Text
It’s been a long time!
Well, it’s been a while since i’m shutting down all my social media just because i was stupid for listening to my garbage ex, and yes, i was an ex to a garbage. Silly me.
But now i rebuild my social media backs.. and
Because i’m quite comfortable enough to use this platform to continue writing all the feelings i’ve been through, i’m back!
1 note
·
View note
Text
1K notes
·
View notes
Photo
3K notes
·
View notes
Text
Homo Deus
Life, the nightmare, proceeds; Hollow frames exposed as cages housing Empty figurines.
Earth, despirited, convulses in A death struggle most peculiar.
Life is a thing of want. Life is a thing of need.
What, then, is the end of all desiring? It is to be void of conscience; reduced To animalism.
What a bore, this mindless rebirthing; This lemniscate spiraling For the sole sake of ongoing procreation.
Feeding To be well fed When there’s nothing left to share; Making sure of that.
Lo, the human lament:
We are the hunger, The rapacious mouth of locust embodied; Homo Deus, The final plague –
Sent by the sole God that’s ever been Allowed to exist:
Alive in man’s intrinsic chasing Shortsighted benefits, Strengthened by the long term premise Of another heaven To raze.
— 4-4-2021, M.A. Tempels ©
79 notes
·
View notes
Text
I should've left you as an open question,
A gloriously endless "what if."
A memory, a dream, a possibility.
I should've known,
Anything is better than knowing.
I feel the distance between us differently now,
As cold and harsh as reality ever was.
The cotton candy has dissolved,
All hope that you might think of me too,
Any wild fantasy that you might miss me
Has been stamped out by my simple greeting.
Potential, lost to me forever.
-LNE
14 notes
·
View notes
Text
Nyatanya pendaratan tak mesti ke bumi. Namun ada juga pendaratan menuju langit. Inilah pendaratan yang hakiki. Persinggahan terakhir dari segala perjalanan di dunia.
Merasa kehilangan, kesepian, rindu adalah hal yang pasti kita dapatkan. Sebab memang dunia bukan tempat tinggal namun tempat meninggal. Barangkali kita harus selalu diingatkan akan hal ini.
Semua akan kembali kepada Pemilik Alam Semesta. Kita berdoa. Semoga surga menjadi pendaratan yang abadi bagi kita nanti.
#sriwijayaair #hikmahkehidupan
234 notes
·
View notes
Text
1K notes
·
View notes
Photo
15K notes
·
View notes
Photo
59K notes
·
View notes
Text
Kalo definisi kebenaran adalah yg disepakati bersama mungkin tak perlu ada peradilan di akhirat
Bila ulama hanya berpikir memperbaiki diri mungkin surga hanya dihuni para nabi dan ulama
Bila berjuang hanya untuk para mubaligh mungkin dakwah berhenti di masjid masjid saja
Cara membuktikan surga dan neraka mati? Kalo gitu ngpain ada qur'an
Agama adalah nasihat. Yg berarti tanpa nasihat agama kita tidak berdiri. Maka jadilah orang yg pandai menasihati dan mau di nasihati
119 notes
·
View notes
Note
Akan kah kosong itu terisi ?
Sebenarnya udah lama pertanyaan ini masuk, bbrp bulan yg lalu. Mungkin?
Tapi akhirnya, aku memutuskan untk engga langsung menjawab. Kenapa? Karena, pertanyaan ini mengajakku untuk berfikir dan mencari (lagi).
"Dimana letak ruang yang kosong itu, siapa dan apa yang mampu mengisinya?"
Mungkin...
Seiring waktu, kekosongan itu akan terisi dengan hadirnya pemaknaan-pemaknaan yang kutemukan dalam hidup. Tak sepenuhnya tentang manusia, tapi ini adalah ruang antara aku dan Rabbku. :')
"Semoga kamu juga menemukan, banyaknya kebaikan di segala sisi kehidupan. Bahkan dalam bagian yang paling memilukan sekalipun."
- @akanusai
___________________
Mdn, 25 April 2020.
25 notes
·
View notes
Text
Abu Sa‘eed al-Khudri (may Allah be pleased with him) said:
When you call upon Allah, then aim high in what you ask for, because what is with Him is inexhaustible. And when you offer supplication, be definite, for nothing can compel Allah.
Jaami‘ al-‘Uloom wa’l-Hikam (2/48).
236 notes
·
View notes
Text
Pertemuan
Pertemuan pertama ini seakan mengingatkan ku pada diri sendiri bahwa; aku bukan apa apa, dunia ini luas, begitupun ilmu.
Seketika, aku seakan dibuatnya menjadi sukro tanpa kacang didalamnya.
Dalam hati cuma bisa ngucap astaghfirullohaladziim… — Terhadap kebodohan dan sempitnya pikiran ini.
Yang paling aku ingat dan mungkin selalu diingat, kira-kira seperti ini:
“Sayangnya Allah ke manusia dan manusia ke manusia itu beda. Sayangnya manusia itu menghindari dari keterancaman, dibikin nyaman. Kalo Allah itu kasih kita ujian.”
“Ujian itu bisa berbentuk kesusahan, atau yang paling sulit itu yg berupa kenikmatan.”
“Misalnya, ada koruptor masih jadi suspek lalu diketok palu jadi tersangka. Itu ujian buat dia untuk selalu deket sama penciptanya. Ternyata setelah masuk penjara dia jadi lebih taat solat tahajudnya, kajian enak bisa didatengin penceramahnya. Atau misalnya ada orang yang dikasih rejeki lebih tapi nggak disedekahin. Itu kan sama sama ujian”.
And that is, you.
Kayanya Allah kasih kamu sebagai ujian buat aku.
