisa membuat mu merasa lebih baik".
"Maaf merepotkan mu, namun badan ku sedang tidak begitu ingin banyak bergerak".
" Tidak apa apa mungkin aku bisa membantu menjagamu disini dan jika terjadi sesuatu aku akan memberitahu Gilliant".
Sebenarnya Aloysius sedang malas menanggapi apapun, dan ia hanya berpasrah ketika Emily duduk disofanya serta menyiapkan sup untuknya itu. Namun Aloysius tertidur karena efek obat itu masih terasa ingin memejamkan matanya.
Sementara Emily membawa nampan yang terdapat mangkuk sup serta minuman hangat itu menuju ke tempat Aloysius tidur. Namun dilihatnya Aloysius yang sedang tidur membuatnya tak tega membangunkannya. Tapii
"tunggu mengapa aku merasa, tenang, hangat didekatnya oh mungkin hanya perasaan mengiba bahwa ia sedang sakit". Emily merasakan hal yang aneh digejolak dadanya itu. Mencoba menghiraukannya.
Merasa sudah membereskan semuanya, Emily meninggalkan secarik catatan kecil bahwa selain sup ia juga sudah menyiapkan makanan untuk Aloysius. Kemudian Emily meninggalkan apartemen itu.
Beberapa jam berlalu, hari mulai sore, dari jendela apartemennya itu nampak sedikit gelap, ia berusaha bangun dari tidurnya dan duduk untuk memperhatikan sekitarnya. Matanya tertuju pada mangkuk dan gelas yang sudah tersiap. Karena ia tak melakukan kegiatan hari ini. Dan, ya itu sudah disiapkan Emily untuknya. Ia pun menikmatinya. Ingin berterima kasih dengan mengirimkan pesan pada Emily namun niat itu diurungkannya.
Kecurigaan Gilliant
Untuk sesi berikutnya mereka menyepakati hari ini, dan mereka sudah mempersiapkannya. Semua berjalan baik, diakhir perpisahan hari ini Aloysius mencoba memulai percakapan
"Terima kasih Emily sup yang kau buat membuat ku lebih baik kemarin".
"Oh memang Emily sangat pandai membuat sup untuk orang demam", Gilliant sebenarnya tak paham namun berusaha menyatakan bahwa tunangannya itu memang pandai memasak.
Sontak Emily terkejut dan merasa tak nyaman, ia hanya membalasanya dengan senyum. Ia tak menyangka Aloysius akan membahas soal ia ke apartemennya itu. Setelah itu mereka berpisah, untuk beberapa hari. Karena biasanya ingin mendiskusikan hasilnya.
Aloysius menghubungi Emily karena dirasa ingin melakukan beberapa perubahan pada fotonya, merekapun menyepakati bahwa Emily dan Gilliant akan datang ke apartemennya untuk mendiskusikannya. Diakhir pesan itu Aloysius menanyakan
'Emily apa kau tak bercerita soal sup yang kau buatkan padaku, kepada Aloysius?".
Emily menghindari pertanyaan itu, lebih memfokuskan jika akan datang ke apartemen untuk diskusi.
Keesokan harinya Emily datang ke apartemen Aloysius, terkejutnya ia tak datang bersama Gill.
"Emily kemana Gill? bukannya kalian akan datang?" tanya Aloysius
"Oh dia sedang ada meeting akhir bulan hari ini? ya sampai mana diskusi kita boleh ku melihat hasilnya?" timpal Emily terburu buru.
Mereka pun berdiskusi soal hasil foto foto itu. Dan mereka duduk amat sangat dekat. Saat menoleh bersamaan mereka merasakan ada yang aneh pada perasaan mereka, saling menatap dan tak tau apa yang mereka pikirkan. Tetiba saja jemari Aloysius merasakan tubuh Emily yang indah itu. Emily pun sepertinya tidak mengelaknya
"Emily? jika boleh jujur, kau terlihat cantik sangat aku melihat mu diruang makeup itu,"
"Ya, terima kasih aku juga beberapa hari ini memikirkan mu".
Suasana diapartemen yang sunyi, membuat mereka merasakan dunia hanya milik mereka saat itu. Dimabuk kebayang oleh hasrat dan perasaan yang melebur menjadi satu. Dan mereka pun ternyata mengeluarkan perasaan mereka, dengan sentuhan yang lemah lembut, serta Emily memberikan ciuman pertamanya itu pada Aloysius dengan tanpa sadar. Semua hasrat yang mengalir serta diujung tanduk itu, mengisyaratkan mereka untuk bercumbu saat itu.
