catobase
catobase
Cheonie
11 posts
Just Amateur Writer
Don't wanna be here? Send us removal request.
catobase · 3 years ago
Text
"Kenapa cemberut?"
Dia kekasihku bertanya. Aku hanya membalasnya dengan gelengan kepala pelan. Mataku tidak berpindah dari sebuah handphone yang menampilkan sebuah foto seseorang.
"Kim Taehyung?" Tanyanya kembali. Dan aku hanya menganggukkan kepala. Kemudian hening, dia hanya mengelus kepalaku.
"Aku membaca sesuatu kemarin. Bukankah yang membuatmu seperti ini adalah Singularity dan 0:0 o'clock?" Aku seketika menghadap padanya dan ku lihat senyum menawannya.
"Apa? Kau bingung aku mengetahuinya? Dengar," tangannya yang besar menangkup pipiku. Sembari menatap mataku dalam dia berkata, "Seperti yang dia katakan, dia hanya dua orang yang berbeda saat di panggung dan di rumah. Aku yakin dia bahagia dengan keduanya. Dan dia pasti berusaha dengan baik untuk kedua perannya. Jika perkataanku salah, mana mungkin orang yang belum pernah kau kenal bisa mudah mengambil hatimu dalam sekejap. Sedangkan aku yang dari dulu mengenalmu butuh beberapa tahun untuk mendapatkannya." Perkataannya diakhiri senyuman.
"Kau..." Dia adalah orang yang tidak pernah menghakimi apa yang aku sukai.
1 note · View note
catobase · 4 years ago
Text
Anak itu yang dia ketahui bernama Taejung sekarang berada digendongannya. Sebenarnya dia takut melangkah mengikuti jalan yang ditunjuk Taejung tapi dia berusaha menepis semuanya.
Dan sampailah dia sekarang di depan ruang VVIP dengan tulisan Kim Taehyung di daun pintunya. Jujur entah kenapa hatinya terasa diremas kuat. Feelingnya mengatakan hal buruk tetapi dia kembali tepis jauh-jauh.
Tangan Taejung berusaha mengapai engsel pintu dan tentu Jeongguk membantunya. Dan betapa terkejutnya dia dan orang yang berada diseberangnya sana saat kedua mata mereka bertemu.
"Taej..." ucapnya terpotong. Ya, di dalam sana ada Kim Taehyung. Yang menurut Jeongguk keadaannya jauh dari kata baik-baik saja.
"J—jeongguk.." tanpa sadar setetes air mata turun dari mata yang sekarang Jeongguk lihat sudah redup binarnya.
Jeongguk kemudian masuk, menaruh Taejung di samping brankar Taehyung dan kemudian memeluk Taehyung erat. Dia tidak menyangka saat bertemu dengan Taehyung keadaannya seperti ini. Tubuhnya yang sekal dulu sekarang tinggal tulang. Ada selang oksigen yang menghiasi hidung mancungnya. Dia jamin Taehyung sudah lama menggunakannya dia melihatnya dari bekas kemerahan yang ada di pipi Taehyung.
"Hyung maafkan aku, kumohon maafkan aku hiks. A—aku memang bukan manusia yang patut dimaafkan tapi kumohon ampuni aku Hyung." ucapnya sambil menangis. Sungguh dia rindu sekali dengan Taehyung.
Merasa tidak ada respon dia mendongak dan menemukan Taehyung sedang menatap kedepan dengan tatapan kosongnya.
"H—hyung..."
"Pergi." kata itu, bukan maksud Taehyung untuk mengusir Jeongguk. Hanya saja dia merasa butuh waktu lagi jika melihat Jeongguk berada di depannya sekarang.
Jeongguk mencoba mengenggam tangan Taehyung yang tidak diinfus namun segera ditepis lemah oleh Taehyung.
"Pergi Jeongguk, saya tidak mau melihatmu apalagi bertengkar dengamu. Ada putra saya di sini."
Deg!
Entah kenapa kalimat itu menusuk hatinya. Entah karena Taehyung yang tidak pernah berbicara formal dengannya atau entah apapun itu pasti dikarenakan dirinya sendiri.
Jeongguk kemudian bangkit, dia menunduk sebentar dan kemudian berpamitan.
"Aku pulang, aku janji akan menemuimu lagi setelah ini." ucapnya. Dia ingin sekali mencium pucuk kepala Taehyung. Tapi dia sadar diri Taehyung pasti tidak mau. Dengan langkah berat dia meninggalkan ruangan Taehyung. Mungkin lain kali.
"Hiks m-maaf hiks" Taehyung menangis saat Jeongguk sudah keluar dari kamar inapnya.
