Text
HANYA UNTUK PARA ISTRI
بسم اللّه
(Karakteristik Istri Sholihah)
Sesungguhnya banyak sifat-sifat yang merupakan ciri-ciri seorang istri sholihah. Semakin banyak sifat-sifat tersebut pada diri seorang wanita maka nilai kesholehannya semakin tinggi, akan tetapi demikian juga sebaliknya jika semakin sedikit maka semakin rendah pula nilai kesholehannya. Sebagian Sifat-sifat tersebut dengan tegas dijelaskan oleh Allah dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagiannya lagi sesuai dengan penilaian ‘urf (adat). Karena pasangan suami istri diperintahkan untuk saling mempergauli dengan baik sesuai dengan urf.
Sifat-sifat tersebut diantaranya :
Pertama : Segera menyahut dan hadir apabila dipanggil oleh suami jika diajak untuk berhubungan.
Karena sifat ini sangat ditekankan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi memerintahkan seorang istri untuk segera memenuhi hasrat seorang suami dalam kondisi bagaimanapun. Bahkan beliau bersabda “Jika seorang lelaki mengajak istrinya ke tempat tidur, lalu istri itu menolak. Kemudian, suami itu bermalam dalam keadaan marah, maka istrinya itu dilaknat oleh para malaikat hingga waktu pagi.”
Kedua : Tidak membantah perintah suami selagi tidak bertentangan dengan syariat. Allah berfirman :
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (QS An-Nisaa : 34)
Qotadah rahimahullah berkata فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ “Yaitu wanita-wanita yang taat kepada Allah dan kepada suami-suami mereka” (Ad-Dur al-Mantsuur 4/386)
Terkadang pendapat suami bertentangan dengan pendapat istri, karena pendapat istri lebih baik. Seorang istri yang sholehah hendaknya ia menyampaikan pendapatnya tersebut kepada sang suami akan tetapi ia harus ingat bahwasanya segala keputusan berada di tangan suami, apapun keputusannya selama tidak bertentangan dengan syari’at.
Ketiga : Selalu tidak bermasam muka terhadap suami.
Keempat : Senantiasa berusaha memilih perkataan yang terbaik tatkala berbicara dengan suami.
Sifat ini sangat dibutuhkan dalam keutuhan rumah tangga, betapa terkadang perkataan yang lemah lembut lebih berharga di sisi suami dari banyak pelayanan. Dan sebaliknya betapa sering satu perkataan kasar yang keluar dari mulut istri membuat suami dongkol dan melupakan kebaikan-kebaikan istri.
Yang jadi masalah terkadang seorang istri tatkala berbicara dengan sahabat-sahabat wanitanya maka ia berusaha memilih kata-kata yang lembut, dan berusaha menjaga perasaan sahabat-sahabatnya tersebut namun tidak demikian jika dengan suaminya.
Kelima : Tidak memerintahkan suami untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan wanita, seperti memasak, mencuci, memandikan dan mencebok anak-anak.
Keenam : Keluar rumah hanya dengan izin suami.
Ketujuh : Berhias hanya untuk suami.
Tidak sebagaimana sebagian wanita yang hanya berhias tatkala mau keluar rumah sebagai hidangan santapan mata-mata nakal para lelaki.
Kedelapan : Tidak membenarkan orang yang tidak diizinkan suami masuk/bertamu ke dalam rumah.
Kesembilan : Menjaga waktu makan dan waktu istirahatnya karena perut yang lapar akan membuatkan darah cepat naik. Tidur yang tidak cukup akan menimbulkan keletihan.
Kesepuluh : Menghormati mertua serta kerabat keluarga suami.
Terutama ibu mertua, yang sang suami sangat ditekankan oleh Allah untuk berbakti kepadanya. Seorang istri yang baik harus mengalah kepada ibu mertuanya, dan berusaha mengambil hati ibu mertuanya. Bukan malah menjadikan ibu mertuanya sebagai musuh, meskipun ibu mertuanya sering melakukan kesalahan kepadanya atau menyakiti hatinya. Paling tidak ibu mertua adalah orang yang sudah berusia lanjut dan juga ia adalah ibu suaminya.
