Diary digitalku ✨️ Sedang belajar menuangkan isi pikiran dan perasaan lewat tulisan 📝
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Beginilah resiko kalau terlalu banyak memendam perasaan, akhirnya ketika sudah banyak bahan untuk bercerita, semuanya berebut antrian untuk diceritakan.
Awalnya mau cerita ini, lalu baru satu paragraf, cerita lainnya ikut berebut untuk diceritakan. Akhirnya, baru satu paragraf mengetik, aku lagi-lagi mengklik tombol hapus.
Rasanya semakin kusut, perasaanku tidak aku salurkan dengan baik. Aku semakin merasa tertekan dan ketakutan. Aku tidak mengambil kesempatan untuk bercerita ke orang lain, karena perasaanku masih tidak layak diketahui orang lain. Ya siapa yang mau meluangkan waktunya untuk mendengar seseorang bercerita perihal kesedihan dan cerita-cerita lainnya yang membuat energi positif akan habis? Orang lain sudah sibuk dengan dunia nya yang sama beratnya.
Katanya sih, selain menjadi gila, orang yang terlalu sering memendam perasaan marah, sedih dan perasaan-perasaan lainnya adalah orang yang kematiannya semakin dekat. Aku ketakutan untuk menghadapi kematian, tetapi kematian adalah satu kata yang sering muncul di pikiranku.
- 28 Oktober 2024
21 notes
·
View notes
Text
Rasanya seperti nggak ada harapan hidup kalo lagi ada di fase sedih bgt. Sampe rasanya pasrah aja, malah seneng kalau tiba² dipanggil pulang. Astagfirullah. Pengen pulang aja.
4 notes
·
View notes
Text
Tidak menyangka akan tersandung dan jatuh. Ibuk bilang, "Kui mesti akeh sing dipikirke. Istighfar sek tenangkan diri". Kukira nggak bakal sobek celananya, ternyata malah bolong dan lutut lecet :(
● Pekalongan, 27 Oktober 2024
5 notes
·
View notes
Text
✨️ Semarang, 23 Oktober 2024
Alhamdulillah, hari ini adalah kesempatan baru buat aku. Aku akan melakukan yang terbaik, meski belum sepenuhnya siap. Hari ini, aku memberi izin untuk merasa tidak sempurna dan menikmati setiap langkah kecil. Aku akan berjalan pelan, dan itu tidak apa-apa. Hari ini aku siap untuk bertemu dengan hal-hal baik. Bismillahirrahmaniraahiim. Ya Allah mudahkan dan lancarkan segala urusanku hari ini. Ya Allah, izinkan aku hari ini untuk bisa memanfaatkan setiap waktu dan kesempatan yang Engkau berikan dengan baik.
8 notes
·
View notes
Text
Sebagai orang yang seringnya nggak pede. Aku nemu mantra baru biar bikin aku pede: "Kalau nggak percaya diri nanti rugi. Kamu mau?" Semoga setelah ini dan seterusnya jadi percaya diri dan makin percaya diri.
2 notes
·
View notes
Text
Tadi aku masuk ke kawasan komplek polisi. Nah, tadi sempet salah jalan terus ditegur sama polisi yang jaga. Di situ aku ngerasa takut pas ditegur dg bentakan. Aku juga mengakui kalau aku salah. Aku nggak lihat kalau ada palang yg artinya nggak boleh kendaraan lewat situ. Aku beneran takut jadinya sama polisi. Di saat itu aku juga ngerasa bersalah. Nah, hal itu ngetrigger pemikiran kalau "aku merasa nggak berharga". Rasanya pengen nangis. Campur aduk. Aku juga nggak enak sama temenku yg nganter aku kesana. Di saat itu rasanya pengen menghilang aja. Tapi aku sadar. Ternyata ketika aku ketahuan melakukan kesalahan, di situ aku merasa nggak berharga. #random #pengencurhataja sorry kalo berantakan nyeritainnya
7 notes
·
View notes
Text
Jadi ceritanya waktu itu nitip adek buat bawain beras 2kg sama mie apa aja yg ada di rumah terus beliin kecap buat stok di kos. Dan entah kenapa emang lagi pengen nangis juga. Eh pas buka ini rasanya kek seseneng itu, sedih juga. Bersyukur masih ada sesuatu yang bisa buat dimakan besok. Alhamdulillah.
3 notes
·
View notes
Text
Sakit, nyeri haid hari pertama ternyata memang tidak enak.