"A—aku hanya blm siap." kemudian dia rasakan pelukan kecil di pinggangnya. Ah, Taejung. Dia membalas pelukan putra kecilnya itu dan kemudian mengelus rambutnya dengan lembut.
"Maafkan papa sayang."
0 notes
catobase · 4 years ago
Text
Maafkan Typo :)
Happy reading
Seseorang dengan perlahan memasuki sebuah lahan pemakaman. Kaki jenjangnya dia bawa masuk ke dalam sana. Ya, dia Jeon Jeongguk yang saat ini berjalan ke sebuah makam.
"Hai, lama tidak bertemu. Aku baru bisa menemuimu sekarang." ucapnya saat sudah sampai di depan sebuah pusara makam. Dengan perlahan dia meletakkan mawar mengusap nisannya, jujur dia menyesal sekali tapi sekarang dia sudah berdamai dengan hatinya.
"Kau di sana bahagia kan? Ah, aneh rasanya aku berbicara seperti ini denganmu. Tapi inilah aku sekarang." matanya memandang teduh makam itu.
"Kau mungkin memang memiliki salah tapi yang paling salah di sini sebenarnya adalah aku."
"Aku yang menyebabkan semua ini terjadi, sampai kau harus kehilangan nyawamu. 7 tahun ini aku berdamai. Mencoba mencari dan memperbaiki kesalahanku. Mungkin ada yang terlambat namun setidaknya aku sudah menyadarinya. Maafkan aku, jika saat itu kau tidak menolongku mungkin kau tidak seperti ini. Seharusnya kau biarkan saja aku pergi dengan perasaan sesal saat mengetahui semuanya. Mengetahui apa tujuanmu, mengetahui apapun yang aku butakan selama ini. Maaf dan terimakasih.."
"Aera"
Ya, dia Aera. Orang yang telah menyelamatkannya saat dia kacau dan hampir tertabrak truk 7 tahun silam.
Setelah berbicara dan menyapa lumayan lama, Jeongguk berdiri. Namun, pandangannya jatuh kepada seorang anak laki-laki yang saat ini tak berdiri jauh darinya. Menghadap sebuah makam dengan kedua tangan bertaut di dadanya.
Entah kenapa Jeongguk ingin sekali mendekati anak itu.
"Hai?"
"Hallo, om." Intonasinya aneh tetapi Jeongguk masih bisa menangkapnya.
"Kamu kenapa sendirian di sini? Mana orang tuamu?" tanyanya.
Anak laki-laki itu menengok sebentar ke arahnya kemudian menunjuk gundukan tanah di depannya
"K-kamu..."
"Taejung!" omongannya terpotong oleh teriakan seseorang.
"Hyung..."
Terlihat seorang laki-laki manis yang tergopoh-gopoh mendekati Taejung. Tanpa menoleh ke Jeongguk dia mendekati Taejunv dan langsung mengajaknya pulang.
"T—tunggu hyung!" ucap Jeongguk menahan lengan Yoongi. Ya, dia Min Yoongi yang sekarang sudah berubah marga menjadi Park Yoongi.
"Hyungie"
"Siapa kamu?" tanyanya datar
"Hyung please"
"Maaf aku tidak mengenalmu"
"Hyung! Anak itu anakku kan?" tanya Jeongguk tiba-tiba. Entah kenapa dia ingin sekali menanyakan hal ini saat melihat kedua mata anak itu menatapnya.
"Ah? Anakmu? Bukannya anakmu sudah mati bersama ibunya?"
"Hyung!"
"Oh apa aku salah bicara? Kenyataan kan?"
"Yoongi hyung!" suara lain menginstrupsi mereka. Itu Park Jimin yang saat ini sudah menjadi suami sah Yoongi.
Betapa kagetnya Jimin saat melihat Jeongguk. Apakah Jeongguk bertemu dengan Taejung?
"Jimin-"
"Siapa?"
"Ayo hyung kita pergi" ajaknya kemudian mengendong Taehyung dan merangkul Yoongi. Namun Jeongguk tiba-tiba bersimpuh di kakinya.
"Hyung, itu anak gue kan? Hyung Taehyung dimana?" ucapnya. Sebenarnya Jimin iba melihat Jeongguk yang saat ini sudah meneteskan air matanya. Tapi dia diingatkan lagi dengan keadaan Taehyung selama ini.
Taejung yang berada digendongan Jimin sebenarnya bingung dengan apa yang terjadi. Tapi entah kenapa dia sekarang ingin turun dan memeluk seorang laki-laki yang bersujud di depan Jimin.
