Di dalam Hadist Terkadang bertahan, melawan bukan menyerah begitu saja. Sehingga kalau ia mati tertembak karena sedang lari ketakutan ia bukan mati syahid, melainkan mati pengecut.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Copy alam semesta dalam diri manusia
"Struktur tubuh manusia itu seperti bumi, tulang-tulangnya bagaikan gunung-gunung, sumsum tulangnya laksana mineral, perutnya seperti lautan, usus dan urat nadinya seperti sungai, dagingnya seperti tanah, rambutnya bagaikan tanaman-tanaman, tempat-tempat tumbuhnya rambut laksana tanah yang baik, tempat di mana tidak ada rambut yang tumbuh bak rawa-rawa, wajah hingga ujung kaki bagaikan sebuah kota yang maju, punggung seperti seonggokan reruntuhan. Raut muka laksana timur, punggung belakang seperti barat, tangan kanan seperti selatan, tangan kiri bagaikan utara, napas bak angin, ucapannya seperti guntur, teriakannya laksana kilat, tertawanya bagaikan siang hari, tangisnya seperti hujan, keputusasaan dan kesedihannya bak kegelapan malam, tidurnya bagaikan kematian, keterjagaannya seperti kehidupan, masa kecilnya laksana musim semi, masa mudanya seperti musim panas, masa dewasanya bagaikan musim gugur, masa tuanya laksana musim dingin. Segenap gerakan dan sepak terjangnya bagaikan gerakan dan perputaran planet-planet, kelahiran dan kehadirannya seperti konstelasi atau gugusan bintang menaik, kematian dan ketiadaannya laksana konstelasi atau gugusan bintang yang tenggelam....."
8 notes
·
View notes
Text
Trophy Wife
Anak perempuan memang tumbuh dengan cara yang berbeda. Sepintar-pintarnya anak perempuan, tetap saja orang tua khawatir jika anak perempuannya tidak menarik.
"Aduh, kamu kok item banget" atau "Aduh, kamu kok nggak bisa jaga penampilan begini. Nanti siapa yang mau."
Dan rasanya, nasihat ke anak perempuan biar mampu mencari jodoh yang mapan lebih sering didengar dibanding bertumbuhlah menjadi pribadi yang mapan hingga bisa berdiri di atas kaki sendiri.
Maka, jangan kaget kalau ada becandaan, "Capek banget, ah. Mau nikah aja." Sering kamu dengar dari sesama teman perempuanmu. Ya karena barangkali, secapek-capeknya dia membuktikan diri, ujung-ujungnya nggak ada gunanya. Karena menjadi "pendamping laki-laki", itu lebih penting. Tak cukup itu, jadi "pendamping laki-laki mapan", itu yang diinginkan masyarakat.
Trophy wife sesungguhnya adalah istilah meledek. "ISTRI PIALA" adalah istilah buat istri dari suami mapan, yang performa istri dari luar dinilai atraktif, jago dandan, yang kemana-mana perannya adalah "pajangan suami". Seolah, menjadi perempuan menarik itu berlawanan dengan kata sifat cerdas intelektual.
Istilah trophy wife sering pula dipakai buat menggambarkan perempuan muda yang menikah dengan lelaki "tua" mapan. Atau, istri "simpanan" dari laki-laki golongan pejabat atau elit. Diakui atau tidak, menjadi trophy wife juga masih menjadi imajinasi masa depan banyak perempuan.
"Mau cari suami berprofesi A."
"Berprofesi B." "Berprofesi C."
"Biar hidup kita terjamin".
Bukan begitu?
Kalau diingat-ingat, sejak remaja, banyak anak perempuan jadi berlomba-lomba mengeluarkan performa toxic femininity-nya agar bisa menjadi trophy girl-friend. Alias pacar idola di sekolah.
Punya pasangan yang "mapan" menurut standar masyarakat tentu bukan kesalahan. Dalam banyak hal, kemapanan itu memudahkan perjalanan hubungan.
Akan tetapi, kemapanan pasangan seharusnya bukan pokok yg membuat perempuan kehilangan identitas, apalagi membuat perempuan berubah menjadi tubuh pelengkap eksistensi laki-laki, dianggap pajangan.
Sulit ya membuang internalisasi pikiran yang diwariskan tradisi patriarki dalam alam kehidupan perempuan?
#MencatatPengalamanPerempuan dari mbak Kalis untuk kita
1 note
·
View note
Text
"Wahai Syaikh, ujar seorang pemuda, "Manakah yang lebih baik, seorang Muslim yang banyak ibadahnya tetapi akhlaqnya buruk ataukah seorang yang tak beribadah tapi amat baik perangainya pada sesama."
"Subhanallah, keduanya baik", ujar sang Syaikh sambil tersenyum.
"Mengapa bisa begitu?" "Karena orang yang tekun beribadah itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk berakhlaq mulia tersebab ibadahnya. Dan karena orang yang baik perilakunya itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk semakin taat kepada-Nya."
"Jadi siapa yang lebih buruk?", desak si pemuda
Airmata mengalir di pipi sang Syaikh. "Kita anakku", ujar beliau.