Kesebelas : Berusaha menenangkan hati suami jika suami galau, bukan malah banyak menuntut kepada suami sehingga menambah beban suami
Kedua belas : Segera minta maaf jika melakukan kesalahan kepada suami, dan tidak menunda-nundanya.
Nabi shallallahu ‘alaihi bersabda :
” أَلاَ أُخْبِرُكُمْ ….بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ الْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا الَّتِي إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ : لاَ أَذُوْقُ غُمْضًا حَتَّى تَرْضَى”
“Maukah aku kabarkan kepada kalian….tentang wanita-wanita kalian penduduk surga? Yaitu wanita yang penyayang (kepada suaminya), yang subur, yang selalu memberikan manfaat kepada suaminya, yang jika suaminya marah maka iapun mendatangi suaminya lantas meletakkan tangannya di tangan suaminya seraya berkata, “Aku tidak bisa tenteram tidur hingga engkau ridho kepadaku“ (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Sahihah no 287)
Karena sebagian wanita memiliki sifat angkuh, bahkan malah sebaliknya menunggu suami yang minta maaf kepadanya.
Ketiga belas : Mencium tangan suami tatkala suami hendak bekerja atau sepulang dari pekerjaan.
Keempat belas : Mau diajak oleh suami untuk sholat malam, bahkan bila perlu mengajak suami untuk sholat malam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ الّليْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ, فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ. وَ رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ الّليْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى, فَإِنْ أَبَى نَضَحَت فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang lelaki (suami) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya hingga istrinya pun shalat. Bila istrinya enggan, ia percikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang wanita (istri) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suaminya hingga suaminya pun shalat. Bila suaminya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.” (HR Abu Dawud no 1308)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللّيْلِ فَصَلَّيَا أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا، كُتِبَا في الذَّاكِرِيْنَ وَالذَّاكِرَاتِ
“Apabila seorang lelaki (suami) membangunkan istrinya di waktu malam hingga keduanya mengerjakan shalat atau shalat dua rakaat semuanya, maka keduanya dicatat termasuk golongan laki-laki dan perempuan yang berzikir.” (HR Abu Dawud no 1309)
Dalam riwayat yang dikeluarkan An-Nasa`i disebutkan dengan lafadz:
إِذَا اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ مِنَ اللّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ, كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ
“Apabila seorang lelaki (suami) bangun di waktu malam dan ia membangunkan istrinya lalu keduanya mengerjakan shalat dua rakaat, maka keduanya dicatat termasuk golongan laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat/berdzikir kepada Allah.”
Kelima belas : Tidak menyebarkan rahasia keluarga terlebih lagi rahasia ranjang !!. Bahkan berusaha menutup aib-aib suami, serta memuji suami agar menambahkan rasa sayang dan cintanya.
Keenam belas : Tidak membentak atau mengeraskan suara di hadapan suami.
Ketujuh belas : Berusaha untuk bersifat qona’ah (nerimo) sehingga tidak banyak menuntut harta kepada suami.
Kedelapan belas : Tidak menunjukkan kesedihan tatkala suami sedang bergembira, dan sebaliknya tidak bergembira tatkala suami sedang bersedih, akan tetapi berusaha pandai mengikut suasana hatinya.
Kesembilan belas : Berusaha untuk memperhatikan kesukaan suami dan jangan sampai suami melihat sesuatu yang buruk dari dirinya atau mencium sesuatu yang tidak enak dari tubuhnya.
Kedua puluh : Berusaha mengatur uang suami dengan sebaik-baiknya dan tidak boros, sehingga tidak membeli barang-barang yang tidak diperlukan.
Kedua puluh satu : Tidak menceritakan kecantikan dan sifat-sifat wanita yang lain kepada suaminya yang mengakibatkan suaminya bisa mengkhayalkan wanita tersebut, bahkan membanding-bandingkannya dengan wanita lain tersebut.
Kedua puluh dua : Berusaha menasehati suami dengan baik tatkala suami terjerumus dalam kemaksiatan, bukan malah ikut-ikutan suami bermaksiat kepada Allah, terutama di masa sekarang ini yang terlalu banyak kegemerlapan dunia yang melanggar syari’at Allah
Kedua puluh tiga : Menjaga pandangannya sehingga berusaha tidak melihat kecuali ketampanan suaminya, sehingga jadilah suaminya yang tertampan di hatinya dan kecintaannya tertumpu pada suaminya.