Dengan tangan mungilnya dia memeluk leher Jeongguk. Dan betapa kagetnya Jeongguk anak itu memeluknya. Instingnya berkata dia harus memeluk anak itu dan dengan tangan bergetarnya dia membalas pelukan itu.
Tangan kecil Taejung menghapus air mata di pipi Jeongguk. Kemudian tangannya seperti membentuk sesuatu dan menggerakannya. Hati Jeongguk mencelos anak ini ah tidak Jeongguk yakin ini adalah anaknya tidak bisa bicara dan kenapa dia baru menyadari anak ini menggunakan alat bantu dengar di kedua telinganya.
"Dia bilang jangan menangis." ini Yoongi yang berbicara.
Dan meledak dalam tangisnya. Dia yakin anaknya seperti ini karena ulahnya.
"Percuma gue sama Jimin dendam sama lo. Udh telat guk udah berlalu juga." ucap Yoongi.
"Ini anak gue kan hyung?"
"Iya"
"Hyung Taehyung dimana?" tanya Jeongguk dia kangen sekali dengan matenya itu.
"Lo mau ketemu dia?" tanya Jimin.
"Iya plis bantu gue ketemu dia."
"Yakin lo gak bakal sakiti dia pas lo ketemu?" tanya Jimin memastikan.
"Iya hyung gue janji."
"Ikut kita."
0 notes
catobase · 4 years ago
Text
Seseorang dengan perlahan memasuki sebuah lahan pemakaman. Kaki jenjangnya dia bawa masuk ke dalam sana. Ya, dia Jeon Jeongguk yang saat ini berjalan ke sebuah makam.
"Hai, lama tidak bertemu. Aku baru bisa menemuimu sekarang." ucapnya saat sudah sampai di depan sebuah pusara makam. Dengan perlahan dia meletakkan mawar mengusap nisannya, jujur dia menyesal sekali tapi sekarang dia sudah berdamai dengan hatinya.
"Kau di sana bahagia kan? Ah, aneh rasanya aku berbicara seperti ini denganmu. Tapi inilah aku sekarang." matanya memandang teduh makam itu.
"Kau mungkin memang memiliki salah tapi yang paling salah di sini sebenarnya adalah aku."
"Aku yang menyebabkan semua ini terjadi, sampai kau harus kehilangan nyawamu. 7 tahun ini aku berdamai. Mencoba mencari dan memperbaiki kesalahanku. Mungkin ada yang terlambat namun setidaknya aku sudah menyadarinya. Maafkan aku, jika saat itu kau tidak menolongku mungkin kau tidak seperti ini. Seharusnya kau biarkan saja aku pergi dengan perasaan sesal saat mengetahui semuanya. Mengetahui apa tujuanmu, mengetahui apapun yang aku butakan selama ini. Maaf dan terimakasih.."
"Aera"
Ya, dia Aera. Orang yang telah menyelamatkannya saat dia kacau dan hampir tertabrak truk.
Setelah berbicara dan menyapa lumayan lama, Jeongguk berdiri. Namun, pandangannya jatuh kepada seorang anak laki-laki yang saat ini tak berdiri jauh darinya. Menghadap sebuah makam dengan kedua tangan bertaut di dadanya.
Entah kenapa Jeongguk ingin sekali mendekati anak itu.
"Hai?"
"Hallo, om." Intonasinya aneh tetapi Jeongguk masih bisa menangkapnya.
"Kamu kenapa sendirian di sini? Mana orang tuamu?" tanyanya.
Anak laki-laki itu menengok sebentar ke arahnya kemudian menunjuk gundukan tanah di depannya
"K-kamu..."
"Taejung!" omongannya terpotong oleh teriakan seseorang.
"Hyung..."
Terlihat seorang laki-laki manis yang tergopoh-gopoh mendekati Taejung. Tanpa menoleh ke Jeongguk dia mendekati Taejunv dan langsung mengajaknya pulang.
"T—tunggu hyung!" ucap Jeongguk menahan lengan Yoongi. Ya, dia Min Yoongi yang sekarang sudah berubah marga menjadi Park Yoongi.
"Hyungie"
"Siapa kamu?" tanyanya datar
"Hyung please"
"Maaf aku tidak mengenalmu"
"Hyung! Anak itu anakku kan?" tanya Jeongguk tiba-tiba. Entah kenapa dia ingin sekali menanyakan hal ini saat melihat kedua mata anak itu menatapnya.
"Ah? Anakmu? Bukannya anakmu sudah mati bersama ibunya?"
"Hyung!"
"Oh apa aku salah bicara? Kenyataan kan?"