"Kitalah yang layak disebut buruk sebab kita gemar sekali menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri kita sendiri." Beliau terisak-isak. "Padahal kita akan dihadapkan pada Allah dan ditanyai tentang diri kita, bukan tentang orang lain."
Ustadz @azdinawawi hafidzahullaah
144 notes
·
View notes
Text
Endapkan Dulu
Saya masih belajar untuk memahami bahwa tidak semua pengetahuan yang kita miliki harus kita bagikan kepada orang lain secara tergesa-gesa. Baru dengar sekali, langsung pengin klik tombol 'forward'. Baru baca artikel separagraf, merasa sudah paham lantas buru-buru mem-broadcast. Sulit, memang. Apalagi jika ada rasa cemas akan tertinggal tren. Ampuni aku, Tuhan!
Bahkan terkadang ada dalil yang kita jadikan pembenaran atas sikap tersebut, "Sampaikanlah walau satu ayat." Hadis tersebut sering dilihat dalam konteks dakwah. Lambat laun itu menjadi semacam mindset, lantas tak sedikit orang gemar mem-broadcast informasi hanya dengan modal spontanitas. Padahal menurut penjelasan ulama yg saya baca/dengar, hadis itu membahas penerusan informasi dari Rasul.
Rasul meminta para sahabat yang hadir untuk meneruskan wahyu yang disampaikan Rasul kepada sahabat yang tidak hadir. Hadis itu bukan perintah agar kita berdakwah/menyampaikan sesuatu hanya dengan modal satu ayat atau pemahaman yang minimum. Karena itu dalam kitab Bukhari, hadis itu tidak masuk dalam Bab Dakwah, tetapi dalam Bab Bani Israil. Kenapa Bani Israil? Karena ternyata ada lanjutannya. Hadisnya terpotong di kata 'ayat'. Selanjutnya, hadis itu membahas tentang Bani Israil.
Saya mengagumi bagaimana cara alam semesta ini bekerja. Dan, saya belajar banyak dari proses pemupukan. Bahwa untuk menjadi pupuk kompos yang baik, kotoran hewan atau sampah dapur pun mesti melalui proses fermentasi, diendapkan beberapa waktu bersama bakteri pengurai. Setelah itu, barulah ia bisa menjadi jadi zat yang berguna bagi tanah dan tanaman. Tanpa fermentasi, ia hanyalah "sampah", bukan?
Barangkali demikian pula pengetahuan yang kita miliki. Kita perlu mengendapkannya terlebih dahulu sebelum membagikannya. Beri waktu agar kebijaksanaan dalam diri kita memproses pengetahuan tersebut lebih lama dan lebih mendalam.
Dengan begitu, semoga perasaan "Akulah yang pertama tahu" serta misinformasi yang begitu marak terjadi hari ini bisa kita hindari. Dan, kita benar-benar menikmati pengetahuan yang berkualitas, bukan sekadar cepat dan banyak, pengetahuan yang menggugah lebih dalam, jauh dari pamer sensasi dan emosi belaka.
Pemikiran dan tulisan ini juga salah satu hasil pengendapan itu. Semoga ada manfaat yang bisa diambil.
350 notes
·
View notes
Text
Berbenturan
Ada yang hari ini terasa sempit sekali hatinya, hingga mudah baginya tersulut api emosi dan marah. Ada pula yang sedang tertusuk hatinya, hingga mudah baginya menangis sebab menahan rasa yang tidak bisa ia keluarkan, ia sengaja menahannya agar tidak menjadikan suasana semakin buruk.
Sesekali kamu memang harus bisa menahan ego dan juga kepentingan, menahan rasa sakit dan juga amarah. Seakan membenturkan apa yang ingin kamu lakukan pada tembok kesabaran.
Benar, sulit hari ini menemukan seorang yang sabar. Bahkan penulis sendiri belum tentu termasuk seorang yang sabar. Hari-hari yang kamu lalui dengan banyaknya ocehan teman atau keluarga, cibiran dan juga gunjingan bahkan dari sahabat sendiri, tetaplah bersabar dan cobalah melapangkan dada.
Menarik napas panjang dan memejamkan mata, mengeluarkannya dengan berbarengan membawa emosi dan duka. Beginilah kehidupan, jika tanpa sabar dunia ini pasti rusak, jika tanpa syukur dunia ini akan kacau.
Sebab rasa yang kamu tahan saat ini demi kebaikan, pasti akan Allah ganti dengan kebaikan itu sendiri yang berlipat-lipat dari apa yang kamu dambakan. Beginilah cara Allah memberitahu manusia soal kehidupan dan cara menyikapinya.
Untuk apa kita harus selalu melampiaskan jika berakhir dengan semakin renggang hubungan dan ikatan? Sabar dan syukur.
@jndmmsyhd
539 notes
·
View notes
Text
Untukmu yang Merasa Jalan di Tempat dan Tertinggal di Belakang
Orang-orang yang dulu di belakang, sekarang ada yang udah satu perhentian bareng kita, ada juga yang udah jauh di depan.
Ini bukan cuma soal siapa yang start duluan. Ini soal kecepatan.
Percuma kalau start duluan, di tengah jalan hilang arah karena ngerasa di atas angin jadi leha-leha. Banyak istirahat, alasannya buat self reward.