Tidak sebagaimana sebagian wanita yang suka membanding-bandingkan suaminya dengan para lelaki lain.
Kedua puluh empat : Lebih suka menetap di rumah, dan tidak suka sering keluar rumah.
Kedua puluh lima : Jika suami melakukan kesalahan maka tidak melupakan kebaikan-kebaikan suami selama ini. Bahkan sekali-kali tidak mengeluarkan perkataan yang mengisyaratkan akan hal ini. Karena sebab terbesar yang menyebabkan para wanita dipanggang di api neraka adalah tatkala suami berbuat kesalahan mereka melupakan dan mengingkari kebaikan-kebaikan suami mereka.
Setelah membaca dan memperhatikan sifat-sifat di atas, hendaknya seorang wanita benar-benar menimbang-nimbang dan menilai dirinya sendiri. Jika sebagian besar sifat-sifat tersebut tercermin dalam dirinya maka hendaknya ia bersyukur kepada Allah dan berusaha untuk menjadi yang terbaik dan terbaik.
Akan tetapi jika ternyata kebanyakan sifat-sifat tersebut kosong dari dirinya maka hendaknya ia ber-instrospeksi diri dan berusaha memperbaiki dirinya. Ingatlah bahwa surga berada di bawah telapak kaki suaminya !!!
Tentunya seorang suami yang baik menyadari bahwa istrinya bukanlah bidadari sebagaimana dirinya juga bukanlah malaikat. Sebagaimana dirinya tidak sempurna maka janganlah ia menuntut agar istrinya juga sempurna.
Akan tetapi sebagaimana perkataan penyair :
مَنْ ذَا الَّذِي تُرْضَي سَجَايَاه كُلُّهَا…كَفَى الْمَرْءَ نُبْلًا أَنَّ تُعَدَّ مَعَايِبُهُ
“Siapakah yang seluruh perangainya diridhoi/disukai…??
Cukuplah seseorang itu mulia jika aibnya/kekurangannya masih terhitung…”
Faedah ust. Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja Hafidzahullah
316 notes
·
View notes
Text
Celotehan sore
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S Ibrohim : 7)
Saat manusia hanya bisa berencana, dan kepada-Nya lah harapan itu ditujukan.
2019 banyak mengajarkanku arti perjuangan, arti kesabaran, arti kedewasaan, dan arti keterbatasan. Target yang telah direncanakan pada awal 2019 lalu, akhirnya satu persatu telah terceklis.
2019 pun akan segera meninggalkanku, keresahan dan ketakutan yang menghantui akan ketidaksanggupan diri memasuki gerbang 2020, seharusnya hal yang tidak wajar bagiku. Target yang tidak kamu tuliskan pun telah hadir di tahun ini. Masihkah diri ini mengingkari nikmat-Nya?. Mulailah ubah strategi untuk mencapai target dan semangat baru harus tertanam pada diri.
Jadi, apa resolusimu di tahun 2020 ? Segera rencanakan dan perjuangkan dengan selalu memohon pertolongan dari-Nya.
0 notes
Text
Mencintai dengan sederhana
Ada satu rahasia agar bagaimana kau tau bahwa kau juga dicintai atau tidak. Rahasia ini mungkin tidak disadari oleh sebagian orang. Mungkin ada yang samar-samar paham, tapi dia tidak tau cara merealisasikannya.
Agar kita tau bahwa kita balik dicintai atau tidak, kita harus mencintai seseorang dengan sederhana. Maksudnya, jangan ngotot menunjukkan cintamu untuk dia. Jangan terus-terusan merasa peduli. Dan jangan sering mengalah jika terjadi perselisihan.
Kau mungkin tidak sadar, cinta tidak harus dengan menunjukkan bukti bahwa kita mencintainya. Ketahuilah, cinta bisa hadir tanpa bukti apa pun. Maka sederhana saja dalam mencintai.
Boleh jadi dengan rasa tulusmu, cintamu dipermainkan olehnya. Kalau kau terus-terusan mengalah, boleh jadi dia akan terus-menerus mengulang kesalahannya.