"Yoongi hyung!" suara lain menginstrupsi mereka. Itu Park Jimin yang saat ini sudah menjadi suami sah Yoongi.
Betapa kagetnya Jimin saat melihat Jeongguk. Apakah Jeongguk bertemu dengan Taejung?
"Jimin-"
"Siapa?"
"Ayo hyung kita pergi" ajaknya kemudian mengendong Taehyung dan merangkul Yoongi. Namun Jeongguk tiba-tiba bersimpuh di kakinya.
"Hyung, itu anak gue kan? Hyung Taehyung dimana?" ucapnya. Sebenarnya Jimin iba melihat Jeongguk yang saat ini sudah meneteskan air matanya. Tapi dia diingatkan lagi dengan keadaan Taehyung selama ini.
Taejung yang berada digendongan Jimin sebenarnya bingung dengan apa yang terjadi. Tapi entah kenapa dia sekarang ingin turun dan memeluk seorang laki-laki yang bersujud di depan Jimin.
Dengan tangan mungilnya dia memeluk leher Jeongguk. Dan betapa kagetnya Jeongguk anak itu memeluknya. Instingnya berkata dia harus memeluk anak itu dan dengan tangan bergetarnya dia membalas pelukan itu.
Tangan kecil Taejung menghapus air mata di pipi Jeongguk. Kemudian tangannya seperti membentuk sesuatu dan menggerakannya. Hati Jeongguk mencelos anak ini ah tidak Jeongguk yakin ini adalah anaknya tidak bisa bicara dan kenapa dia baru menyadari anak ini menggunakan alat bantu dengar di kedua telinganya.
"Dia bilang jangan menangis." ini Yoongi yang berbicara.
Dan meledak dalam tangisnya. Dia yakin anaknya seperti ini karena ulahnya.
"Percuma gue sama Jimin dendam sama lo. Udh telat guk udah berlalu juga." ucap Yoongi.
"Ini anak gue kan hyung?"
"Iya"
"Hyung Taehyung dimana?" tanya Jeongguk dia kangen sekali dengan matenya itu.
"Lo mau ketemu dia?" tanya Jimin.
"Iya plis bantu gue ketemu dia."
"Yakin lo gak bakal sakiti dia pas lo ketemu?" tanya Jimin memastikan.
"Iya hyung gue janji."
"Ikut kita."
0 notes
catobase · 4 years ago
Text
Pendarahan
***
Taehyung terbangun dengan dahaga hebat menyerang tenggorokannya. Dengan susah payah dia terbangun dan sedikit meringis saat dada kirinya terasa nyeri.
Kebiasaan.
Saat akan mengambil minumnya di nakas ternyata air di dalam tekonya habis. Perlahan tapi pasti dirinya berdiri sambil memegang bagian bawah perutnya. Kandungannya saat ini sudah berjalan 7 bulan dan hampir memasuki 8 bulan. Namun karena dia mengandung anak kembar perutnya lebih besar daripada hamil anak tunggal.
Dia membawa kakinya menuju dapur. Dia berjalan lambat sekali karena sungguh dia mudah capek sekarang.
Biasanya dia akan duduk dan bibi yang akan menyiapkan keperluannya entah makanan atau minuman. Tapi tumben pagi ini bibi tidak ada di dapur. Dengan perlahan dia menuju ke dispenser air.
Namun sangat disayangkan saat melewati meja pantry dia tidak melihat tumpahan minyak dan sekarang dia tidak menggunakan alas kaki. Alhasil kaki telanjangnya menginjak minyak itu dan Taehyung terpeleset tanpa bisa dicegah. Bokongnya membentur lantai dengan keras dan perutnya merasakan nyeri yang hebat.
"Hyungg!" teriaknya sambil meremas kemeja hamilnya.
"Astaga Taehyung!"
"Tuan muda!"
Seokjin yang saat itu lewat kaget dan langsung menghampiri Taehyung. Dan betapa terkejutnya saat dia melihat Taehyung bersimpuh di lantai dengan darah yang mulai menggenangi duduknya.
"Hiks! S—sakit hyung!"
"M—maafkan saya tuan" ujar bibi penuh sesal.
"Bi bibi panggilin Namjoon. Kita bawa Tae ke rumah sakit."
"Baik tuan"
***
Saat ini Taehyung, Seokjin, dan Namjoon sudah berada di mobil. Seokjin duduk di bangku belakang dengan memangku kepala Taehyung. Tangannya terus mengusap rambut lepek dan perut milik adiknya.
"S—sakit sekali" rintih Taehyung. Tangannya mencengkram selimut yang membungkusnya dengan erat.