Sementara ada orang lain, start belakangan, kendaraannya gak bagus-bagus amat, tapi konsisten, gak istirahat kecuali kalau bener-bener capek. Dia sadar dia tertinggal di belakang. Kayuhannya makin lama makin kuat.
Ujian orang yang ada di depan adalah silau sama prestasi diri sendiri. Kelamaan bersolek di depan cermin karena saking kagumnya sama diri sendiri. Gak sadar kalau dunia terus berubah. Akhirnya ketinggalan. Terus panik harus mengejar dari mana.
Ujian orang yang di belakang adalah kerja keras. Berkorban waktu, tenaga, dan apapun yang bisa dikorbankan.
Gak usah sombong kalau kamu udah di depan. Kesalip dua tiga orang itu gak kerasa. Ntar baru kerasa kalau kamu udah bener-bener ketinggalan di belakang sendirian.
Gak usah putus asa kalau kamu masih di belakang. Maju aja terus. Jalan masih panjang. Garis finish belum kelihatan. Terlalu dini buat menyimpulkan kamu sudah kalah.
Udah, maju aja.
—Taufik Aulia
1K notes
·
View notes
Text
Entah siapa yang dirugikan, entah siapa juga yang diuntungkan. Selama kamu tidak membandingkan hidupmu dengan oranglain, kamu tidak akan pernah menghitung untung-rugi atas kondisimu saat ini.
0 notes
Text
Ladder of Participation
“Kita tidak bisa memilih terlahir dari keluarga seperti apa, tapi kita selalu bisa memilih untuk melahirkan keluarga seperti apa”
Kayaknya gak jarang kita nemuin kasus orang tua yang beranggapan kalau anak-anak itu masih minim pengetahuan sama minim pengalaman. Ini berefek ke sang anak yang gak dapet kesempatan buat ngambil keputusan yang tepat. Awalnya saya mikir hal yang sama. Namanya juga anak-anak. Kita bantu ambilin keputusan dengan niat kita yang ingin memberikan yang terbaik untuk sang anak.
“Minds are like parachutes, they online function when open”, - Thomas Dewar.
Pemikiran saya mulai berubah pas saya baca satu materi menarik yang judulnya Arnstein’ Ladder of Citizen Participation atau Tangga Partisipasi dari Sherry Arnstein (1996). Tapi sebelum kesana, saya ingin coba share ilustrasi dibawah ini.
Dalam bukunya yang berjudul A New Weave of Power & Politics: The Action Guide for Advocacy and Citizen Participation, Vene Klasen bilang ada empat tipe kuasa:
Power to: Membantu yang lain bersuara;
Power within: Kepercayaan diri, pengetahuan;
Power with: Semangat Bekerjasama;
Power over: Ingin mendominasi, melemahkan pihak lain.
Relasi power over ini seringkali bersifat hierarkis dimana terciptanya kekuasan satu pihak kepada pihak lainnya. Untuk kasus Power Over, contohnya istri dan anak seringkali berada di hierarki bawah. Konstruksi sosial budaya yang ngebuat mereka memiliki posisi seperti itu. Nah pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana partisipasi dapat mendukung proses kita membentuk dan membagikan kekuasaan yang positif/Power to ?
Kalau teori dari Arnstein berfokus ke partisipasi masyarakat, Dr Roger Hart (Co-Director of The Children’s Environments Research Group) membuat tangga partisipasi yang berfokus ke partisipasi anak. Tangga ini membantu kita memikirkan tentang dimana kita sebenarnya dan dimana kita ingin berada dalam hal partisipasi untuk Anak.
Tangga ini gak menyarankan kalau kita harus menempatkan anak di tangga paling diatas. Bukan, bukan itu maksudnya. Melainkan tangga ini dibuat untuk ngebantu kita biar kita punya tujuan untuk keluar dari anak tangga yang lebih rendah (Tokenism, Dekorasi, apalagi manipulasi). Tapi emang apa sih Tokenism, Dekorasi, dan manipulasi itu?
Manipulasi: Pada tahap ini, anak muda tidak memahami isu yang diangkat dan apa tujuan yang mereka lakukan. Contoh yang paling gampang itu kaya yang ada di Film 3 Idiots dimana Farhan di’takdir’kan menjadi seorang engineer sama orang tuanya, bahkan saat di hari pertama ia Lahir. Disitu ia tidak tau engineer itu apa dan ia tiba-tiba diarahkan untuk masuk ke ICE (Imperial College of Engineering). Padahal ternyata Farhan adalah seorang yang ingin menjadi seorang fotografer di NatGeo.
Dekorasi: Anak muda dilibatkan hanya untuk pemanis dan penggembira untuk kepentingan orang dewasa walaupun kegiatan tersebut adalah kegiatan anak muda. Misalkan ada seorang ayah dan anak laki-laki. Ceritanya mereka sepakat untuk nabung bersama dan akhirnya berhasil beli PS5. Dekorasi mulai terjadi saat sang ayah memilih game apa yang akan mereka mainkan. Dalam hati, sang ayah udah keukeuh banget ingin maen game Cyberpunk 2077. Disitu ia bertanya “nak mau maen game apa?”. Si anak menjawab “maen game GTA V” dengan segala alasan kenapa ia ingin memainkan game tersebut. Tapi pendapat sang anak hanya dijadikan pemanis saja. Walaupun sama-sama termasuk kategori bukan partisipasi bermakna, dekorasi ini masih mending karena ia masih meminta pendapat anak, walaupun hanya pemanis dan penggembira saja.