Sementara Aloysius mencoba melakukan panggilan telfon pada Emily dan Aloysius, namum mereka tak ada jawaban secara bersamaan dan tak biasanya. Namun ia berusaha tak berfikir kemana mana, ia memfokuskan pekerjaanya hari itu. Namun ia mencoba meminta tolong Ayah Emily untuk menghubunginya, dan setelah itu mencobanya menghubungi mereka kembali beberapa jam kemudian.
Emily dan Aloysius mereka bercumbu sementara Gilliant mencari mereka. Mereka tak kan mendengarkan dering telfonnya itu karena mereka sedang asik menikmati waktu berdua dan kemudian terlelap.
Emily terbangun dahulu, saat ia membuka matanya perlahan, ia mengetahui bahwa yang disampingnya itu Aloysius dan ia berlahan lahan kembali mengingat apa yang terjadi dan... Ia menyadari bahwa mereka sudah melepaskan nafsu hasrat satu sama lain. Segera ia mencoba duduk untuk mengecek ponselnya. Benar saja 6x Panggilan tak terjawab dari Gilliant dan Ayahnya. Emily nampak panik dan melakukan pergerakan yang terburu buru tidak tenang serta hentakan hentakan yang berbunyi keras, , membangunkan Aloysius .Aloysius memandanginya dan mencoba memikirkan situasi apa yang terjadi dan, ia mengetahui raut wajah emily yang kurang baik seketika Aloysius pun memeluk Emily.
Keduanya menyadari bahwa Gill mencari mereka melalui telfon namun mereka tak kan mengetahuinya.
'Emily, aku minta maaf ini seharusnya tak terjadi".
"Maafkan aku juga Aloysius akuu akuuu".
Emily pun menangis mereka mencoba membicarkan hal ini namun tak banyak kata yang bisa disampaikan. Segera Emily membereskan semuanya dan berpamitan pergi menuju ke apartemennya.
0 notes
Text
Dibalik Kamera 24
Mencari seorang fotografer
Setelah perjamuan makan malam itu, mereka melalui hari dengan seperti biasa, hingga berganti bulan. Emily yang menikmati hari Minggu itu bersantai ditepi kolam rumah Gilliant. Sembari menggulirkan jarinya pada akun sosial medianya.
"Sayang, lihat ini apakah kau setuju dengan konsep foto prewedding seperti ini? dia menggunakan tema klasik namun minimalis pada warna dan aksen keseluruhan, jadi kita tidak harus menggunakan gaun atau baju yang mencolok". Emily berseru dan memperlihatkan layar ponselnya. Gilliant pun yang sedang menikmati jus buahnya, kemudian berdiri dan menghampiri Emily. Dan melihat isi layar ponsel tersebut. Yaitu konsep konsep untuk foto prewedding.
"Menarik, ini sangat cocok denganmu apa kau menyukainya?"
"Tentu, tapi apa kau keberatan?"
"Jelas tidak sayang, aku sudah tau bagaimana selera mu dan apa yang kau inginkan pasti itu bagus dan cocok untuk kita".
"Sayang, apa kau memiliki kenalan seorang fotografer professional dan baik untuk melaksanakan konsep yang kau sukai itu? aku tidak ingin kita salah memilih orang untuk hal yang kau sukai" tanya Gill
"Sementara aku belum ada informasi, namun aku akan mencoba bertanya pada Ayah dan keluarga kita mungkin mereka memiliki kenalan yang bagus untuk ini".
Mereka menyepakati sebuah konsep fotonya. Emily pun mengunduh beberapa foto refrensi yang ia inginkan, atau memberikan tanda bookmark pada akun akun yang ia temukan. Namun mereka belum menemukan siapa fotografer yang professional yang Gill maksudkan.
. Sembari menyiapkan semuanya, Gill dan Emily masih mencari tau fotografer mana yang cocok untuk mereka dan keluarganya. Saat Gill berjalan dikoridor kantor tiba tiba saja Ayahnya menghampirinya
"Gill, Ayah dengar kau masih mencari fotografer? apa benar?"
"Ya, kami masih mencarinya sudah ada beberapa portofolio dan nama yang diajukan namun Emily kurang cocok, apakah Ayah bisa membantu kami?"