"Sayang, taengie, taeby jangan tutup matanya ya. Kita hampir sampai, taeby harus kuat demi baby juga"
"Hiks hyungie s-sakit akh"
"Taeby"
"Taeby!"
"Jinnie"
"Namjoon cepat Taeby pingsan hiks"
"Sayang kamu tenang aku udah berusaha cepet" tenang Namjoon. Dalam hidupnya bisa menyetir mobil baru kali ini dia menyetir di atas rata-rata.
***
0 notes
catobase · 4 years ago
Text
"Taehyung!" teriak Jimin dan Yoongi. Pasalnya saat mereka datang Taehyung sudah berjongkok di sudut. Entah apa yang terjadi tapi mereka punya firasat yang tidak baik.
"Tae! Tae" ucap Yoongi sedikit mengguncangkan tubuh Taehyung.
Dan saat Taehyung menangkat wajahnya hati mereka teriris Taeby mereka menangis bahkan mata, hidung dan pipinya sampai merah.
"Kamu kenapa sayang?" ujar Yoongi menangkup pipi Taehyung.
"Hyung hiks Jeongguk hiks" bukannya menjawab Taehyung malah memeluk Yoongi.
"Taeby sayang kenapa?" tanya Jimin lembut sambil mengelus kepala Taehyung berusaha menenangkan anak itu.
"T—tadi Aera jatuh. D-dan gukie kebetulan ada di bawah. Aera kepleset sendiri kok t—tapi Gukie kaya nyalahin Tae hiks. Bukan Tae yang bikin Aera jatuh" Yoongi dan Jimin mematung benar-benar jengah dengan Jeongguk.
"A—ku mau temuin Gukie. Mau minta maaf mau jelasin semuanya"
Gigi Jimin bergemelatuk mendengarnya, namun sebisa mungkin mengontrol emosinya.
"Oke kita temui dia" Yoongi bersuara yang membuat Jimin menatap kesal padanya.
"Jimin cari tau kemana Jeongguk bawa Aera."
"oke"
***
"Jeongguk!" suara Taehyung menggema di koridor rumah sakit.
"G—gukie gimana keadaan Aera" namun Jeongguk tidak menjawabnya. Dia masih saja duduk dengan tudung jaket yang bertengger di kepalanya.
"Gukie jawab"
"Gu-"
Plak
Taehyung tersentak saat tiba-tiba Jeongguk berdiri dan menampar pipinya.
"Lo! Semua ini gara-gara lo anjing! Lo kenapa dorong Aera sampai jatuh hah?!"
"Gukie bukan ak-"
"Apa masih mau ngelak? Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri lo di atas. Aera juga bilang lo yang dorong dia!"
"Kamu percaya sama Aera?"
"Iya kenapa?"
"Jeongguk!" teriak Yoongi. Dia gedeg setengah mati dengan Jeongguk
"Jaga bicara lo sama Taehyung. Dia mate lo asu!"
"Mate? Haha. Gara-gara dia gue kehilangan anak yang dikandung Aera" ucap Jeongguk. Air matanya menetes
Deg
"A-aera hamil anak kamu?"
"Iya. Kecelakaan 3 minggu yang lalu. Dan gara gara lo" Jeongguk mendorong pundak Taehyung
"Gue kehilangan anak gue" lanjutnya.
Taehyung sungguh sakit hati. Saat Taehyung bilang dirinya mengandung Jeongguk malah ingin menggugurkannya. Sedangkan Aera? Kenapa Jeongguk sebegitunya. Apa dia sudah buta yang fated matenya adalah dirinya, Taehyung bukan Aera.
Jujur Taehyung sekarang mulai kesulitan bernafas dan dada kirinya berdenyut sakit. Dia takut sesuatu terjadi setelah ini.
"Dan gue Jeon Jeongguk yang udah muak dengan fated mate gue sendiri, dengan ini gue tolak lo jadi mate gue. I rejected you, Kim Taehyung."
Deg
"Argh! J—jeongguk"
"Jeongguk!"
Teriakan Taehyung diiringi dengan teriakan bundanya. Jimin dan Yoongi langsung menghampiri Taehyung yang saat ini sudah jatuh terduduk dengan raut kesakitan. Sedangkan bunda Jeongguk langsung memberikan tamparan kepada anaknya itu. Bahkan dia seperti tidak memiliki belas kasihan saat anaknya mimisan setelah menolak matenya sendiri.
"G—gue gak akan biarin Taehyung ketemu lo lagi Jeongguk" teriak Yoongi dengan air mata yang berderai.