Tokenism: Anak muda memberikan pendapat, tetapi kenyataannya sedikit atau bahkan tidak ada kesempatan atau pilihan-pilihan sesuai dengan kebutuhan anak muda sebenarnya. Misalkan suatu hari seorang ibu memutuskan untuk membeli jaket baru untuk sang anak. Si anak bilang ke ibunya kalau ia menginginkan jaket yang water repellent, ukuran L, dengan warna yang tidak terlalu mencolok. Tidak lupa ia minta ibunya untuk mengajaknya saat beli jaket tersebut. Ibu nya mendengarkan apa keinginan anaknya. Tokenisme terjadi pas beberapa waktu kemudian, sang ibu tiba-tiba sudah membelikan si anak jaket. Dengan ukuran yang lebih gede (dengan alasan agar bisa digunakan saat besar nanti) dan warnanya pun mencolok karena sebenarnya warna yang dibeli itu warna kesukaan ibunya, bukan warna kesukaan si anak.
Hart bilang kalau kita harus keluar dari tiga anak tangga yang sering disebut MADETO (Manipulasi, Dekorasi, Tokenism) ini dan memikirkan cara untuk benar-benar melibatkan mereka. Karena hingga akhirnya, tidak peduli seberapa berbakat anak kita, mereka tidak akan kemana-mana tanpa adanya kesempatan dari kita, termasuk pelibatan dalam mengambil keputusan.
249 notes
·
View notes
Text
PILIH MUSLIM YANG SUKA BERMAKSIAT ATAU NON MUSLIM YANG BERKOMPEN?
Kontroversi kepemimpinan non-muslim di tengah mayoritas umat Islam sering mengemuka. Secara historis, isu ini telah berlangsung lama dan selalu mengundang perdebatan di kalangan para ahli dari masa ke masa. Menanggapi persoalan ini, para ulama terbelah menjadi dua kubu, sebagian mengharamkan namun sebagian lain membolehkan. Salah satu ulama yang membolehkan adalah Ibnu Taimiyah, seorang pemikir Islam terbesar pada zamannya. Pendapatnya yang paling terkenal dan kontroversial adalah “lebih baik dipimpin oleh pemimpin kafir yang adil, daripada dipimpin oleh pemimpin muslim yang dzalim”. Tulisan ini menggambarkan relevansi pemikiran “liberal” Ibnu Taimiyah tentang penyelenggaraan negara, khususnya dalam issu kepemimpinan non-muslim di tengah mayoritas umat Islam. Pandangan ini sangat relevan untuk menjawab kegamangan sebagian besar umat Islam yang saling berseteru dalam memilih seorang pemimpin sementara calon yang diajukan sama sekali tidak layak untuk menjadi pemimpin.
Manakah yang mesti dipilih jika ada dua pilihan. Ada calon pemimpin yang muslim namun suka bermaksiat, ataukah non muslim yang dikatakan bersih dan adil? Yang jelas, tidak pantas non muslim menguasai rakyat yang mayoritas muslim.
Kenapa demikian Sebelumnya mari kita samakan persepsi dulu "Firman Allah subhanallahuwata'ala Tidak pernah salah" okay :)
1 note
·
View note
Text
Lebih Lapang
Berawal dari mengikuti kata hati, membebaskan diri dari tekanan sana sini, tapi yah namanya kerja maka ketika tak di atur oleh atasan maka kamu harus mengaturnya sendiri. Jujur butuh keberanian untuk melangkah segila ini. Keluar tanpa persiapan, terserah di anggap bodoh, dibandingkan aku hidup dalam keterasingan diri sendiri.
Trus apa yang kamu rasakan hari ini? Lebih Lapang tentunya, karena aku sendiri percaya bahwa tidak menggantungkan hidup pada manusia akan membuat hati kita benar-benar merdeka.
Bagaimana kondisi keuangan? Tidak terlalu buruk, bahkan saat ini aku merasa banyak sedikitnya pemasukan tidak bisa jadi patokan kecukupan kebutuhan. Gaji 300rb perbulan, ternyata cukup buat makan buat bensin, bahkan buat main pun cukup. Gaji 600rb atau 900rb perbulan, ternyata yah cukup juga buat ngisi kegiatan bulanan. Gaji lebih banyak (standar banyak juga beda2) ternyata lebih banyak juga pengeluarannya, malahan lebih ampleng wkwk.. pagi gajian, sore udah pusing lagi.
Pada dimanapun aku berdiri, semoga tetap kuat, tetap ada syukur, tetap tangguh, jangan loyo, percayalah diri selama kita masih punya tempat pulang dan masih ada kepercayaan terhadap Allah segalanya masih baik-baik saja.