Keuntungan Yang lain adalah, kau bisa mengukur kadar cintanya untukmu. Kalau kau tidak peduli dengannya, maka kau akan tau dia mencarimu atau tidak. Dia juga rindu dengan jarak dan jeda, atau dia tidak rindu sama sekali.
Maka sederhanalah dalam melakukan segala sesuatu, termasuk sederhanalah dalam mencintai.
m.by
82 notes
·
View notes
Text
Jangan Jadikan Aku Istrimu, Jika..
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain.
Kamu harus tahu meski bosan mendengar suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas. Wajah laki-laki lain yang terlihat begitu sempurnapun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja seharian.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu enggan hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam. Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat badanku pegal dan tak lagi bisa tidur sesukaku.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kita tidak bisa berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman yang tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menjatuhkan talak padaku. Kamu tahu betul, kita memang berbeda dan bukan persamaan yang menyatukan kita tapi komitmen bersama.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu memilih tamparan dan pukulan untuk memperingatkan kesalahanku. Sedang aku tidak tuli dan masih bisa mendengar kata-katamu yang lembut tapi berwibawa
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti setelah seharian bekerja kamu tidak segera pulang dan memilih bertemu teman-temanmu. Sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan cucian dan setrikaan yang menumpuk dan aku tidak sempat bahkan untuk menyisir rambutku.
Anak dan rumah bukan hanya kewajibanku, karena kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu tapi pendamping hidupmu. Dan jika boleh memilih, aku akan memilih mencari uang dan kamu di rumah saja sehingga kamu akan tahu bagaimana rasanya.
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti kamu lebih sering di kantor dan berkutat dengan pekerjaanmu bahkan di hari minggu daripada meluangkan waktu bersama keluarga. Aku memilihmu bukan karena aku tahu aku akan hidup nyaman dengan segala fasilitas yang bisa kamu persembahkan untukku.
Harta tidak pernah lebih penting dari kebersamaan kita membangun keluarga karena kita tidak hidup untuk hari ini saja.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu malu membawaku ke pesta pernikahan teman-temanmu dan memperkenalkanku sebagai istrimu. Meski aku bangga karena kamu memilihku tapi takkan kubiarkan kata-katamu menyakitiku.
Bagiku pasangan bukan sebuah trofi apalagi pajangan, bukan hanya seseorang yang sedap dipandang mata. Tapi menyejukkan batin ketika dunia tak lagi ramah menyapa. Rupa adalah anugerah yang akan pudar terkikis waktu, dan pada saat itu kamu akan tahu kalau pikiran dangkal telah menjerumuskanmu.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu berpikir akan mencari pengganti ketika tubuhku tak selangsing sekarang. Kamu tentunya tahu kalau kamu juga ikut andil besar dengan melarnya tubuhku. Karena aku tidak lagi punya waktu untuk diriku, sedang kamu selalu menyempatkan diri ketika teman-temanmu mengajakmu berpetualang.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih belum bisa menerima kekurangan dan kelebihanku. Sedang seiring waktu, kekurangan bukan semakin tipis tapi tambah nyata di hadapanmu dan kelebihanku mungkin akan mengikis kepercayaan dirimu.
Kamu harus tahu perut buncitmu tak sedikitpun mengurangi rasa cintaku, dan prestasimu membuatku bangga bukan justru terluka.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu dan beranggapan aku akan melarangmu bertemu mereka setelah kita menikah.
Kamu harus tahu akupun masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanku, untuk sekedar ngobrol atau creambath di salon. Dan tak ingin apa yang disebut “kewajiban” membuatku terisolasi dari pergaulan, ketika aku semakin disibukkan dengan urusan rumah tangga.
Menikah bukan untuk menghapus identitas kita sebagai individu, tapi kita tahu kita harus selalu menghormati hak masing-masing tanpa melupakan kewajiban.
Jangan buru-buru menikahiku, jika saat ini kamu sungkan pada orang tuaku dan merasa tidak nyaman karena waktu semakin menunjukkan kekuasaannya. Bagiku hidup lebih dari angka yang kita sebut umur, aku tidak ingin menikah hanya karena kewajiban atau untuk menyenangkan keluargaku.
Menikah denganmu adalah salah satu keputusan terbesar di hidupku yang tidak ingin kusesali hanya karena terburu-buru.