2 notes
·
View notes
Text
Deactivated
Kalau dihitung-hitung, ini udah ketiga kali aku deactivated IG . Deactivated pertama akhir tahun lalu sampai awal tahun ini dalam waktu kurang dari tiga bulan. Deactivated kedua waktu bulan Agustus selama satu bulan lebih. Sedangkan yang ketiga kali ini gak tahu akan berapa lama.
Alasan deactivated pertama karena di waktu-waktu itu energi sosialku benar-benar kekuras habis. Setelah dipakai untuk sosialisasi, demi kepentingan promosi buku, dan juga aku lagi mengalami begitu banyak kehilangan beberapa bulan lalu. Seperti biasa, 'menghilang' sejenak dari peredaran orang-orang yang kukenal dan mengenalku dan juga mengurangi aktif main sosmed adalah salah satu caraku buat memulihkan diri. Sedangkan alasan deactivate kali ini selain karena aku lagi pengen punya banyak waktu buat belajar nulis, juga karena aku lagi mencoba untuk kembali digital detoks: mengurangi informasi-informasi tidak penting yang akhir-akhir ini sering membuatku sakit kepala.
Sebagai seseorang yang terlalu sering melakukannya, gak ada kesulitan berarti yang kurasakan. Mungkin ini juga salah satu efek gak lagi punya crush siapa-siapa awokawok jadi gak merasa punya alasan buat selalu hadir di media sosial, gak merasa punya kebutuhan buat 'mantau' seseorang, apalagi keperluan buat membalas pesan seseorang segera. Hidupku akhir-akhir ini lumayan damai: tanpa notifikasi, tanpa tau banyak hal, tanpa tekanan buat membalas pesan. Sesuatu yang bagi sebagian orang membosankan.
Dibanding deactivate sebelumnya, sepertinya deactivated kali ini yang membuatku lebih banyak punya bahan buat refleksi. Mungkin karena akhir-akhir ini aku mengalami begitu banyak kejadian yang secara aku sadari mengubah sudut pandangku akan beberapa hal. Sesuatu yang membuatku menjadi lebih dewasa dan juga mindful.
Beberapa refleksi yang aku dapatkan
Baca versi English nya di sini
1. I don't have many friends, i just know a lot of people.
Saat aku deactivate, ada beberapa orang yang menyadari hal itu dan segera mengirimkanku pesan. Mereka bertanya apakah aku baik-baik saja setelah merasa tidak pernah lagi melihatku online WhatsApp, ig ku deactivate, dan juga gak pernah lagi melihatku update story. Bahkan ada satu orang yang mengaku bahwa aku salah satu orang yang story nya gak dia mute karena dia selalu nungguin aku update story karena menurut dia bermanfaat >< mengetahui hal itu aku lumayan terlalu dan sempat nangis *dikit hahaha. Aku belajar kalau ternyata ya, kita suka gak sadar kalau kehadiran kita di hidup beberapa orang sepenting itu. Kita gak tahu kalau ternyata selama ini kita punya 'impact' dalam hidup orang, sekecil apa pun itu.
Dari situ juga aku belajar bahwa saat kita menghilang dari peredaran, beberapa orang mungkin akan menyadarinya dan mencari kita, tetapi sebagian besarnya tidak akan peduli. Alasannya bisa saja karena kehilangan kita gak membawa pengaruh apa-apa di hidup mereka alias kita gak sepenting itu dan it's okay. Hidup mereka akan tetap berjalan dengan ada atau tidak adanya kita. Kita gak perlu menjadi penting bagi semua orang. Karena kita pun juga pasti gak menganggap semua orang penting.
2. Waktu 24 jam selalu cukup bahkan lebih kalau gak kita pake buat main sosmed
Aku terbiasa baca satu buku sehari dengan jumlah 200-300 halaman. Tetapi semenjak deactivate kebiasaan itu nambah sampai jadi dua buku sehari. Goal baca 50 buku aku tahun ini udah tercapai dua bulan yang lalu, dan di tiga bulan menjelang ganti tahun ini alhamdulilah aku udah baca 75 buku. Karena gak punya banyak kegiatan selain bekerja, waktu yang dulu aku pakai buat main sosmed sekarang aku pakai buat baca lebih banyak buku, menulis, dan juga kegiatan produktif lainnya.
3. Media sosial adalah pemicu terbesarku untuk lebih mudah stres hahaha.
Aku tipikal orang yang mudah untuk menyerap sesuatu. Sehingga apa yang aku lihat, dengar, dan juga ketahui dari media sosial seringkali terlalu dalam aku rasakan dan juga pikirkan. Kaya berita tentang Palestina awal-awal tahun ini tuh sampe bikin aku gak berani buat buka sosmed saking takut dan gak bisa nahan nangis. Dan itu gak sehat sama sekali.