0 notes
Text
MANUSIA
Aku melihat hidup manusia seperti tarian penuh warna diatas bumi, tiada yang paling sakit, tiada yang paling bahagia. Manusia memiliki suratan takdir masing-masing untuk menemukan kebahagiaan dan kepedihan. Hidup sesungguhnya tak menyodorkan kalah dan menang. Hidup adalah koridor yang diberikan Allah pada tiap pribadi untuk mau melewatinya sebagai rasa syukur atas perayaan kehidupan. Tak ada yang pernah tau akan seperti apa suasana dalam koridor itu dan akan sepanjang apa. Manusia hanya di uji Allah untuk berjalan dan berjalan, melintas waktu dan peristiwa demi peristiwa.
230- jum'at
0 notes
Text
Mencintai mahluk itu ibarat menyelam laut dalam. semakin dalam, maka kamu semakin tidak dapat menyelam.
Belum sampai cintamu, ketika kamu belum bisa terus rasa malu saat merasa dilihat atau ingat ada-Nya.
Belum Sampai rasamu, ketika kamu belum Sampai gila berbuat sebaik mungkin dan hanya ada ia yang kamu pikirkan. "Jangan sebut cinta kalo belum gila, jangan sebut cinta kalo masih ada kata layak mendua"
(tidak sedang jatuh cinta, sedang memikirkan definisinya saja)
0 notes
Text
Kapal pesiarku belum berlayar, mungkin belum waktunya, mungkin belum sempat.Mungkin belum waktunya, pasti ada waktunya. Terlenaku bermain-main, perhitunganku tak kunjung seimbang.
#kapalkecil
0 notes
Text
3 Hujan (ini serius)
Lepas ashar, langit benar-benar bebenah, membersihkan gumpalan hitam yang sejak pagi menempel tak mau pergi. Lepas ashar, hujan turun lagi seakan malaikat diperintahkan turun untuk mengabulkan para pendoa.
Waktu berlalu dibersamai hujan, azan magrib berkumandang dan semuanya dimulai. Kurasakan lagi rintik hujan pertama setelah menikmati secangkir teh yang tak lagi panas. Hujan yang sederhana, bukan gerimis tapi air yg jatuh tak sederas biasanya. 5 menit motor ini melaju, terasa sekali dinginnya menerkam tulang, terasa linu pula lenganku, ah.. apa Wonosobo sudah kembali dengan sebutan Kota dingin lagi? Yang pasti ini sangat dingin. Dinginya seperti menembus lengan panjang, jaket, dan jas hujan. Hanya bisa menggelebungkan pipi, mengatur udara hangat dalam tubuh, solusi retjeh yg menarik sambil menikmati rintik yang jatuh tertimpa sinar di pemula malam.
Memutuskan berhenti sejenak, dan melaju lagi. Hujan kedua, lumayan deras dari sebelumnya namun dingin sudah kabur Ntah kemana, kupikir bosan kali haha.. rasanya, hujan ini meluruhkan emosi, Melawati dinding kaca helm berupa embun dan sapaan manja. Semua lolos dari mata, tapi tidak berapa lainnya.. terasa aliran hangat menyentuh pipi dinginku, mungkin belaian hujan ingin mengingatkan "dinginku adalah untuk menguji rasa syukurmu". Bukan nangis woyy.. ternyata air hujan kalo masuk ke mata pedes juga.
Kejutan terakhir, kumenyebutnya "Kemoterapi alami" haha ketebak ya, ah aku sengaja tidak main kucing2an, atau kuis berhadiah. Nyeri cuy.. pletak pletok hujan ini.. rasanya kaya di kasih paket lengkap "habis kedinginan, tulang linu2, mata pedes, trus di terapi air hujan. Beuh.. lumayan ey, nyeri wkwk".
Perjalanan pulang ini mengingatkan, 1 tempat, 1 jalur, 1 tujuan, 1 orang, saja.. kalau beda cuaca ya beda yg dirasa.
Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tetapi jika dia tak bisa menerima, dia tak akan pernah bisa melupakan.
0 notes
Text
Menggali Potensi Bakat dan Skill Pada Anak
(Seni Mengasuh anak tahap Thufulah 2-7)
بسم الله
Ustazuna Abu Salma Muhammad حفظه الله
Bakat akan memberikan peran pada anak untuk menjadi manusia / Khalifah dimuka bumi. Jika bakat tidak dicari tahu akan tenggelam.
Skill diperoleh dengan cara dilatih sehingga Allah akan memberikan karunia tersebut.
Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau menuliskan tentang ilmu parenting Islam. Didalam bukunya Pentingnya orang tua memahami bakat/potensi pada anak.
Orang tua, harus menyadari dan memahami bahwasanya ada pontesi pada anak. Jika orang tua memaksa yang tidak sesuai minat maka anak akan sulit menjalankan sesuatu itu dengan maksimal.
Jika anak anda memiliki penalaran dan pemahamannya yang baik, ini merupakan tanda ia siap menerima ilmu dan juga kesiapan dia untuk mencari ilmu.
Anak-anak yang seperti ini, lebih baik digerakkan pada bidang keilmuan akademisi.