"Ini Ayah mendapatkan kartu nama ini dari rekan Ayah, mereka menamai brandnya "Dearstory", kau bisa melihat portofolionya dahulu mungkin Emily akan tertarik, semoga membantu".
"Terima kasih Ayah, aku akan memberitahukan ini pada Emily, apakah Ayah akan makan siang bersamaku?".
"Tidak Gill Ayah harus meeting, kebetulan saja bertemu denganmu"
"Baik Ayah sampai jumpa dan semoga beruntung".
. Sebenarnya Gill meragukan saran dari Ayahnya, karena sudah terlalu banyak saran namun tidak ada yang cocok. Namun ia akan tetap memberitahukan berita ini pada Emily. Sepulang dari kantornya Gilliant mengemudikan mobilnya menuju apartemen Emily.
"Bagaimana kabarmu hari ini sayang?" Peluk Emily hangat.
"Baik, dan yang lebih baik lagi ayah memberitahuku kartu nama seorang fotografer yang mungkin kau menyukai portofolionya, apa kau ingin melihatnya dahulu?". Sambil masih memeluk Emily.
Ternyata fotografer itu...
. Mereka pun mengecek bersama sama, dan juga mencari tahu mendetail tentang keberadaan si fotografer ini. "Oke, aku menyukai portofolionya, boleh kita memakai jasanya sayang". "Tentu saja jika itu membuatmu senang mengapa tidak kulakukan".
. Ternyata setelah menyampaikan telfon melalui narahubung dan email, mereka harus mendatangkan fotografer ini ke London. Tidak ada masalah dengan hal ini, semua baik baik aja mereka merencanakannya dengan baik. Hingga menyewakan sebuah apartemen mahal untuk fotografer ini yang terletak didekat kantor mereka.
. Hari yang dinanti sudah tiba, mereka pun berdegup kencang, ini merupakan perjalanan awal untuk bersama. Mengabadikan momen dan juga mengenakan gaun mewah turun temurun dari keluarga Emily sungguh sangat sudah disiapkan dengan teliti dan hati hati.
. Awalnya mereka melakukan foto kedua keluarga didalam ruangan, satu sesi sudah selesai, kini giliran sesi dimana Gilliant dan Emily untuk melakukan pose romantis, yang mungkin foto itu akan menghiasi kamar mereka berdua nantinya. Dan beda sesi pemotretan itu menggunakan fotografer yang berbeda, jadi mereka merias diri sembari menunggu fotografer itu datang.
"Hai, atas nama Nyonya Emily Hill? saya yang akan memandu untuk proses foto prewedding kali ini, perkenalan saya Aloysius." Seketika crew diruangan itu menyambutnya dan mencari Gilliant, karena untuk berkenalan dan memberikan bagaimana arahannya.
Gilliant yang melipat ujung kemejanya itu menghampiri arah Aloysius berdiri "Hey whatsup bro? How are you? lama tak jumpa" mereka pun melakukan pelukan hangat dan senyum sumringah karena lama tidak berjumpa.
"Oh jadi... kau yang akan melakukan sesi pemotretan kali ini"
"Ya begitulah, calon istriku yang memilih mu, karena ia tertarik dengan portofoliomu, jadi tolong jangan mengecewakannya ya, aku harap kau dapat memberikan karya yang terbaik untuk kami" pinta Gill dengan sopan dan tegas, karena tak ingin mengecewakan Emily.
"Bisa, kau bisa mengandalkan ku".
Setelah semua sudah dipersiapkan, mereka pun melakukan sesi pemotretan. Emily terlihat sangat anggun dan Gilliant sangat berwibawa. Kurang lebih hari itu memakan waktu setengah hari. Itupun hanya satu sesi. Karena konsep yang Emily ajukan ada 3konsep yang berbeda beda dan juga menggunakan latar belakang serta tema yang berbeda beda.
. "Sepertinya cukup untuk kali ini, jika lusa kita melakukan sesi lagi apakah kalian bersedia? lebih tepatnya apakah tidak keberatan dan juga lelah?" Tanya Aloysius.
. 'Oh tentu tidak aku sangat menunggu hari dan sesi ini berlangsung", ujar Emily.
Untuk hari itu mereka mengakhirinya dengan rasa bahagia dan juga sedikit kelelahan.
0 notes