Taehyung sudah dibawa pergi oleh Jimin dan sekarang hanya tinggal Jeongguk yang meratapi kekosongan hatinya.
"Puas kamu? PUAS?!" teriak bunda Jeongguk.
"Kamu bikin kecewa kami berdua Jeongguk" ini ayahnya yang bicara. Dan setelah itu mereka berdua pergi meninggalkan Jeongguk.
Kini tinggal Jeongguk dengan dunia yang mengejek nasibnya. Jika mereka berdua betrayal, itu salah Jeongguk mutlak. Tapi sayangnya, Taehyung juga harus merasakannya. Bond mereka telah terputus dan itu pasti akan menyakiti keduanya.
***
0 notes
catobase · 4 years ago
Text
Paginya Taehyung benar-benar berangkat ke kampus. Dengan perasaan yang bahagia dia membawakan Jeongguk bekal. Untuk dimakan atau tidaknya entahlah moodnya dalam keadaan bagus sekarang. Be positive
Dengan tidak sabaran dia pergi ke fakultas Jeongguk. Namun sayangnya, saat di belokan tangga dia bertemu Aera. Jujur dia ingin mengabaikan saja tetapi Aera menghalangi jalannya.
"Minggir" jujur dia tidak mau ribut pagi ini.
"Wah wah Kim Taehyung, setelah hilang beberapa minggu menampakkan diri juga."
"Terus? Urusan lo?"
"Iya dong, lo kan sering ganggu Jeongguk yang soon bakal jadi suami gue" katanya sombong.
"Dih ngimpi terus sana. Orang udah jelas Jeongguk fated mate gue ngapain masih berkhayal" balas Taehyung. Dia benar-benar muak sekarang.
"Iya bakal ngimpi terus sih gue. Dan oh itu makanan buat Jeongguk ya?" tanyanya saat melihat kotak bekal di tangan Taehyung.
"Hm"
"Lo tau gak Jeongguk nanti siang mau makan sama gue di cafe biasa? Engga kan? Jadi mending daripada makanan itu kebuang mending lo makan sendiri" ucap Aera sambil bersmirk.
Taehyung yang tidak mau meladeni Aera hanya mendiamkannya sampai Aera tertawa karena dia pikir Taehyung terpengaruh omongannya.
Dengan angkuh dia berjalan menuju arah bawah namun siapa sangka saat turun satu tangga dia terpeleset dan terjatuh.
"Arghh!"
"Aera!" itu bukan suara Taehyung tapi suara Jeongguk.
"Arggh jeongguk hiks sakit" ujar Aera.
Dan saat itu juga mata Jeongguk dan Taehyung bertemu.
"Gue bakal beri perhitungan lo sampe Aera kenapa-napa"
Deg
Bukan salah gue -batin Tae
0 notes
catobase · 4 years ago
Text
Takut
***
Sejujurnya Taehyung takut. Takut sekali kalau sampai anak yang ada dikandungannya beneran digugurin. Tapi Jeongguk sang Alpha sudah memerintahkannya. Menolak sama saja menyiksa dirinya sendiri. Tapi jika tidak menolak bukannya juga menyiksa dirinya oh ya juga janinnya. Tapi sekali lagi, dia bisa apa.
Sekarang di tangan cantiknya sudah ada 2 butir obat. Jujur dia gemetar. Takut sampai terjadi apa-apa. Ingin berpura-pura tapi Jeongguk benar-benar mengawasinya.
Ayo Tae lo bisa, sekali ini aja. Maafin papa, nak. -batinnya sebelum menelan cepat obat itu. Meneguk minum sebanyak-banyaknya karena dia benar-benar takut. Rasa menyesal terus saja menginggapinya sampai dia tidak sadar air mata telah mengalir di pipi chubbynya.
"Good boy." ucap Jeongguk. Posisinya sekarang berbaring miring dan mengawasi matenya.
"Sekarang tidurlah. Kita tunggu efeknya."
Taehyung mengangguk dan mulai berbaring di sebelah Jeongguk. Memunggunginya berharap dia bisa tidur tenang tanpa melihat wajah tanpa berdosa Jeongguk. Sedikit tersentak saat merasakan tangan Jeongguk melingkari pinggangnya. Air matanya kembali menetes, ingatannya dia bawa ke masa-masa SMA-nya saat Jeongguk masih sangat mencintainya. Menjaganya seakan dia adalah kaca yang rapuh. Tapi apa sekarang, ingin sekali dia tertawa keras dengan keadaannya sekarang.