Apabila ada kecenderungan untuk berdagang, produksi, cepat menghitung maka hendaknya anak dikokohkan dalam bidang perdagangan. setiap anak diciptakan sesuai tabiatnya
Rasulullah ﷺ adalah manusia yang paling mengerti untuk melihat bakat sahabat-sahabatnya. Zaid bin Tsabit menjadi sekretaris Rasulullah ﷺ pada usia belasan tahun yang sudah mampu mempelajari berbagai macam bahasa bahkan dengan mutqin (memahami secara verbal dan lisan).
Kemudian Rasulullah ﷺ melihat Abdurahman bin auf yang Ahli pada bidang pasar.
Sehingga dengan kepercayaan yang diberikan Rasulullah, skill dan bakat semakin bertambah.
Sebagian orang tua kesulitan memahami bakat dan minat sang anak.
Namun sang anak akan memiliki kecenderungan untuk memperoleh keahlian, dari sang ayah misal profesi ayah seorang guru, tukang, atau bahkan tukang bersih-bersih maka ia akan berusaha meraih keahlian tersebut dari ayahnya dengan cara taqliq (meniru). Ini merupakan momen yang baik ketika anak meniru orang tuanya dengan belajar dan bersih-bersih, tak mengapa meskipun nanti ketika besar bakat dari anak tidak mesti sama dengan orang tuanya. Dan begitu sebaliknya bila anaknya tidak mau mengikuti orang tuanya, maka tak mengapa.
Manusia pada umumnya jika bapak seorang dokter, dan orang tuapun memiliki keinginan mau dijadikan anaknya seorang dokter juga.
Syaikh Al-albani rahimahullah , seorang Ahli aqidah memiliki beberapa anak laki-laki namun beliau tidak memaksa anaknya untuk mengikuti dirinya menjadi ulama.
Orang tua tidak berkewajiban untuk menjadikan anak seperti mereka inginkan, namun orang tua tetap berusaha menjadikan anaknya orang yang sholeh. Yang senantiasa selalu mendoakan orang tuanya dalam lisan dan hatinya, itu lebih dari cukup. Adapun bonus lainnya, ia dapat memberikan manfaat untuk orang lain dengan skill dan bakat yang dimiliki.
Orang tua harus fokus mengajarkan anak kepada dinnyah (agama), maka dunia akan mengikuti. Karena dunia tidak ada harganya dibandingkan dengan kehidupan akhirat
Dunia dari kata "dana" sesuatu yang rendah, bahkan Rasulullah ﷺ pernah mengibaratkan dunia adalah sebagai bangkai anak kambing yang cacat.
Perpisahan yang abadi ketika salah satu keluarga ada yang disyurga dan nekara, Wallahu waliyyut taufiq. Didunia hanya perjumpaan sementara.
Bahwa sejatinya anak-anak sudah Allah karuniakan instrumen/alat kemampuan, ibarat pisau bermata dua bisa diarahkan pada kebaikan dan keburukan. Maka tugasnya orang tua membimbingnya.
Berusaha menggali dan fokuskan pada bakat lalu dikembangkan. Cara mengetahui Allah memberikan skill anak dengan berlatih, itupun perlu proses karena setiap anak berbeda ada yang cepat dan lambat.
🌷Fasilitas yang terbaik untuk anak adalah keberadaan dan kasih sayang dari orang tuanya.
Sesi tanya jawab
1. Apakah berdosa orang tua yang menitipkan anak hanya kepada sekolahnya?
Berdosa, termasuk pengabaian kepada anak, anak adalah amanah dari Allah. Tugas orang tua yang pertama mengajarkan anak tentang agamanya, artinya orang tua harus belajar "jangan sampai punya mindset, saya tidak punya ilmu dan baru hijrah, jangan putus asa yaa aba dan umma, ketika anda tau sudah hijrah maka berusaha untuk memperbaiki dan banyak belajar"
Adapun setelahnya kita boleh mencari mitra untuk anak dalam pendidikannya seperti sekolah jangan jadikan anak hanya sebagai transaksi antara sekolah dan orang tua.
--
2. Bagaimana jika anak sudah terpapar dengan bakat kaum liberal?
Bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, meminta maaf kepada anak serta menasehati anak dengan cara baik-baik. Kita perbaiki komunikasi dengan anak, sentuh hatinya lalu sentuh secara kognitif (akalnya).
Kemudian pelan-pelan untuk menarik/mengambil kembali darinya alat-alat yang tidak sesuai syariat.
Dalam hal aqidah, orang tua harus membangun imunitas hati anak dengan mengajarkan "aqidah yang benar". Nak.. jangan menyekutukan Allah, selalu merasa diawasi oleh Allah, diajarkan untuk mencintai ibadah ,dan mengajarkan amalan Ma'ruf nahi Mungkar, agar anak kita tidak menjadi orang yang pasif.
Misal, ada temannya yang bekata tidak baik, maka seorang anak yang aktif ia akan mengingkari dan berusaha menasehati temannya sehingga akan menimbulkan sikap keberanian pada anak. Anakpun tidak akan mudah ikut-ikutan dengan perbuatan buruk temannya.
Membentuk imunitas dari sisi aqidah dan muroqobah sangatlah penting.
--
3. Saya suka kesal dengan anak sehingga saya suka memberikannya hukuman secara verbal sehingga menimbulkan bekas?
Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat demikian dan semoga Allah memberikan hidayah pada penanya.