Allah baik banget ngasih orang yg (hampir) aku sayang jadi pengingat.
Tapi rasanya gak pantes aku lebih sayang orang lain. Rasa sayang itu berubah seketika, melainkan aku lebih sayang diri aku sendiri. Dengan upgrade ilmu, dengan lebih peka terhadap sekitar, pokonya pengen banget lebih baik dari aku yang sekarang.
Allah baik banget ngasih temen, keluarga, yang selalu ngingetin sama kebaikan. Tapi sayangnya kepekaan ku saat itu aku acuhkan, akal ku saat itu tidak dipergunakan. Allah baik banget.
Jogja, 28 Okt
1 note
·
View note
Text
KEDEWASAAN EMOSI
Salah satu topik yang agak jarang diangkat di Indonesia adalah kedewasaan emosi (emotionally mature).
Yang saya lihat, kebanyakan orang di Indonesia beranggapan bahwa kedewasaan emosi ini akan berjalan seiring dengan umur.
Padahal, berdasarkan pengalaman diri sendiri, kalau nggak sering-sering dikulik, kita jarang sadar bahwa secara emosi, kita kurang dewasa.
Setidaknya, ada 20 tanda kedewasaan emosi seseorang, diantaranya adalah:
1. Sadar bahwa kebanyakan perilaku buruk dari orang lain itu akarnya adalah dari ketakutan dan kecemasan – bukan kejahatan atau kebodohan.
2. Sadar bahwa orang gak bisa baca pikiran kita sehingga akhirnya kita tau bahwa kita harus bisa mengartikulasikan intensi dan perasaan kita dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan tenang. Dan, gak menyalahkan orang kalau mereka gak ngerti maksudnya kita apa.
3. Sadar bahwa kadang-kadang kita bisa salah – dan bisa minta maaf.
4. Belajar untuk lebih percaya diri, bukan karena menyadari bahwa kita hebat, tapi karena akhirnya kita tau kalau bahwa semua orang sebodoh, setakut, dan se-lost kita.
5. Akhirnya bisa memaafkan orang tua kita karena akhirnya kita sadar bahwa mereka gak bermaksud untuk membuat hidup kita sulit – tapi mereka juga bertarung dengan masalah pribadi mereka sendiri.
6. Sadar bahwa hal-hal kecil seperti jam tidur, gula darah, stress – berpengaruh besar pada mood kita. Jadi, kita bisa mengatur waktu untuk mendiskusikan hal-hal penting sama orang waktu orang tersebut sudah dalam kondisi nyaman, kenyang, gak buru-buru dan gak mabuk
7. Gak ngambek. Ketika orang menyakiti kita, kita akan (mencoba) menjelaskan kenapa kita marah, dan kita memaafkan orang tersebut.
8. Belajar bahwa gak ada yang sempurna. Gak ada pekerjaan yang sempurna, hidup yang sempurna, dan pasangan yang sempurna. Akhirnya, kita mengapresiasi apa yang 'good enough'.
9. Belajar untuk jadi sedikit lebih pesimis dalam mengharapkan sesuatu - sehingga kita bisa lebih kalem, sabar, dan pemaaf.
10. Sadar bahwa semua orang punya kelemahan di karakter mereka – yang sebenarnya terhubung dengan kelebihan mereka. Misalnya, ada yang berantakan, tapi sebenernya mereka visioner dan creative (jadi seimbang) – sehingga sebenernya, orang yang sempurna itu gak ada.
11. Lebih susah jatuh cinta (wadaw). Karena kalau pas kita muda, kita gampang naksir orang. Tapi sekarang, kita sadar bahwa seberapa kerennya orang itu, kalau dilihat dari dekat, ya sebenernya ngeselin juga 😂 sehingga akhirnya kita belajar untuk setia sama yang udah ada.
12. Akhirnya kita sadar bahwa sebenernya diri kita ini gak semenyenangkan dan semudah itu untuk hidup bareng
13. Kita belajar untuk memaafkan diri sendiri – untuk segala kesalahan dan kebodohan kita. Kita belajar untuk jadi teman baik untuk diri sendiri.
14. Kita belajar bahwa menjadi dewasa itu adalah dengan berdamai dengan sisi kita yang kekanak-kanakan dan keras kepala yang akan selalu ada.
15. Akhirnya bisa mengurangi ekspektasi berlebihan untuk menggapai kebahagiaan yang gak realistis – dan lebih bisa untuk merayakan hal-hal kecil. Jadi lebih ke arah: bahagia itu sederhana.
16. Gak sepeduli itu sama apa kata orang dan gak akan berusaha sekuat itu untuk menyenangkan semua orang. Ujung-ujungnya, bakal ada satu dua orang kok yang menerima kita seutuhnya. Kita akan melupakan ketenaran dan akhirnya bersandar pada cinta.
17. Bisa menerima masukan.
18. Bisa mendapatkan pandangan baru untuk menyelesaikan masalah diri sendiri, misalnya dengan jalan-jalan di taman.
19. Bisa menyadari bahwa masa lalu kita mempengaruhi respons kita terhadap masalah di masa sekarang, misalnya dari trauma masa kecil. Kalau bisa menyadari ini, kita bisa menahan diri untuk gak merespon dengan gegabah.
20. Sadar bahwa ketika kita memulai persahabatan, sebenernya orang lain gak begitu tertarik sama cerita bahagia kita – tapi malah kesulitan kita. Karena manusia itu pada intinya kesepian, dan ingin merasa ada teman di dunia yang sulit ini.
Written by @jill_bobby
Referensi: https://youtu.be/k-J9BVBjK3o
4K notes
·
View notes