Orang yang diamanati keluarganya bahkan takdir malah berbuat seperti ini kepadanya. Ah, kepalanya pusing. Lebih baik dia tidur saja daripada dia keterusan membuat harapan yang entah bakal terealisasi atau tidak.
Malamnya Taehyung gelisah dalam tidurnya. Perutnya terasa tegang, panas dan melilit. Tubuhnya berkeringat dingin, membolak-balikkan badannya berharap rasa sakitnya hilang. Namun itu sia-sia karena sekarang perutnya benar-benar terasa sakit. Sampai akhirnya Jeongguk yang berada di sampingnya terbangun karena terusik oleh pergerakan Taehyung. Segera saja dia bangun dan membuat Taehyung berbaring menjadi terlentang.
"Sayang, Taehyung." sejujurnya dia khawatir melihat matenya seperti ini. Tapi di lubuk hatinya dia juga merasa senang karena obatnya bereaksi.
"Gukie shh sakit." ucap Taehyung sambil memeluk perutnya.
"Gak papa, sini gue elus-elus." ucapnya kemudian mengelus-elus perut Taehyung.
Tegang banget -batinnya saat menyentuh perut Taehyung. Jujur dia juga kasihan kok ngelihat Taehyung. Tapi peduli apa? Dia juga tidak mau di cap jelek karena sudah menghamili matenya sebelum menikah.
Kembali ke Taehyung yang sekarang sudah setengah tertidur. Karena jujur usapan Jeongguk di perutnya sangat manjur.
0 notes
catobase · 4 years ago
Text
Gugurin
***
Typo itu manusiawi :)
Happy reading-!!
***
Sepulang sekolah, Taehyung bergegas membenahi barang-barangnya dan segera keluar kelas. Bahkan dirinya tidak sadar seharian ini sudah mengabaikan Jimin yang duduk disebelahnya. Kakinya dia bawa lari menuju parkiran mobil di sekolahnya. Langsung saja mencari dimana mobil Jeongguk berada. Setelah menemukannya tangannya mengetuk pelan jendela mobil dan ya Jeongguk akhirnya membukakan pintu untuknya.
Keadaan sekarang sangat canggung. Apalagi ketika masuk tadi Tae sudah mendapati wajah kekasihnya yang suram, datar, dingin, dan dengan ekspresi yang tidak terbaca.
Dengan keberaniannya yang memang sudah menjadi -0 tae mencoba membuka pembicaraan, "Gukie..."
"Hm?" hanya deheman singkat dari Jeongguk yang menjadi balasannya.
"I—itu..." sungguh Tae susah berbicara. Aura disekitarnya mencekam seakan mencabut seluruh udara yang berada di sekitarnya.
Geram Taehyung hanya gelagapan saat bicara Jeongguk menyelanya, "Lo beneran hamil?" tanya To The Point.
Taehyung yang langsung ditembak pertanyaan seperti itu mengigit bibir bawahnya. Jeongguk enteng sekali saat bertanya -pikirnya.
Melihat keterdiaman Taehyung Jeongguk langsung mencengkram kuat lengannya, "Jawab kalau gue tanya."
Menelan ludahnya kasar Taehyung menjawab takut-takut, "I—iya." cicitnya.
"Bangsat!" Teriak Jeongguk sambil memukul stir mobilnya. Menatap Taehyung kembali dan mempererat cengkramannya Jeongguk bertanya lagi,
"Anak gue?" tanyanya dan Taehyung hanya mengangguk.
"Astaga Kim Taehyung, kita masih SMA bahkan kita belom mating. Dan sekarang lo hamil?!"
"Maaf gukie."
"Gugurin."
"A—apa?"
0 notes
catobase · 4 years ago
Text
Basketball, & Volley AU
[Masih Bakpia Bu Sum]
---!!---
'Brak'
"Wanjay kalem sri." kaget Langit saat tiba-tiba mejanya di gebrak oleh seseorang. Dan gotcha ternyata Angkasa. Wajahnya merah padam dan nafasnya agak tidak beraturan. Langit jamin bocah itu sudah emosi sedari kantin.
"Balikinnnnn." geram Angkasa. Matanya melirik sebungkus bakpia yang ada dimeja Langit. Anak-anak kelas yang masih tersisa di jam istirahat hanya menggelengkan kepala. Sudah biasa melihat kelakuan mereka yang sudah seperti tom and jerry.
"Ini?" tanya Langit sambil menenteng 1 bungkus bakpia yang hanya tersisa satu buah saja.
"Iya."
"Hehe gak bakal." dasar tengilllll, ingin sekali Angkasa menjambak rambut Langit. Tapi dia sadar bukan wanita yang main jambak rambut ketika emosi. Tangannya yang mengepal di meja sekali lagi dia pukulkan.