Lebih baik tidak boleh memberi hukuman anak secara verbal apalagi sampai membekas kecuali pada perkara haknya Allah itupun ada aturannya.
Rasulullah ﷺ sedikitpun tidak pernah menghukum anak secara verbal meskipun beliau memperbolehkan untuk melakukannya. Rasulullah ﷺ sangatlah menyayangi anak-anak.
Dengan perbuatan kasar kepada anak, bisa jadi fitroh anak yang dari lahir mencintai orang tua sedikit demi sedikit terkikis.
Ketika orang tua tidak ada disisi anak dia senang dan merasa bebas. Dan ketika org tua ada disisinya, anak merasa terkekang. Jangan sampai menorehkan luka-luka (hingga akan menimbulkan inner child) semua manusia punya emosi (ada postif dan negatif) contoh yang negatif adalah kemarahan.
Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kita untuk memanajemen emosi negatif , apabila ia marah hendaklah diam, merubah posisi, jika masih marah ambil air wudhu.
Jangan sampai kita menghukum anak dalam keadaan emosi/marah, ini termasuk dalam perbuatan dosa dan anak akan mencontohnya. Hukuman fisik diberikan jika hanya dibutuhkan/urgensi saja.
-dikutips secara makna dan sedikit tambahan-
Wallahu'alam bissowab, barakallahu fiikum.
190 notes
·
View notes
Text
Menggali Potensi Bakat dan Skill Pada Anak
(Seni Mengasuh anak tahap Thufulah 2-7)
بسم الله
Ustazuna Abu Salma Muhammad حفظه الله
Bakat akan memberikan peran pada anak untuk menjadi manusia / Khalifah dimuka bumi. Jika bakat tidak dicari tahu akan tenggelam.
Skill diperoleh dengan cara dilatih sehingga Allah akan memberikan karunia tersebut.
Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau menuliskan tentang ilmu parenting Islam. Didalam bukunya Pentingnya orang tua memahami bakat/potensi pada anak.
Orang tua, harus menyadari dan memahami bahwasanya ada pontesi pada anak. Jika orang tua memaksa yang tidak sesuai minat maka anak akan sulit menjalankan sesuatu itu dengan maksimal.
Jika anak anda memiliki penalaran dan pemahamannya yang baik, ini merupakan tanda ia siap menerima ilmu dan juga kesiapan dia untuk mencari ilmu.
Anak-anak yang seperti ini, lebih baik digerakkan pada bidang keilmuan akademisi.
Apabila ada kecenderungan untuk berdagang, produksi, cepat menghitung maka hendaknya anak dikokohkan dalam bidang perdagangan. setiap anak diciptakan sesuai tabiatnya
Rasulullah ﷺ adalah manusia yang paling mengerti untuk melihat bakat sahabat-sahabatnya. Zaid bin Tsabit menjadi sekretaris Rasulullah ﷺ pada usia belasan tahun yang sudah mampu mempelajari berbagai macam bahasa bahkan dengan mutqin (memahami secara verbal dan lisan).
Kemudian Rasulullah ﷺ melihat Abdurahman bin auf yang Ahli pada bidang pasar.
Sehingga dengan kepercayaan yang diberikan Rasulullah, skill dan bakat semakin bertambah.
Sebagian orang tua kesulitan memahami bakat dan minat sang anak.
Namun sang anak akan memiliki kecenderungan untuk memperoleh keahlian, dari sang ayah misal profesi ayah seorang guru, tukang, atau bahkan tukang bersih-bersih maka ia akan berusaha meraih keahlian tersebut dari ayahnya dengan cara taqliq (meniru). Ini merupakan momen yang baik ketika anak meniru orang tuanya dengan belajar dan bersih-bersih, tak mengapa meskipun nanti ketika besar bakat dari anak tidak mesti sama dengan orang tuanya. Dan begitu sebaliknya bila anaknya tidak mau mengikuti orang tuanya, maka tak mengapa.
Manusia pada umumnya jika bapak seorang dokter, dan orang tuapun memiliki keinginan mau dijadikan anaknya seorang dokter juga.
Syaikh Al-albani rahimahullah , seorang Ahli aqidah memiliki beberapa anak laki-laki namun beliau tidak memaksa anaknya untuk mengikuti dirinya menjadi ulama.
Orang tua tidak berkewajiban untuk menjadikan anak seperti mereka inginkan, namun orang tua tetap berusaha menjadikan anaknya orang yang sholeh. Yang senantiasa selalu mendoakan orang tuanya dalam lisan dan hatinya, itu lebih dari cukup. Adapun bonus lainnya, ia dapat memberikan manfaat untuk orang lain dengan skill dan bakat yang dimiliki.
Orang tua harus fokus mengajarkan anak kepada dinnyah (agama), maka dunia akan mengikuti. Karena dunia tidak ada harganya dibandingkan dengan kehidupan akhirat
Dunia dari kata "dana" sesuatu yang rendah, bahkan Rasulullah ﷺ pernah mengibaratkan dunia adalah sebagai bangkai anak kambing yang cacat.
Perpisahan yang abadi ketika salah satu keluarga ada yang disyurga dan nekara, Wallahu waliyyut taufiq. Didunia hanya perjumpaan sementara.