Beberapa tahun ini udah lumayan membaik karena karakter aku yang sekarang menjadi lebih bodo amat. Tapi tetap saja, ada beberapa hal yang gak berada dalam kontrol ku sama sekali, meskipun aku udah cukup berusaha untuk membatasi apa-apa yang mau aku tahu. Jadi ketika aku udah merasa kewalahan, aku sudah cukup paham bahwa itu adalah saatnya aku mengambil jeda sebentar.
Sebagai seseorang yang bekerja di creativity industry, aku tahu berhenti total main sosmed bukan keputusan yang bijak. Karena aku juga gak memungkiri bahwa dari media sosial jugalah aku dapat banyak kesempatan bagus, seperti dapat pengetahuan baru dan juga terhubung dengan banyak orang baik dan juga menginspirasi.
Yang perlu aku lakukan kini ialah menggunakan media sosial sebijak dan semindful mungkin. Memanfaatkannya sebagai tool yang bisa membantuku untuk berkembang menjadi lebih baik, alih-alih membiarkannya 'mengonsumsiku' sebebas mungkin.
59 notes
·
View notes
Text
Perjalanan
Tiba-tiba saja aku terpikirkan, bahwa semua pengalaman kita ternyata merupakan jalan yang memang harus kita lewati agar kita bisa sampai ke tujuan. Kita tidak harus sampai ke tujuan hari ini juga, atau besok. Kita bisa sampai ke tujuan besok lusa, atau besoknya lagi, atau bahkan suatu saat nanti.
Jika kita melihat teman kita sudah sampai ke tujuannya terlebih dulu, tak perlu risau. Sebab rute yang harus dilewati masing-masing orang itu berbeda. Dan jalan kita tidak harus mulus, lurus, lancar tanpa hambatan apa pun.
Kadang-kadang jalan itu berbelok, terjal, menanjak, menurun curam, licin, becek, atau bahkan penuh dengan bebatuan. Selama berjalan, kita sering terpeleset, jatuh, terengah-engah, terluka di sana-sini, lelah dan pasti sakit sekali rasanya. Itu semua menunjukkan bahwa ternyata jatuh bangun, kegagalan, kesedihan, keterpurukan yang pernah kita alami adalah juga bagian dari jalan panjang ini. Dan kita—mau tidak mau—harus melewatinya.
Perjalanan ini memang sangat menguras tenaga. Kita dibuat lelah fisik, lelah mental. Lelah, selelah-lelahnya. Jalan yang kita lalui ini rasanya tidak berujung. Sementara itu, apa yang kita jadikan tujuan belum terlihat barang seujung kuku pun. Masih jauuuh sekali rasanya.
Di tengah perjalanan, kadang kita bertemu dengan orang yang senasib. Hal itu membuat kita kembali bersemangat. Kita dengan orang itu pun saling memberi semangat. Tapi ada juga orang yang akan memandang kita sebelah mata, tanpa tahu sedikit pun tentang bagaimana kita melalui jalan panjang ini. Mereka hanya tahu bahwa kita belum sampai ke tujuan. Mereka hanya menilai dari itu, tidak lebih.
Kalau bertemu dengan tipe orang yang kedua ini, abaikan saja. Sebab ada hal yang lebih penting untuk kita lakukan: melanjutkan perjalanan. Tak peduli selelah apa kita, tetap langkahkan kaki. Yakinkan dalam diri bahwa suatu saat nanti kita akan sampai pada apa yang menjadi tujuan, pada apa yang kita damba. Pada apa yang sekarang hanya menjadi cita-cita.
Maka wahai kawanku, jika saat ini kamu sedang terpuruk, merasa menjadi manusia gagal, jauh dari apa yang kamu cita-citakan, ingatlah selalu bahwa cerita hidupmu hari ini juga merupakan bagian dari perjalanan yang mau tidak mau harus kamu lewati. Memang seperti ini rute yg harus kamu lalui untuk sampai ke tujuan. Jadi, sabar dulu ya. Tetap berusaha melakukan yang terbaik. Mari kita sama-sama berdoa agar dijauhkan dari rasa putus asa dan prasangka buruk terhadap-Nya, selelah apa pun rasanya.
(14 Oktober 2024| 21:45WIB)
26 notes
·
View notes
Text
Lagi enggak mau kemana-mana, cukup di sini aja, berdamai dengan diri sendiri, memantapkan hati; bahwa segala sesuatu sudah Allah atur, jadi tak perlu khawatir. :)
66 notes
·
View notes