Jangan buru-buru menikahiku, jika sampai saat ini kamu masih berpikir mencuci adalah pekerjaan perempuan. Aku tak akan keberatan membetulkan genting rumah, dan berubah menjadi satpam untuk melindungi anak-anak dan hartamu ketika kamu keluar kota.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir mempunyai lebih dari satu istri tidak menyalahi ajaran agama. Agama memang tidak melarangnya, tapi aku melarangmu menikahiku jika ternyata kamu hanya mengikuti egomu sebagai laki-laki yang tak bisa hidup dengan satu perempuan saja.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini masih ada perempuan yang menarik hatimu dan rasa penasaran membuatmu enggan mengenalkanku pada teman-temanmu. Kamu harus tahu meski cintamu sudah kuperjuangkan, aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir menikahiku akan menyempurnakan separuh akidahmu sedang kamu enggan menimba ilmu untuk itu. Ilmuku tak banyak untuk itu dan aku ingin kamu jadi imamku, seorang pemimpin yang tahu kemana membawa pengikutnya.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir bisa menduakan cinta. Kamu mungkin tak tahu seberapa besar aku mengagungkan sebuah cinta, tapi aku juga tidak akan menyakiti diriku sendiri jika cinta yang kupilih ternyata mengkhianatiku.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir aku mencari kesempurnaan. Aku bukan gadis naif yang menunggu sang pangeran datang dan membawaku ke istana.
Mimpi seperti itu terlalu menyesatkan, karena sempurna tidak akan pernah ada dalam kamus manusia dan aku bukan lagi seorang gadis yang mudah terpesona.
Jangan pernah berpikir menjadikanku sebagai istrimu, jika kamu belum tahu satu saja alasan kenapa aku harus menerimamu sebagai suamiku.
3K notes
·
View notes
Text
Antara Cita dan Cinta
Bukan cinta yang memudarkan cita, tapi soal ego yang bisa kamu kalahkan untuk mendapatkan cinta yang abadi dan mewujudkan cita di masa yang akan datang.
Karena cita-cita itu bukan tentang 'siapa', tapi tentang 'mengapa'.
Berpikir ke depan itu penting, milikilah dia yang 1 frekuensi denganmu, jika bukan 'dia' yang kamu harapkan selama ini, berarti bukan 'dia' petualanganmu.
Tak perlu seseorang yang sempurna, cukuplah menemukan orang yang selalu membuat anda bahagia dan membuat hidup ini lebih dari siapapun. -Bj. Habibie-
0 notes
Text
Allah tahu yang terbaik untuk hamba-Nya
Ketika 1 pintu rezeqi bukan milikku, dan akhirnya Allah gantikan pintu rezeqi yang lain di hari berikutnya
Allah Maha Kaya dan Maha Pemberi Rezeqi
16 Desember 2019
0 notes
Text
Bertahan
Nyatanya, mata tak bisa menampung apa yang sempat kamu usahakan untuk menahannya.
But all is well.
Bolehkah 'membodohkan' diri sendiri?
0 notes
Text
Takdir
Sebuah keterharuan tersendiri bisa menyelesaikan episode-episode dari film "Assalamu'alaikum Calon Imam".
Film-nya lumayan keren, ajaran agama yang diselipkan bisa jadi pengingat bagi penontonnya.
Yah memang sulit-sulit mudah untuk menyatukan persahabatan, kekeluargaan, bahkan percintaan melebur menjadi satu, tapi dari cerita film ini bisa kita ambil hikmah "Adanya perasaan karena kita sadar dan adanya cinta karena kita sabar"
Covernya nih 😊
Ini bukan promosi yah hehe
Alif aja sabar buat Fisya jatuh cinta, masa kamu ga sabar buat doi jatuh cinta sama kamu (Eak)
Selamat menonton kawan!!!
0 notes
Text
Lingkaran kita
Jangan keluar dari lingkaran manapun
Karena kita tidak tahu lingkaran mana yang akan membawa kita pada kebaikan
Tapi bukan berarti melupakan lingkaran lainnya.
0 notes
Text
Saat kamu ingin menikah dan sudah menemukan siapa yang akan kamu ajak ke bahtera pernikahan. Maka perbanyak sholat istikhoroh, diamkan mulut dan jari untuk berbicara perihal ini pada siapapun agar terjaga rahasiamu, juga menghindari dari fitnah dan omongan kalau saja rencanamu nanti gagal.