"Balikin bangsat. Kalau gak ganti! Gue yang dapet itu dulu."
"Tapi gue tuh yang berhasil bawa bakpianya kesini." Langit menyunggingkan senyum miringnya. Yang membuat Angkasa ingin sekali merobeknya.
"Lu tuh ya, gue dulu. Dasar pengecut bisanya nyolong punya orang." wajahnya mulai melunak. Dia ingin sekali membuat Langit juga emosi. Jadi sebisa mungkin menekan jengkelnya.
Ya sebenarnya bukan masalah bakpianya. Tapi masalahnya mereka berdua tidak mau mengalah satu sama lain. Jika ada sesuatu yang mereka rebutkan itu akan menjadi ego masing-masing. Siapa yang mendapatkannya itu yang menang. Walaupun itu hanya sebungkus bakpia milik bu sum. Ya itu, ego masing-masing.
Langit ikut berdiri. Kini tubuh mereka yang tingginya memang hampir sama saling berhadapan. Dengan santai Langit memakan 1 buah bakpianya yang tersisa.
"Lu mau? Noh ambil dimulut gue." katanya santai dan meninggalkan kelas mereka untuk membuang bungkus bakpia. Hal itu memancing kejengkelan Angkasa yang sebelumnya sudah agak mereda.
"Langit!" teriaknya. Dan saat berbalik dia sudah mendapati punggung Langit yang berada di depan pintu. Berbalik dengan seringai andapannya.
"Anggap aja bayaran karena lu udah bikin tim basket latihan di luar sekolah." dan setelah itu menghilang.
Dengan emosi Angkasa berjalan ke tempat duduknya yang berada di paling belakang. Dekat jendela, jaraknya satu meja dibelakang Langit. Bokongnya dia banting, menghadap ke samping dan melihat keramaian di lapangan bawah. Seketika ingat kalau nanti lapangan itu akan digunakan anak untuk voli. Dan seketika ingatannya kebali ke Langit. Bocah babi_-
Sebenarnya ada dua lapangan outdoor disekolah ini, tiga dengan gymnasium. Namun, salah satu lapangan outdoor merupakan lapangan rumput. Yang digunakan untuk sepak bola dan lain sebagainya. Sedangkan yang satu digunakan untuk anak voli dan basket. Kadang kedua lapangan juga digunakan untuk keperluan lain. Sedangkan gymnasium itu umum. Kadang saat musim hujan tim voli maupun basket juga berlatih disitu.
Menghela nafasnya lelah, menyandarkan kepalanya di meja. Dia berpikir, sebenarnya bukan karena gengsi dia berebut lapangan dengan Langit. Dia cuma tidak ingin anggotanya yang lain harus repot cari lapangan maupun kendaraan untuk menuju lapangan luar yang entah dimana. Tapi si bangsat Langit selalu menjengkelkan.
Ya gimana ya, dia memang anak mampu. Bahkan kadang suka bawa mobil sendiri. Namun, anak tim voli yang sekarang dia ketuani sebagian memiliki ekonomi menengah bahkan bawah. Dia tidak mau kalau pengeluaran mereka membengkak gara-gara kendaraan untuk ke lapangan di luar sekolah. Kadang memang dia yang membayar biaya mereka berangkat ataupun sewa lapangan. Tapi bre, manusia juga punya rasa gak enak hati. Makanya mereka sering patungan. Kadang juga cari lapangan luar yang tidak sedang digunakan sulit. Jadi kadang mereka ke desa-desa mencari lapangan rumput untuk latihan.
Astaga miris sekali_- apalagi 3 hari kemarin anak basket ngeselin parah. Mereka juga harus latihan di lapangan pedesaan gegara anak basket yang semena-mena. Ingin sekali Angkasa jitak kepala Langit. Tapi apa mungkin jitakannya terasa mengingat tubuh kekar Langit. Sedangkan dia? Cuma tinggi punya daging aja engga. Alias kurus walaupun gak kering.
"Langit brengsek!" teriaknya mengagetkan seluruh kelas yang saat ini sudah terisi lumayan banyak orang. Bahkan Vero yang baru saja masuk kaget.
"Gila lu?" duduknya di tempat duduk samping Angkasa.
"Diem." wah jika Angkasa sudah mengeluarkan aura hitam seperti ini Vero tidak berani menyenggol. Seperti Angakasa sedang pms saja, senggol bacok.
Gimana? Asalnya Angkasa itu baik, kan?
1 note · View note
catobase · 4 years ago
Text
Tes
1 note · View note