Bahwa sejatinya anak-anak sudah Allah karuniakan instrumen/alat kemampuan, ibarat pisau bermata dua bisa diarahkan pada kebaikan dan keburukan. Maka tugasnya orang tua membimbingnya.
Berusaha menggali dan fokuskan pada bakat lalu dikembangkan. Cara mengetahui Allah memberikan skill anak dengan berlatih, itupun perlu proses karena setiap anak berbeda ada yang cepat dan lambat.
🌷Fasilitas yang terbaik untuk anak adalah keberadaan dan kasih sayang dari orang tuanya.
Sesi tanya jawab
1. Apakah berdosa orang tua yang menitipkan anak hanya kepada sekolahnya?
Berdosa, termasuk pengabaian kepada anak, anak adalah amanah dari Allah. Tugas orang tua yang pertama mengajarkan anak tentang agamanya, artinya orang tua harus belajar "jangan sampai punya mindset, saya tidak punya ilmu dan baru hijrah, jangan putus asa yaa aba dan umma, ketika anda tau sudah hijrah maka berusaha untuk memperbaiki dan banyak belajar"
Adapun setelahnya kita boleh mencari mitra untuk anak dalam pendidikannya seperti sekolah jangan jadikan anak hanya sebagai transaksi antara sekolah dan orang tua.
--
2. Bagaimana jika anak sudah terpapar dengan bakat kaum liberal?
Bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, meminta maaf kepada anak serta menasehati anak dengan cara baik-baik. Kita perbaiki komunikasi dengan anak, sentuh hatinya lalu sentuh secara kognitif (akalnya).
Kemudian pelan-pelan untuk menarik/mengambil kembali darinya alat-alat yang tidak sesuai syariat.
Dalam hal aqidah, orang tua harus membangun imunitas hati anak dengan mengajarkan "aqidah yang benar". Nak.. jangan menyekutukan Allah, selalu merasa diawasi oleh Allah, diajarkan untuk mencintai ibadah ,dan mengajarkan amalan Ma'ruf nahi Mungkar, agar anak kita tidak menjadi orang yang pasif.
Misal, ada temannya yang bekata tidak baik, maka seorang anak yang aktif ia akan mengingkari dan berusaha menasehati temannya sehingga akan menimbulkan sikap keberanian pada anak. Anakpun tidak akan mudah ikut-ikutan dengan perbuatan buruk temannya.
Membentuk imunitas dari sisi aqidah dan muroqobah sangatlah penting.
--
3. Saya suka kesal dengan anak sehingga saya suka memberikannya hukuman secara verbal sehingga menimbulkan bekas?
Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat demikian dan semoga Allah memberikan hidayah pada penanya.
Lebih baik tidak boleh memberi hukuman anak secara verbal apalagi sampai membekas kecuali pada perkara haknya Allah itupun ada aturannya.
Rasulullah ﷺ sedikitpun tidak pernah menghukum anak secara verbal meskipun beliau memperbolehkan untuk melakukannya. Rasulullah ﷺ sangatlah menyayangi anak-anak.
Dengan perbuatan kasar kepada anak, bisa jadi fitroh anak yang dari lahir mencintai orang tua sedikit demi sedikit terkikis.
Ketika orang tua tidak ada disisi anak dia senang dan merasa bebas. Dan ketika org tua ada disisinya, anak merasa terkekang. Jangan sampai menorehkan luka-luka (hingga akan menimbulkan inner child) semua manusia punya emosi (ada postif dan negatif) contoh yang negatif adalah kemarahan.
Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kita untuk memanajemen emosi negatif , apabila ia marah hendaklah diam, merubah posisi, jika masih marah ambil air wudhu.
Jangan sampai kita menghukum anak dalam keadaan emosi/marah, ini termasuk dalam perbuatan dosa dan anak akan mencontohnya. Hukuman fisik diberikan jika hanya dibutuhkan/urgensi saja.
-dikutips secara makna dan sedikit tambahan-
Wallahu'alam bissowab, barakallahu fiikum.
190 notes
·
View notes
Text
Gagal itu ketika aksimu sia-sia dimata Allah
Kecewa boleh, tapi sesuatu yang bukan takdirmu tak akan jatuh padamu, sekeras apapun kau berikhtiar, yang bisa merubah hanya kekuatan doa, itupun artinya "kau tidak bisa memaksa Allah untuk mengabulkan semua doamu". Inget, kamu tu siapa? Nabi bukan, orang Sholih ahli ibadah bukan, tapi suka maksa2 kalo lagi pengen sesuatu. Trusss... Semua sia-sia??? Jawabannya "Bukankah tidak ada yang gagal atau sia-sia selama itu ternilai Dimata Allah".
Trus kira2 aksi apa aja yang membuat aksi kita gagal Dimata Allah? Wallahu alam bi showab, hanya Allah yang tau. Tapi kriterianya sudah dijelaskan dengan gamblang bahwa segala sesuatu dinilai dari niat dan caranya!
Yuk cek firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
بَلٰى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهٗۤ اَجْرُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖ ۖ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
"Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 112)
* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
(aku emang bukan manusia baik, tapi semoga sejumput garam ini menjadi tameng pelindung dr api neraka)
0 notes