Mulailah dengan mengencangkan sholat malam dan perbaiki kualitas sholatmu, jika ada sesuatu yang kurang enak lebih baik mencurhatkannya kepada Allah. Ingatlah semakin jauh jarakmu untuk mengkhitbah dia, maka semakin besar godaannya. Semakin jauh jarak antara khitbah dengan akad nikah, maka semakin besar juga godaannya.
Segerakan sebisa mungkin niat baikmu, jika dirasa harus menunggu beberapa waktu maka ikat dengan doa dan silaturohim antar keluarga, sampai hari menjelang khitbah dan akad nikah.
Yang terkhir, jangan terlalu over pada perasaan hingga menimbulkan prasangka yang tidak baik karena hati itu semuanya milik Allah. Ibarat kamu sedang memancing ikan, jika mulut ikan sudah kena kail lalu kamu melepasnya, maka ikan ada tersakiti dan berbekas lukanya. Alangkah baiknya jika ikan sudah terkena kail pancing, segera tarik dan di masak untuk menjadi hidangan yang halal dan nikmat.
Hanya sedikit saran, bagiku dan bagimu yang akan berproses dan sedang menjemput keberkahan. Agar tidak ada lagi hati yang tersakiti, juga untuk kebaikanmu dan kebaikannya, untuk masa sekarang dan masa depan.
Jangan lupa bismillah.
Sebenarnya ini adalah perbincangan semalam dengan seorang teman yang akan menikah, dia sudah memilih calon namun bimbang harus memulai dengan apa dan dari mana. Jadi flashback.
@jndmmsyhd
1K notes
·
View notes
Text
Hanya Perasaan
Ketika hanya kamu seorang yang merasakannya, ikhlaskanlah perasaan itu
Mengadulah pada-Nya melalui doa-doa yang kamu pinta, karena apa yang kita inginkan belum tentu yang terbaik di mata-Nya
0 notes
Text
Yaa Hayyu, Yaa Qoyyum
Saat diri ini mulai pesimis, namun yakinlah rezeqi-Nya sangat luas dan Allah sudah menentukan rezeqi bagi setiap hamba-hamba Nya.
Jumat, 6 Desember 2019
0 notes
Text
Karena anak-anak kita kelak, patut lahir dari ibu yang cerdas
Wanita Sebagai Pewaris Peradaban
25 Oktober kemarin, almamater saya, ISLAH (Ikatan Silaturahmi Alumni Husnul Khotimah) sempat mengadakan acara sekolah ibu di Mesir, dengan mengundang pak Cahyadi Takariawan sebagai pematerinya. Beliau adalah seorang konsultan pernikahan dan keluarga. Materi yang beliau sampaikan sangat menginspirasi, oleh karena itu sayang sekali jika hanya segelintir orang yang mendapatkannya.
Tulisan ini saya buat, dengan menambahkan beberapa opini saya di banyak perkataan pak Cah untuk mewakili keseluruhan materi acara sekolah ibu. Sekedar sharing, semoga bisa diambil manfaatnya.
-------------------------------------
"Menjadi akhwat harus kuat dan pintar, kamu tidak hanya akan menjadi seorang pendamping, melainkan partner sesosok manusia lain untuk membangun peradaban. Sebagai seorang teman ibadah, teman mengokohkan diri pasanganmu yang akan menemukan garis finish bersama yaitu membangun generasi yang gemilang."
Sekolah ibu; layaknya sekolah kehidupan yang prosesnya memakan waktu setiap hari, namun berpotensi memberikan dampak besar bagi peradaban.
Berbicara dengan kata peradaban tentunya bukan hanya perjuangan menghasilkan bibit unggul untuk mengubah dunia setahun kedepan, melainkan sampai seratus tahun kedepan.
Ketika kita memakai konteks akhwat (agar beban dan tujuan akhirnya terasa lebih besar) sebagai pewaris peradaban, tentunya kita sudah harus selesai dengan urusan diri sendiri seperti beban-beban masa lalu, serta beberapa hal yang masih dirasa kurang dari pribadi.
Agar nantinya setelah menikah kita bisa memikirkan hal yang lebih besar seperti mendidik dan menciptakan generasi yang potensial dalam membangun peradaban islam.
Mengutip perkataan pak Cahyadi Takariawan, bahwa strong person itu lahir dari strong family, dan adanya strong family juga salah satunya karena peran seorang ibu yang sangat besar dan visioner.
Menjadi seorang calon ibu/ibu di masa kini, tentunya kita harus bisa menyelaraskan antara urusan rumah dan membangun peradaban. Anggapan seperti, "Ah, boro-boro ngurusin peradaban, mikirin besok masak apa aja udah pusing.", jika kita telaah dari fungsi seorang ibu, tentunya ini anggapan yang sangat tidak relevan. Sebab, mengurus rumah dan membangun peradaban adalah dua hal yang tidak saling meniadakan, melainkan saling selaras.
Oleh karena itu untuk tetap menjaga agar kedua hal ini selaras, dalam berumah tangga perlu adanya 3 lapis yang harus dipahami. Lapis pengetahuan, lapis kesadaran, dan lapis aplikasi. Pertama, seorang ibu harus mengetahui dengan benar visi dan misinya untuk membangun sebuah peradaban. Kedua, seorang ibu harus sadar bahwa pengetahuan harus dibarengi oleh kesadaran, bahwa ia tetaplah seorang ibu yang meski dengan tugas mengurus rumah, ia tidak bisa mengabaikan mendidik anaknya sendiri. Sebaliknya, walaupun ia memiliki keaktifan di luar rumah, ia juga harus sadar bahwa rumah tetaplah tempat ia pulang dan membangun peradaban. Ketiga, adalah aplikasi dari seluruh pengetahuan dan kesadaran yang ia miliki.
Menelaah dari sebab-sebab keluarga menjadi kuat, ada beberapa prinsip strong family yaitu diantaranya adalah hubungan suami istri yang kuat menjadi sentral dalam membangun keluarga. Anak-anak akan tumbuh optimal jika memiliki lingkungan dan keluarga yang bisa memberikan efek baik baginya.
Sebagai calon ibu, kita perlu mengerti bahwa ada beberapa fase dalam sebuah keluarga. Fase pertama, saat hanya berdua dengan suami. Fase yang sedang senang-senangnya, waktu hanya untuk berdua. Lalu datang fase kedua, saat sudah dikaruniai seorang anak. Fase inilah yang menuntut seorang ibu harus bijak dan pintar mengetahui perannya. Ia harus tetap sadar, meski telah menjadi seorang ibu, ia juga adalah seorang istri bagi suaminya. Sehingga ketika seorang ibu sudah paham peran, maka kewajiban sebagai seorang istri juga masih dia tunaikan dengan baik.
Fase ketiga adalah ketika anak sudah mulai memasuki sekolah. Disini diperlukan kerjasama yang baik antar ayah dan ibu, sebab waktu tidak lagi hanya milik berdua lagi, tetapi juga milik si buah hati. Fase keempat, fase yang banyak disalahpahami dan banyak ujiannya; ketika anak sudah mulai remaja. Disinilah diperlukan konsentrasi penuh dalam mendidik anak remaja. Salah satu yang harus diketahui para ayah dan ibu adalah ketika seorang anak remaja menolak sebuah perintah atau kebijakan yang telah ditetapkan, itu bukan berarti ia membangkang. Melainkan ia hanya menggerutu, oleh karena itu diperlukan konsentrasi besar dalam memahaminya.
Fase kelima, selanjutnya ketika anak sudah menikah. Diperlukan pemahaman juga ketika melepaskan anak yang ingin menikah, senagai ayah/ibu, ketika sudah memiliki visi misi membangun peradaban, maka mereka akan siap kapanpun untuk melepas anaknya. Sebab, nilai-nilai baik sudah tertanam di pribadi anaknya tersebut. Fase keenam, adalah ketika seluruh anak sudah menikah dan kembali menghabiskan waktu berdua sebagai kakek dan nenek. Fase terakhir, adalah fase dimana salah satu dari pasangan sudah kembali lebih awal menuju Tuhan. Seluruh fase ini, perlu dipahami dan dimengerti dengan baik, perlu disiapkan visi misi membangun keluarga, agar siap kapanpun dengan perubahan yang terjadi.
Selain fase-fase keluarga yang sangat penting untuk dipahami, ada 4 hal yang harus dihindari dalam kehidupan berumah tangga, yaitu saling mengritik, saling mencela, saling menyalahkan, dan membangun benteng. Ketika sudah memiliki 4 hal ini, perlu adanya kesadaran dan kedewasaan yang dibangun. Ketika tidak bisa mengembalikkan ke kondisi semula yang harmonis, ada baiknya jika meminta saran dari anggota keluarga/bahkan teman yang dirasa memiliki kekuatan dalam menjalin komunikasi.
Memahami pasangan, memahami mertua, memahamkan orang tua sendiri tentang bagaimana kehidupan rumah tangga yang nantinya akan dijalani, seperti apa visi misinya, apa saja tujuan dan targetnya tentu tidak serta merta bisa dibangun dalam waktu yang cepat. Perlu pemahaman yang dalam untuk bisa berkomunikasi dengan semua pihak keluarga, terkhusus pasangan sendiri. Atas sebab ini, kita perlu memahami apa itu 'Bahasa Cinta' dalam keluarga.
Bahasa Cinta adalah cara mudah berkomunikasi, cara simpel memahami satu sama lain agar bisa meminimalisir hal yang tidak menyenangkan terjadi. Ada 5 bahasa cinta, diantaranya adalah affirmasi/kata-kata, pelayanan, quality time, hadiah, dan sentuhan fisik.
Jika kita bisa memahami apa bahasa cinta pasangan kita, maka tidak akan ada anggapan, "Suamiku/istiku tidak romantis.", tapi ketika kita sudah paham, maka kita akan menjadi sosok paling romantis di hidup pasangan kita.
Seorang suami yang bahasa cintanya adalah pelayanan, ia tidak nyaman ketika sepulang dari kerja istrinya belum menyiapkan apa-apa untuk dimakan. Namun, suami yang bahasa cintanya adalah quality time, ada/tidak adanya makanan di atas meja tidak akan berpengaruh. Sebab, suami dengan bahasa cinta quality time sudah sangat bahagia apabila istrinya menemaninya kemanapun dia pergi. Berada disampingnya, sebagai istrinya sudah sangat cukup bagi suami dengan bahasa cinta quality time.
Lain halnya dengan suami yang bahasa cintanya hadiah. Seorang istri harus sering memberikan hadiah, karena menurut suaminya itulah hal paling romantis dalam suatu hubungan. Sehingga, hadiah menjadi momen untuk menambah tangki cinta suami yang memiliki bahasa cinta hadiah. Seorang suami yang bahasa cintanya adalah kata-kata, ia sangat senang jika diberikan puisi-puisi indah dan gombal dari istrinya. Ia tidak butuh hadiah, pelayanan dan quality time karena yang paling dianggapnya penting adalah kata-kata dan rayuan istrinya. Versi lain lagi, ketika suami memiliki bahasa cinta sentuhan fisik, maka dia akan sangat senang saat sepulang kerja ia bisa merasakan istrinya ada disampingnya, menggait tanggannya, dan menyandarkan bahu padanya.
Begitupun sama halnya bahasa cinta yang dimiliki oleh seorang istri yang harus dipahami oleh suaminya. Jika bahasa cinta pasangan sudah kita ketahui, maka akan lebih mudah untuk berkomunikasi. Tentunya bahasa cinta ini juga bisa diaplikasikan ketika ingin berkomunikasi dengan orang tua, mertua, dan lain-lain.
Dari pemaparan-pemaparan terkait edukasi menjadi seorang ibu yang ideal dan bisa mewarisi peradaban, begitu pentingnya kita terus belajar sedari muda akan hal-hal yang bisa menjadi bekal rumah tangga nantinya. Oleh karena itu, sekolah ibu sama sekali bukan hanya untuk mereka yang sudah menikah, melainkan sangat bermanfaat jika diikuti oleh mereka yang belum menikah. Agar bisa banyak mengevaluasi diri sendiri sebelum nantinya menjadi manusia dengan dua peran; seorang istri dan seorang ibu.
Selamat belajar, para calon ibu pewaris peradaban!
Oleh: Faramuthya Syifaussyauqiyya
Sumber: pak Cahyadi Takariawan
Kairo, 28 Oktober 2019 || 1.48 am
585 notes
·
View notes